Anda di halaman 1dari 18

Pola Komunikasi Antarbudaya Batak dan Jawa

di Yogyakarta

Adi Bagus Nugroho, Puji Lestari, Ida Wiendijarti


Prodi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta”
No. Telp. 085729590950/08156874669

Abstrak
Kota Yogyakarta merupakan salah satu kota multietnis di Indonesia, yang mayoritas
para pendatangnya adalah mahasiswa yang kuliah di UPN “Veteran” Yogyakarta. Para
mahasiswa tersebut memiliki perbedaan budaya dengan budaya yang ada di
Yogyakarta, yang sering kali menyebabkan masalah komunikasi antarbudaya. Tujuan
penelitian ini adalah; (1) untuk mengetahui pola komunikasi antarbudaya mahasiswa
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta; (2) untuk
mengidentifikasi masalah-masalah komunikasi antarbudaya mahasiswa suku Batak di
UPN “Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta. Penelitian ini
menggunakan teori etnosentrisme dan konsep-konsep komunikasi antarbudaya. Jenis
penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, yang berusaha menggambarkan suatu gejala
sosial. Dengan kata lain penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan sifat sesuatu yang
tengah berlangsung pada saat studi. Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan
data dengan wawancara mendalam, observasi dan studi pustaka. Hasil penelitian ini
mendeskripsikan pola budaya yang berbeda antara mahasiswa suku Batak di UPN
“Veteran” Yogyakarta dan masyarakat asli Yogyakarta. Mahasiswa suku Batak di UPN
“Veteran” Yogyakarta memiliki pola budaya Low Context dan Masculinity, sedangkan
masyarakat asli Yogyakarta memiliki pola budaya High Context dan Femininity. Pola
komunikasi yang terjalin antara mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
dengan masyarakat asli Yogyakarta telah memasuki tahap komunikasi antarbudaya
yang dinamis, karena telah melalui tahap interaktif dan transaksional. Masalah
komunikasi antarbudaya yang terjadi yaitu, dalam penggunaan bahasa, persepsi,
bentuk-bentuk komunikasi non verbal, makanan dan interaksi sosial, tetapi keduanya
mampu memaknai dan memahami bentuk kebudayaan yang berbeda.

Kata kunci: model komunikasi antarbudaya, Batak, Jawa


Abstract
Yogyakarta City is one of the multiethnic cities in Indonesia, the majority of which are
migrants who are students studying at UPN "Veterans" Yogyakarta. The students have
cultural differences from the culture in Yogyakarta, which often causes problems of
intercultural communication. The purpose of this study is; (1) to find out the pattern of
intercultural communication among Batak tribe students at UPN "Veteran" Yogyakarta
with the indigenous people of Yogyakarta; (2) to identify problems of intercultural
communication among Batak tribe students at UPN "Veterans" Yogyakarta with the
indigenous people of Yogyakarta. This research uses the theory of ethnocentrism and
intercultural communication concepts. This type of research is descriptive qualitative,
which seeks to describe a social phenomenon. In other words, this research aims to
describe the nature of something that is taking place at the time of the study. This
research uses data collection techniques with in-depth interviews, observation and
literature study. The results of this study describe the different cultural patterns between
Batak tribe students at UPN "Veterans" Yogyakarta and indigenous people of
Yogyakarta. Batak students at UPN "Veteran" Yogyakarta have a Low Context and
Masculinity cultural pattern, while the indigenous people of Yogyakarta have a High
Context and Femininity cultural pattern. The pattern of communication that exists
between the Batak tribe students at UPN "Veteran" Yogyakarta with the indigenous
people of Yogyakarta has entered a dynamic phase of an intercultural communication

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 403


because it has gone through an interactive and transactional stage. Intercultural
communication problems that occur are, in the use of language, perception, forms of
non-verbal communication, food and social interaction, but both are able to interpret and
understand different cultural forms.

Keywords: Intercultural communication model, Batak, Jawa

404 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

memiliki beragam suku, budaya dan agama.


Pendahuluan
Dari setiap daerah di Indonesia memiliki
Kehidupan manusia terasa hampa atau budaya yang berbeda, dengan adanya
tidak ada kehidupan sama sekali apabila tidak perbedaan budaya akan mempengaruhi
ada komunikasi. Tanpa komunikasi, interaksi penggunaan bahasa yang digunakan, sehingga
antar manusia, baik secara perorangan, bahasa yang digunakan pun berbeda-beda.
kelompok, ataupun organisasi tidak mungkin Indonesia memiliki lebih dari 300 kelompok
dapat terjadi. Pada dasarnya manusia telah etnik atau suku bangsa yang tersebar di
melakukan tindakan komunikasi sejak lahir ke berbagai pulau di Indonesia dengan ciri
dunia. Tindakan komunikasi tersebut budaya, bahasa dan kepercayaan yang
dilakukan secara terus-menerus selama proses berbeda. Adanya keberagaman tersebut
kehidupannya. Jadi komunikasi dapat menjadikan Indonesia sebagai salah satu
diibaratkan sebagai urat nadi kehidupan negara multietnis terbesar di Dunia.
manusia. Perbedaan suku, agama, ras dan budaya kerap
Manusia dituntut dapat berinteraksi kali menjadi suatu permasalahan bagi
dengan manusia lainnya, walaupun diantara pendatang dengan lingkungan barunya.
mereka memiliki perbedaan dalam memaknai Salah satu Provinsi di Indonesia yang
sesuatu. Interaksi sosial antara kelompok- terdapat berbagai suku ataupun etnis adalah
kelompok manusia terjadi antara kelompok Provinsi Yogyakarta. Yogyakarta merupakan
tersebut sebagai kesatuan dan biasanya tidak kota wisata dan kota pelajar, di kota ini selain
menyangkut pribadi dari anggotanya. sebagai daerah tujuan wisata, juga dijadikan
Interaksi sosial antara kelompok-kelompok tempat menimba ilmu oleh para pendatang
manusia terjadi pula di masyarakat. Interaksi yang berasal dari berbagai suku di Indonesia.
tersebut lebih mencolok manakala terjadi Berbagai suku ataupun etnis tersebut berasal
perbenturan antara kepentingan perorangan dari luar pulau Jawa, yaitu dari pulau
dengan kepentingan kelompok. Sumatera, Kalimantan, Sulawesi bahkan
Berlangsungnya suatu proses interaksi Papua. Berdasarkan realita tersebut secara
didasarkan pada berbagai faktor, antara lain tidak langsung menjadikan Yogyakarta
faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan sebagai daerah multietnis di dalamnya.
simpati. Dari faktor-faktor tersebut dapat Banyaknya pendatang dari berbagai daerah
bergerak sendiri-sendiri secara terpisah dan memiliki berbagai tujuan, tentunya hal ini
maupun dalam keadaan bergabung (Soekanto, dapat menjadi bukti bahwa Yogyakarta
1990:68). Manusia dituntut untuk mampu merupakan daerah yang menarik dan
berkomunikasi dengan manusia lainnya, istimewa.
walaupun memilki latar belakang budaya
Kebanyakan pendatang adalah para
yang berbeda dan bahasa yang berbeda. Maka
mahasiswa yang hendak menuntut ilmu di
dari itu manusia perlu sekali mempelajari
berbagai perguruan tinggi di Yogyakarta.
komunikasi antarbudaya, agar mampu lancar
Sementara itu jumlah perguruan tinggi di
berinteraksi dengan manusia lainnya yang
Provinsi DIY baik negeri, swasta maupun
memiliki latar belakang budaya dan bahasa
kedinasan seluruhnya sebanyak 136 institusi
yang berbeda.
dengan rincian 21 universitas, 5 institut, 41
Indonesia merupakan negara yang

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 405


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

sekolah tinggi, 8 politeknik dan 61 akademi. suatu hal, sedangkan mahasiswa suku Batak di
Salah satu perguruan tinggi swasta yang UPN ”Veteran” Yogyakarta sebagai bagian
terdapat di Yogyakarta adalah Universitas dari masyarakat Batak memiliki karakteristik
Pembangunan Nasional “Veteran” yang sangat bertolak belakang yaitu logat
Yogyakarta. Dari jumlah mahasiswa yang ada berbicara yang keras dan tegas, lebih agresif
di Universitas Pembangunan Nasional dan sifat yang lebih terbuka dengan orang lain.
“Veteran” Yogyakarta, terdapat mahasiswa Dari segi makanan khas, masyarakat asli
yang berasal dari luar daerah Yogyakarta. Yogyakarta lebih suka dengan makanan yang
Ada yang berasal dari pulau Jawa, Sumatera, berasa manis dan tidak terlalu pedas,
Kalimantan, Sulawesi bahkan Papua. Hal sedangkan masyarakat Batak lebih menyukai
inilah yang menjadikan multietnis dapat makanan yang berasa pedas. Yang terakhir
terjadi di Universitas Pembangunan Nasional adalah bahasa, bahasa keseharian yang
“Veteran” Yogyakarta. Adanya multietnis di digunakan masyarakat asli Yogyakarta adalah
Universitas Pembangunan Nasional bahasa Jawa, sedangkan masyarakat Batak
“Veteran” Yogyakarta dikhawatirkan dapat menggunakan beberapa bahasa Batak, yaitu:
menimbulkan culture shock bagi para bahasa Karo, bahasa Pakpak- Dairi, bahasa
mahasiswa pendatang saat proses awal Angkola-Mandailing, bahasa Simalungun,
menyesuaikan diri di lingkungan barunya di dan bahasa Toba. Bahasa Batak yang
Yogyakarta, selain itu dikhawatirkan pula digunakan berbeda-beda tergantung daerah
dapat menimbulkan konflik antar yang didiami, karena orang Batak terdiri dari
mahasiswa yang memiliki latar belakang Batak Karo, Batak Pakpak- Dairi, Batak
budaya yang berbeda. Simalungun, Batak Angkola- Mandailing, dan
Batak Toba (Kozok, 1999:15). Bahasa yang
Penelitian ini mengungkapkan pola
digunakan oleh mahasiswa Suku Batak di UPN
komunikasi antarbudaya yang terjadi dan
”Veteran” Yogyakarta dengan sesama orang
masalah komunikasi antarbudaya dari
Batak menggunakan bahasa daerah asalnya,
masyarakat yang memiliki latar belakang
sedangkan bahasa yang di gunakan saat
budaya yang berbeda, yaitu mahasiswa
berinteraksi di Yogyakarta menggunakan
pendatang suku Batak yang kuliah di UPN
bahasa Indonesia.
”Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli
Dalam penelitian ini penulis me-
Yogyakarta. Dari latar belakang budaya
ngambil informan dari beberapa mahasiswa
mahasiswa suku Batak di UPN ”Veteran”
suku Batak yang kuliah di UPN “Veteran”
Yogyakarta memiliki perbedaan yang sangat
Yogyakarta ang- katan 2007, 2008 dan 2009.
mencolok dengan masyarakat asli
Penulis memilih informan mahasiswa suku
Yogyakarta. Karakteristik, makanan khas dan
Batak berdasarkan angkatan karena
bahasa merupakan beberapa unsur dari sekian
mahasiswa yang telah tinggal antara tiga
banyak unsur atau nilai budaya yang secara
hingga lima tahun di Yogyakarta pasti
langsung dapat mempengaruhi seseorang saat
memiliki pengalaman yang lebih dalam
tinggal di tempat yang baru, yang memiliki
berinteraksi dengan masyarakat asli
budaya berbeda. Dari karakteristiknya
Yogyakarta. Pada penelitian ini penulis
masyarakat asli Yogyakarta memiliki sifat
mengungkapkan tentang
lemah lembut, halus, sopan, tidak suka
berterus terang dan menyembunyikan
perasaannya pada

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 405


Pola Komunikasi Antarbudaya... Adi Bagus Nugroho, dkk

Secara kurang formal etnosentrisme


masalah komunikasi yang sebenarnya terjadi
adalah kebiasaan setiap kelompok untuk
dalam suatu masyarakat, yaitu mahasiswa
menganggap kebudayaan kelompoknya
UPN “Veteran” Yogyakarta yang berasal dari
sebagai kebudayaan yang paling baik.
suku Batak dengan masyarakat asli
Etnosentrisme membuat kebudayaan
Yogyakarta, sehingga dapat
seseorang sebagai patokan mengukur baik
mengidentifikasi masalah- masalah
buruknya, tinggi rendahnya dan benar atau
kegagalan dalam berkomunikasi antarbudaya
ganjilnya kebudayaan lain dalam proporsi
dan diharapkan mampu memberikan solusi
kemiripannya dengan kebudayaannya.
dalam kegagalan komunikasi antarbudaya.
Menurut Levine dan Campbell (Horton dan
Berdasarkan uraian latar belakang di Chester, 1984:79) etnosentrime adalah suatu
atas, maka dalam penelitian ini dapat tanggapan manusiawi yang universal, yang
dirumuskan suatu permasalahan ditemukan dalam seluruh masyarakat yang
bagaimanakah pola komunikasi antarbudaya dikenal, dalam semua kelompok dan
mahasiswa Suku Batak di UPN “Veteran” praktisnya dalam seluruh individu.
Yogyakarta dengan masyarakat asli
Etnosentrisme dapat pula
Yogyakarta? Adapun tujuan yang ingin
mengukuhkan nasionalisme dan patriotisme,
dicapai dalam penelitian ini adalah :
tanpa etnosentrisme kesadaran nasional yang
 Untuk mengetahui Pola Komunikasi penuh semangat mungkin sekali tidak akan
Antarbudaya mahasiswa Suku Batak di terjadi. Nasionalisme tidak lain dari suatu
UPN “Veteran” Yogyakarta dengan tingkat loyalitas kelompok dalam bentuk lain.
masyarakat asli Yogyakarta. Masa-masa ketegangan dan konflik
 Untuk mengidentifikasi masalah- nasional selalu disertai dengan propaganda
masalah Komunikasi Antarbudaya etnosentrisme yang kuat. Tidak ada
mahasiswa Suku Batak di UPN “Veteran” kebudayaan yang sama sekali statis, setiap
Yogyakarta dengan masyarakat asli kebudayaan harus berubah untuk
Yogyakarta. mempertahankan kelangsungannnya. Jadi
dalam situasi tertentu etnosentrisme
Kajian ini menggunakan Teori meningkatkan kestabilan kebudayaan dan
Etnosentrisme. Menurut Zastrow (dalam kelangsungan hidup kelompok, sedangkan
Liliweri, 2001:168) bahwa setiap kelompok dalam situasi lain etnosentrisme meruntuhkan
etnik memiliki keterikatan etnik yang tinggi kebudayaan dan memusnahkan kelompok
melalui sikap etnosentrisme. Etnosentrisme (Horton dan Chester, 1984:80).
merupakan suatu kecenderungan untuk
Menurut Liliweri (2002:15) konsep
memandang norma-norma dan nilai dalam
etnosentrisme sering kali dipakai secara
kelompok budayanya sebagai yang absolute
bersamaan dengan rasisme. Konsep ini
dan digunakan sebagai standar untuk
mewakili suatu pengertian bahwa setiap
mengukur dan bertindak terhadap semua
kelompok etnik atau ras mempunyai semangat
kebudayaan yang lain. Etnosentrisme
dan ideologi untuk menyatakan bahwa
memunculkan sikap prasangka dan streotip
kelompoknya lebih superior daripada etnik
negatif terhadap etnik atau kelompok lain.
atau ras lain. Akibat ideologi ini maka
setiap

406 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

umum dipercaya bahwa orang-orang


kelompok etnik atau ras akan memiliki sikap
berperilaku sedemikian rupa sebagai hasil dari
etnosentrisme atau rasisme yang tinggi. Sikap
cara mereka yang mempersepsi dunia
etnosentrisme dan rasisme itu berbentuk
sedemikian rupa pula. Perilaku- perilaku ini
prasangka, stereotip, diskriminasi dan jarak
dipelajari sebagai bagian dari pengalaman
sosial terhadap kelompok lain.
budaya. Baik dalam menilai kecantikan atau
Menurut DeVito (1997:479) komunikasi
melukiskan salju, seseorang memberikan
antarbudaya mengacu pada komunikasi
respon kepada stimuli tersebut sedemikian
antara orang-orang yang memiliki
rupa sebagaimana yang budaya telah ajarkan
kepercayaan, nilai cara berperilaku kultural
kepadanya. Seseorang cenderung
yang berbeda. Penerimaan budaya baru
memperhatikan, memikirkan dan memberikan
bergantung pada faktor budaya. Individu yang
respon kepada unsur-unsur dalam lingkungan
datang dari budaya yang mirip dengan budaya
yang penting bagi dirinya (Mulyana dan
tuan rumah akan teralkulturasi lebih mudah.
Rakhmat, 2006:25).
Selain itu, individu yang lebih muda dan
terdidik lebih cepat terakulturasi daripada b. Proses-Proses Verbal
individu yang tua dan tidak berpendidikan.
Faktor kepribadian juga berpengaruh, Proses-proses verbal tidak hanya
individu yang berpikiran terbuka umumnya meliputi bagaimana seseorang berbicara
lebih mudah teralkulturasi. dengan orang lain namun juga kegiatan-
kegiatan internal berpikir dan pengembangan
Disimpulkan bahwa komunikasi
makna bagi kata- kata yang digunakan.
antarbudaya mengacu pada komunikasi antar
Proses-proses ini(bahasa verbal dan pola-pola
orang-orang dengan budaya yang berbeda,
berpikir) secara vital berhubungan dengan
atau orang-orang yang memiliki keprcayaan,
persepsi dan pemberian serta pernyataan
kebiasaan, nilai, bahasa, dan cara pikir yang
makna (Mulyana dan Rakhmat, 2006:30).
berbeda. Banyak aspek budaya turut
Secara sederhana bahasa dapat diartikan
menentukan perilaku komunikatif. Berikut ini
sebagai suatu sistem lambang
adalah beberapa unsur sosiobudaya yang
terorganisasikan, disepakati secara umum dan
berhubungan dengan persepsi, proses verbal
merupakan hasil belajar, yang digunakan
dan proses non verbal (Mulyana dan
untuk menyajikan pengalaman-pengalaman
Jalaluddin Rakhmat. 2006:24).
dalam suatu komunitas geografis atau
budaya. Bahasa merupakan alat bagi orang-
a. Persepsi
orang untuk berinteraksi dengan orang lain
Persepsi adalah proses internal yang dan juga sebagai alat untuk berpikir. Maka
seseorang lakukan untuk memilih, bahasa berfungsi sebagai suatu mekanisme
mengevaluasi dan mengorganisasikan untuk berkomunikasi dan sekaligus sebagai
rangsangan dari lingkungan eksternal. pedoman untuk melihat realitas sosial, karena
Dengan kata lain, persepsi adalah cara bahasa dapat mempengaruhi persepsi,
seseorang mengubah energi- energi fisik menyalurkan dan turut membentuk pikiran.
lingkungannya menjadi pengalaman yang
bermakna. Secara

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 407


Pola Komunikasi Antarbudaya... Adi Bagus Nugroho, dkk

masuk(termasuk pola dan perilaku budaya)


c. Proses-Proses Nonverbal
dari luar, kemudian rangsangan dari luar itu
Proses-proses verbal merupakan alat diterima melalui sistem syaraf. Transmisi
utama untuk pertukaran pikiran dan gagasan, kebudayaan material maupun nonmaterial itu
namun proses-proses ini sering dapat diganti dapat langsung dan bisa juga tidak langsung.
oleh proses-proses nonverbal. Walaupun tidak Transmisi langsung terjadi secara hereditas
terdapat kesepakatan tentang bidang proses melalui perangai dan perilaku orang tua,
nonverbal ini, kebanyakan ahli setuju bahwa misalnya dalam pola-pola budaya untuk
hal-hal berikut mesti dimasukkan: isyarat, menyatakan kegembiraan, kesedihan dan
ekspresi wajah, pandangan mata, postur dan senyuman. Transmisi tidak langsung terjadi
gerakan tubuh, sentuhan, pakaian, artefak, melalui media, misalnya radio, televisi, video,
diam, ruang, waktu dan suara. Dalam proses- tape recorder, surat kabar dan majalah.
proses nonverbal yang releven dengan
Pola budaya seseorang tergantung pada
komunikasi antarbudaya, terdapat tiga aspek
faktor nilai, norma, kepercayaan, dan bahasa.
yang akan dibahas: perilaku nonverbal yang
Menurut Andreas Schneider bahwa struktur
berfungsi sebagai bentuk bahasa diam, konsep
kebudayaan berisi pola- pola persepsi, cara
waktu, dan penggunaan maupun pengaturan
berpikir, dan perasaan; sedangkan struktur
waktu (Mulyana dan Rakhmat, 2006:31).
sosial berkaitan dengan pola-pola perilaku
sosial. Eksplanasi(proses peristiwa)
d. Pola Budaya dalam Komunikasi
kebudayaan terhadap struktur sosial
Antarbudaya
menyatakan bahwa pola-pola perilaku sosial
Menurut Edward T. Hall (Liliweri, yang telah memasyarakat dipengaruhi oleh
2002:59) bahwa kebudayaan adalah nilai dan kepercayaan manusia. Eksplanasi
komunikasi dan komunikasi adalah struktural terhadap struktur sosial menyatakan
kebudayaan, karena hanya manusialah yang bahwa nilai-nilai budaya dan kepercayaan
mempunyai kebudayaan, sedangkan binatang dipengaruhi oleh pola-pola perilaku sosial
tidak memiliki kebudayaan. Manusia melalui yang telah memasyarakat. Jadi terdapat
komunikasi berusaha memenuhi kebutuhan hubungan timbal balik antara nilai,
hidupnya, yang berarti bahwa perilaku kepercayaan dalam kebudayaan dengan pola-
komunikasi merupakan bagian dari perilaku pola perilaku sosial yang telah memasyarakat
yang ideal yang dirumuskan dalam norma- (Liliweri, 2002:106).
norma budaya. Dengan demikian yang
Menurut Edward T. Hall (Liliweri,
dimaksud dengan kebudayaan adalah
2002:115) pola-pola kebudayaan dibagi
komunikasi, karena kebudayaan tidak dapat
menjadi dua, yaitu Low Context Culture dan
dipisahkan dengan komunikasi.
High Context Culture. Adanya pola- pola
Konsep pola budaya atau cultural tersebut menjadikan berbagai masyarakat atau
pattern pertama kali diperkenalkan oleh Ruth suku atau etnis memiliki berbagai perbedaan
Benedict. Menurut Ruth (Liliweri, 2002:101- karakteristik budaya. Pola budaya lainnya
102) dalam diri manusia terdapat sistem diajukan oleh Hofstede yang merupakan
memori budaya yang berguna untuk sebuah persepektif teoritis berdasarkan
mengolaborasi rangsangan yang studinya

408 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

valid. Triangulasi data dari penelitian ini


tentang perbedaan orientasi nilai yang
diperoleh dengan meng-cross check informasi
berkaitan dengan pekerjaan, yaitu Budaya
antara informan yang satu dengan informan
Masculinity dan Budaya Femininity.
yang lain. Untuk itu penulis menganalisis data
Penelitian tentang pola komunikasi
dari obyek penelitian melalui tiga sudut
lintasbudaya sudah banyak dilakukan, antara
pandang yang berbeda. Pertama dari
lain Bahari, Yohanes (2008:1-12)
penafsiaran atau interpretasi dari penulis.
menemukan pola atau model komunikasi Kedua, sudut pandang dilihat dari artikel-
lintasbudaya dalam resolusi konflik antara artikel yang berisi tentang kebudayaan Batak
etnik Melayu dan Madura di Kalimantan dan Jawa. Ketiga, Melalui wawancara
Barat. Pola komunikasi lintasbudaya ini langsung dengan informan, mengenai
melibatkan nilai-nilai budaya Melayu dan interaksi, hubungan dan kehidupan sosial
Madura, prasangka social, dan resolusi mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
konflik melalui pranata adat kedua belah Yogyakarta dengan masyarakat asli
pihak melalui musyawarah. Yogyakarta.
Dalam penelitian kualitatif, analisis
Metode Penelitian
data dilakukan sejak awal penelitian dan
Dalam penelitian ini menggunakan selama proses penelitian dilaksanakan. Data
metode penelitian deskriptif kualitatif dengan diperoleh dan kemudian dikumpulkan untuk
beberapa metode pengumpulan data : diolah secara sistematis. Analisis data dimulai
wawancara mendalam, observasi dan studi dari reduksi data, pemaparan data dan
pustaka. penarikan kesimpulan.
Subjek penelitian ini terdiri dari 12
mahasiswasuku Batak yang kuliah di UPN Hasil Penelitian dan Pembahasan
“Veteran” Yogyakarta dari 50 mahasiswa Pola budaya mempengaruhi pola
yang tercatat mengikuti KBMB (Keluarga komunikasi seseorang dalam berkomunikasi
Besar Mahasiswa Batak) UPN. Informan dan pola komunikasi mempengaruhi pola
terdiri dari enam mahasiswa suku Batak Karo budaya seseorang. Hal tersebut dikarenakan
dan enam mahasiswa suku Batak Toba yang pola budaya dan pola komunikasi saling
kuliah di UPN “Veteran” Yogyakarta. berhubungan dan saling berkaitan satu sama
Sedangkan masyarakat asli Yogyakarta adalah lain. Pola budaya setiap kelompok masyarakat
terdiri dari enam orang penduduk asli berbeda-beda dalam menjalankan aturan, cara
Yogyakarta yang pernah berinteraksi secara berinteraksi, bahasa, nilai dan norma.
langsung dengan beberapa mahasiswa suku Perbedaan pola budaya seseorang akan
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta yang terlihat sangat mencolok saat terjadi
terdiri dari teman mahasiswa suku di Batak komunikasi antarbudaya, karena orang-orang
UPN “Veteran” Yogyakarta. yang terlibat dalam komunikasi antarbudaya
Dalam penelitian ini menggunakan tersebut secara tidak langsung akan
Triangulasi Data agar dapat membandingkan menunjukkan pola budaya yang dimilikinya
antara data yang sama, namun diperoleh dari saat komunikasi antarbudaya berlangsung.
sumber yang berbeda yang memungkinkan Hal ini yang disebut sebagai pola komunikasi
untuk menangkap realitas yang lebih

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 409


Pola Komunikasi Antarbudaya... Adi Bagus Nugroho, dkk

merasa kurang yakin dengan prestasi kerja


antarbudaya, yaitu pola komunikasi yang
dan tidak terlalu ambisius.
terjadi antara orang-orang yang memiliki
budaya yang berbeda.
2. Pola Komunikasi
1. Pola Budaya Pola budaya dan pola komunikasi saling
Kebudayaan tidak lepas dari komunikasi berhubungan, seperti halnya kebudayaan
dan komunikasi tidak lepas dari kebudayaan. dengan komunikasi, karena kebudayaan
Penulis sependapat dengan pendapat Edward adalah komunikasi dan komunikasi adalah
T. Hall bahwa kebudayaan adalah kebudayaan. Pola komunikasi dapat dimaknai
komunikasi dan komunikasi adalah sebagai bentuk saat terjadinya proses
kebudayaan. Apabila berbicara mengenai pola penyampaian pesan dari komunikator kepada
budaya, maka tidak akan bisa lepas dari pola komunikan. Pola komunikasi yang dimiliki
komunikasi, sama halnya komunikasi dan oleh seseorang akan berbeda dengan pola
budaya yang saling berhubungan. Penulis komunikasi yang dimiliki oleh orang lain yang
menginterpretasikan bahwa pola komunikasi berasal dari kelompok lain. Hal ini seperti
antarbudaya membangun suatu harapan komunikasi yang terjadi antara mahasiswa
kedalam sistem kelompok suatu masyarakat, suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
karena setiap kelompok masyarakat terdapat dengan masyarakat asli Yogyakarta. Pola
perbedaan budaya. Dalam setiap kebudayaan komunikasi antarbudaya memiliki beberapa
biasanya akan membentuk sebuah pola, yang tahap, yang dimulai dari tahap interaktif, tahap
sering disebut sebagai pola budaya. Hal ini transaksional, hingga tahap yang dinamis.
seperti pola budaya yang dimiliki mahasiswa Proses komunikasi antarbudaya yang
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta terjalin antara mahasiswa suku Batak di UPN
dan masyarakat asli Yogyakarta terdapat “Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli
perbedaan. Yogyakarta tentunya juga melalui beberapa
Pola budaya yang dimiliki oleh tahap komunikasi tersebut, yang diawali
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” dengan tahap pola komunikasi yang interaktif,
Yogyakarta adalah budaya Low Context dan yaitu komunikasi yang dilakukan oleh
budaya Masculinity, karena mahasiswa suku komunikator dua arah/ timbal balik(two way
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta memiliki communication) namun masih berada pada
karakteristik dalam suatu pertemuan tatap tahap rendah. Tahap pola komunikasi yang
muka tanpa basa- basi dan langsung pada interaktif tersebut dapat dilihat pada gambar 1.
tujuan, sedangkan dalam dunia kerja lebih
berambisi dan merasa yakin dengan prestasi
kerja. Pola budaya yang dimiliki oleh
masyarakat asli Yogyakarta adalah budaya
High Context dan budaya Femininity, karena
masyarakat asli Yogyakarta memiliki
karakteristik lebih suka berkomunikasi tatap
muka, jika perlu dengan basa-basi dan ritual,
sedangkan dalam dunia kerja

410 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

Gambar 1. Pola Komunikasi yang Interaktif

Gambar 1 menunjukkan bahwa Batak terbuka saat komunikasi berlangsung.


adalah mahasiswa suku Batak di UPN Pola komunikasi yang terjalin antara
“Veteran” Yogyakarta, sedangkan Jawa mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
adalah masyarakat asli Yogyakarta. Saat Yogyakarta dengan masyarakat asli
Batak dan Batak berkomunikasi, yang Yogyakarta tentunya tidak hanya sampai pada
memiliki pola budaya yang sama, maka tahap pola komunikasi yang interaktif saja,
keduanya merasa nyaman dan terbuka. Hal tapi berkembang ke tahap pola komunikasi
yang sama juga terdapat pada Jawa, saat Jawa transaksional. Tahap transaksional,
dan Jawa berkomunikasi, yang memiliki pola merupakan tahap dimana terjadi keterlibatan
budaya yang sama, maka keduanya merasa emosional tinggi, yang berlangsung terus
nyaman dan terbuka. Kemudian saat Batak menerus dan berkesinambungan atas
dan Jawa berkomunikasi, yang memiliki pola pertukaran pesan. Tahap pola komunikasi
budaya yang berbeda, maka keduanya akan transaksional tersebut dapat dilihat gambar 2.
merasa tidak nyaman dan tidak

Gambar 2. Pola Komunikasi Transaksional

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 411


Pola Komunikasi Antarbudaya... Adi Bagus Nugroho, dkk

hanya sesekali saja, tetapi sudah sering


Gambar 2 menunjukkan bahwa Batak
dilakukan, sehingga terjadilah pertukaran
adalah mahasiswa suku Batak di UPN
budaya saat komunikasi berlangsung.
“Veteran” Yogyakarta, sedangkan Jawa
adalah masyarakat asli Yogyakarta. Saat Proses komunikasi antarbudaya yang
Batak dan Batak berkomunikasi, yang terjalin antara mahasiswa suku Batak di UPN
memiliki pola budaya yang sama, maka “Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli
keduanya merasa nyaman dan terbuka. Hal Yogyakarta yang telah mencapai tahap pola
yang sama juga terdapat pada Jawa, saat Jawa komunikasi yang dinamis, karena mahasiswa
dan Jawa berkomunikasi, yang memiliki pola suku Batak UPN “Veteran” Yogyakarta
budaya yang sama, maka keduanya merasa sebagai pendatang telah mampu mengerti,
nyaman dan terbuka. Kemudian saat Batak memahami dan mempelajari kebudayaan yang
dan Jawa berkomunikasi, yang memiliki pola ada di lingkungan barunya yaitu di
budaya yang berbeda hal tersebut sudah tidak Yogyakarta, selain itu sudah dapat berbaur dan
membuat keduanya merasa tidak nyaman dan menyatu dengan masyarakat asli Yogyakarta,
tidak terbuka lagi saat berkomunikasi. sebagai proses adaptasi. Tahap pola
Keduanya merasa nyaman dan terbuka saat komunikasi yang dinamis tersebut dapat
berkomunikasi, karena komunikasi yang dilihat pada gambar 3.
terjadi tidak

Gambar 3. Pola Komunikasi yang Dinamis

Gambar 3 menunjukkan bahwa Batak Selama pengenalan tersebut terjadilah proses


adalah mahasiswa suku Batak di UPN adaptasi atau penerimaan budaya baru. Inilah
“Veteran” Yogyakarta, sedangkan Jawa yang sering disebut sebagai tahap komunikasi
adalah masyarakat asli Yogyakarta. Saat yang dinamis.
Batak dan Jawa berkomunikasi, dan telah Pola komunikasi yang terjalin antara
mencapai tahap komunikasi transaksional mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
atau tahap pertukaran budaya. Kemudian Yogyakarta telah melalui tahap pola
terjadilah saling mengenal masing-masing komunikasi yang interaktif dan pola
budaya, baik budaya Batak maupun budaya komunikasi transaksional, dan telah mencapai
Jawa. pola komunikasi yang dinamis.

412 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

Dengan adanya perbedaan budaya yang 1. Bahasa


mempengaruhi terjadinya komunikasi Mengenai bahasa masyarakat asli
antarbudaya antara mahasiswa suku Batak di Yogyakarta sebagai orang Jawa menggunakan
UPN “Veteran” Yogyakarta dan masyarakat bahasa Jawa saat berko- munikasi dengan
asli Yogyakarta tidak terlalu menjadi masalah, sesama orang Jawa. Bahasa yang digunakan
hal tersebut malah menjadi suatu saat berkomunikasi dengan mahasiswa suku
keberagaman pola komunikasi antarbudaya Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta adalah
yang ada di Yogyakarta. Mahasiswa suku bahasa Indonesia, walaupun terkadang
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta dalam mereka secara tidak sengaja menggunakan
mengenal budaya di Yogyakarta tidak bahasa Jawa. Mahasiswa suku Batak di UPN
mengalami masalah yang berarti, karena mau “Veteran” Yogyakarta juga demikian, saat
memahami, menerima dan mempelajari berkomunikasi dengan sesama orang Batak
budaya yang ada di Yogyakarta, bahkan menggunakan bahasa Batak. Bahasa Batak
telah mampu berbaur dan menyatu dengan yang digunakan tergantung daerah asalnya,
masyarakat asli Yogyakarta, sebagai proses bagi orang Batak Karo menggunakan bahasa
adaptasi. Selain itu masyarakat asli Karo, sedangkan bagi orang Batak Toba
Yogyakarta pun mau dengan senang hati menggunakan bahasa Toba. Bahasa yang
menerima dan mengajarkan kebudayaan yang digunakan saat berkomunikasi dengan
ada di Yogyakarta kepada mahasiswa suku masyarakat asli Yogyakarta menggunakan
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta. bahasa Indonesia, dikarenakan bahasa
Indonesia merupakan alat penghubung yang
b. Masalah Komunikasi Antarbudaya
paling tepat untuk digunakan dalam
Dalam berkomunikasi antarbudaya berkomunikasi.
biasanya menimbulkan suatu masalah
komunikasi, yang disebabkan oleh 2. Persepsi
kebudayaan yang berbeda. Setiap individu
Dalam hal persepsi antara mahasiswa
yang berasal dari kelompok- kelompok yang
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta dan
berbeda, masing-masing dari mereka
masyarakat asli Yogyakarta terdapat
memiliki budaya yang berbeda pula. Budaya
perbedaan. Masyarakat asli Yogyakarta
yang dimiliki oleh individu berasal dari
mempersepsikan mahasiswa suku Batak di
kelompoknya. Setiap kelompok memiliki
UPN “Veteran” Yogyakarta sebagai orang
perbedaan mengenai bahasa, persepsi, simbol
yang kasar dan keras dalam berbicara.
non verbal, makanan bahkan cara individu
Sedangkan mahasiswa suku Batak di UPN
berinteraksi. Perbedaan-perbedaan terse-
“Veteran” Yogyakarta mempersepsikan
butlah yang biasanya menimbulkan masalah-
Masyarakat asli Yogyakarta sebagai orang
masalah komunikasi antar- budaya.
yang ramah, baik hati dan halus. Berangkat
dari persepsi-persepsi itulah penulis
menemukan dari apa yang di paparkan

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 413


Pola Komunikasi Antarbudaya... Adi Bagus Nugroho, dkk

mata angin(utara, selatan, timur, barat),


oleh pata informan, bahwa ternyata tidak
sedangkan mahasiswa suku Batak di UPN
seutuhnya benar tentang persepsi orang Batak
“Veteran” Yogyakarta terbiasa menentukan
yang kasar dan keras dalam berbicara.
Mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” arah saat berpergian ke suatu tempat dengan
Yogyakarta ternyata orangnya ramah, menggunakan arah lurus, belok kiri ataupun
belok kanan, sehingga sering mangalami
bersahabat, dan dalam berbicarapun tidak
kesulitan saat akan bepergian, karena masih
keras. Hal tersebut dikarenakan mahasiswa
bingung dalam menentukan arah.
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
telah mampu menyesuaikan diri dengan
4. Makanan
budaya yang ada di Yogyakarta, walaupun
masih ada beberapa yang belum bisa Mengenai makanan yang ada di
menyesuaikan diri. Yogyakarta berbeda dengan makanan yang
ada di daerah asal mahasiswa suku Batak di
3. Bentuk Komunikasi Nonverbal UPN “Veteran” Yogyakarta. Di Yogyakarta
Bentuk komunikasi non verbal yang makanan cenderung bercita rasa manis,
sedangkan di daerah asalnya makanan bercita
dipahami oleh mahasiswa suku Batak di UPN
rasa pedas. Inilah yang mempengaruhi
“Veteran” Yogyakarta berbeda dengan yang
kehidupan komunikasi antarbudaya
ada di daerahnya, selama tinggal di
Yogyakarta mahasiswa suku Batak di UPN mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
“Veteran” Yogyakarta memperoleh Yogyakarta dalam beradaptasi hidup di
pemahaman baru mengenai bentuk Yogyakarta. Walaupun merasa tidak cocok
komunikasi non verbal yang ada di dengan makanan yang ada di Yogyakarta,
Yogyakarta. Bentuk-bentuk tersebut antara akhirnya seiring berjalannya waktu mampu
lain cara menyapa orang lain, simbol-simbol beradaptasi dengan makanan yang ada di
kematian yaitu bendera kematian dan dalam Yogyakarta. Selain itu ada pula beberapa
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
menentukan arah. Saat menyapa orang lain di
Yogyakarta yang cenderung cocok dengan
Yogyakarta sudah terbiasa menyapa dengan
tersenyum dan menundukkan kepala atau makanan yang ada di Yogyakarta, karena
badan saat berjumpa orang lain, walaupun tidak menyukai makanan yang pedas.
orang tersebut tidak dikenal, tetapi kalau di
5. Interaksi Sosial
daerahnya tidak perlu melakukan hal tersebut.
Simbol-simbol kematian pun berbeda, bagi Interaksi yang terjadi antara mahasiswa
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
Yogyakarta didaerahnya biasa memaknai dengan masyarakat asli Yogyakarta tidak
simbol bendera warna merah untuk mengalami masalah yang berarti, hanya
menandakan bahwa ada orang yang pernah mengalami miss komunikasi karena
meninggal, yang dipasang di depan rumah, penggunaan bahasa dan beda pendapat dalam
sedangkan di Yogyakarta mengggunakan forum diskusi. Konflik belum pernah
simbol bendera warna putih. Dalam memaknai terjadi,
arah di Yogyakarta menggunakan arah

414 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

Masyarakat pendatang, biasanya


hanya mengalami beda pendapat saja. Beda
mengalami culture shock atau gegar budaya
pendapat yang terjadi hanya di ruang kelas
saat awal-awal tinggal di lingkungan barunya
saat diskusi dan saat diskusi di forum
organisasi, namun hal itu tidak menimbulkan karena lingkungan barunya memiliki budaya
masalah bagi mahasiswa suku Batak di UPN yang berbeda dari daerah asalnya. Culture
shock ditimbulkan oleh kecemasan yang
“Veteran” Yogyakarta dan masyarakat asli
disebabkan oleh kehilangan tanda-tanda dan
Yogyakarta. Hal tersebut disebabkan oleh cara
lambang-lambang dalam pergaulan sosialnya.
pandang yang berbeda antara masing-masing
Mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
dari individu, dan lamanya individu saling
Yogyakarta pernah mengalami Culture shock
mengenal.
saat awal-awal mereka tinggal di Yogyakarta.
Kesimpulan utama yang perlu diambil
Perbedaan budaya yang ada di Yogyakarta
bahwa kehidupan masyarakat asli Yogyakarta
yaitu karakteristik masyarakat, bahasa,
jelas berbeda dengan masyarakat suku Batak.
makanan, dan interaksi sosial masyarakat yang
Teori etnosentrisme beranggapan bahwa
berbeda menjadi penyebab utama mahasiswa
budaya kelompok yang diikuti oleh seorang
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
individu dianggap lebih baik dibanding
mengalami culture shock.
budaya yang dianut oleh kelompok lain. Hal
Makna dari pendekatan komunikasi
ini terlihat saat mahasiswa suku Batak di UPN
antarbudaya adalah dalam komunikasi
“Veteran” Yogyakarta tidak cocok dengan
antarbudaya terdapat perbedaan persepsi
makanan yang ada di Yogyakarta, dan
antara komunikan dan komunikator, yang
beranggapan bahwa makanan daerahnya yang
komunikan maupun komunikator tersebut
paling cocok dengan lidahnya. Dari hal
memiliki budaya yang berbeda. Dalam hal ini
tersebut mempengaruhi kehidupan mahasiswa
terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
sebagai pendatang, sehingga sulit sekali
dengan masyarakat asli Yogyakarta. Dalam
beradaptasi dengan makanan yang ada di
komunikasi antarbudaya terdapat isi dan relasi
Yogyakarta. Selain itu mahasiswa suku Batak
antarpribadi yang turut menen- tukan proses
di UPN “Veteran” Yogyakarta beranggapan
berjalannya komunikasi antarbudaya. Setiap
bahwa dalam menentukan arah lebih enak
pelaku komunikasi antarbudaya yaitu
menggunakan arah lurus, belok kiri ataupun
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran”
belok kanan, sesuai dengan budaya yang ada
Yogyakarta dengan masyarakat asli
didaerahnya. Sedangkan bagi budaya
Yogyakarta mempunyai ciri khas masing-
masyarakat Yogyakarta, menentukan arah
masing dimana ciri khas tersebut bisa menjadi
sudah terbiasa dengan menggunakan arah
perbedaan- perbedaan diantara keduanya.
mata angin(utara, selatan, timur, barat), yang
Perbedaan-perbedaan tersebut dapat
membuat mahasiswa suku Batak di UPN
dimengerti dan dipahami satu sama lain, maka
“Veteran” Yogyakarta merasa kurang nyaman
perbedaan itulah yang menjadikan
dengan hal tersebut.
keberagamanan budaya yang rukun di

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 415


Pola Komunikasi Antarbudaya... Adi Bagus Nugroho, dkk

mau mengenalkan dan mengajarkan


Yogyakarta, seperti mahasiswa suku Batak di
kebudayaan yang ada di Yogyakarta. Adanya
UPN “Veteran” Yogyakarta dengan
sikap saling memahami antara mahasiswa
masyarakat asli Yogyakarta.
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
Makna budaya yang terkandung dalam
dengan masyarakat asli Yogyakarta, membuat
komunikasi antarbudaya antara mahasiswa
keduanya dapat hidup rukun di Yogyakarta.
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta
Penelitian ini menemukan sebuah pola
dengan masyarakat asli Yogyakarta menurut
komunikasi antarbudaya mahasiswa suku
interpretasi penulis, bahwa mahasiswa suku
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta dengan
Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta mau
masyarakat asli Yogyakarta, yang dapat
mengerti, memahami dan mempelajari
digambarkan sebagai berikut:
budaya yang ada di Yogyakarta, masyarakat
asli Yogyakarta pun dengan senang hati

Gambar 4. Model Komunikasi Antarbudaya Mahasiswa suku Batak di UPN


“Veteran” Yogyakarta dengan masyarakat asli Yogyakarta

Gambar di atas menunjukkan bahwa pertukaran budaya antara mahasiswa suku


Suku Batak adalah mahasiswa suku Batak di Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta dengan
UPN “Veteran” Yogyakarta, sedangkan Suku masyarakat asli Yogyakarta yang dilakukan
Jawa adalah masyarakat asli Yogyakarta. secara terus menerus, hingga memasuki tahap
Masing-masing masyarakat memiliki pola komunikasi antarbudaya yang dinamis.
budaya, unsur budaya dan kepribadian
individu yang berbeda. Kedua suku
melakukan interaksi. Dalam interaksi tersebut
terjadi

416 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012


Adi Bagus Nugroho, dkk Pola Komunikasi Antarbudaya...

akhirnya mau menyesuaikan diri dengan


Simpulan
karakteristik masyarakat Yogyakarta dan
Setelah melakukan penelitian dengan makanan yang ada di Yogyakarta yang
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” berbeda dengan yang ada di daerahnya. Hal
Yogyakarta dan masyarakat asli Yogyakarta. tersebut memudahkan dalam proses adaptasi
Penulis menemukan bahwa pola budaya yang maupun berinteraksi dengan masyarakat asli
dimiliki mahasiswa suku Batak di UPN Yogyakarta.
“Veteran” Yogyakarta dan masyarakat asli
Yogyakarta terdapat perbedaan. Pola budaya
yang dimiliki oleh mahasiswa suku Batak di
UPN “Veteran” Yogyakarta adalah budaya
Low Context dan budaya Masculinity.
Daftar Pustaka
Sedangkan pola budaya yang dimiliki oleh
masyarakat asli Yogyakarta adalah budaya Bahari, Yohanes. 2008. Model Komunikasi
High Context dan budaya Femininity. Pola Lintasbudaya dalam Resolusi Konflik
komunikasi yang terjalin antara mahasiswa Berbasis Pranata Adat Melayu dan
suku Batak di UPN “Veteran” Yogyakarta Madura di Kalimantan Barat. Jurnal
telah melalaui tahap pola komunikasi yang Ilmu Komunikasi (Terakreditasi B),
interaktif dan pola komunikasi transaksional, Volume 6 nomor 1 Januari-April 2008.
dan telah mencapai pola komunikasi yang Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP UPN
dinamis. Dengan adanya perbedaan budaya “Veteran” Yogyakarta.
yang mempengaruhi terjadinya komunikasi DeVito, Joseph. 1997. Komunikasi Antar
antarbudaya antara mahasiswa suku Batak di Manusia. (Terjemahan: Agus Maulana).
UPN “Veteran” Yogyakarta dan masyarakat Professional Book:Jakarta.
asli Yogyakarta tidak terlalu menjadi masalah,
hal tersebut malah menjadi suatu Horton, Paul B dan Chester L, 1984.
keberagaman pola komunikasi antarbudaya Sosiology. Penyunting: Herman Sinaga,
yang ada di Yogyakarta. Penerjemah: Aminuddin Ram dan Tita
Sobari. Penerbit Erlangga: Jakarta.
Dari penggunaan bahasa, persepsi,
bentuk-bentuk komunikasi nonverbal, dalam Kozok, Uli. 1999. Warisan Leluhur: Sastra
hal makanan dan interaksi sosial antara Lama dan Aksara Batak. KPG
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” (Kepustakaan Populer Gramedia):
Yogyakartadenganmasyarakat asli Jakarta.
Yogyakarta terdapat perbedaan, tetapi Liliweri, Alo. 2001. Gatra-Gatra Komunikasi
keduanya mampu memaknai dan memahami Antar Budaya. Pustaka Pelajar:
bentuk kebudayaan yang berbeda. Sebagai Yogyakarta.
pendatang, mahasiswa suku Batak di UPN
“Veteran” Yogyakarta mau memahami dan Liliweri, Alo. 2002. Makna Budaya dalam
mempelajari bentuk- bentuk komunikasi non Komunikasi Antarbudaya. LKiS
verbal yang ada di Yogyakarta. Selain itu Yogyakarta: Yogyakarta.
mahasiswa suku Batak di UPN “Veteran” Mulyana, Deddy dan Jalaluddin Rakhmat.
Yogyakarta 2006. Komunikasi Antarbudaya:
Panduan Berkomunikasi

Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012 417


Pola Komunikasi Antarbudaya... Adi Bagus Nugroho, dkk

Soekanto, Soerjono. 1990. Sosiologi Suatu


dengan Orang-Orang Berbeda Budaya.
Pengantar. Edisi Keempat. CV
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Rajawali: Jakarta.

418 Jurnal Komunikasi, Volume 1, Nomor 5, Juli 2012

Anda mungkin juga menyukai