1.1.1.1 Uterus
Uterus berbentuk seperti buah pir yang sedikit gepeng kearah muka
belakang, ukurannya sebesar telur ayam dan mempunyai
rongga.Dindingnya terdiri dari otot-otot polos. Ukuran panjang uterus
adalah 7-7,5 cm, lebar 5,25 cm dan tebal dinding 1,25 cm.
1.1.1.4 Ovarium
Ovarium kurang lebih sebesar ibu jari tangan dengan ukuran panjang
sekitar 4 cm, lebar dan tebal kira-kira 1,5 cm. Setiap bulan 1-2 folikel
akan keluar yang dalam perkembangannya akan menjadi folikel de
Graaf.
1.2.2 Etiologi
Induksi persalinan dilakukan disebabkan Kehamilannya sudah
memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih dari sembilan bulan
(kehamilan lewat waktu). Dimana kehamilan yang melebihi waktu 42
minggu, belum juga terjadi persalinan. Permasalahan kehamilan lewat
waktu adalah plasenta tidak mampu memberikan nutrisi dan
pertukaran CO2/O2 sehingga janin mempunyai resiko asfiksia sampai
kematian dalam rahim.
Makin menurunya sirkulasi darah menuju sirkulasi plasenta dapat
mengakibatkan:
a. Pertumbuhan janin makin melambat
b. Terjadi perubahan metabolisme janin
c. Air ketuban berkurang dan makin kental
d. Saat persalinan janin lebih mudah mengalami asfiksia
Resiko kematian perinatal kehamilan lewat waktu bisa menjadi tiga
kali dibandingkan dengan kehamilan aterm. Ada komplikasi yang
lebih sering menyertainya seperti; letak defleksi, posisi oksiput
posterior, distosia bahu dan pendarahan postpartum. Pada kehamilan
lewat waktu perlu mendapatkan perhatian dalam penanganan sehingga
hasil akhir menuju well born baby dan well health mother dapat
tercapai.
1.2.4 Patofisiologi
Induksi persalinan terjadi akibat adanya kehamilan lewat waktu,
adanya penyakit penyerta yang menyertai ibu misalnya hipertensi dan
diabetes, kematian janin, ketuban pecah dini. Menjelang persalinan
terdapat penurunan progesteron, peningkatan oksitosin tubuh, dan
reseptor terhadap oksitosin sehingga otot rahim semakin sensitif
terhadap rangsangan. Pada kehamilan lewat waktu terjadi sebaliknya,
otot rahim tidak sensitif terhadap rangsangan, karena ketegangan
psikologis atau kelainan pada rahim. Kekhawatiran dalam menghadapi
kehamilan lewat waktu adalah meningkatnya resiko kematian dan
kesakitan perinatal. Fungsi plasenta mencapai puncaknya pada
kehamilan 38 minggu dan kemudian mulai menurun setelah 42
minggu, ini dapat dibuktikan dengan adanya penurunan kadar estriol
dan plasental laktogen.
1.2.5 Pathway
Kontraksi uterus
Korteks serebri
Kurang
Pengetahuan
1.2.6 Komplikasi
Komplikasi yang penting diperhatikan pada induksi persalinan dengan
oksitosin adalah:
a. ketuban dapat pecah pada pembukaan kecil, yang disertai:
b. pecahnya vasa, previa dengan tanda pendarahan dan diikuti fetal
distress, darah merah segar.
c. Prolapsus bagian kecil janin teutama tali pusat.
d. Gejala terjadinya ruptura uteri imminen atau ruktura uteri.
e. Terjasinya fetal distress karena gagguan sirkulasi retroplasenta
pada tetani uteri atau solusioplasenta.
c. Neurosensori
Refleks tendon dalam mungkin cepat 3+ pada HKK; adanya klonus
menandakan eksitabilitas berat.
d. Nyeri/ketidaknyamanan
Palpasi uterus dapat menunjukkan pola kontraksi.
e. Keamanan
Dapat mengalami pecah ketuban spontan tanpa kontraksi (pada
atau mendekati term). Peningkatan suhu (infeksi pada adanya pecah
ketuban lama). Denyut jantung janin (DJJ) mungkin lebih dari 160
dpm bila praterm, hipoksik, atau septic. Ukuran janin dapat
menandakan penurunan berat badan; kematian janin. Cairan
amnion kehijauan menandakan distres janin pada presentasi
verteks. Fundus dapat lebih rendah dari yang diantisipasi untuk
term, pada retardasi pertumbuhan intrauterus berkenaan dengan
keterlibatan vaskular maternal. Riwayat adanya imunisasi Rh,
korioamnionitis, diabetes HKK tidak terkontrol dengan terapi
medis, hipertensi kronis, pascamaturitas, penyakit jantung maternal
sianotik, atau penyakit ginjal.
f. Seksualitas
Persalinan yang tergesa-gesa (atau cepat) pada kehamilan
sebelumnya; klien tinggal jauh dari rumah sakit. Serviks mungkin
matang (kira-kira 50% penonjolan dan dilatasi 2-3) inersia uterus
dapat terjadi. Tampilan berdarah mungkin ada pada dilatasi.
Peningkatan perdarahan vagina mungkin menandakan plasenta
previa atau abrupsio plasenta. Mungkin gestasi lebih dari 42
minggu.
1.3.2 Pemeriksaan Penunjang
1. Hitung darah lengkap dengan diferensial: menentukan adanya
anemia dan infeksi, serta tingkathidrasi.
2. Golongan darah dan faktor Rh bila tidak dilakukan sebelumnya.
3. Urinalisis: Menunjukkan infeksi traktus urinarius, protein, atau
glukosa.
4. Rasio lesitin terhadap sfingomielin(rasio L/S): Memastikan pecah
ketuban.
5. pH kulit kepala: Menandakanderajat hipoksia.
6. Ultrasonografi: Menentukan usia gestasi, ukuran janin, adanya
gerakan jantung janin, dan lokasi plasenta.
7. Pelvimetri: Mengidentifikasi disproporsi sefalopelvik (CPD) atau
posisi janin.
8. Tes stres kontraksi atau tes nonstres: Mengevaluasi janin/fungsi
plasenta.
2.3 Perencanaan
Diagnos 1 : Nyeri akut
2.3.1 Tujuan dan kriteria hasil
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu
menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri,
mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan
manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
2.3.2 intervensi keperawatan
Pemberian Analgesik: menggunakan agens-agens farmakologi
untuk mengurangi atau menghilangkan nyeri.
Manajemen Medikasi: memfaislitasi penggunaan obat resep atau
obat bebas secara aman dan efektif.
Manajemen Nyeri: meringankan atau mengurangi nyeri sampai
pada tingkat kenyamanan yang dapat diterima oleh pasien.
(.............................................) (.............................................)