Anda di halaman 1dari 14

INOVASI PUPUK ORGANIK KOTORAN AYAM DAN ECENG GONDOK DIKOMBINASI

DENGAN BIOTEKNOLOGI MIKORIZA BENTUK GRANUL

Nama : Raina Salsabila

Nim : 200703110014

Mata Kuliah : Blok Biomedik Dasar

PROGRAN STUDI FARMASI

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UIN MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG

2020

1
BAB I

PENDAHULUAN

A. Masalah Penelitian

Pupuk organik memiliki banyak bahan organik dibandingkan kandungan haranya. Sumber
bahan organik bisa berbentuk kompos, pupuk hijau( eceng gondok), pupuk kandang, limbah
perkotaan atau dalam negeri dll.( Simanungkalit et angkatan laut(AL). 2006). Pupuk organik
mempunyai guna kimia yang berarti semacam, penyediaan hara makro( nitrogen, fosfor, kalium,
kalsium, magnesium, serta sulfur) serta mikro semacam zinc, tembaga, kobalt, barium, mangan,
serta besi, walaupun jumlahnya relatif kecil. Unsur hara makro nitrogen berfungsi merangsang
pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, untuk sintesis asam amino dan protein dalam
tanaman, merangsang pertumbuhan vegetatif, di antaranya, warna hijau daun, panjang daun,
lebar daun, dan pertumbuhan vegetatif batang (tinggi dan ukuran batang). Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas pupuk organik dasar dan campuran dalam
bentuk granul, memproduksi pupuk hayati CMA, dan memproduksi campuran pupuk organik
dan pupuk hayati dalam bentuk granul.

B. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah membuat formula pupuk organik limbah dari campuran
kotoran ayam dan eceng gondok sebagai pupuk organik dasar dan memproduksi pupuk
organik unggul kombinasi pupuk organik dasar dan pupuk hayati spora CMA dalam
kemasan granul.

2
BAB II
METEDOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
kombinasi pupuk organik dari bahan dasar(kotoran ayam serta gulma air), yang ditambah
dengan pupuk biologi bisa digunakan bagaikan alternatif pengganti pupuk anorganik.
Pupuk granul lebih efektif serta efisien digunakan buat bermacam kombinasi. Penelitian
dilakukan dengan tata cara eksperimen serta analisis laboratorium dicoba buat mengenali
kuantitas serta mutu hara pupuk yang dihasilkan, dan isi logam berat. Pupuk secara
deskriptif dibanding dengan baku kualitas pupuk organik menurut SK Mentan 2009. Hasil
analisis hara makro serta mikro, dan logam berat pada pupuk organik dasar telah penuhi
persyaratan baku kualitas pupuk organik.

B. Populasi dan Sampel


Produksi pupuk hayati CMA menggunakan tanaman inang Pueraria pasioloides,
kotoran ayam yang dilembutkan di dalam mesin pencacah, ditambah dengan clay merah,
putih dan P alami dan eceng gondok.

C. Teknik Mengambil Sampel


Kotoran ayam yang dilembutkan di dalam mesin pencacah, selanjutnya kotoran
ayam tersebut diayak untuk mendapatkan ukuran yang bertekstur lembut. Sebagai bahan
tambahan adalah eceng gondok, yang dicacah dengan ukuran 0.5 cm. Kemudian cacahan
eceng gondok tersebut dicampur dengan kotoran ayam, dengan perbandingan 2:1.
Pengomposan dilakukan dalam ember dengan volume 7 kg, selama 21 hari, dan tiap tiga
hari dilakukan pembalikan, agar proses dekomposisi merata.

D. Besar Sampel
Perbanyakan pupuk hayati CMA diperoleh 35 butir spora CMA/gram. Formula
pembuatan campuran pupuk organik dasar: 2 kotoran ayam, 1 eceng gondok. Pupuk
tersebut ditambah dengan 1 kg inokulum CMA atau pupuk hayati, 0,5 kg clay merah, 0,5
kg fosfat alam, 0,25 kg clay putih; 500 cc air.

3
BAB III
HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian
Hasil analisis kualitatif maupun kuantitatif pupuk organik yang telah digranul
menunjukkan peningkatan nilai kuantitatif beberapa unsur, di antaranya P2O5, Ca, Mg,
Fe, pH, dan C/N (Tabel 1). Pupuk granul yang dihasilkan, ada beberapa unsur yang
melebihi baku mutu, misalkan Mg dan Fe yang mendukung pembentukan klorofil,
sehingga tidak dikhawatirkan keberadaannya. Rasio C/N meningkat menjadi 14.97,
sementara standar Permentan antara 15-25, jadi rasio minimal masih tercapai (Tabel 1).
Produksi pupuk hayati CMA diperoleh 35 butir CMA/1 g, cukup digunakan sebagai
campuran pupuk organik dan pupuk hayati. Menurut Chalimah (2010), dalam bentuk
granul, karena penggunaan inokulum CMA berkisar antara 10–15 butir per tanaman, jika
spora besar dan aktif berkecambah (gigaspora dan acaulospora) berkisar 5-10 spora
/tanaman. Untuk mikoriza ukuran besar (gigaspora dan acaulospora), inokulum CMA
yang digunakan antara 10-15, sedang mikoriza ukuran kecil bisa lebih dari 20 butir
(Widiastuti 2004). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa 1 g cukup untuk inokulum.
Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa, perbaikan struktur akar dari tanaman, dengan
terbentuknya simbiosis dengan CMA, dapat meningkatkan pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, meningkatkan proses fotosintesis, dan menstabilkan
pertumbuhan

Tabel 1. Hasil analisis hara makro dan mikro pupuk organik P1 (kotoran ayam + eceng gondok) sebagai
pupuk dasar
No Kode Kotoran ayam + Kotoran ayam + Eg + Standar kualitas pupuk
Eg CMA granul Permentan
1 C. organik (%) 6.58 19.48 >12 (7-12%)
2 Bahan organik (%) 49.99 33.59 > 12
3 N (%) 21.45 1.05 <6*
4 P2O5 (%) 36.95 2.18 <6*
5 K2O (%) 1.47 0.69 <6*
6 Ca (ppm) 1.83 6.32 < 25,49 ppm
7 Mg (ppm) 1.59 0.99 < 0,63 ppm
8 Fe (ppm) 1.27 2.03 Maks 8000 ppm
9 Kadar air (%) 0.79 15.14 4 – 15 *)
10 pH 1.71 7.64 4-8
11 C/N ratio 14.58 18.55 15-25
12 Cu (ppm) 0.002 - <50 (ppm)
13 Pb (ppm) 0.001 - <10(ppm)

4
14 Cd (ppm) < 0.001 - 5000(ppm)

B. Kesimpulan Penelitian
Mutu pupuk yang dihasilkan, baik pupuk dasar ataupun granul, bersumber pada isi
hara makro ataupun mikro, dan logam berat sudah penuhi kriteria baku kualitas dari
Permentan 2009, serta nyaman dipakai. Penciptaan Spora CMA yang digunakan bagaikan
pupuk biologi berkisar antara 35- 50 spora. Dari riset diperoleh resep buat membentuk
kombinasi pupuk organik serta pupuk biologi dalam wujud granul.

C. Lampiran : Bahan Jurnal

Jurnal MIPA 36 (1): 1-7 (2013)

Jurnal MIPA

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM

INOVASI PUPUK ORGANIK KOTORAN AYAM DAN ECENG GONDOK DIKOMBINASI


DENGAN BIOTEKNOLOGI MIKORIZA BENTUK GRANUL

A Asngad

Prodi Pend. Biologi, FKIP, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

5
Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Tujuan penelitian ini adalah membuat formula pupuk organik limbah dari campuran kotoran
Diterima Februari 2013 ayam dan eceng gondok sebagai pupuk organik dasar dan memproduksi pupuk organik unggul
Disetujui Maret 2013 kombinasi pupuk organik dasar dan pupuk hayati spora CMA dalam kemasan granul. Penelitian
Dipublikasikan April 2013 dilakukan dengan metode eksperimen dan analisis laboratorium dilakukan untuk mengetahui
kuantitas dan kualitas hara pupuk yang dihasilkan, serta kandungan logam berat. Pupuk secara
diskriptif dibandingkan dengan baku mutu pupuk organik menurut SK Mentan 2009. Hasil
Keywords:
analisis hara makro dan mikro, serta logam berat pada pupuk organik dasar sudah memenuhi
chicken poop; CMA;
persyaratan baku mutu pupuk organik. Perbanyakan pupuk hayati CMA diperoleh 35 butir spora
enceng gondok;
organic fertilizer CMA/gram. Formula pembuatan campuran pupuk organik dasar: 2 kotoran ayam, 1 eceng
gondok. Pupuk tersebut ditambah dengan 1 kg inokulum CMA atau pupuk hayati, 0,5 kg clay
merah, 0,5 kg fosfat alam, 0,25 kg clay putih; 500 cc air. Hasil analisis hara makro dan mikro,
campuran pupuk organik dasar dan hayati yang telah digranul sesuai dengan standar pupuk
organik dari SK Mentan 2009. Disimpulkan bahwa campuran pupuk organik dari bahan dasar
(kotoran ayam dan gulma air), yang ditambah dengan pupuk hayati dapat digunakan sebagai
alternatif pengganti pupuk anorganik. Pupuk granul lebih efisien dan efektif digunakan untuk
berbagai campuran dan di lapang.

Abstract

The research objective is to make the formula of organic fertilizer from water weed and chicken
poop mixture as the basic organic fertilizer and to produce excellent organic fertilizer from the
combination of basic organic fertilizer and biologic CMA spore fertilizer in a granule package. The
study was conducted with an experimental method and laboratory analysis to determine the
quantity and quality of fertilizer nutrients and heavy metal content that was descriptively compared
to the standard organic fertilizer by SK Mentan 2009. The results showed that the quantity and
quality of the fertilizer research was appropriate according to the standard quality of organic
fertilizer. The propagation of CMA bio fertilizer was obtained from 35 spores /gram. The mixture
formula of organic fertilizer was 1 kg of chicken poop, water weed, 0.5 kg of red clay, 0.5 kg of
phosphate; 1 kg of inoculum CMA; 0.25 kg of white clay; 500 cc of water. The result of micro and
macro nutrients of the fertilizer mixture was appropriate of SK 2009. It can be concluded that the
mixture of organic fertilizer (chicken poop and water weed) and biologic fertilizer can be used as an
alternative to replace the inorganic fertilizer , while the granule fertilizer was determined efficiently
and effectively as the mixture compound.

© 2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 0215-9945


Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura Surakarta 57102
E-mail: aminah271@yahoo.com

6
A Asngad / Jurnal MIPA 36 (1): 1-7 (2013)

Pendahuluan gondok), untuk meningkatkan nilai C organik,


sehingga pupuk organik lebih berkualitas dengan
Potensi sumber daya lahan Indonesia cukup cara difermentasi untuk meningkatkan
besar yang memiliki daratan sekitar 188,2 juta ha, pengomposan dan efisiensi pengolahan limbah
terdiri atas 148 juta lahan kering dan sisanya (Purwanto 2012). Kondisi tanah yang memiliki
berupa lahan basah termasuk lahan rawa (gambut, kandungan Ca, Fe, dan Al tinggi, dapat mengikat
pasang surut, lebak) dan lahan yang sudah menjadi hara makro, khususnya fosfat (PO4), sehingga
sawah permanen. Namun potensi tersebut lambat dapat menghambat pertumbuhan dan produksi
laun menurun, yang berakibat meningkatnya lahan tanaman. Penggunaan pupuk fosfat alam untuk
kritis. Pada tahun 2000 terdapat 23.242.881 ha pertanian sampai saat ini masih sangat diperlukan
lahan kritis yang terdiri atas 8.136.647 ha dalam oleh petani. Pupuk fosfat alam mengandung fosfor
kawasan hutan dan 15.106.234 ha di luar kawasan (P) yang merupakan salah satu dari tiga unsur
hutan. Pada tahun 2006 tercatat lahan kritis seluas makro atau esensial selain nitrogen dan kalium,
77.806.881 ha yang terdiri atas 47.610.081 ha yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tanaman.
sangat kritis, 23.306.233 ha kritis, dan agak kritis Unsur tersebut tersedia di alam berupa batuan
seluas 6.890.567 ha. Berdasarkan data tersebut fosfat, yang biasanya digunakan dalam pertanian
dapat diketahui bahwa laju lahan kritis sangat sebagai pupuk buatan (Suciati 2004).
cepat dibanding dengan kemajuan realisasi Cendawan mikoriza arbuskular (CMA)
kegiatan rehabilitasi lahan kritis sejak tahun 2002- adalah cendawan yang tersebar luas sekitar 600
2006, perkembangannya dalam kawasan hutan juta tahun yang lalu (Redecker et al. 2000).
743.591 ha dan 1.162.695 ha (Anonim 2012). Cendawan mikoriza arbuskular (CMA) adalah
Pertambahan jumlah penduduk mikroorganisme yang bersifat simbion obligat
menyebabkan kebutuhan (sandang, pangan, dan karena pertumbuhan dan perkembangannya
papan) semakin meningkat. Di sisi lain lapangan membutuhkan fotosintat tanaman inang. Tanpa
kerja sangat terbatas mengakibatkan penduduk tanaman inang (asimbiotik), pertumbuhan hifa
tidak mempunyai banyak pilihan untuk memenuhi sangat sedikit dan hanya mampu bertahan hidup
kebutuhan hidupnya, selain bertani pada lahan selama 20-30 hari. Di samping itu CMA juga
yang sudah tidak layak untuk diusahatanikan. bersifat simbiosis mutualistik terhadap inangnya
Keadaan lebih diperburuk dengan terbatasnya (Bonfante et al. 1994).
pengetahuan sehingga pengelolaan lahan yang Cendawan mikorhiza arbuskula (CMA)
diterapkan hanya memburu kenaikan produksi adalah mikroorganisme tanah bersifat obligat,
tanpa memperhatikan kelestarian sumberdaya sehingga selalu hidup. Smith dan Read (1997)
lahannya, dengan pemakaian pupuk anorganik menyatakan bahwa CMA adalah simbion penting
yang berlebihan, sehingga memperburuk kondisi dalam perakaran, karena mampu bersimbiosis
lahan. Lahan yang seharusnya memiliki potensi dengan sebagian besar familia tanaman darat
untuk menghasilkan komoditas bernilai tinggi (97%), di antaranya adalah tanaman komersial
(kentang, kubis, wortel, sayur-sayuran) kelompok tanaman pangan, hortikultura,
pengolahannya sangat intensif tanpa kehutanan, perkebunan, dan pakan ternak. Pada
mempertimbangkan kemampuan lahan yang pertanian berkelanjutan, simbiosis CMA dengan
rentan terhadap erosi (Sallata 2011). tanaman memainkan peran kunci untuk membantu
Ada beberapa solusi untuk meningkatkan tidak hanya ketahanan hidup tanaman, tetapi
kualitas lahan, terutama akibat pengolahan super menjadikan produktif dalam kondisi tanah
intensif yang hanya terfokus pada produksi, tanpa marjinal (Jeffries & Barea 2001).
memikirkan dampaknya. Salah satu solusi Jasa paling utama yang diberikan oleh CMA
menanggulangi dampak negatif tersebut adalah adalah pengambilan, asimilasi, dan translokasi
penggunaan pupuk organik, yaitu memanfaatkan nutrisi di luar zone rhizosfir kepada akar tanaman,
kotoran ayam dari limbah peternakan ayam dan tugas tersebut dilaksanakan oleh ekstraradikal
sebagai salah satu pupuk organik ditambah dengan miselium CMA. Umumnya CMA dapat
limbah organik dari gulma perairan (eceng meningkatkan kesuburan tanaman, daya tahan
terhadap serangan pathogen, dan
2
A Asngad / Jurnal MIPA 36 (1): 1-7 (2013)

kekeringan (Bever et al. memiliki fungsi kimia dalam tanaman, pertumbuhan akar,
2001). Cendawan jenis yang penting seperti, merangsang pembentukan biji,
ini juga penyediaan hara pembungaan dan pembelahan sel
menguntungkan untuk makro (nitrogen, pembuahan, tanaman dan
pertanian (Jeffries et al. fosfor, kalium, kalsium, memperbesar jaringan
2003), reklamasi lahan magnesium, dan sulfur) sel. Kalium berfungsi
(de-Souza 2005). dan mikro seperti zinc, dalam proses
Penggunaan CMA tembaga, kobalt, fotosintesis,
merupakan sumber barium, mangan, dan pengangkutan hasil
daya yang efisien dan besi, meskipun asimilasi, enzim, dan
dapat diperbaharui, jumlahnya relatif kecil mineral, termasuk air;
misalkan fosfat (Kloepper 1993). meningkatkan daya
(Jakobsen 2004). Smith Kadar nutrisi tahan atau kekebalan
et al. (2003) daun eceng gondok tanaman terhadap
menyatakan bahwa dalam bentuk bahan penyakit;
CMA mampu kering (BK) memiliki meningkatkan
mengeluarkan enzim kadar protein kasar kapasitas tukar kation
fosfatase dan asam 6,31%, serat kasar (KTK) tanah; dan
organik sehingga pada 26,61%, lemak kasar membentuk senyawa
tanah yang kahat P, 2,83%, abu 16,12%, dan kompleks dengan ion
karena mampu melepas memiliki kadar bahan logam yang meracuni
P yang terikat sehingga ekstrak tanpa nitrogen tanaman seperti
dapat membantu (BETN) 48,18% aluminium, besi, dan
penyediaan unsur P. (Mangisah et al. 2009). mangan (Kloepper
Widiastuti (2004) Eceng gondok segar 1993). Penelitian ini
menyatakan bahwa mempunyai kandungan bertujuan untuk
infeksi CMA terhadap air sebesar 94,09%, dan mengetahui kualitas
kelapa sawit dapat dalam 100% bahan dan kuantitas pupuk
menyebabkan kering mempunyai organik dasar dan
terjadinya perubahan kadar protein 11,95% campuran dalam
akar pada tingkat sel, dan serat kasar 37,1% bentuk granul,
yaitu dengan terlihat (Sumarsih et al. 2007). memproduksi pupuk
adanya hifa eksternal, Unsur hara makro hayati CMA, dan
internal, hifa gelung, nitrogen berfungsi memproduksi
vesikula dan arbuskula merangsang campuran pupuk
dalam kortek akar, pertumbuhan tanaman organik dan pupuk
serta hifa eksternal di secara keseluruhan, hayati dalam bentuk
rhizosfir. untuk sintesis asam granul.
Pupuk organik amino dan protein
mengandung banyak dalam tanaman, Metode Penelitian
bahan organik merangsang
dibanding kadar pertumbuhan vegetatif, Kotoran ayam
haranya. Sumber bahan di antaranya, warna dilembutkan di dalam
organik dapat berupa hijau daun, panjang mesin pencacah,
kompos, pupuk hijau daun, lebar daun, dan selanjutnya diayak
(eceng gondok), pupuk pertumbuhan vegetatif untuk mendapatkan
kandang, limbah batang (tinggi dan ukuran yang bertekstur
perkotaan atau ukuran batang). Fosfor lembut. Sebagai bahan
domestik dll. berfungsi untuk tambahan adalah eceng
(Simanungkalit et al. pengangkutan energi gondok, yang dicacah
2006). Pupuk organik hasil metabolisme
3
A Asngad / Jurnal MIPA 36 (1): 1-7 (2013)

dengan ukuran 0.5 cm. dengan Sieving (Simanungkalit et al. jumlah yang sedikit
Kemudian cacahan (Chalimah 2007), yang 2006). dibandingkan dengan
eceng gondok tersebut selanjutnya dihitung Keunggulan nutrisi primer. Unsur
dicampur dengan jumlah spora per gram. pupuk organik adalah tersebut berfungsi
kotoran ayam, dengan Optimasi pembuatan tersedianya hara bagi sebagai kofaktor
perbandingan 2:1. campuran pupuk tanaman, baik hara enzimatik, hal ini karena
Pengomposan organik dan hayati makro maupun mikro mikronutrien umumnya
dilakukan dalam dalam bentuk granul yang relatif lengkap memainkan peranan
ember dengan volume dilakukan dengan dibanding pupuk katalitik yang hanya
7 kg, selama 21 hari, menghomogenisasi anorganik. Keuntungan dibutuhkan oleh
dan tiap tiga hari semua bahan yang lain adalah dapat
dilakukan pembalikan, tersedia, ditambah meningkatkan
agar proses dengan clay merah, kesuburan tanah,
dekomposisi merata. putih dan P alami, menambah unsur hara
Setelah 21 hari selanjutnya mikro tanah,
kondisi pupuk dimasukkan kedalam menggemburkan tanah,
berubah tekstur, mesin granulasi sambil memperbaiki
warna, dan bau, diaduk. Saat proses kemasaman tanah,
mengindikasikan granulasi, bahan yang memperbaiki porositas
bahwa pengomposan telah tercampur tanah, meningkatkan
telah berhasil kemudian ditambah kemampuan tanah
Produksi pupuk air. Selama mesin dalam menyediakan
hayati CMA granul berputar bahan oksigen bagi perakaran.
menggunakan disemprot dengan cara Bahan organik juga
tanaman inang pengkabutan, memacu pertumbuhan
Pueraria pasioloides, terbentuklah pupuk dan perkembangan
dengan teknik Triping granul, untuk bakteri dan biota tanah
dan dilanjutkan selanjutnya dijemur. lainnya. Secara umum
Hasil dan Pembahasan memiliki fungsi kimia pupuk organik berguna
yang penting seperti, bagi konservasi lahan
Hasil analisis penyediaan hara makro, kritis yang semakin
kualitas dan kuantitas fosfor, kalium, kalsium, meluas di Indonesia
hara makro dan mikro, magnesium, natrium, (Simanungkalit et al.
logam berat, bahan sulfur, dan hara mikro 2006).
organik, C organik, pH, seperti zinc, tembaga, Fungsi unsur
kadar air, ukuran kobalt, barium, mangan, hara makro, N, P, K,
granul, serta C/N rasio dan besi, meskipun adalah merangsang
yang disajikan pada dalam jumlah relatif pertumbuhan tanaman
Tabel 1, telah kecil (Kloepper secara keseluruhan;
memenuhi baku mutu 1993). Pupuk organik meningkatkan kapasitas
dari Permentan No. mengandung banyak tukar kation (KTK)
28/Permentan bahan organik tanah; dan membentuk
/SR.130/5/2009. dibanding kadar senyawa kompleks
Demikian pula kualitas haranya. Sumber bahan dengan ion logam yang
dan kuantitas hasil organik dapat berupa meracuni tanaman
pengukuran campuran kompos, pupuk hijau seperti aluminium, besi,
pupuk organik dasar (eceng gondok), pupuk dan mangan. Hara mikro
dan hayati CMA bentuk kandang, limbah adalah elemen penting
granul (Tabel 1). perkotaan atau untuk pertumbuhan
Pupuk organik domestik dll. tanaman, tapi
dibutuhkan dalam
4
A Asngad / Jurnal MIPA 36 (1): 1-7 (2013)

tumbuhan dalam ukuran besar dan kekeringan (Bever


jumlah yang kecil (gigaspora dan et al. 2001). CMA juga
(Kloepper 1993). acaulospora), menguntungkan untuk
Hasil analisis inokulum CMA yang pertanian dan
kualitatif maupun digunakan antara 10- reklamasi lahan (De-
kuantitatif pupuk 15, sedang mikoriza Souza 2005).
organik yang telah ukuran kecil bisa lebih Penggunaan CMA
digranul dari 20 butir merupakan sumber
menunjukkan (Widiastuti 2004). daya yang efisien dan
peningkatan nilai Dengan demikian dapat
kuantitatif beberapa dapat dikatakan bahwa
unsur, di antaranya 1 g cukup untuk
P2O5, Ca, Mg, Fe, pH, inokulum.
dan C/N (Tabel 1). Inokulasi CMA
Pupuk granul yang dapat mempercepat
dihasilkan, ada pertumbuhan akar dan
beberapa unsur yang dapat mengubah
melebihi baku mutu, bentuk percabangan
misalkan Mg dan Fe akar sehingga tanaman
yang mendukung mempunyai lebih
pembentukan klorofil, banyak akar lateral.
sehingga tidak Hal tersebut sesuai
dikhawatirkan dengan penelitian
keberadaannya. Rasio Lucia (2005) bahwa,
C/N meningkat semua inokulum CMA
menjadi 14.97, yang diinokulasikan
sementara standar pada bibit manggis
Permentan antara 15- menghasilkan jumlah
25, jadi rasio minimal akar lateral yang nyata
masih tercapai (Tabel lebih banyak,
1). dibanding yang tidak
Produksi pupuk diinokulasi CMA.
hayati CMA diperoleh Widiastuti (2004),
35 butir CMA/1 g, menyatakan bahwa
cukup digunakan infeksi CMA terhadap
sebagai campuran kelapa sawit dapat
pupuk organik dan menyebabkan
pupuk hayati. terjadinya perubahan
Menurut Chalimah akar pada tingkat sel,
(2010), dalam bentuk yaitu dengan terlihat
granul, karena adanya hifa eksternal,
penggunaan inokulum hifa internal, hifa
CMA berkisar antara gelung, vesikula, dan
10–15 butir per arbuskula dalam
tanaman, jika spora kortek akar, serta hifa
besar dan aktif eksternal di rhizosfir.
berkecambah CMA dapat
(gigaspora dan meningkatkan
acaulospora) berkisar kesuburan tanaman,
5-10 spora /tanaman. daya tahan terhadap
Untuk mikoriza serangan pathogen,
5
Tabel 1. Hasil analisis hara makro dan mikro pupuk organik P1 (kotoran ayam + eceng gondok) sebagai
pupuk dasar
No Kode Kotoran ayam + Kotoran ayam + Eg + Standar kualitas pupuk
Eg CMA granul Permentan
1 C. organik (%) 6.58 19.48 >12 (7-12%)
2 Bahan organik (%) 49.99 33.59 > 12
3 N (%) 21.45 1.05 <6*
4 P2O5 (%) 36.95 2.18 <6*
5 K2O (%) 1.47 0.69 <6*
6 Ca (ppm) 1.83 6.32 < 25,49 ppm
7 Mg (ppm) 1.59 0.99 < 0,63 ppm
8 Fe (ppm) 1.27 2.03 Maks 8000 ppm
9 Kadar air (%) 0.79 15.14 4 – 15 *)
10 pH 1.71 7.64 4-8
11 C/N ratio 14.58 18.55 15-25
12 Cu (ppm) 0.002 - <50 (ppm)
13 Pb (ppm) 0.001 - <10(ppm)
14 Cd (ppm) < 0.001 - 5000(ppm)
Standarisasi pupuk kompos No. 28/Permentan/SR.130/5/2009,22 Mei 2009, dan 2005
Keterangan: P1 = pupuk organik dasar (kotoran ayam + eceng gondok), POG1 = Pupuk organik + pupuk hayati CMA +
granul
* Bahan tertentu yang berasal dari bahan organik alami diperbolehkan mengandung kadar P 2O5 dan
K2O > 6%.

A B

C D E

Gambar 1. Produk campuran pupuk organik (gulma air dan pupuk ayam secara aerob) dan hayati CMA
bentuk granul. (A) pupuk dasar kotoran ayam dan eceng gondok, (B) pupuk dasar yang dikemas, (C)
Pupuk granul, (D) pupuk hayati CMA dalam zeolit, (E) campuran pupuk dasar dan CMA digranul siap
pakai.
diperbaharui, misalkan fosfat (Jakobsen 2004). membantu penyediaan unsur P.
Smith et al. (2003) menyatakan bahwa CMA Perakaran mempunyai arti penting, selain
mampu mengeluarkan enzim fosfatase dan asam untuk penopang tegaknya tanaman, untuk
organik sehingga pada tanah yang kahat P, CMA penyerapan hara yang tidak mudah bergerak,
mampu melepas P yang terikat sehingga dapat misalkan unsur P dan air. Dengan adanya simbiosis
CMA akan mengubah arsitektur perakaran Dari uraian tersebut dapat dikatakan bahwa,
sehingga zona rhizozfir lebih luas, dan perbaikan struktur akar dari tanaman, dengan
pengambilan nutrisi maupun air yang digunakan terbentuknya simbiosis dengan CMA, dapat
sebagai bahan dasar proses fotosintesis tersedia meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
secara optimal. Akibatnya pertumbuhan dan tanaman, meningkatkan proses fotosintesis, dan
perkembangan tanaman dapat mencapai optimal, menstabilkan pertumbuhan
karena proses fotosintesis dapat berlangsung Secara umum unsur mikro mengalami
dengan optimal, sehingga menghasilkan biomasa kenaikan ketika pupuk organik diproses dalam
yang optimal. bentuk granul, ketika dalam tahapan proses
Jasa paling utama yang diberikan oleh CMA penggranulan menggunakan bahan tambah berupa
kepada tanaman adalah pengambilan, asimilasi, clay merah, clay putih, dan fosfat alami.
dan translokasi nutrisi di luar zona rhizosfir Keuntungan lain proses pengolahan pupuk secara
kepada akar tanaman, dan tugas tersebut granul adalah dapat menggabungkan antara pupuk
dilaksanakan oleh ekstraradikal miselium CMA. organik berbahan limbah kotoran hewan dengan
Oleh karena itu pada umumnya CMA dapat bahan tambah limbah pertanian (eceng gondok)
meningkatkan kesuburan tanaman, daya tahan dengan pupuk hayati CMA.
terhadap serangan pathogen, dan kekeringan serta Hasil uji optimasi komposisi percampuran
meningkatkan biomasa (Bevan & Chilton 2003). antar bahan untuk pembuatan pupuk granul,
CMA juga menguntungkan untuk pertanian diperoleh hasil optimal dengan konsentrasi
maupun reklamasi lahan (de Souza 2005), dan percampuran bahan yaitu 1 kg pupuk organik
sebagai sumber daya efisien. (kotora ayam + eceng gondok), 0,5 kg clay merah,
Orcutt dan Nielsen (2000) menyatakan 0,5 kg fosfat,; 1 kg inokulum CMA; 0,25 kg clay
bahwa ada empat cara peningkatan serapan hara putih; 500 cc air.
tanaman oleh CMA, yaitu: 1) melalui luasnya
perakaran tanaman, sehingga memperluas area Penutup
penyerapan, 2) adanya hifa eksternal akan
memperluas area penyerapan karena diameter Kualitas pupuk yang dihasilkan, baik pupuk
yang lebih kecil dibandingkan akar (0,1), sehingga dasar maupun granul, berdasarkan kandungan
dapat meningkatkan serapan hara 60 kali, 3) dapat hara makro maupun mikro, serta logam berat telah
menyebabkan pergerakan P dengan baik, 4) memenuhi kriteria baku mutu dari Permentan
menginduksi pembentukan asam organik dan 2009, dan aman dipakai. Produksi Spora CMA yang
fosfatase, yang masing-masing meningkatkan digunakan sebagai pupuk hayati berkisar antara 35
persediaan P untuk tanaman melalui pelarutan -50 spora. Dari penelitian diperoleh formula untuk
dan mineralisasi, 5) miningkatkan secara langsung membentuk campuran pupuk organik dan pupuk
atau tidak langsung transfer hara sesama tanaman hayati dalam bentuk granul.
bermikoriza, dan 6) meningkatkan kapasitas
serapan hara oleh akar, karena akar bermikoriza
Ucapan Terimakasih
dapat hidup lebih lama.
Ucapan terimakasih kepada Dr. Edwi
Mahajoeno, MSi, dan Dr. Siti Chalimah, MPd yang
telah menjadi anggota peneliti dalam Hibah
Bersaing, dan tak lupa saudara Dodik Lutfianto
MSi, selaku teknisi yang telah berperan aktif dalam
pelaksanaan penelitian Hibah Bersaing. Diucapkan
pula, banyak terimakasih Kepada Kopertis VI, yang
telah membiayai program riset Hibah Bersaing
Multi tahun Nomor: 007/O06.2/PP/SP/2012.
Daftar Pustaka

Anonim. 2012. IPTEK Mendukung Kelestarian Hutan dan Kesehteraan Masyarakat. Kumpulan Karya Ilmiah Balai
Penelitian Kehutanan Makasar 2012.
Bever JD, Schultz PA, Pringle A, & Morton JB. 2001. Arbuscular mycorrhizal fungi: More diverse than meets the eye, and
the ecological tale of why. BioScience 51: 923-931.
Bonfante P & Perotto S. 1995. Strategies of arbuscular mycorrhizal fungi when infecting host plants. New Phytol.
130:13-21.
Bevan & Chilton. 2003. Interactions of plants with Agrobacteria and Rhizogenes http://www.uky.edu
. (Diakses 28 Agustus 2003).
Chalimah S. 2007. Pemanfaatan Teknologi in vitro untuk Perkembangan Gigaspora margarita dan Acaulospora
tuberculata. Disertasi. Sekolah Pascasarjana IPB, Bogor. (Unpublished).
--------------2010. Produksi Gigaspora margarita dan acaulospora tuberculosa secara in vivo. J Biosmart, 7: 27-29.
De Souza FA. 2005. Biology, Ecology and evolusion of the family Gigasporaceae arbuscular. Nederlands Institut
Mycorrhizal of Ecology, p 121-158.
Jakobsen J. 2004. Transport of phosphorus and carbon in arbuscular mycorrhizas. In A. Varma B. Hock (Ed.).
Mycorrhiza: Structure, Function, Molecular Biology and Biotechnology. 2nd ed. Springer Verlag Berlin
Heidelberg.
Jeffries P & Barea JM. 2001. Arbuscular mycorrhiza—a key component of sustainable plant–soil ecosystems. In: Hock B.
(Ed.). The Mycota. IX Fungal Associations. Springer–Verlag, Berlin, pp. 95–113.
Jeffries P, Gianinzzi S, Perotto S, Turnau KK, & Barea JM. 2010. The contribution of arbuscular mycorrhizal fungi in
sustainable maintenance of plant health and soil fertility. Biol and Fertili Soils. 37:1-16.
Kloepper JW. 1993. Plant growth-promoting rhizobacteria as biological control agents. Pages
255-274. In: Soil Microbial Ecology: Applications in Agricultural and Environmental Management. F.
B. Metting, Jr. (Ed.) Marcel Dekker Inc., New York. Lucia Y. 2005. Cendawan mikoriza arbuskula di bawah
tegakan tanaman manggis dan peranannya dalam pertumbuhan bibit manggis (Garcinia mangostana). Tesis.
Sekolah Pascasarjana IPB.
Bogor.
Mangisah I, Suthama N, & Wahyuni HI. 2009. Pengaruh Penambahan Starbio dalam ransum berserat kasar tinggi
terhadap performa itik. Makalah disajikan dalam Seminar Nasional Kebangkitan Peternakan Universitas
Diponegoro, Semarang.
Orcutt DM. & Nilsen ET. 2000. The Physiology of Plants Under Stress: Soil and biotic factors. John Wiley & Sons, Inc. New
York.
Redecker D, Morton JB, & Bruns TD. 2000. Ancestral lineages of arbuscular mycorrhizal fungi ( Glomales). Molec
Phylogenet Evol. 14: 276–284.
Sallata MK. 2011. Pengembangan partisipasi masyarakat dalam kegiatan konservasi tanah dan air. Makalah disajikan
pada Seminar Hasil Penelitian BPK Makassar 6 Oktober 2011, Makassar (Belum dipublikasikan).
Simanungkalit RDM, Suriadikarta DA, Saraswati R, Setyorini D, & Hartatik W. 2006. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati.
Jawa Barat: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hal 2. ISBN 978-979-
9474-57-5.
Smith SE, & Read DJ. (Eds.), 1997. Mycorrhizal Symbiosis.
Academic Press, London, etc.
Smith SE, Smith FA, & Jacobsen I. 2003. Mycorrhizal fungi can dominate phosphate supply to pints irrespective of
growth responses. Plant Physiol. 133:16-20.
Widiastuti H. 2004. Biologi interaksi cendawan mikoriza arbuskula kelapa sawit pada tanah asam sebagai dasar
pengembangan teknologi aplikasi dini. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB. Bogor.

Anda mungkin juga menyukai