Anda di halaman 1dari 10

Changes in Glenohumeral

Translation, Electromyographic
Activity, and Pressure-Pain
Thresholds Following Sustained
or Oscillatory Mobilizations in
Stiff and Healthy Shoulders:
Results Of a Randomized
Controlled Laboratory Trial
Brian T. Swanson, J. Adrienne
McAuley, Michael Lawrence
Introduction

 Mobilisasi posterior gliding pada glenohumeral digunakan untuk

meningkatkan ROM dan mengurangi nyeri pada pasien dengan

patologi bahu (Johnson et al., 2007). Terdapat 3 efek posterior gliding,

antara lain:

 Efek mekanis

 Efek neurofisiologis

 Efek modulasi nyeri


 Individu dengan nyeri bahu menunjukkan perbedaan ambang

batas nyeri (Coronado et al., 2011) setelah dilakukan mobilisasi posterior

glide glenohumeral (Lluch dkk., 2018).

 Tujuan : membangdingkan efek osilasi dan mobilisasi gliding

posterior glenohumeral terhadap translasi, aktivitas rotator cuff dan

ambang batas nyeri pada bahu yang kaku dan bahu yang sehat.
Analisis PICOT
 Population : 88 peserta yang terdiri dari 44 kelompok kontrol dan 44 peserta
kekakuan bahu unilateral dengan usia 18 – 65.
 Intervensi : gliding grade 3 ke arah posterior dan mobilisasi osilasi selama 30s
x4
 Comparation : tidak ada jurnal pembanding antara jurnal satu dengan
jurnal yang lain.
 Outcome : Gliding menunjukkan perubahan translasi yang jauh lebih besar
dibandingkan dengan osilasi (p = 0,028). Kaku pada bahu menunjukkan
aktivitas Rotator cuff lebih tinggi daripada kelompok kontrol baik sebelum (p
= 0,004) dan pasca-intervensi (p = 0,01). Perubahan kecil dalam ambang
batas nyeri terjadi di semua kondisi, tidak ada yang mencapai tingkat yang
bermakna secara klinis.
 Time : November 2016 dan April 2018
Pembahasan

 Aktivitas
rotator cuff kaku bahu > kontrol, yang
kemungkinan mengakibatkan penurunan translasi
glenohumeral.

 Aktifitas
translasi posterior yang menurun mengubah
hubungan artrokinematik sendi. Mobilisasi posterior gliding
menghasilkan keuntungan yang lebih besar pada translasi
humerus daripada mobilisasi osilasi.
 Pada awal penelitian translasi posterior kelompok
kontrol > kelompok bahu kaku.
 Pasca intervensi kedua kelompok menunjukan
peningkatan translasi.
 Gliding > translasi
 EMG infraspinatus kelompok kaku bahu saat pre dan
post intervens > kelompok kontrol
 Di kelompok bahu kaku ditemukan sedikit penurunan
aktivitas infraspinatus disertai peningkatan translasi
setelah mobilisasi
 Di kelompok kontrol, aktivitas infraspinatus dan translasi
keduanya meningkat.
Kekurangan
 Mayoritas peserta dengan kekakuan bahu memiliki tingkat nyeri yang
rendah. Bahu dengan kekakuan yang signifikan dan tingkat nyeri yang
tinggi mungkin menunjukkan tingkat aktivitas rotator cuff yang lebih tinggi
daripada yang saat ini diamati, yang mungkin memiliki implikasi dalam
praktik klinis.

 ROM pasca-intervensi tidak dinilai

 Sampel terdiri dari individu yang lebih muda dengan kondisi kesehatan yang
baik, yang mungkin berbeda dari banyak populasi klinis

 Semua mobilisasi dan translasi dilakukan oleh individu yang sama, yang
dapat menimbulkan sumber bias.
Kesimpulan
 Mobilisasigliding posterior yang berkelanjutan menghasilkan
perubahan yang lebih besar dalam translasi glenohumeral
daripada mobilisasi osilisasi.

 Aktivitasrotator cuff lebih tinggi pada bahu yang kaku, dan tidak
ada korelasi yang signifikan antara perubahan translasi dan
perubahan aktivitas rotator cuff, atau interaksi antara jenis
mobilisasi dan perubahan aktivitas rotator cuff yang menunjukkan
efek mekanis daripada neurofisiologis.

 Tidakada perbedaan yang berarti dalam ambang batas nyeri


antara model mobilisasi.
Terima kasih

Anda mungkin juga menyukai