Anda di halaman 1dari 3

1.

Pengertian Pajak

Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian besar kegiatan
negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak meliputi mulai dari belanja pegawai
sampai dengan pembiayaan berbagai proyek pembangunan. Pembangunan sarana umum seperti
jalan-jalan, jembatan, sekolah, rumah sakit/puskesmas, kantor polisi dibiayai dengan menggunakan
uang yang berasal dari pajak. Uang pajak juga digunakan untuk pembiayaan dalam rangka
memberikan rasa aman bagi seluruh lapisan masyarakat. Setiap warga negara mulai saat dilahirkan
sampai dengan meninggal dunia, menikmati fasilitas atau pelayanan dari pemerintah yang
semuanya dibiayai dengan uang yang berasal dari pajak.

2. Pajak Penghasilan (PPh) 21

Pajak penghasilan yang sering diterapkan pada pengelolaan perusahaan dikenal dengan PPh 21.
Pajak Penghasilan Pasal 21 (PPh 21) merupakan jenis pajak yang dikenakan terhadap
penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayaran lain yang diterima oleh
pegawai, bukan pegawai, mantan pegawai, penerima pesangon dan lain sebagainya. Berdasarkan
peraturan perpajakan, perusahaan berwenang dalam memotong pajak penghasilan karena posisinya
sebagai pemberi kerja kepada karyawan. Sesuai Undang-Undang Pajak Penghasilan (PPh), yakni No.
36/2008 yang merupakan perubahan keempat UU PPh No. 7/1983, pengertian PPh Pasal 21 adalah pajak
atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa
pun yang diterima oleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri.

Sistem perpajakan di Indonesia memiliki corak tersendiri dimana pemerintah memberikan


kepercayaan kepada masyarakat untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan
sendiri pajak yang terhutang, system ini dikenal dengan nama Self Assessment. Melalui system tersebut,
pemerintah mengharapkan agar administrasi didalam perpajakan dapat dilaksanakan dengan rapih,
sederhana, terkendali, dan mudah dimengerti masyarakat

Menurut Wahyuni (2014) ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam perhitungan pajak
penghasilan pasal 21, yaitu :
1. Gross Method merupakan metode pemotongan pajak dimana karyawan menanggung sendiri
jumlah pajak penghasilannya.
2. Net Method merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan menanggung pajak
karyawannya.
3. Gross Up Method merupakan metode pemotongan pajak dimana perusahaan memberikan
tunjangan pajak yang jumlahnya sama besar dengan jumlah pajak yang akan dipotong dari
karyawan.
Dalam hal ini, manajer perusahaan bertugas untuk mencari alternative terbaik bagi perusahaan dalam
memilih metode yang digunakan sesuai dengan peraturan perpajakan yang terbaru, guna mencapai
efisiensi pembayaran pajak secara legal.

https://klikpajak.id/blog/perhitungan/panduan-penghitungan-pph-21-
karyawan-contoh/
https://www.pajakku.com/read/5da03b54b01c4b456747b729/Pentingnya-
Pembayaran-Pajak-untuk-Negara

3. Tarif Umum Pajak Penghasilan (PPh) 21

Sesuai pasal 17 dalam UU No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Besarnya tarif
bagi Wajib Pajak Orang Probasi Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

LAPISAN PENGHASILAN KENA TARIF PAJAK


PAJAK
Sampai dengan Rp. 50.000.000,- 5%
Diatas Rp. 50.000.000,- s/d Rp. 15%
250.000.000,-
Diatas Rp. 250.000.000,- s/d Rp. 25%
500.000.000,-
Diatas Rp. 500.000.000,- 30%

4. Penerapan Metode Gross-Up PPh 21

Untuk menentukan besarnya tunjangan pajak tersebut dengan memilih lapisan mana metode
Gross-up tersebut diterapkan, menurut Aditya T. Handoko Bwoga adalah sebagai berikut:

1. Untuk Penghasilan Kena Pajak (PKP) sampai dengan Rp.50.000.000,-

Lapisan 1 = PKP x 5 %
0,95

2. Untuk Penghasilan Kena Pajak (PKP) lebih dari Rp.50.000.000,- s/d Rp.250.000.000,-

Lapisan 2 = (PKP x 15%) – Rp.5.000.000,-


0,85

3. Untuk Penghasilan Kena Pajak (PKP) lebih dari Rp.250.000.000,- s/d Rp.
500.000.000,-

Lapisan 3 = (PKP x 25%) – Rp.30.000.000,-


0,75

4. Untuk penghasilan Kena Pajak (PKP) lebih dari Rp.500.000.000,-

Lapisan 4 = (PKP x 35%) – Rp.55.000.000


0,70
(1) (DOC) PENERAPAN MODEL PERHITUNGAN PPh 21 METODE GROSS-UP UNTUK EFISIENSI
PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN TERHUTANG BAGI WAJIB PAJAK BADAN | taufik hidayat -
Academia.edu

Anda mungkin juga menyukai