Anda di halaman 1dari 12

Tinjauan Pustaka

Katarak Senilis

Diajukan Sebagai Salah Satu Tugas Dalam Menjalani Kepaniteraan Klinik


Senior pada Bagian/SMF Ilmu Kesehatan Mata Fakultas Kedokteran Universitas
Syiah Kuala Rumah Sakit Umum Daerah Zainal Abidin/RSUDZA Banda Aceh

Disusun oleh :

Muhammad Qisthi Lazuardi

Pembimbing :
dr. Cut Putri Samira, Sp.M

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN MATA


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA
RSUD DR. ZAINOEL ABIDIN BANDA ACEH

2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah menciptakan
manusia dengan akal, budi, serta berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami
dapat menyelesaikan tinjauan pustaka yang berjudul “Katarak Senilis”.
Shalawat beriring salam kami sampaikan kepada nabi besar Muhammad SAW,
atas semangat perjuangan dan panutan bagi umatnya.
Adapun tinjauan pustaka ini diajukan sebagai salah satu tugas dalam
menjalankan kepaniteraan klinik senior pada bagian/SMF Mata Fakultas
Kedokteran Universitas Syiah Kuala, RSUDZA Banda Aceh. Kami mengucapkan
terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada dr. Cut Putri
Samira, Sp.M yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan arahan dan
bimbingan dalam menyelesaikan tugas ini.
Kami menyadari bahwa tinjauan pustaka ini masih jauh dari kesempurnaan.
Saran dan kritik dari dosen pembimbing dan teman-teman akan kami terima
dengan tangan terbuka, semoga dapat menjadi bahan pembelajaran dan bekal di
masa mendatang.

Banda Aceh, Juli 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR .................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ................................................................................................................. 3
TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................................... 4
Definisi ........................................................................................................... 4
Epidemiologi ................................................................................................... 4
Klasifikasi ....................................................................................................... 4
Faktor resiko ................................................................................................... 5
Patofisiologi .................................................................................................... 6
Manifestasi klinis ............................................................................................ 8

2
Diagnosis banding ........................................................................................... 9
Diagnosis ........................................................................................................ 9
Penanganan ..................................................................................................... 10
Prognosis ......................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 12

3
TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Katarak merupaka suatu keadaan dimana terjadinya pengkeruhan atau opassifikasi


dari lensa mata yang seharusnya jernih maupun kapsulnya (membrane transparan di
sekelilingnyha) yang menhalangi jalur cahaya melalui lensa menuju retina 1. Katarak
senilis adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada usia lanjut, yaitu usia diatas 50
tahun. Penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti 2. Katarak senil juga
dapat didefinisikan sebagai katarak yang terjadi pada usia diatas 50 tahun, tanpa adanya
trauma mekanik, kimiawi maupun radiasi yang diketahui 3.

Epidemiologi
Katarak senil terus menjadi penyebab gangguan penglihatan dan kebutaan
di dunia. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di beberapa Negara, didapatkan
katarak sebagai penyebab terbanyak gangguan penglliahatan dan kebutaan,
dengan angka berkisar 33.3% (di Denmark) hingga 82.6% (di India) 4.
Berdasarkan penelitian lainnya didapatkan katarak paling banyak terjadi pada ras
kulit putih Amerika, dengan prevalensi berkisar 17-18% per 100 penduduk,
diikutii dengan ras kulit hitam dengan prevalensii 13% dan ras hispanik dengan
prevalensi sekitar 12%. Katarak lebih sering terjadi pada perempuan dibandingkan
laki – laki dengan perbandingan laki – laki dibanding perempuan sebesar 1 : 1.31.

Klasifikasi

Berdasarkan stadiumnya, katarak senil dapat dibagi menjadi beberapa


stadium, diantara lain

 Katarak insipient

Pada stadium ini, kekeruhan mulai tampak dari dari tepi berbentuk jeriji
menuju korteks anterior dan posterior (katarak kortikal). Vakuol mulai
terlihat di dalam korteks.

Katarak subkapsular posterior, kekeruha mulai terlihat anterior


subkapsular posterior, celah terbentuk antara serat lensa dan korteks berisi
cairan degenerative (benda Morgagni) pada katarak insipient. Kekeruhan
ini dapat menimbulkan poliopia yang disebabkan oleh indeks refraksi yang
tidak sama pada semua bagian lensa. Bentuk ini dapat menetap dalam
waktu yang lama

 Katarak intumesen

Pada stadium ini terjadi kekeruhan lensa yang disertai dengan


pembengkakan lensa akibat lensa yang degenratif menyerap air. Masuknya
air dalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yag
akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadi lebih dangkat
diibandingkan mata normal. Pencembungan lensa ini dapat menyebabkan
keadaan penyulit berupa glaucoma. Katarak intumesen biasa terjadi pada
katarak yang berjalan cepat dan mengakibatkan myopia lenticular. Pada
keadaan ini terjadi hidrasi kortrks sehingga lensa akan mencembung dan
daya biasnya bertambah, sehingga memberikan efek miopisasi. Pada
pemeriksaan slitlamp dapat ditemukanadanya vakuol pada lensa disertai
dengan peregangan jarak lamel serat lensa.

 Katarak imatur

Pada stadium ini sebagian lensa keruh atau katarak. Katarak yang belum
mengenai seluruh lapis lensa. Pada katarak imatur dapat terjadi
penambahan volum lensa akibat menignkatnya tekanan osmotic bahan
lensa yang degenerative. Pada keadaan lensa mencembung akan
menimbulkan hambatan pupil, sehingga menyebabkan terjadinya
glaucoma sekunder.

 Katarak matur

Pada katarak matur, kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.


Kekeruhan ini dapat terjadi akibat deposisi ion Ca yang menyeluruh.
Apabila katarak imatur atau intumesen tidak dikeluarkan maka cairan
lensa akan keluar, sehingga lensa akan kembali pada ukuran normal.
Apabila terjadi kekeruha pada seluruh lensa maka pada waktu yang lama
adapat menyebabkan terjadinya kalsifikasi pada lensa. Kedalaman bilik
mata depan akan kembali ke ukuran normal, tidak terdapat bayangan iris
pada lensa yang keruh, sehingga uji bayangan iris negatif.

 Katarak hipermatur

Stadium ini merupakan stadium katarak yang mengalami proses


degenerasi lanjut, yang dapat mengeras maupun lembek dan mencair.
Massa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa
mengecil, berwarna kekuningan dan mongering. Pada pemeriksaan terlihat
bilik mata dalam dan terdapat lipatan kapsul lensa. Terkadang terlihat
pengkerutan akan terus berlanjut sehingga hubungan dengan zonula Zini
menjadi kendor. Bila proses katarak terus berjalan disertai dengan kapsul
yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar,
maka korteks akan terlihat seperti kantung susu dengan nucleus terbenam
didalam korteks lensa karena lebih berat. Keadaan ini disebut dengan
katarak Morgagni.

 Katarak brunesen

Katarak ini merupakan katarak yang berwarna coklat sampai kehitaman


(katarak nigra) terutama pada nucleus lensa, juga dapat terjadi pada pasien
diabetes mellitus dan myopia tinggi. Pada kasus ini tajam penglihatan
sering lebih baik dari dugaan dan biasa terjadi pada orang berusia diatas 65
tahun yang belum memperlihatkan adanya tanda katarak kortikal
posterior2.

Faktor Resiko
Terdapat beberapa perubahan yang terjadi pada lensa pada usia lanjut yang
dapat menjadi faktor penyebab terjadinya katarak senil, antara lain

 Kapsul

o Kapsul menebal dan kurang elastis

o Mulai presbyopia

o Bentuk lamella kapsul berkurang atau kabur

o Terlihat bahan granular


 Epitel

o Terjadi penipisan epitel

o Sel epitel (germinatif)) pada ekator bertambah besar dan berat

o Bengkak dan vakuolisasi mitokondria yang nyata

 Serat lensa

o Lebih irregular

o Pada korteks terlihat jelas kerusakan serat sel

o Brown sklerotik nucleus, sinar ultraviolet lama kelamaan merubah


protein nucleus (histidin, triptppfan, metionin, sistein dan tirosein)
lensa, sedangkan warnna coklat ditimbulkan oleh protein lensa
histidin dan triptofan yang tinggi dibandingkan keadaan normal

o Korteks tidak berwarna karena

 Kadar asam askorbat yang tinggi dan menghalangi foto


oksidasi

 Sinar tidak banyak mengubah protein pada serat muda 2

Patofisiologi
Patofisiologi katarak senilis sangat kompleks dan saat ini masih belum
dapat dipahami seluruhnya. Kemungkinan pathogenesis katarak senilis melibatkan
multifactor yang kompleks yang merupakan interaksi dari berbagai proses
fisiologis yang dipengaruhi oleh lingkungan, genetic, nutrisi dan faktor sistemik.
Berbagai mekanisme memiliki peran dalam hilangnya kejernihan lensa
yang berlangsung secara progresif. Epitel pada lensa dipercaya telang mengalami
perubahan seiring berjalannya usia, yaitu berkurangnya densitas sel epitel dan
diferensisasi yang menyimpang dari sel serat lensa. Akumulasi dari hilangnya
epitel dalam skala kecil yang disebabkan oleh terjadinya apoptosis pada epitel
dapat menyebabkan perubahan pada serat lensa yang pada akhirnya menyebabkan
hilangnya kejernihan lensa. Terlebih lagi, seiring dengan penuaan lensa, terjadi
juga pengurangan cairan yang mengandung metabolit yang dapat masuk ke
nucleus lensa melalui epitel dan korteks sehingga mengakibatkan berkurangnya
transport air, oksigen dan antioksidan 4.
Oleh karena itu, kerusakan oksidatif yang progresif terjadi, yang
mengakibatkan terjadinya katarak senilis. Beberapa penelitian menunjukkan
adanya peningkatan zat hasil oksidasi dan penurunan vitamin dan antioksidan dan
enzim superoksida dismutase memiliki peran penting dalam proses oksidatif
dalam pembentukan katarak 4
Saat ini juga telah banyak yang menerima terori bahwa katarak senilis
disebabkkan oleh radikan bebas, seperti spesies oksigen reaktif, yang terbentuk
dari faktor eksternal seperti sinar UV, radiasi dan merokok, serta faktor internal
seperti kurangnya pertahanan antioksidan intrasellular. Radikal bebas ini akan
menginduksi reaksi peroksidasi membran lipid dan perusakan langsung pada
protein struktur lens, yaitu kristalin. Perkoksidasi lipid menganggu membran sel
lensa, menggangu keseimbangan transport ion, dan meningkatakn natrium dan
kalsium intrasel yang mengakibatkan pemasukan H2O kedalam sel, yang
menyebankan pemisahan molekul dan perubahan pembiasan cahaya. Akumulasi
pigmen coklat kekuningan beserta ganguan arsitektur serat lensa mempengaruhi
kualitas transmisi cahaya melewati lensa sehingga menimbulkan gangguan
penglihatan5.
Mekanisme lain yang terlibat adalah adanya perubahan protein terlarut
dengan berat molekul rendah menjadi agregat larutan dengan berat molekul tinggi,
fase tidak terlarut dan matriks membrane protein tidak terlarut. Perubahan protein
ini menyebabkan perubahan pada indeks bias lensa, menyebarkan cahaya dan
menurunkan kejernihan lensa4.

Manifestasi Klinis
Pasien dapat datang dengan berbagai keluhan, beberapa keluah yang sering
dikeluhkan antara lain
 Pandangan kabur atau berkurang, secara perlahan dan tidak disertai nyeri,
dapat sebelah maupun keduanya bergantung pada mata yang terkena,
tanpa maupun dengan kacamata
 Diplopia atau poliopia, dapat terjadi sebelah maupun kedua sisi, hal ini
terjadi karena refraksi multiple dari area jernih diantara kekeruhan lensa
 Halo berwarna disekitar cahaya, pelangi berbentuk lingkaran, dapat
disebabkan dari kumpulan tetesan cairan diantara lapisan serat lensa yang
bersifat seperti prisma yang memecah cahaya menjadi 7 warna
 Sensitif pada cahaya yang menyilaukan, terutama lampu kendaraan dan
sinar matahari
 Tajam penglihatan menurun
 Peningkatan frekuensi penggantian kacamata, selagi katarak berkembang,
pasien mungkin akan sering konsultaasi pada ahli mata untuk mengganti
kacamata
 Gannguan persepsi warna pada objek, objek tampak pudar atau
menguning1.

Diagnosis
Dalam menegakkan diagnosis katarak perlu dilakukan anamesis,
pemeriksaan fisik dan juga pemeriksaan penunjang. Dari anamnesis dapat
ditanyakan keluhan utama pasien yang biasa berupa penglihatan buram, kabur,
sulit melihat dan hal yang serupa. Pasien juga dapat mengeluhkan pandangan
ganda, sensitive terhadap sinar terang dan tidak dapat melihat warna dengan jelas.
Pada pasien juga harus ditanyakan riwayat penyakit mata sebelumnya dan
riwayat di keluarga. Juga ditanyakan apakah pasien memiliki penyakit sistemik
seperti diabetes.
Pada pemeriksaan fisik harus diperiksa tajam penglihatan pasien dam
pemeriksaan refraksi. Dilakukan juga pemeriksaan oftalmologi lainnya dengan
tes tutup mata, slit lamp, pemeriksaan tekanan bola mata, dan pemeriksaan
funduskopi untuk melihat apakah ada penyakit lain dan untuk menyingkirkan
diagnosis lain seperti glaucoma atau kelainan pada retina
Pemeriksaan penunjang seperti darah rutin, kadar gula darah, tes fungsi hati
dan ginjal dapat diperiksa untuk meilhat apakah terdapat penyakit sistemik dan
sebagai persiapan untuk tindakan, disertai dengan pemeriksaan EKG, foto thorax
dan skrining hepatitis1.
.
Penanganan
Penanganan katarak berfokus pada tindakan operatif. Saat ini belum ada
penanganan medikamentosa yang dapat mencegah, memperlambat atau
mengembalikan katarak senilis seperti sebelumnya 4
Terapi definitive katarak adalah terapi operatif untuk mengekstraksi lensa
katarak. Terdapat beberapa jenis operasi yang tersedia antara lain
 Intracapsular cataract extraction
Metode ini mengekstraksi lensa yang keruh beserta dengan kapsulnya,
sehingga pada metode ini IOL tidak dapat ditanamkan pada bilik
posterior, namun diletakkan pada sclera, iris maupun bilik anterior.
Metode ini merupakan metode paling tua dan sudah mulai jarang
digunakan
 Extracapsular cataract extraction
Metide ini merupakan metode dimana nucleus diekstraksi secara utuh, dan
kapsul posterior dibiarkan intak sehingga dapat dilakukan pemasangan
IOL pada tempat tersebut. Namun operasi ini memerlukan inisisi yang
cukup besar pada kornea, sehingga dapat menyebabkan sutura,
permasalahan dengan luka dan astigmatisme tinggi dan irregular
 Phacoemulsification
Metode ini merupakan metode minimal invasive, dimana lensa katarak
diemulsi dan diaspirasi dengan menggunakan jarum berongga yang dapat
bergetar dengan frekuensi ultrasonic tinggi untuk memecah lensa katarak
tersebut. Kemudian dilakukan insisi pada kapsul anterior untuk
membersihkan daerah lensa berkatarak dan dapat dilakukan pemasanga
IOL kemudian.
 Pembedahan manual katarak dengan insisi kecil
Metode ini dilakukan pada katarak matur yang sudah mengeras, yang
apabila dilakukan phacoemulsifikasi dapat menyebabkan komplikasi
seperti hilangnya sel endotel dan rupturnya kapsul. Metode ini bertujuan
untuk memecah lensa katarak sekecil mungkin secara manual dan
diekstraksi melalui insisi sekecil mungkin 6.

Prognosis
Pada sebagian besar kasus, tindakan operatif dapat mengembalikan
pengelihatan secara efektif. Adanya penyakit sistemik penyerta, waktu itervensi
dan modalitas pembedahan dapat menjadi penentu hasil akhir pengelihatan pasien
setelah tindakan operatif. Berdasarkan penelitian didapatkan 70-80% pasien
memiliki prognosis yang sangat baik setelah operasi apabila pasien mengikuti
semua prosedur post operasi. Pasien disarankan untuk rutin control untuk
mendeteksi kemungkinan munculnya katarak pada mata satunya. Pasien dengan
IOL monofokal mungkin membutuhkan kacamata untuk dapat mencapai tajam
penglihatan terbaiknya1.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nizami AA, Gulani AC. Cataract. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island
(FL): StatPearls Publishing; 2020. Tersedia pada:
http://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539699/
2. Ilyas S, Yulianti SR. Katarak Senil. In: Ilmu Penyakit Mata. 5 ed. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2016. hal. 215–8.
3. Allen D. Cataract. BMJ Clin Evid [Internet]. 15 Februari 2011;2011:708.
Tersedia pada: https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/21718561
4. Ocampo VVD. Senile cataract (Age-related cataract). Medscape [Internet].
3 Agustus 2019; Tersedia pada:
https://emedicine.medscape.com/article/1210914-overview#a1
5. Nesterova AP, Klimov EA, Zharkova M, Sozin S, Sobolev V, Ivanikova N
V, et al. Chapter 6 - Diseases of the eye. In: Nesterova AP, Klimov EA,
Zharkova M, Sozin S, Sobolev V, Ivanikova N V, et al., editor. Elsevier;
2020. hal. 259–96. Tersedia pada:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128170861000063
6. Erdurmuş M, Simavlı H, Aydın B. 14 - Cataracts: An Overview. In: Preedy
VR, Watson Diet, and the Eye (Second Edition) RRBT-H of N, editor.
Academic Press; 2019. hal. 231–44. Tersedia pada:
http://www.sciencedirect.com/science/article/pii/B9780128152454000144

Anda mungkin juga menyukai