BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Deskripsi Tanah
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
(terikat secara kimia) satu sama lain dan berasal dari bahan-bahan organik yang
telah
melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang
Udara
Volume rongga
Air
Volume tanah
Tanah
Dari pengertian tanah diatas, butir tanah yang terdiri dari beberapa gradasi
(ukuran) berdampak pada kepadatan tanah pula, maka tanah terdiri dari tiga
komponen yaitu udara, air dan bahan padat (Gambar 2.1). Udara dianggap tak
mempunyai pengaruh teknis sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis
tanah. Ruang di antara butiran-butiran (ruang ini disebut pori atau voids) sebagian
atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air
seluruhnya tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Sehingga jika beban diterapkan
pada tanah kohesif yang jenuh maka pertama kali beban tersebut akan didukung
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 7
oleh tekanan air dalam rongga pori tanahnya. Pada kondisi ini butiran-butiran
lempung tidak dapat mendekat satu sama lain untuk meningkatkan tahanan geser
selama air di dalam rongga pori tidak keluar meninggalkan rongga tersebut.
Karena
rongga pori tanah lempung sangat kecil, keluarnya air pori meninggalkan
rongga pori memerlukan waktu yang lama. Jika sesudah waktu yang lama setelah
air dalam rongga pori berkurang, butiran-butiran lempung dapat mendekat satu
sama lain sehingga tahanan geser tanahnya meningkat. Masalah ini tak dijumpai
pada tanah granular yang rongga porinya relatif besar karena sewaktu beban
diterapkan
air langsung keluar dari rongga pori dan butiran dapat mendekat satu
sama lain yang mengakibatkan tekanan gesernya langsung meningkat.
Tanah lempung terdiri dari butir-butir tanah yang sangat kecil. Sifat tanah
lempung mempunyai kuat geser yang rendah bila kadar air bertambah sehingga
ketika basah tanah lempung bersifat plastis dan menyusut ketika kering,
mengembang ketika basah. Menurut Terzaghi (1967) tanah lempung kohesif
diklasifikasikan sebagai tanah lempung lunak apabila mempunyai daya dukung
ultimate lebih kecil dari 0,5 kg/cm2 dan nilai standard penetrasi tes lebih kecil
dari 4 (NSPT < 4). Berdasarkan uji lapangan, lempung lunak secara fisik dapat
diremas dengan mudah oleh jari-jari tangan.
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 8
Sistem klasifikasi USCS didasarkan pada sifat-sifat indek tanah yang
sederhana seperti distribusi ukuran butiran, batas cair dan indek plastisitasnya.
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan
selanjutnya
dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan
United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for
Testing and Materials (ASTM) telah memakai USCS sebagai metode standar
guna mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk yang sekarang, sistem ini banyak
digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik.
Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna
pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar (subgrade). Karena
sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan tersebut. Sistem ini membagi tanah ke
dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang
terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan tanah granular
yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang
lolos saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5,
A-6, dan A-7. Tanah-tanah dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tanah
lanau dan lempung.
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 9
Berikut ini adalah macam-macam upaya stabilisasi tanah :
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 10
dicampur dengan kerikil untuk memenuhi daya dukung tanah dasar dari
proyek jalan tertentu.
Tabel 2.1 Macam-macam tanah dan metode stabilisasi yang cocok untuk stabilitas
dan keawetan tanah dasar (subgrade) (Johnson, 1965)
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 11
2.3.2 Stabilisasi Tanah Secara Kiamiawi
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 12
Geosintetik secara umum dibedakan berdasarkan sifat bahan yaitu :
a. Geosintetik yang dapat meloloskan air (permeable) dikenal sebagai
geotekstil.
b. Geosintetik yang kedap air (impermeable) dikenal sebagai geomembran.
Fungsi geosintetik :
a. Perkuatan (Reinforcement) ; sebagai kekuatan tanah dan perataan beban.
example : untuk perkuatan lereng, perkuatan tanah dasar timbunan
tanggul, jalan, lapangan parkir, run way dll.
b. Separator (Separation) ; untuk mencegah bercampurnya agregat pilihan
dengan lapisan asli tanah lunak. example : sebagai pemisah antara lapisan
tanah lunak dengan lapisan batu pecah sub base jalan.
c. Drainase (Drainage) ; untuk mengalirkan air baik secara horisontal
maupun secara vertikal. example : geosintetik untuk vertical drain.
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 13
d. Filtrasi (Filtration) ; sebagai pelindung dimana air bisa melewati bahan ini
tetapi bahan tersebut dapat menahan butiran-butiran tanah. example : pada
struktur tebing pelindung pantai.
e. Penahan cairan (Containment) ; sebagai penahan air. example : pada
Lapisan tanah lunak (kuat dukung rendah) umumnya disebabkan
banyaknya kandungan air yang tertahan dalam tanah, secara sedehana upaya
perbaikan lapisan tanah lunak adalah dengan mengeluarkan air dari pori-pori
tanah, usaha perbaikan tanah dengan cara mengeluarkan air dari pori-pori
tanah ini disebut perbaikan tanah secara hidrolis.
Perbaikan tanah secara hidrolis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pra pembebanan (Preloading)
Sumber : Google
Gambar 2.2 Penempatan timbunan tanah sebagai preloading
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 14
dalam pori-pori tanah akan terperas keluar (terkonsolidasi) lebih cepat.
Apabila konsolidasi yang diinginkan telah tercapai sebagian atau timbunan
preloading dapat dibuang.
b. Drainase vertikal (Vertical drain) dikombinasikan dengan preloading.
- Drainase vertikal dari kolom pasir ; pada tahun 1925, Daniel E. Moran
(USA) memperkenalkan pemakaian drainase vertikal dari kolom-
kolom pasir untuk mempercepat proses konsolidasi tanah pada
kedalaman yang besar. Tipe drainase vertikal ini selanjutnya dikenal
dengan sand drain.
- Drainase vertikal dengan bahan sintetis (Wick darin) ; pada tahun
1936, Kjellman (Swedia) memperkenalkan sistem vertikal drain
dengan bahan sintetis. Bahan sisntesis dipilih karena dibandingakan
dengan bahan lain, bahan ini lebih cepat mempercepat mengalirkan air
(drain) dari dalam tanah lunak menju permukaan tanah sehingga
proses konsolidasi berlangsung lebih singkat. Perbaikan tanah secara
hidrolis lebih efektif dengan mengkombinasikan antara preloading
dengan vertikal drain.
Sumber : Google
Gambar 2.3 Kombinasi preloading dan vertical drain
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 15
Prinsip kerja kombinasi preloading dan vertical drain
a. Akibat penempatan timbunan preloading, tekanan air pori tanah
meningkat.
b. Kelebihan tekanan air pori tanah akan terdipasi (terlepaskan) dengan
Lapis Permukaan
Tanah Dasar
Sumber : Google
Gambar 2.4 Komponen perkerasan lentur
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 16
Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai,
tetapi tetap ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis
paling atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik
mutunya.
Di bawahnya terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar
yang telah dipadatkan (Suprapto, 2004). Berikut ini adalah penjelasan dari tiap
lapisan perkerasan jalan lentur :
a. Lapis Permukaan (Surface)
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
permukaan adalah ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan
yang diterima oleh perkerasan, baik beban vertikal maupun beban
horizontal (gaya geser), yang merupakan lapisan kedap air dan tidak licin
serta rata yang memungkinkan kendaraaan berjalan dan memperoleh
kenyamanan yang cukup.
b. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak
menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah sebagai
pendukung bagi lapis permukaan sekaligus pemikul beban horizontal dan
vertikal.
c. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah sebagai prnyebar beban
roda sekaligus mencegah masuknya air ke lapis pondasi.
d. Tanah Dasar (Subgrade)
Tanah dasar adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian atau
permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan
tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 17
analisa komponen perkerasan jalan yang berpedoman pada spesifikasi Bina
Marga. Metoda tersebut merupakan modifikasi dari metoda AASHTO 1972 yang
disesuaikan dengan kondisi jalan di Indonesia. Rumus-rumus dasar yang
digunakan
dalam metoda tersebut adalah rumus AASHTO 1972. Sementara itu,
untuk mendukung perhitungan tebal perkerasan digunakan nomogram yang
menghasilkan indeks tebal perkerasan.
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 18
Vermikulit terdiri dari magnesium aluminium silikat yang terhidrasi,
mengelupas (mengembang) bila dipanaskan hingga membentuk agregat ringan.
Vermikulit dibuat dengan berbagai macam gradasi, dari mulai gradasi kecil,
sedang
hingga besar. Sifatnya ringan, tidak mudah terbakar, kompresibel, berdaya
serap tinggi, tidak reaktif dan tidak berbau.
Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah agregat halus dan air,
semen akan menjadi pasta semen. Dan jika digabungkan dengan agregat kasar
pasta semen akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan
menjadi beton keras. Semen yang paling banyak digunakan untuk bahan
konstruksi yaitu semen Portland. Menurut ASTM C-150, semen portland
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 19
didefenisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama
dengan
bahan utamanya.
Semen Portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi
utamanya adalah kapur (CaO), silica (SiO3), alumina Al2O3, sedikit magnesia
(MgO), dan terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya terkadang
ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk
mengatur waktu ikat semen. Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu
pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis
yang dihasilkan berkisar antara 3,12 dan 3,16 serta berat volume sekitar 1500
kg/cm3 (Nawy dalam (Ed.), 2004).
Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan
khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada
tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan
untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan
jalan, struktur rel, dan lain-lain.
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 20
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan
ketahanan sulfat ( pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara
0, 10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut,
bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan
landasan jembatan.
3. Tipe III (High Early Strength)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi
pada
tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini dibuat
dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai
C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland
tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan
kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur
7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan
menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari.
4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur beton yang massive dan
dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana
kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan
diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume
beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan
(strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen
portland tipe I.
5 Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada
daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi
seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 21
2.7 Pemadatan Tanah (Kompaksi)
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 22
Percobaan ini dinamakan “Standard Compaction Test” dan “Modified
Compaction Test”
- Standard Compaction Test (Tes Pemadatan Standar)
Dalam percobaan ini tanah dipadatkan dalam cetakan (mould),
dengan menggunakan alat pemukul seberat 5,5 pound / 2,5kg yang
dijatuhkan dari ketinggian 12 inchi secara jatuh bebas. Cetakan ini
diisi sebanyak 3 lapis sampai penuh dan dipadatkan dengan 25 kali
tumbukan setiap lapisnya.
a
b
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 23
Sumber: Google
Gambar 2.9 Cara melakukan penumbukan tiap lapisan
Garis ZAVC (Zero Air Void Curve) adalah hubungan antara berat isi
kering dengan kadar air bilamana derajat kejenuhan 100% yaitu bila pori
tanah sama sekali tidak mengandung udara. Grafik ini berguna sebagai
petunjuk pada saat penggambaran grafik kompaksi tersebut akan selalu
berada di bawah ZAVC dan tidak pernah berpotongan. Garis ZAVC
biasanya tidak lurus tetapi agak melengkung keatas.
Sumber: Google
Gambar 2.10 Kurva pemadatan
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 24
2.8 California Bearing Ratio (CBR)
Pada pengujian ini digunakan cetakan dengan ukuran tinggi 4,58 inchi,
diameter 6 inchi. Proctor yang dipakai pada pengujian ini dengan berat 5,5 pound
/ 2,5kg dengan tinggi jatuh 12 inchi. Tanah yang dipakai adalah tanah yang lolos
ayakan No 4 atau dengan ukuran 4,75mm. Pada uji CBR ini tanah yang
dipadatkan dibagi menjadi 3 lapisan. Cara ini dikembangkan oleh California State
Highway Departement sebagai cara untuk menilai tanah dasar jalan (subgrade ).
Dengan cara ini suatu percobaan penetrasi dipergunakan untuk menilai kekuatan
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 25
tanah dasar atau bahan lainnya yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan.
Nilai CBR yang diperoleh kemudian dipakai untuk menentukan tebal lapisan
perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang CBR-nya ditentukan.
Dalam hal ini akan didapat 2 nilai, yakni :
Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 26