Anda di halaman 1dari 6

Nama : Cholilatur Rohmania

NPM : 220110180014

Tutor : A

RESUME PRAKTIKUM KEPERAWATAN KRITIS

MENGENAL ICU

Oleh : Cecep Eli Kosasih, PhD dan Ristina Mirwanti, M.Kep 

TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Mahasiswa mampu memahami konsep ICU


2. Mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan ICU dengan IGD/ ruang perawatan lain  
3. Mahasiswa mempu mengidentifikasi peralatan yang mungkin ada di ICU
4. Mahasiswa mampu mempraktikkan refleksi berdasarkan pengalaman menonton video
terkait ICU

1. KONSEP ICU
ICU (Intensive Care Unite) adalah ruang rawat dengan staf dan perlengkapan
khusus ditunjukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi
yang mengancam jiwa akibat kegagalan disfungsi satu organ atau lebih akibat
penyakit, bencana atau komplikasi yang masih ada harapan hidup. Mengelola ICU
diperlukan dokter ICU yang memahami teknologi kedokteran, fisiologi, farmakologi
dan kedokteran konvensional dengan kolaborasi erat bersama perawat yang terdidik
dan terlatih untuk critical care. Kebutuhan pelayanan ICU berhubungan dengan
demografi, ekonomi dan teknologi, tetapi dapat juga berasal dari aktifitas dokter
(missal bedah syaraf, bedah jantung dll).
Mekanisme ICU RSHS Bandung
a) Intensive Care Unit (ICU)
Beberapa kondisi pasien yang ditangani di ICU adalah luka besar (major trauma),
luka bakar parah, gagal napas, pasien usai transplantasi organ, operasi kardiotoraks,
dan tulang punggung kompleks. Pasien yang tidak dalam kondisi akut memerlukan
persetujuan dari dokter yang bersangkutan untuk dikirim ke ICU.
b) High Care Unit (HCU)
Secara mudahnya, pelayanan di HCU berada di bawah ICU sebelum pasien
dikembalikan ke ruang rawat inap. HCU diperuntukkan bagi pasien yang
menunjukkan perbaikan kondisi, tidak perlu lagi ditangani di ICU, namum masih
perlu pengawasan ketat dari tenaga medis. Adanya HCU diharapkan bisa
meningkatkan efektovitas dan efisiensi layanan di ICU bagi pasien. Kondisi pasien
HCU dijelaskan memiliki kondisi respirasi, hemodinamik, dan kesadaran yang stabil.

c) Intensive Coronary Care Unit (ICCU)


ICCU sebetulnya sama dengan ICU namun khusus untuk gangguan jantung. Beberapa
kondisi yang bisa ditangani di ICCU adalah jantung koroner, serangan jantung,
gangguan irama jantung yang berat, dan gagal jantung. ICCU menjadi bagian dari
pusat pelayanan jantung dan pembuluh darah di beberapa rumah sakit. Sebagai
fasilitas yang diprioritaskan untuk pasien dengan komplikasi penyakit kardiovaskuler,
pasien ICCU biasanya dalam kondisi tidak stabil dan butuh penanganan serta
perhatian ekstra dari tenaga medis.

d) Neonatal Intensive Care Unit (NICU)


NICU menyediakan pelayanan khusus bagi bayi baru lahir atau yang memiliki
kesulitan. Pasien NICU adalah bayi prematur berusia 23-24 minggu hingga 40
minggu, yang biasanya memiliki sistem pencernaan normal. Bayi yang membutuhkan
penanganan gawat darurat biasanya akan dikirim ke Pediatric Intensive Care Unit
(PICU).
e) Pediatric Intensive Care Unit (PICU)
PICU diperuntukkan bagi bayi yang tidak diambil NICU serta anak hingga usia 18
tahun, atau bergantung kebijakan rumah sakit. Secara umum, PICU adalah pelayanan
transisi dari usia anak menuju dewasa. Dalam beberapa kasus batasan usia anak kabur
pada pasien dengan kebutuhan khusus atau berpenyakit kronis, yang perlu
penanganan di bidang anak-anak meski usianya sudah 20 tahunan.

2. Perbedaan ICU dengan IGD/ ruang perawatan lain  


Ruang IGD dan UGD, apa bedanya?
Ruang IGD dan UGD sebenarnya sama-sama digunakan untuk menangangi pasien
dalam kondisi yang darurat dan butuh penanganan segera. Bedanya, instalasi gawat
darurat atau IGD, ukurannya lebih besar dibandingkan dengan unit gawat darurat
(UGD).Di IGD, alat yang digunakan dan dokter yang berjaga pun lebih lengkap dari
sisi spesialisasi. Sementara itu di UGD, yang berjaga adalah dokter umum, dengan
jenis alat yang relatif terbatas.Karena diperuntukkan perawatan darurat, maka kedua
ruangan ini harus dibuka selama 7 hari seminggu selama 24 jam sehari. Idealnya, IGD
maupun UGD harus mampu digunakan tim medis untuk:

 Melakukan diagnosis dan penanganan gangguan pernapasan dan sirkulasi


 Melakukan penilaian terhadap kecacatan penggunaan obat serta
mengoperasikan alat kejut jantung serta rekam jantung (EKG)
 Melakukan observasi dan stabilisasi kondisi pasien, layaknya di ruang
perawatan serta ruang resusitasi
 Melakukan tindakan operasi atau tindakan darurat lainnya

Kedua jenis layanan tersebut di rumah sakit juga idealnya memiliki ambulans, serta

mudah dijangkau oleh ambulans. Pada IGD/UGD biasanya perawat triage bekerja
untuk menentukan prioritas pertolongan pada pasien.

Unit Perawatan Pasca-anestesi (PACU)


Ruangan ini menyediakan observasi pasca-operasi dan stabilisasi pasien setelah
operasi bedah dan anestesi. Pasien dalam ruangan ini harus memenuhi aspek fisiologis
sebelum dipindahkan ke bangsal. Jika kondisi kesehatan pasien tidak kunjung stabil,
ada kemungkinan akan dipindahkan ke unit perawatan kritis operatif (POCCU).
Unit Perawatan Intensif Bedah (SICU)
Ruangan ini biasanya disediakan oleh rumah sakit untuk tempat rawat inap pasien
dalam keadaan sakit kritis pada layanan bedah. Seorang ahli bedah terlatih akan
bergerak di ruangan ini karena pasien membutuhkan perawatan kritis.

3. KEP. KRITIS SAAT INI


Program Spesialis Keperawatan Kritis hingga saat ini belum tersedia di
Indonesia. Padahal, tenaga perawat kritis saat ini sangat dibutuhkan dalam
peningkatan pelayanan keperawatan di Indonesia. Peningkatan kualitas rumah sakit,
menurut Mamat, bukan hanya terfokus pada pengembangan dokter saja. Tenaga
perawat terampil pun dibutuhkan guna menunjang pelayanan kesehatan yang sesuai
dengan apa yang dibutuhkan masyarakat.

Di dalam menangani pasien kritis perlu ada tindakan yang cepat. Tindakan ini
membutuhkan penanganan oleh perawat yang memiliki keterampilan tinggi.“Kalau
perawatnya tidak paham cara menanganinya, penanganan tersebut akan tertunda,
dan pasien terancam tidak dapat tertolong,”. H. Mamat Lukman, S.KM., S.KP.,
M.Si. Jika perawat tidak melakukan tindakan pasca operasi dengan baik akan
menyebabkan pasien tidak tertangani secara intensif.Untuk itu, tenaga perawat kritis
membutuhkan kompetensi yang baik. Tidak ada alasan untuk tidak mengembangkan
kompetensi tenaga perawat melalui pendidikan yang setara dengan program Spesialis.
4. Refleksi Video
Dalam 12 video yang diarahkan bapak dan ibu dosen untuk dilihat dan disimak, saya
menyadari bahwa apa yang saya ketahui dan pelajari saat ini masih sangat sedikit
untuk menangani pasien-pasien kritis, pasien-pasien yang berada di ICU. Pada video,
terlihat suasana tegang dan mencekam. Taruhannya adalah nyawa, bukan jam, bukan
menit di ICU sepersekian detik sangat mempengaruhi hidup dan mati seseorang.
Tentu teamwork, komunikasi, dan pemikiran yang kritis sangatlah terlihat jelas
disana. Bagaimana kerjasama antar perawat dan perawat, perawat dan dokter atau
perawat dengan tenaga kesehatan lainnya. Diperlihatkan juga bagaimana komunikasi
yang sangat baik dari tenaga kesehatan kepada keluarga pasien serta problem solving
yang cepat dan akurat.

Hal ini membuat saya sadar bahwa system di Indonesia masih banyak yang perlu di
benahi. Masih banyak PR yang perlu diselesaikan terutama dalam bidang
keperawatan, standarisasi kompetensi perawat sangatlah diperlukan, serta edukasi dini
mengenai spesialisasi keperawatan perlu di informasikan sejak dini untuk memupuk
interest mahasiswa dalam bidang ini.

SUMBER :
Ikatan Dokter Anak Indonesia. http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-
anak/mengenal-instalasi-gawat-darurat-igd-dan-pediatric-intensive-care-unit-picu-di-
rumah-sakit
Department of Health, Government of Western Australia.
https://healthywa.wa.gov.au/Articles/F_I/Intensive-care-units-ICUs
Indonesia Butuh Program Spesialis Keperawatan Kritis
https://www.unpad.ac.id/2015/10/indonesia-butuh-program-spesialis-keperawatan-
kritis/

Anda mungkin juga menyukai