Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Determinasi Tumbuhan Kasturi (M. casturi)

Sampel tanaman Kasturi (M. casturi) yang diperoleh dari Banjarbaru,

Kalimantan Selatan dideterminasi di Laboratorium Dasar FMIPA Universitas

Lambung Mangkurat Banjarbaru. Determinasi tumbuhan bertujuan untuk mengetahui

dan memastikan kebenaran dan identitas tumbuhan yang akan digunakan dalam

penelitian untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pengambilan sampel

(Patricia & Soegihardjo, 2013). Hasil determinasi menunjukkan bahwa tanaman yang

digunakan pada penelitian ini merupakan suku Mangifera, jenis Mangifera casturi

(Lampiran 1).

4.2 Pengumpulan dan Penyiapan Sampel Kulit Batang Kasturi

Tanaman kasturi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu hanya pada bagian

kulit batang. Pengambilan sampel yang digunakan berasal dari Banjarbaru,

Kalimantan Selatan. Pengambilan sampel dilakukan pada satu tempat yang sama

dikarenakan agar kandungan kimia yang ada didalamnya seragam. Sampel kulit

batang kasturi yang digunakan penelitian ini telah disortir, dicuci, dirajang, dan

dikeringkan. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-

bahan asing lainnya dari sampel simplisia. Pencucian sampel dilakukan untuk

menghilangkan tanah dan kotoran lain yang melekat pada sampel simplisia.

Perajangan sampel simplisia dilakukan untuk mempermudah proses pengeringan,

pengepakan, dan penggilingan. Pengeringan dilakukan untuk mendapatkan simplisia


yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan mengguanakan sinar matahari langsung dari

jam 08.00 – 11.00 karena suhu pada jam tersebut tidak lebih dari 40°C. Hal ini

dilakukan agar senyawa yang terkandung pada kulit batang kasturi tidak rusak. Selain

itu, pengeringan ini akan mempermudah pada proses penghalusan simplisia menjadi

serbuk. Sebelum dihaluskan, simplisia disortasi kering untuk memisahkan benda-

benda asing dan pengotor lain yang masih ada. Proses selanjutnya yaitu dilakukan

penghalusan, hal ini bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel sehingga akan

mempercepat kelarutan senyawa ke dalam pelarut pengesktrak (Prasetyo & E. Inoriah,

2013).

4.3 Ekstraksi Kulit Batang Kasturi

Metode ekstraksi yang digunakan adalah metode maserasi. Maserasi

merupakan metode ekstraksi dingin yaitu proses pengesktrakan simplisia dengan

beberapa kali pengadukan pada temperatur ruangan, sehingga senyawa-senyawa yang

terkandung di dalam simplisia relatif lebih aman jika dibandingkan dengan

penggunaan metode ekstraksi panas (Gaedcke & Barbara, 2003). Selain itu, ekstraksi

dilakukan dengan cara remaserasi, yaitu dilakukan pengulangan penambahan pelarut

setelah dilakukan filtrasi maserat pertama dan seterusnya (Depkes RI, 2000).

Remaserasi dapat menarik senyawa aktif yang lebih banyak karena senyawa aktif

yang tertinggal dari penyaringan maserat awal akan diekstraksi kembali oleh pelarut

yang baru (Harborne, 1987). Oleh karena itu, metode ekstraksi ini dipilih untuk

ekstraksi sampel kulit batang kasturi.


Serbuk kulit batang kasturi ditimbang kurang lebih sebanyak 250 gram.

Kemudian serbuk dimaserasi 3x24 jam menggunakan pelarut metanol dengan

perbandingan jumlah serbuk dan pelarut adalah 1:5. Maserasi dilakukan dengan cara

merendam serbuk kering kulit batang kasturi didalam maserator. Proses perendaman

sampel akan menyebabkan pemecahan dinding membrane sel akibat perbeaan tekanan

antara didalam dan diluar sel sehingga metabolit sekunder yang berada didalam

sitoplasma akan terlarut dalam pelarut organik yang digunakan. Metanol digunakan

sebagai pelarut maserasi karena mampu melarutkan hampir semua senyawa organik

baik polar, semi polar maupun non polar. Selain itu metanol mempunyai titik didih

yang cukup rendah (64,5°C), sehingga lebih mudah untuk memisahkannya (Tanaya et

al., 2015). Menurut Harborn, 1987 semua flavonoid baik dalam bentuk glikosida

maupun flavonoid dalam bentuk bebas dapat larut dalam pelarut metanol. Ekstrak cair

yang didapat diuapkan dengan rotary evaporator pada suhu 50°C. penguapan dengan

rotary evaporator bertujuan untuk memisahkan senyawa dengan pelaurt yang

digunakan. Suhu tersebut digunakan karena salah satu senyawa antioksidan yaitu

flavonoid yang merupakan golongan fenol memiliki sistem konjugasi dapat mudah

rusak pada suhu tinggi yang terlalu lama (Ningsih et al., 2017). Ekstrak yang telah

dirotary diuapkan kembali dengan menggunakan waterbath pada suhu 50°C hingga

didapatkan bobot tetap. Bobot ekstrak yang didapat adalah 25,95 gram dan randemen

yang didapat sebesar 10,38%. Tujuan perhitungan randemen adalah untuk mengetahui

persentase atau seberapa besar jumlah ekstrak yang tersari dalam pelarut yang

digunakan sehingga dapat menentukan berapa banyak ekstrak yang diingikan dalam

suatu serbuk. Besar kecilnya nilai randemen menjukkan keefektifan proses ekstraksi.
Efektivitas proses ekstrasi dipengaruhi oleh jenis pelarut yang digunakan sebagai

penyari, konsentrasi pelarut, suhu ekstraksi, metode, dan waktu ekstraksi (Tiwari et

al., 2011). Data randemen ekstrak metanol kulit batang kasturi dapat dilihat pada

Tabel 1.

Tabel 1. Data randemen ekstrak metanol kulit batang Kasturi

No. Bahan Tumbuhan Bobot (g) Randemen (%)


1. Simplisia kulit batang Kasturi 250
2. Ekstrak kulit batang Kasturi 25,95 10,38

4.4 Fraksinasi Kulit Batang Kasturi

Metode fraksinasi yang digunakan adalah metode ekstraksi cair-cair.

Fraksniasi bertujuan untuk memisahkan komponen penyusun senyawa pada kulit

batang kasturi berdasarkan tingkat kepolarannya. Proses fraksinasi dengan pelarut

organik yang berbeda tingkat kepolarannya akan mempengaruhi jenis dan kasar

senyawa yang terekstrak (Ritna, A et al., 2016). Ekstrak metanol kulit batang kasturi

difraksinasi dengan menggunakan dua pelarut yang mempunyai tingkat kepolaran

berbeda yaitu n-heksan, etil asetat, dan metanol – air. Fraksi metanol – air difraksinasi

dengan pelarut n-heksan yang dimana penambahan n-heksan bertujuan untuk

memisahkan senyawa-senyawa yang bersifat non polar. Setelah itu, fraksi metanol –

air dipisahkan dari fraksi n-heksan yang kemudian ditambahkan pelarut etil asetat

yang bertujuan untuk memisahkan senyawa-senyawa yang bersifat semipolar hingga

polar (Rahayu et al., 2015). Fraksi etil asetat dipisahkan dan ditampung kemudian

dipekatkan dengan waterbath hingga mendapatkan bobot tetap. Data randemen fraksi

etil asetat kulit batang kasturi dapat dilihat pada Tabel 2.


Tabel 2. Data randemen fraksi etil asetat kulit batang Kasturi

No Bahan Tumbuhan Bobot (g) Randemen (%)


.
1. Ekstrak metanol kulit batang Kasturi 25,95
2. Fraksi etil asetat kulit batang Kasturi 1.09 4,2

4.5 Skrining Fitokimia Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Kasturi


4.6 Uji Kualitatif Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Kasturi
4.7 Penetapan Kadar Flavonoid Total Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Kasturi
4.7.1 Penentuan panjang gelombang maksimum
4.7.2 Penentuan operating time
4.7.3 Penentuan kurva standar kuersetin
4.7.4 Penentuan kadar flavonoid total
4.8 Penetapan Kadar Fenolik Total Fraksi Etil Asetat Kulit Batang Kasturi
4.8.1 Penentuan panjang gelombang maksimum
4.8.2 Penentuan operating time
4.8.3 Penentuan kurva standar asam galat
4.8.4 Penentuan kadar fenolik total
4.9 Uji Validasi
4.9.1 Uji akurasi dengan persen perolehan kembali (% Recovery)
4.9.2 Penentuan presisi
4.9.3 Penentuan batas deteksi (LOD) dan batas kuantitasi (LOQ)

Anda mungkin juga menyukai