Anda di halaman 1dari 20

 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
BAB II
 
TINJAUAN PUSTAKA
 

 
2.1 Deskripsi Tanah
 
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai material
 
yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak tersementasi
 
(terikat secara kimia) satu sama lain dan berasal dari bahan-bahan organik yang
telah
  melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas yang

  mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Sementara


tanah menurut Terzaghi yaitu “tanah terdiri dari butiran-butiran hasil pelapukan
massa batuan massive, di mana ukuran tiap butir tanah hasil dari pelapulan
tersebut dapat sebesar kerikil-pasir-lanau-lempung dan kontak antar butir tidak
tersementasi termasuk bahan organik.

Udara
Volume rongga
Air

Volume tanah
Tanah

Sumber : Das, 1994


Gambar 2.1 Komponen tanah

Dari pengertian tanah diatas, butir tanah yang terdiri dari beberapa gradasi
(ukuran) berdampak pada kepadatan tanah pula, maka tanah terdiri dari tiga
komponen yaitu udara, air dan bahan padat (Gambar 2.1). Udara dianggap tak
mempunyai pengaruh teknis sedangkan air sangat mempengaruhi sifat-sifat teknis
tanah. Ruang di antara butiran-butiran (ruang ini disebut pori atau voids) sebagian
atau seluruhnya dapat terisi oleh air atau udara. Bila rongga tersebut terisi air
seluruhnya tanah dikatakan dalam kondisi jenuh. Sehingga jika beban diterapkan
pada tanah kohesif yang jenuh maka pertama kali beban tersebut akan didukung

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 7

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
oleh tekanan air dalam rongga pori tanahnya. Pada kondisi ini butiran-butiran
 
lempung tidak dapat mendekat satu sama lain untuk meningkatkan tahanan geser
 
selama air di dalam rongga pori tidak keluar meninggalkan rongga tersebut.
Karena
  rongga pori tanah lempung sangat kecil, keluarnya air pori meninggalkan
  rongga pori memerlukan waktu yang lama. Jika sesudah waktu yang lama setelah
air dalam rongga pori berkurang, butiran-butiran lempung dapat mendekat satu
 
sama lain sehingga tahanan geser tanahnya meningkat. Masalah ini tak dijumpai
 
pada tanah granular yang rongga porinya relatif besar karena sewaktu beban
diterapkan
  air langsung keluar dari rongga pori dan butiran dapat mendekat satu
  sama lain yang mengakibatkan tekanan gesernya langsung meningkat.
Tanah lempung terdiri dari butir-butir tanah yang sangat kecil. Sifat tanah
lempung mempunyai kuat geser yang rendah bila kadar air bertambah sehingga
ketika basah tanah lempung bersifat plastis dan menyusut ketika kering,
mengembang ketika basah. Menurut Terzaghi (1967) tanah lempung kohesif
diklasifikasikan sebagai tanah lempung lunak apabila mempunyai daya dukung
ultimate lebih kecil dari 0,5 kg/cm2 dan nilai standard penetrasi tes lebih kecil
dari 4 (NSPT < 4). Berdasarkan uji lapangan, lempung lunak secara fisik dapat
diremas dengan mudah oleh jari-jari tangan.

2.2 Sistem Klasifikasi Tanah

Sistem klasifikasi tanah dibuat pada dasarnya untuk memberikan informasi


tentang karakteristik dan sifat-sifat fisis tanah. Karena variasi sifat dan perilaku
tanah yang begitu beragam, sistem klasifikasi secara umum mengelompokan
tanah ke dalam kategori yang umum, dimana tanah memiliki kesamaan sifat fisis.
Ukuran butiran tanah dan plastisitas digunakan untuk identifikasi jenis tanah.
Karakteristik tersebut digunakan untuk menentukan kelompok klasifikasinya.
Sistem klasifikasi tanah yang umum digunakan pada bidang konstruksi sipil untuk
mengelompokan tanah adalah Unfield Soil Clasification System (USCS) dan
American Association of State Highway and Transportation Officials
Classfication (AASHTO).

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 8

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Sistem klasifikasi USCS didasarkan pada sifat-sifat indek tanah yang
 
sederhana seperti distribusi ukuran butiran, batas cair dan indek plastisitasnya.
 
Klasifikasi tanah sistem ini diajukan pertama kali oleh Casagrande dan
selanjutnya
  dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan
  United State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for
Testing and Materials (ASTM) telah memakai USCS sebagai metode standar
 
guna mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk yang sekarang, sistem ini banyak
 
digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik.
  Sistem klasifikasi AASHTO berguna untuk menentukan kualitas tanah guna

  pekerjaan jalan yaitu lapis dasar (subbase) dan tanah dasar (subgrade). Karena
sistem ini ditujukan untuk pekerjaan jalan tersebut. Sistem ini membagi tanah ke
dalam 7 kelompok utama yaitu A-1 sampai dengan A-7. Tanah yang
terklasifikasikan dalam kelompok A-1, A-2, dan A-3 merupakan tanah granular
yang memiliki partikel yang lolos saringan No. 200 kurang dari 35%. Tanah yang
lolos saringan No. 200 lebih dari 35% diklasifikasikan dalam kelompok A-4, A-5,
A-6, dan A-7. Tanah-tanah dalam kelompok ini biasanya merupakan jenis tanah
lanau dan lempung.

2.3 Stabilisasi Tanah

Dalam pengertian luas, yang dimaksud stabilisasi tanah adalah pencampuran


tanah dengan bahan tertentu, guna memperbaiki sifat-sifat teknis tanah agar
memenuhi syarat teknis tertentu. Proses stabilisasi tanah meliputi pencampuran
dengan material lain untuk memperoleh gradasi yang diinginkan, sehingga sifat-
sifat teknik tanah menjadi lebih baik.
Guna merubah sifat-sifat teknis tanah, seperti : daya dukung, permeabilitas,
kemudahan dikerjakan, potensi pengembangan dan sensitifitas terhadap
perubahan kadar air, maka dapat dilakukan dengan cara penanganan dari yang
paling mudah, seperti pemadatan sampai teknik yang lebih mahal, seperti :
mencampur tanah dengan semen, kapur, abu terbang, injeksi semen (grouting),
pemanasan dan lain-lain.

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 9

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Berikut ini adalah macam-macam upaya stabilisasi tanah :
 

 2.3.1 Stabilisasi Tanah Secara Mekanis

  Stabilisasi mekanis atau stabilisasi mekanikal dilakukan dengan cara


  mencampur atau mengaduk dua macam tanah atau lebih yang bergradasi

  berbeda untuk memperoleh material yang memenuhi syarat kekuatan tertentu.


Pencampuran tanah ini dapat dilakukan di lokasi proyek, di pabrik atau di
 
tempat pengambilan bahan timbunan. Material yang telah dicampur ini,
 
kemudian dihamparkan dan dipadatkan di lokasi proyek. Stabilisasi mekanis
  juga dapat dilakukan dengan cara menggali tanah buruk di tempat dan
menggantinya dengan material granular dari tempat lain. Metode stabilisasi
yang cocok untuk stabilitas dasar masing-masing tanah dapat dilihat pada
Tabel 2.1.
Prinsip kerja perbaikan tanah secara mekanis adalah dengan energi
gilasan, tumbukan dan getaran berperan mendorong udara dan air tanah dari
rongga/pori-pori tanah, sekaligus memampatkan rongga menjadi semakin
kecil, proses memampatkan tanah juga merubah susunan butir menjadi lebih
kompak.
Cara gilasan dan tumbukan sangat cocok untuk tanah kohesif (berbutir
halus) sedangkan cara gilasan dan getaran cocok untuk tanah non-kohesif
(berbutir kasar).
Menurut Lambe (1962) stabilisasi mekanis merupakan suatu proses yang
menyangkut dua cara perubahan sifat-sifat tanah :
- Penyusunan kembali partikel-partikel tanah, seperti contohnya
pencampuran beberapa lapisan tanah, pembentukan kembali tanah yang
telah terganggu, dan pemadatan.
- Penambahan atau penyingkiran partikel-partikel tanah. Sifat-sifat tanah
tertentu dapat diubah dengan menambah atau menyingkirkan sebagian
fraksi tanah. Biaya yang dikeluarkan umumnya lebih rendah dibandingkan
dengan metode stabilisasi yang lain. Contohnya, lempung berpasir

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 10

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
dicampur dengan kerikil untuk memenuhi daya dukung tanah dasar dari
 
proyek jalan tertentu.
 
Tabel 2.1 Macam-macam tanah dan metode stabilisasi yang cocok untuk stabilitas
 
dan keawetan tanah dasar (subgrade) (Johnson, 1965)
 

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 11

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
2.3.2 Stabilisasi Tanah Secara Kiamiawi
 

  Stabilisasi kimiawi atau stabilisasi dengan menggunakan bahan tambah


bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat teknis tanah, dengan cara mencampur
 
tanah dengan menggunakan bahan tambah dengan perbandingan tertentu.
 
Perbandingan campuran bergantung pada kualitas campuran yang diinginkan.
  Jika pencampuran hanya dimaksudkan untuk merubah gradasi, plastisitas
 tanah, dan kemudahan dikerjakan, maka hanya memerlukan bahan tambah

 sedikit. Namun, bila stabilisasi dimaksudkan untuk merubah tanah agar


mempunyai kekuatan tinggi, maka diperlukan bahan tambah yang lebih
 
banyak. Material yang telah dicampur dengan bahan tambah ini harus
dihamparkan dan dipadatkan dengan baik. Contoh bahan tambah yang umum
digunakan adalah : kapur, semen portland, abu terbang, dan lain-lain.

2.3.3 Stabilisasi Tanah dengan Geosintetik

Secara Bahasa, Geosynthetics (geosintetik) bersal dari kata geo (bumi),


dan synthetics (buatan), sehingga geosintetik merupakan material buatan
manusia yang digunakan untuk pekerjaan yang berhubungan dengan bumi
atau tanah.
Secara Istilah, Geosintetik merupakan material buatan manusia, terutama
polymer (sejenis plastik) yang digunakan dalam pekerjaan-pekerjaan
ketekniksipilan yang berhubungan dengan tanah dan batuan.
Keunggulan menggunakan geosintetik :
a. Karena terbuat dari bahan polimer maka bahan ini tidak terdegradasi
atau rusak oleh mikroba.
b. Relatif lebih ekonomis dibandingkan dengan menggunakan metode
konvensional (seperti beton bertulang dll.)
c. Telah diakui secara internasional melalui ASTM dan ISO.

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 12

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Geosintetik secara umum dibedakan berdasarkan sifat bahan yaitu :
 
a. Geosintetik yang dapat meloloskan air (permeable) dikenal sebagai
 
geotekstil.
 b. Geosintetik yang kedap air (impermeable) dikenal sebagai geomembran.

  Beberapa pengertian yang berhubungan dengan geosintetik berdasarkan


International Geosynthetic Socciety (IGS) antara lain :
 
a. Geotekstil ; bahan yang dapat meloloskan air dari anyaman (woven) atau
 
tanpa anyaman (non-woven) dari benang-benang atau serat-serat sintetik
  yang digunakan dalam pekerjaan tanah.
  b. Geogrid ; geotekstil yang berupa lubang-lubang berbentuk segi empat
(geotextile grid) atau lubang berbentuk jaring (geotextile net), biasanya
terbuat dari bahan Polyester (PET) atau High Density Polyethyline
(HDPE).
c. Geocomposite ; kombinasi dua atau lebih tipe geosintetik.
d. Geomembrane ; geosintetik yang bersifat impermeable atau tidak tembus
air, biasanya dibuat dari bahan High Density Polyethylene (HDPE).
e. Geocell ; geosintetik berbentuk sel-sel sebagai bahan penahan erosi atau
perkuatan, terbuat dari bahan High Density Polyethylene (HDPE).
f. Geospacer ; bahan sintetis yang ditempatkan di antara dua bahan sintetis
lain biasanya digunakan pada konstruksi drain.

Fungsi geosintetik :
a. Perkuatan (Reinforcement) ; sebagai kekuatan tanah dan perataan beban.
example : untuk perkuatan lereng, perkuatan tanah dasar timbunan
tanggul, jalan, lapangan parkir, run way dll.
b. Separator (Separation) ; untuk mencegah bercampurnya agregat pilihan
dengan lapisan asli tanah lunak. example : sebagai pemisah antara lapisan
tanah lunak dengan lapisan batu pecah sub base jalan.
c. Drainase (Drainage) ; untuk mengalirkan air baik secara horisontal
maupun secara vertikal. example : geosintetik untuk vertical drain.

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 13

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
d. Filtrasi (Filtration) ; sebagai pelindung dimana air bisa melewati bahan ini
 
tetapi bahan tersebut dapat menahan butiran-butiran tanah. example : pada
 
struktur tebing pelindung pantai.
 e. Penahan cairan (Containment) ; sebagai penahan air. example : pada

  bangunan embung, pelapis tanggul sungai, tempat pengolahan limbah


berbahaya.
 

 2.3.4 Stabilisasi Tanah Secara Hidrolis

 
Lapisan tanah lunak (kuat dukung rendah) umumnya disebabkan
 
banyaknya kandungan air yang tertahan dalam tanah, secara sedehana upaya
perbaikan lapisan tanah lunak adalah dengan mengeluarkan air dari pori-pori
tanah, usaha perbaikan tanah dengan cara mengeluarkan air dari pori-pori
tanah ini disebut perbaikan tanah secara hidrolis.

Perbaikan tanah secara hidrolis dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a. Pra pembebanan (Preloading)

Sumber : Google
Gambar 2.2 Penempatan timbunan tanah sebagai preloading

Pra pembebanan (Preloading) merupakan suatu metode perbaikan tanah


dengan cara menempatkan timbunan pada lokasi yang akan distabilisasi
dengan berat sekrang-kurangnya sama dengan berat struktur (beban
permanen) di masa yang akan datang. Akibat adanya beban timbunan tersebut
maka lapisan tanah di bawahnya akan tertekan sehingga air yang berada di

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 14

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
dalam pori-pori tanah akan terperas keluar (terkonsolidasi) lebih cepat.
 
Apabila konsolidasi yang diinginkan telah tercapai sebagian atau timbunan
 
preloading dapat dibuang.
 
b. Drainase vertikal (Vertical drain) dikombinasikan dengan preloading.
 
- Drainase vertikal dari kolom pasir ; pada tahun 1925, Daniel E. Moran
 
(USA) memperkenalkan pemakaian drainase vertikal dari kolom-
  kolom pasir untuk mempercepat proses konsolidasi tanah pada
  kedalaman yang besar. Tipe drainase vertikal ini selanjutnya dikenal
dengan sand drain.
 
- Drainase vertikal dengan bahan sintetis (Wick darin) ; pada tahun
1936, Kjellman (Swedia) memperkenalkan sistem vertikal drain
dengan bahan sintetis. Bahan sisntesis dipilih karena dibandingakan
dengan bahan lain, bahan ini lebih cepat mempercepat mengalirkan air
(drain) dari dalam tanah lunak menju permukaan tanah sehingga
proses konsolidasi berlangsung lebih singkat. Perbaikan tanah secara
hidrolis lebih efektif dengan mengkombinasikan antara preloading
dengan vertikal drain.

Sumber : Google
Gambar 2.3 Kombinasi preloading dan vertical drain

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 15

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Prinsip kerja kombinasi preloading dan vertical drain
 
a. Akibat penempatan timbunan preloading, tekanan air pori tanah
 
meningkat.
 b. Kelebihan tekanan air pori tanah akan terdipasi (terlepaskan) dengan

  mengalirkan ke arah horisontal radial menuju vertical drain. Selanjutnya


air akan mengalir ke arah vertikal melewati vertikal drain.
 
c. Setelah mencapa atas air akan menglalir secara horisontal menuju parit.
 
d. Proses keluarnya air dari pori-pori tanah disebut konsolidasi dan slama
  proses konsolidasi, tanah mangalami penurunan konsolidasi.
  e. Setelah konsolidasi selesai tanah menjadi lebih stabil dan tidak mengalami
penurunan.
f. Dalam teori, besar penurunan konsolidasi adalah sama, hanya laju
penurunan bisa dibuar lebih cepat.

2.4 Deskripsi Perkerasan Jalan

Perkerasan jalan merupakan lapisan perkerasan yang terletak di antara


lapisan tanah dasar dan roda kendaraan, yang berfungsi memberikan pelayanan
kepada sarana transportasi, dan selama masa pelayanannya diharapkan tidak
terjadi kerusakan yang berarti. Agar perkerasan jalan yang sesuai dengan mutu
yang diharapkan, maka pengetahuan tentang sifat, pengadaan dan pengolahan
dari bahan penyusun perkerasan jalan sangat diperlukan (Silvia Sukirman, 2003).

Lapis Permukaan

Lapis Pondasi Atas

Lapis Pondasi Bawah

Tanah Dasar
Sumber : Google
Gambar 2.4 Komponen perkerasan lentur

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 16

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Supaya perkerasan mempunyai daya dukung dan keawetan yang memadai,
 
tetapi tetap ekonomis, maka perkerasan jalan raya dibuat berlapis-lapis. Lapis
 
paling atas disebut sebagai lapis permukaan, merupakan lapisan yang paling baik
mutunya.
  Di bawahnya terdapat lapis pondasi, yang diletakkan di atas tanah dasar
  yang telah dipadatkan (Suprapto, 2004). Berikut ini adalah penjelasan dari tiap
lapisan perkerasan jalan lentur :
 
a. Lapis Permukaan (Surface)
 
Lapis permukaan adalah bagian perkerasan yang paling atas. Fungsi lapis
  permukaan adalah ikut mendukung dan menyebarkan beban kendaraan
  yang diterima oleh perkerasan, baik beban vertikal maupun beban
horizontal (gaya geser), yang merupakan lapisan kedap air dan tidak licin
serta rata yang memungkinkan kendaraaan berjalan dan memperoleh
kenyamanan yang cukup.
b. Lapis Pondasi Atas (Base Course)
Lapis pondasi atas adalah bagian dari perkerasan yang terletak antara lapis
permukaan dan lapis pondasi bawah atau dengan tanah apabila tidak
menggunakan lapis pondasi bawah. Fungsi lapis ini adalah sebagai
pendukung bagi lapis permukaan sekaligus pemikul beban horizontal dan
vertikal.
c. Lapis Pondasi Bawah (Subbase Course)
Lapis pondasi bawah adalah bagian perkerasan yang terletak antara lapis
pondasi dan tanah dasar. Fungsi lapis ini adalah sebagai prnyebar beban
roda sekaligus mencegah masuknya air ke lapis pondasi.
d. Tanah Dasar (Subgrade)
Tanah dasar adalah permukaan tanah semula, permukaan tanah galian atau
permukaan tanah timbunan yang dipadatkan dan merupakan permukaan
tanah dasar untuk perletakan bagian-bagian perkerasan lainnya.

Dari penjelasan diatas, lapisan-lapisan perkerasan jalan lentur dapat dihitung


ketebalannya, dengan data-data lalu lintas kendaraan, maupun data tanah yang
mendukung dibawahnya. Perhitungan tersebut dapat dilakukan dengan metoda

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 17

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
analisa komponen perkerasan jalan yang berpedoman pada spesifikasi Bina
 
Marga. Metoda tersebut merupakan modifikasi dari metoda AASHTO 1972 yang
 
disesuaikan dengan kondisi jalan di Indonesia. Rumus-rumus dasar yang
digunakan
  dalam metoda tersebut adalah rumus AASHTO 1972. Sementara itu,
  untuk mendukung perhitungan tebal perkerasan digunakan nomogram yang
menghasilkan indeks tebal perkerasan.
 

Sumber: Dokumen Pribadi


Gambar 2.5 Nomogram untuk menentukan ITP

2.5 Pengertian Umum Vermikulit

Vermikulit pertama kali ditemukan pada tahun 1824 di Millbury,


Massachusetts, Amerika Serikat. Namanya berasal dari bahasa Latin vermiculare
yang berarti cacing berkembang. Vermikulit merupakan lapisan mineral silica
yang telah mengalami proses pemanasan pada suhu tinggi. Pemanasan tersebut
telah mengakibatkan mineral mengalami pengembangan seperti pada jagung (pop
corn). Hasilnya adalah bahan yang steril porositas tinggi yang mampu menyerap
air dalam jumlah banyak dengan cepat serta mudah dikeringkan secara cepat.

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 18

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Vermikulit terdiri dari magnesium aluminium silikat yang terhidrasi,
 
mengelupas (mengembang) bila dipanaskan hingga membentuk agregat ringan.
 
Vermikulit dibuat dengan berbagai macam gradasi, dari mulai gradasi kecil,
sedang
  hingga besar. Sifatnya ringan, tidak mudah terbakar, kompresibel, berdaya
  serap tinggi, tidak reaktif dan tidak berbau.

Sumber: Dokumen penyusun


Gambar 2.6 Vermikulit

Dari sifatnya tersebut vermikulit di bidang teknik sipil banyak digunakan


sebagai isolasi yang tahan terhadap api, terutama penggunaannya dalam
pembuatan beton. Beton yang dicampur dengan vermikulit cenderung lebih ringan
dari pada beton konvensional, karena sifatnya yang ringan seringkali digunakan
sebagai agregat halus / filler pada beton ringan.

2.6 Pengertian Umum Semen

Semen merupakan bahan ikat yang penting dan banyak digunakan dalam
pembangunan fisik di sektor konstruksi sipil. Jika ditambah agregat halus dan air,
semen akan menjadi pasta semen. Dan jika digabungkan dengan agregat kasar
pasta semen akan menjadi campuran beton segar yang setelah mengeras akan
menjadi beton keras. Semen yang paling banyak digunakan untuk bahan
konstruksi yaitu semen Portland. Menurut ASTM C-150, semen portland

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 19

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
didefenisikan sebagai semen hidrolik yang dihasilkan dengan menggiling klinker
 
yang terdiri dari kalsium silikat hidrolik, yang umumnya mengandung satu atau
 
lebih bentuk kalsium sulfat sebagai bahan tambahan yang digiling bersama-sama
dengan
  bahan utamanya.
 

Sumber: Dokumen Pribadi


Gambar 2.7 Portland Cement

Semen Portland dibuat dari serbuk halus mineral kristalin yang komposisi
utamanya adalah kapur (CaO), silica (SiO3), alumina Al2O3, sedikit magnesia
(MgO), dan terkadang sedikit alkali. Untuk mengontrol komposisinya terkadang
ditambahkan oksida besi, sedangkan gipsum (CaSO4.2H2O) ditambahkan untuk
mengatur waktu ikat semen. Penambahan air pada mineral ini menghasilkan suatu
pasta yang jika mengering akan mempunyai kekuatan seperti batu. Berat jenis
yang dihasilkan berkisar antara 3,12 dan 3,16 serta berat volume sekitar 1500
kg/cm3 (Nawy dalam (Ed.), 2004).
Semen portland diklasifikasikan dalam lima tipe yaitu :
1. Tipe I (Ordinary Portland Cement)
Dipakai untuk keperluan konstruksi umum yang tidak memakai persyaratan
khusus terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada
tanah dan air yang mengandung sulfat 0, 0% – 0, 10 % dan dapat digunakan
untuk bangunan rumah pemukiman, gedung-gedung bertingkat, perkerasan
jalan, struktur rel, dan lain-lain.

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 20

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
2. Tipe II (Moderate sulfat resistance)
 
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan
 
ketahanan sulfat ( pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara
0,  10 – 0, 20 % ) dan panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut,
  bangunan dibekas tanah rawa, saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan
landasan jembatan.
 
3. Tipe III (High Early Strength)
 
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan kekuatan yang tinggi
pada
  tahap permulaan setelah pengikatan terjadi. Semen tipe III ini dibuat
  dengan kehalusan yang tinggi blaine biasa mencapai 5000 cm2/gr dengan nilai
C3S nya juga tinggi. Beton yang dibuat dengan menggunakan semen Portland
tipe III ini dalam waktu 24 jam dapat mencapai kekuatan yang sama dengan
kekuatan yang dicapai semen Portland tipe I pada umur 3 hari, dan dalam umur
7 hari semen Portland tipe III ini kekuatannya menyamai beton dengan
menggunakan semen portlan tipe I pada umur 28 hari.
4. Tipe IV (Low Heat Of Hydration)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan panas hidrasi rendah.
Penggunaan semen ini banyak ditujukan untuk struktur beton yang massive dan
dengan volume yang besar, seprti bendungan, dam, lapangan udara. Dimana
kenaikan temperatur dari panas yang dihasilkan selama periode pengerasan
diusahakan seminimal mungkin sehingga tidak terjadi pengembangan volume
beton yang bisa menimbulkan cracking (retak). Pengembangan kuat tekan
(strength) dari semen jenis ini juga sangat lambat jika dibanding semen
portland tipe I.
5 Tipe V (Sulfat Resistance Cement)
Semen Portland yang dalam penggunaannya memerlukan ketahanan tinggi
terhadap sulfat. Semen jenis ini cocok digunakan untuk pembuatan beton pada
daerah yang tanah dan airnya mempunyai kandungan garam sulfat tinggi
seperti : air laut, daerah tambang, air payau dsb

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 21

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
2.7 Pemadatan Tanah (Kompaksi)
 

 Pemadatan dilakukan pada pembuatan timbunan tanah baik untuk pembuatan


timbunan jalan raya maupun untuk bangunan jalan lain yang terpaksa harus dibuat
 
pada daerah yang memungkinkan terjadinya proses penggalian maupun
 
penimbunan untuk meningkatkan berat volumenya.
  Pemadatan adalah suatu proses di mana udara pada pori-pori tanah
dikeluarkan
  dengan salah satu cara mekanis yang digunakan untuk memadatkan
tanah
  ada beberapa macam. Di lapangan biasanya dipakai cara memukul. Untuk
setiap daya pemadatan tertentu kepadatan yang dicapai tergantung pada
 
banyaknya air di dalam tanah tersebut yaitu kadar airnya.
Fungsi utama pemadatan yaitu untuk meningkatkan daya dukung tanah
(sebagai pondasi) maupun untuk mengurangi penurunan tanah yang tidak
diinginkan terlalu besar.
Pemadatan pada tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering
tanah yang dipadatkan, maka air akan berfungsi sebagai pembasah (pelumas) pada
partikel-partikel tanah. Sehingga partikel tanah akan lebih mudah bergerak dan
bergeseran satu sama lain dan membentuk kedudukan yang lebih rapat/padat.
Berat volumenya kering dari tanah akan naik bila kadar air dalam tanah (pada
saat dipadatkan) meningkat. Adanya penambahan kadar air cenderung
menurunkan berat volunye kering dari tanah, karena air tersebut menempati
ruang-ruang pori dalam tanah yang sebenarnya dapat ditempati oleh partikel-
partikel padat dari tanah. Kadar air di mana berat volume kering maksimum tanah
dicapai disebut kadar air optimum.
Tujuan dari pengujian pemadatan ini sendiri adalah
1. Menentukan berat isi kering maksimum
2. Mengetahui kadar air optimum
3. Menyelidiki sifat-sifat kepadatan tanah kohesif
Tingkat pemadatan tanah diukur dari berat volume kering tanah yang
dipadatkan. Ada dua macam percobaan di laboratorium (standar test) yang biasa
dipakai untuk menentukan kadar air optimum dan berat isi kering maksimum.

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 22

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Percobaan ini dinamakan “Standard Compaction Test” dan “Modified
 
Compaction Test”
 
- Standard Compaction Test (Tes Pemadatan Standar)
  Dalam percobaan ini tanah dipadatkan dalam cetakan (mould),
  dengan menggunakan alat pemukul seberat 5,5 pound / 2,5kg yang
dijatuhkan dari ketinggian 12 inchi secara jatuh bebas. Cetakan ini
 
diisi sebanyak 3 lapis sampai penuh dan dipadatkan dengan 25 kali
 
tumbukan setiap lapisnya.
 
a
 
b

Sumber: Dokumen Pribadi


Gambar 2.8 a. Cetakan pengujian pemadatan b.Proktor pemadatan

- Modified Compaction Test (Tes Pemadatan Modified)


Cara melakukan percobaan ini tidak banyak berbeda dengan cara
melakukan percobaan standar. Cetakan yang digunakan sama dan
banyaknya pukulan setiap lapisnya juga sama. Akan tetapi alat
pemukulnya besar yaitu seberat 10 pound / 4,5kg dengan tinggi jatuh
18 inchi, dan cetakan diisi sebanyak 5 lapis sampai penuh.

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 23

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
Sumber: Google
Gambar 2.9 Cara melakukan penumbukan tiap lapisan

Garis ZAVC (Zero Air Void Curve) adalah hubungan antara berat isi
kering dengan kadar air bilamana derajat kejenuhan 100% yaitu bila pori
tanah sama sekali tidak mengandung udara. Grafik ini berguna sebagai
petunjuk pada saat penggambaran grafik kompaksi tersebut akan selalu
berada di bawah ZAVC dan tidak pernah berpotongan. Garis ZAVC
biasanya tidak lurus tetapi agak melengkung keatas.

Sumber: Google
Gambar 2.10 Kurva pemadatan

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 24

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
2.8 California Bearing Ratio (CBR)
 

 California Bearing Ratio ( CBR ) adalah perbandingan antara beban penetrasi


suatu bahan terhadap bahan standar pada kedalaman dan kecepatan penetrasi yang
 
sama. Seiring dengan berkembangnya teknologi yang sangat pesat, maka orang-
 
orang geoteknik mengembangkan teknologinya dengan menciptakan alat
  penggilas yang digunakan untuk memadatkan tanah yang lebih modern di
lapangan
  sehingga pada proses pemadatan akan memperoleh hasil yang maksimal.
Pada
  pengujian ini perlu suatu modifikasi dengan tujuan untuk lebih mewakili
kondisi dilapangan.
 

Sumber: Dokumen Pribadi


Gambar 2.11 Alat pengujian CBR

Pada pengujian ini digunakan cetakan dengan ukuran tinggi 4,58 inchi,
diameter 6 inchi. Proctor yang dipakai pada pengujian ini dengan berat 5,5 pound
/ 2,5kg dengan tinggi jatuh 12 inchi. Tanah yang dipakai adalah tanah yang lolos
ayakan No 4 atau dengan ukuran 4,75mm. Pada uji CBR ini tanah yang
dipadatkan dibagi menjadi 3 lapisan. Cara ini dikembangkan oleh California State
Highway Departement sebagai cara untuk menilai tanah dasar jalan (subgrade ).
Dengan cara ini suatu percobaan penetrasi dipergunakan untuk menilai kekuatan

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 25

 
 

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


 

 
tanah dasar atau bahan lainnya yang hendak dipakai untuk pembuatan perkerasan.
 
Nilai CBR yang diperoleh kemudian dipakai untuk menentukan tebal lapisan
 
perkerasan yang diperlukan di atas lapisan yang CBR-nya ditentukan.
 Dalam hal ini akan didapat 2 nilai, yakni :

  1. CBR Unsoaked Acering (tanpa perendaman )


2. CBR Soaked / basah (dengan perendaman 4 x 24 jam)
 

Denna Abdillah F, Ula Aulia R, Kajian CBR pada Perbaikan Tanah ..... 26

Anda mungkin juga menyukai