Anda di halaman 1dari 4

Effect of exercise doses on functional recovery

in neonatal brachial plexus palsy: A


randomized controlled study
Nilay Sahin, Ali Yavuz Karahan

INTRODUCTION

Obstetric brachial plexus palsy (OBPP) adalah kelumpuhan pada lengan


yang banyak dijumpai akibat cedera pleksus brakialis saat lahir. Ini terjadi sebagai
akibat dari distensi dan robekan pada tubuh pleksus brakialis dan avulsi akar
tulang belakang.
Prevalensi kejadian OBPP adalah 0,3-1,56% pada setiap 1000 kelahiran,
dengan tingkat pemulihan 84%, dan tingkat kerusakan permanen adalah 0,5-25%.
Meskipun pemulihan spontan dapat diperoleh pada sebagian besar pasien OBPP
atas, semua pasien tetap diberikan program latihan pada tahap pertama dengan
tujuan untuk mencegah pembentukan kontraktur dan untuk menghindari
ketidakseimbangan otot .
Tidak ada data yang akurat tentang efek latihan tertentu yang lebih dari yang
lain, atau ada yang memiliki efek tambahan pada pemulihan daripada yang lain
untuk mencegah komplikasi; selain itu, tidak ada kesepakatan tentang frekuensi,
intensitas, atau durasi terapi olahraga harus diberikan. Sementara beberapa penulis
menyatakan bahwa latihan tidak memiliki efek apapun pada pemulihan pasien,
yang lain menyarankan bahwa latihan dapat berkontribusi pada pemulihan dengan
mempengaruhi proses regeneratif secara positif.
Hal tersebut membuat peneliti ingin memeriksa seberapa banyak pemulihan
yang ditunjukkan pasien OBPP atas dengan latihan ketika mereka berusia 3, 6,
dan 12 bulan dan untuk mengevaluasi apakah terapi latihan yang diberikan pada
frekuensi yang berbeda berkontribusi pada pemulihan ini atau tidak.
ANALISIS PICOT

 P (Population)
Enam puluh dua pasien (38 laki-laki, 24 perempuan), usia rata-rata 7,50
± 5,18 hari, dibagi menjadi dua kelompok secara acak, yaitu kelompok
latihan intensif dan kelompok kontrol.

 I (Intervention)
Program latihan intensif dengan frekuensi tiga kali dalam sehari,
terdiri dari latihan lingkup gerak sendi pasif pada semua sendi ekstremitas
atas, dan pada bulan-bulan berikutnya latihan ROM aktif dan latihan
peningkatan otot (sesuai dengan tingkat kerjasama anak-anak) dimulai.
Durasi waktu latihan tergantung dengan kerjasama anak.

 C (Comparation)
Pemberian program latihan standar dengan frekuensi satu kali dalam
sehari, terdiri dari latihan lingkup gerak sendi pasif pada semua sendi
ekstremitas atas, dan pada bulan-bulan berikutnya latihan ROM aktif dan
latihan peningkatan otot (sesuai dengan tingkat kerjasama anak-anak)
dimulai. Durasi waktu latihan tergantung dengan kerjasama anak.

 O (Outcome)
Para pasien diperiksa dan program latihan diperiksa oleh dokter yang
sama setiap bulan sampai mereka berusia 12 bulan. Untuk aktif ROM,
sementara peningkatan yang signifikan secara statistik diperoleh pada kedua
kelompok antara 1 – 3 bulan, 3 – 6 bulan, dan 6 –12 bulan di abduksi bahu,
rotasi dan fleksi eksternal, dan fleksi siku dan supinasi lengan depan dan
antara 1 – 3 bulan dan 3 – 6 bulan dalam rotasi internal bahu dan ekstensi (p
<0,05); Tidak ada perbedaan yang signifikan pada ekstensi siku, pronasi
lengan bawah, dan ekstensi pergelangan tangan karena nilai tersebut sudah
hampir normal pada awal pengobatan (p> 0,05).
Terdapat peningkatan yang signifikan secara statistik pada kekuatan
otot pada kedua kelompok antara 1 – 6 bulan dan 6 – 12 bulan di abduksi
bahu, antara 1 – 3 dan 6 – 12 bulan di fleksi bahu, dan antara 1, 3, 6, dan 12
bulan di fleksi siku dan supinasi lengan bawah (p <0,05). Analisis statistik
antara kelompok: Tidak ada perbaikan yang signifikan secara statistik yang
diamati antara kelompok dalam pengukuran EMG dan penilaian kekuatan
otot (p> 0,05).

 T (Time)
Waktu tindak lanjut penelitian selama 12 bulan.

PEMBAHASAN

Pada pasien OBPP pleksus brakialis atas, tidak ada perbedaan signifikan
antara kelompok yang menjalani program latihan intensif dan yang tidak. Dalam
semua kasus ini, fungsi lengan terpantau baik diamati saat mereka berusia 3 bulan,
dan fungsi yang hampir normal ditemukan saat mereka berusia 12 bulan.
Para pasien dengan OBPP pada tingkat C5-6, umumnya menunjukkan
perbaikan dalam periode dari usia 3 bulan sampai 9 bulan. Jika perkembangan
umum tidak bisa didapat pada otot bahu dan bisep saat anak berusia 3 bulan 6
bulan, maka pasien dirujuk untuk operasi. Sementara 70-95% pasien membaik
hampir sepenuhnya, 10% mungkin memerlukan operasi.
Program fisioterapi adalah pilihan pengobatan yang direkomendasikan
untuk pasien dengan C5-7 OBPP pada tahap pertama. Perawatan konservatif ini
meliputi olahraga, bidai, dan stimulasi listrik. Tujuan dari pengobatan konservatif
terutama untuk mencegah pembentukan kontraktur, perkembangan lengan
hipoplasik, dislokasi kepala radial, dan konsekuensi psikososial negatif.
Ketika kami memeriksa proses dalam pemulihan OBPP, kami akan
mengamati bahwa tidak hanya rekonstruksi perifer tetapi juga plastisitas sentral
dan sumsum tulang belakang memainkan peran penting dalam pemulihan OBPP.
Dihipotesiskan bahwa latihan fisik meningkatkan plastisitas, terutama, di sumsum
tulang belakang dan area sentral dengan meningkatkan proliferasi sel ependymal
dan dengan demikian memastikan pemulihan fungsional. Oleh karena itu,
representasi bagian tubuh di korteks motorik dapat diubah setelah cedera dan
selama pembelajaran motorik, dan perubahan di otak mungkin terkait dengan
aktivitas. Plastisitas meningkat karena peningkatan masukan sensorik setelah
latihan. Renovasi kortikal terbukti meningkat setelah cedera tangan melalui
latihan. Oleh karena itu, disarankan bahwa latihan sangat penting setelah saraf tepi
atau cedera sistem saraf pusat.
Dengan demikian, penelitian kami melihat efek dari dua program latihan
yang berbeda untuk lesi pleksus brakialis bagian atas. Penelitian ini membuktikan
bahwa tidak ada perbedaan pemulihan yang signifikan antara kelompok dalam hal
waktu dan derajat dan menunjukkan bahwa latihan intensif tidak memiliki
kontribusi tambahan pada cedera saraf tepi, yang berarti frekuensi latihan tidak
berpengaruh signifikan terhadap pemulihan.

KEKURANGAN

 Durasi latihan yang menyesuaikan kerjasama anak yang berpotensi


menyebabkan bias.
 Kurangnya penjelasan tentang latihan (sampai kapan latihan LGS pasif
diberikan, kapan memulai latihan gerak aktif dan peningkatan kekuatan otot)

KESIMPULAN

1. Latihan dapat mempengaruhi tingkat pemulihan dan hasil, serta mencegah


kemungkinan komplikasi yang mungkin terjadi dalam kasus OBPP.
2. Latihan intensif tidak memberikan kontribusi tambahan pada cedera saraf
tepi, yang berarti frekuensi latihan yang dilakukan pasien setiap hari tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap pemulihan.

Anda mungkin juga menyukai