Anda di halaman 1dari 150

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL

TENTANG PEMERIKSAAN VOLUNTARY COUNSELING AND


TESTING (VCT) HIV DALAM KEHAMILAN DI KELURAHAN
TERONDOL KECAMATAN SERANG TAHUN 2020

Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)

OLEH :
DEA PUTRI RAHMADANI
NIM 11161040000015

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M
i
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG


PEMERIKSAAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV
DALAM KEHAMILAN DI KELURAHAN TERONDOL
KECAMATAN SERANG TAHUN 2020

Telah disetujui dan diperiksa pembimbing skripsi


Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Disusun Oleh :
Dea Putri Rahmadani
NIM 11161040000015

Pembimbing

Ns. Puspita Palupi, M.Kep., Sp.Kep.Mat


NIP 19801119 201101 2 006

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1441 H / 2020 M

ii
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi dengan judul

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG


PEMERIKSAAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV
DALAM KEHAMILAN DI KELURAHAN TERONDOL
KECAMATAN SERANG TAHUN 2020

Telah disetujui dan dipertahankan dihadapan penguji oleh :


Dea Putri Rahmadani
NIM 11161040000015

Pembimbing

Ns. Puspita Palupi, M.Kep., Sp.Kep.Mat


NIP 19801119 201101 2 006

Penguji I Penguji II

Ns. Dini Tryastuti, S.Kep., M.Kep., Sp.Kom Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD

NIP 19890719 201903 2 015 NIP 19680808 200604 2 001

Penguji III

Ns. Puspita Palupi, M.Kep., Sp.Kep.Mat


NIP 19801119 201101 2 006

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi dengan judul

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG


PEMERIKSAAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV
DALAM KEHAMILAN DI KELURAHAN TERONDOL
KECAMATAN SERANG TAHUN 2020

Disusun Oleh :

Dea Putri Rahmadani


NIM 11161040000015

Jakarta, Juli 2020

Mengetahui,
Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Yenita Agus, M.Kep., Sp.Mat., PhD


NIP 19720608 200604 2 001

Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan


Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta

Dr. Zilhadia, M.Si., Apt


NIP 19730822 200801 2 007

iv
FACULTY OF HEALTH SCIENCES
NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY JAKARTA

Undergraduate Thesis, July 2020

Dea Putri Rahmadani, NIM 11161040000015

Description of Pregnant Women's Knowledge Level about HIV Voluntary


Counseling and Testing (VCT) Examination in Pregnancy at Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang in 2020

xx + 128 pages + 16 tables + 3 charts + 8 attachments

ABSTRACT

Background : The low level of knowledge of pregnant women about HIV


Voluntary Counseling and Testing (VCT) examinations in pregnancy could
enable the HIV VCT program as an ineffective way to be a primary prevention
effort to the HIV transmission from mother to fetus. If pregnant women who are
infected by HIV are not detected early, it will cause a transmission from mother to
fetus so that the case of HIV in children is increasing. Purpose : This study aims
to see an overview of the level of knowledge of pregnant women about the
examination of Voluntary Counseling and Testing (VCT) of HIV in Pregnancy in
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang in 2020. Methods : This study used a
descriptive quantitative design research and the sampling technique in this study
used total sampling. Sample : The sample of this study was 58 pregnant women
in Kelurahan Terondol. Analysis : The data analysis technique was univariate
analysis. Results : This study showed from all of the respondents, 12,1%
performed with good level, 46,6% were sufficient, and 41,4% were low in
knowledge of the examination of HIV Voluntary Counseling and Testing (VCT)
in Pregnancy. Moreover, at the level of knowledge about HIV in pregnancy, most
of them had sufficient knowledge, that was 38 pregnant women (65,5%).
Similarly, this low level happened to 41 pregnant women (70,7%) in term of their
knowledge of HIV Voluntary Counseling and Testing (VCT). Advice : Taking
those into consideration, it is hoped that efforts to promote health and health
education will be carried out more intensively by pregnant women to increase the
knowledge of pregnant women related to HIV in pregnancy and to examine HIV
Voluntary Counseling and Testing (VCT).

Keywords : HIV/AIDS, Pregnant mother, Pregnancy, Examination, HIV


Voluntary Counseling and Testing (VCT).

References : 63 ( years 2003 – 2019 )

v
FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA

Skripsi, Juli 2020

Dea Putri Rahmadani, NIM 11161040000015

Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan Voluntary


Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan Di Kelurahan
Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020

xx + 128 halaman + 16 tabel + 3 bagan + 8 lampiran

ABSTRAK

Latar Belakang : Rendahnya tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan


Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan akan
memungkinkan program VCT HIV tidak efektif sebagai upaya pencegahan primer
untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke janin. Jika ibu hamil yang
terinfeksi HIV tidak terdeteksi dini, maka akan menyebabkan terjadinya penularan
dari ibu ke janin sehingga kasus HIV pada anak semakin meningkat. Tujuan :
Penelitian ini untuk melihat gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020. Metode : Penelitian ini
menggunakan rancangan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif,
teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan Total sampling.
Sampel : Penelitian ini adalah ibu hamil di Kelurahan Terondol dengan jumlah
sampel sebanyak 58 sampel. Analisis : Teknik analisis data menggunakan analisis
univariat. Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang mempunyai
tingkat pengetahuan baik (12,1%), cukup (46,6%), dan kurang (41,4%) tentang
pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan
secara keseluruhan. Pada tingkat pengetahuan tentang HIV dalam kehamilan
sebagian besar memiliki pengetahuan cukup yaitu 38 ibu hamil (65,5%).
Sedangkan responden yang mempunyai pengetahuan tentang Voluntary
Counseling and Testing (VCT) HIV sebagian besar memiliki pengetahuan kurang
yaitu 41 ibu hamil (70,7%). Saran : Dengan adanya penelitian ini diharapkan
upaya promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan dilakukan lebih intensif pada
ibu hamil guna meningkatkan pengetahuan ibu hamil terkait HIV dalam
kehamilan dan pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV.

Kata Kunci : HIV/AIDS, Ibu Hamil, Kehamilan, Pemeriksaan, Voluntary


Counseling and Testing (VCT).

Referensi : 63 ( tahun 2003 – 2019 )

vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dea Putri Rahmadani


Tempat, Tanggal lahir : Sumedang, 22 Juni 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Suku : Sunda
Kewarganegaraan : Indonesia
Email : deaputri22r@gmail.com
No HP : 087771724198
Alamat : Komplek Lebak Indah Blok D22 No 6, RT/RW 02/05.
Kota Serang Kecamatan Serang, Kabupaten Banten
Motto hidup : Man Jadda Wa Jadda

PENDIDIKAN
1. 2002 – 2004 : TK Aisyah Bustanul Athfal (ABA) 3
2. 2004 – 2010 : SDN 2 Kota Serang
3. 2010 – 2013 : SMPIT Al – Izzah
4. 2013 – 2016 : SMAN 1 Kota Serang
5. 2016 – 2020 : S1 Program Studi Ilmu Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta

PENGALAMAN ORGANISASI
1. 2010 – 2012 : Anggota Pramuka SMPIT Al – Izzah
2. 2013 – 2015 : Anggota Palang Merah Remaja SMAN 1 Kota Serang
3. 2013 – 2015 : Anggota Pramuka SMAN 1 Kota Serang
4. 2018 – 2019 : Staff Departemen Informasi dan Komunikasi
(INFOKOM) Himpunan Mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan
(HMPSIK)

vii
LEMBAR PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas segala rahmat dan karunia-Nya.
Taburan cinta dan kasih sayang-Mu telah memberikanku keyakinan, kekuatan
untuk terus berusaha sebaik mungkin. Dan membekaliku dengan ilmu serta
kemudahan-kemudahan yang engkau berikan, sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan. Shalawat dan salam selalu terlimpahkan kepada junjungan
Rasulullah Muhammad SAW beserta para sahabatnya yang telah menjadi suri
teladan sehingga aku tetap semangat menyusun skripsi ini.
Aku percaya bahwa sebuah doa bisa menjadi pengikat hubungan antar
manusia dan penentram jiwa. Bagiku, sebuah doa adalah tanda cinta dan kasih
sayangku pada mereka yang selalu aku sebut dalam setiap doaku. Mereka yang
tidak akan pernah hilang dari ingatanku dan tidak akan pernah luput dalam
doaku. Mereka yang selalu berjuang untukku, bekerja keras mencari pundi-pundi
rezeki untuk biaya kuliah ku, dan semua kebutuhanku. Lelah dan letih yang
mereka rasakah tak pernah dikeluhkan oleh mereka. Mereka bagaikan malaikat
yang Allah kirimkan kepadaku. Yaps, mereka adalah kedua orangtuaku.
Kupersembahkan skripsi ini kepada papah (Kusna Ramdani) dan
mamah (Dewi Widaningsih).
Kuliah di keperawatan selama empat tahun bukanlah waktu yang singkat
untuk dijalankan. Proses pencarian ilmu untuk bekal kesuksesanku telah ku lewati
hingga sampai ke titik ini. Lelah dan letih yang sering ku rasakan selama ini
maupun berbagai keluhan yang selalu terlontar di mulut ini, seketika hilang jika
teringat akan perjuangan kedua orangtua ku yang tidak akan sebanding dengan
perjuangan ku saat ini. Cara paling ampuh untuk membangkitkan semangatku
adalah dengan pulang ke rumah dan melihat mereka tersenyum.
Pah, mah.. terima kasih telah menjadi sandaran ketika aku lelah, yang
selalu membuka lebar pelukan ketika aku membutuhkan kehangatan, terima kasih
untuk tidak pernah lelah mendengar keluh kesahku selama ini, terima kasih untuk
semua nasehat yang telah kalian berikan dan semua perjuangan kalian untukku.

viii
Kesabaran dan kegigihan kalian tidak ada duanya. Terima kasih telah
menanamkan rasa cinta kasih dalam hatiku dan mengajarkan banyak hal padaku.
Maaf untuk semua kesusahan dan kesalahan yang aku perbuat, maaf jika selama
ini aku belum bisa menjadi anak kebanggaan kalian ataupun harapan kalian. Aku
berharap, skripsi ini bisa menjadi awal kesuksesanku sehingga kedepannya aku
bisa menjadi anak kebanggaan kalian.

With Love, Dea

ix
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur peneliti panjatkan kehadirat
Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, hidayah, karunia serta rizqi-Nya
sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat serta salam senantiasa
peneliti limpahkan kehadirat Nabi Muhammad SAW, Pembawa syari’ahnya bagi
semua manusia dalam setiap waktu dan tempat sampai akhir zaman. Atas rahmat
dan karuania- Nya yang Maha besar sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam
Kehamilan Di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak sedikit kesulitan dan hambatan
yang peneliti jumpai, namun Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan hidayah-
Nya serta kesungguhan yang disertai bantuan, dukungan dan bimbingan dari
berbagai pihak baik langsung maupun tidak langsung, maka segala kesulitan dapat
diatasi dengan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini peneliti
ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada pihak yang telah
membantu dan memberikan bimbingan dalam menyusun skripsi ini. Ucapan
terima kasih dan penghargaan peneliti sampaikan kepada :
1. Dr. Zilhadia, M.Si.Apt selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Ibu Yenita Agus, S.Kp.,M.Kep.,Sp.Mat.,Ph.D selaku Ketua Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Ratna Pelawati, M.Biomed selaku Sekretaris Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
4. Ibu Ns. Kustati Budi Lestari, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Dosen Penasehat
Akademik peneliti yang telah membimbing, memberikan nasehat selalu
kepada peneliti dan sebagai pendengar yang baik terhadap berbagai
persoalan selama menjalani masa pendidikan di Program Studi Ilmu

x
Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Ns. Puspita Palupi, M.Kep.,Sp.Kep.Mat yang saya cintai dan amat saya
banggakan selaku Pembimbing Skripsi. Peneliti mengucapkan terimakasih
banyak kepada beliau yang telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran
seta kesabaran selama membimbing peneliti dan memberikan arahan,
masukan, serta pengetahuan pada peneliti.
6. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat., Ph.D selaku Dosen Penguji Pakar
Validitas Kuesioner
7. Ibu Maftuhah, S.Kp., M.Kep., PhD dan Ibu Ns. Dini Tryastuti, S.Kep.,
M.Kep., Sp.Kom selaku Dosen Penguji Skripsi.
8. Segenap Bapak dan Ibu Dosen atau Staff Pengajar, pada lingkungan
Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah memberikan ilmu
pengetahuannya kepada peneliti selama duduk pada bangku kuliah.
9. Segenap Jajaran Staff dan Karyawan Akademik dan Perpustakaan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak
membantu dalam pengadaan referensi-referensi sebagai bahan rujukan
skripsi.
10. Kepala Puskesmas dan seluruh Jajaran Staff Puskesmas Rau yang telah
memberi kesempatan bagi peneliti untuk pengambilan data sebagai bahan
rujukan skripsi.
11. Para Kader di Kelurahan Terondol dan Bidan Dewi yang telah membantu
dan memberikan izin bagi peneliti untuk pengambilan data sebagai bahan
rujukan skripsi di BPM (Bidan Praktik Mandiri).
12. Kedua orang tua ku tercinta, Papahku Kusna Ramdani dan Mamahku Dewi
Widaningsih yang senantiasa memberikan dukungan penuh berupa nasihat
yang memotivasi, serta doa yang selalu mengiringi setiap langkah peneliti
sehingga peneliti dapat menyelesaikan pendidikan pada jenjang perguruan
tinggi. Peneliti menyadari bahwa tanpa adanya dukungan serta doa yang
tak henti – hentinya kalian panjatkan, peneliti tidak akan mudah melewati
serta menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

xi
13. Kedua adik laki-laki ku tersayang yaitu Ivan Axel Fadilah dan Evan Hafiz
Ramdani yang turut memberikan semangat dan dukungan kepada peneliti
dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Sahabatku Rofi Afifah yang telah memberikan dukungan, semangat, serta
motivasi dan juga pendengar yang baik untuk setiap curahan kesedihan dan
kebahagiaan saya.
15. Ciwi – Ciwi ku Dee Sinta, Febriyanti, Fitri Fadila, Irma Hardiyanti Setia
Ningsih, Mia Nurjanah, Mutiara Martin, Nina Diana, dan Zulfa Nurmanita
Luthfiyandani selaku Keluarga Kedua saya selama di Ciputat yang telah
menemani selama perkuliahan, selalu ada ketika sedih dan senang, selalu
memberikan keceriaan berupa hiburan disela-sela penat dan lelah,
semangat yang selalu kalian berikan berupa dukungan serta motivasi untuk
peneliti sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik dan lancar.
16. Teman-teman seperbimbingan yaitu Febriyanti, Siti Nur Aliyah, dan Tsana
Hanifah terimakasih untuk dukungan serta perjuangan kita bersama-sama
dalam penyusunan skripsi ini.
17. Teman-teman seperjuangan saya di Program Studi Ilmu Keperawatan
terutama untuk angkatan 2016 yang tidak dapat peneliti sebutkan satu-
persatu. Terimakasih atas dukungan, semangat, kenangan dan kebersamaan
yang indah selama ini.
Atas bantuan serta semua dukungan yang telah diberikan, semoga Allah
SWT. Senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Peneliti menyadari
bahwa dalam penulisan skripsi ini masih kurang dari sempurna, sehingga penulis
sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun demi kemajuan di masa
yang akan datang. Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat
khususnya bagi peneliti dan umumnya bagi pembaca yang mempergunakannya
terutama untuk kemajuaan pendidikan selanjutnya.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, Juni 2020

Dea Putri Rahmadani

xii
DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ................................................................ i


LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ....................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iii
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................... iv
ABSTRACT ............................................................................................................ v
ABSTRAK ............................................................................................................. vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................................................................. vii
LEMBAR PERSEMBAHAN .............................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................ x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xvi
DAFTAR BAGAN ............................................................................................ xviii
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xix
DAFTAR LAMPIRAN ......................................................................................... xx
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian ......................................................................................... 7

E. Ruang Lingkup Penelitian ............................................................................. 8

BAB II ..................................................................................................................... 9
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 9
A. Konsep Kehamilan......................................................................................... 9

1. Definisi Kehamilan ................................................................................... 9

2. Adaptasi Fisiologis Pada Kehamilan ........................................................ 9

3. Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan ..................................................... 12

xiii
B. HIV Dalam Kehamilan ................................................................................ 14

1. Definisi HIV dalam Kehamilan .............................................................. 14

2. Perjalanan Infeksi HIV/AIDS................................................................. 15

3. Faktor Risiko Terinfeksi HIV ................................................................. 17

4. Transmisi Vertikal HIV dari Ibu Ke Anak ............................................. 17

5. Faktor Yang Mempengaruhi Transmisi HIV Ibu Ke Anak .................... 18

6. Pengaruh Kehamilan Pada Perjalanan Penyakit HIV ............................. 20

7. Dampak Infeksi HIV Pada Ibu dan Bayi ................................................ 20

8. Penanganan dan Penatalaksanaan HIV Pada Kehamilan ....................... 20

9. Prevention Mother to Child Transmision (PMTCT) .............................. 26

C. Voluntary Counseling and Testing (VCT) .................................................. 29

1. Definisi VCT HIV .................................................................................. 29

2. Konseling dalam VCT ............................................................................ 29

3. Tujuan VCT ............................................................................................ 29

4. Peran VCT .............................................................................................. 30

5. Prinsip Pelayanan VCT .......................................................................... 30

6. Model Pelayanan VCT ........................................................................... 32

7. Proses Alur VCT .................................................................................... 33

8. Sasaran VCT ........................................................................................... 33

9. Tahapan Pelayanan VCT ........................................................................ 34

D. Teori Pengetahuan ....................................................................................... 38

1. Pengertian Pengetahuan ......................................................................... 38

2. Tingkat Pengetahuan .............................................................................. 39

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan ............................... 40

4. Cara Memperoleh Pengetahuan .............................................................. 42

5. Pengukuran Pengetahuan ....................................................................... 43

xiv
E. Penelitian Terkait ......................................................................................... 44

F. Kerangka Teori ............................................................................................ 46

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL................................ 47


A. Kerangka Konsep .................................................................................... 47

B. Definisi Operasional ................................................................................... 48

BAB IV ................................................................................................................. 51
METODOLOGI PENELITIAN ............................................................................ 51
A. Desain Penelitian ......................................................................................... 51

B. Lokasi dan Waktu Penelitian ....................................................................... 51

C. Populasi dan Sampel .................................................................................... 51

D. Instrumen Penelitian .................................................................................... 53

E. Uji Validitas dan Realibilitas ....................................................................... 55

F. Teknik Analisa ............................................................................................. 60

G. Alur Penelitian ............................................................................................. 60

H. Etika Penelitian ............................................................................................ 62

BAB V................................................................................................................... 63
HASIL PENELITIAN ........................................................................................... 63
BAB VII ................................................................................................................ 84
KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................. 84
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 87
LAMPIRAN .......................................................................................................... 92

xv
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Rekomendasi Williams Obsteric 2014 …………………………….. 21


Tabel 2.2 Rekomendasi cara persalinan untuk mengurangi transmisi HIV
dari ibu ke anak (Perinatal HIV Guidelines Working Group, 2002
dalam Nasronudin. 2014) ………………………………………….. 24
Tabel 3.2 Definisi Operasional ……………………………………………….. 48
Tabel 4.1 Uraian Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian …………………………….. 53
Tabel 4.2 Hasil Item Pernyataan Kuesioner Yang Telah Melalui Uji Pakar... 55
Tabel 4.3 Item Pernyataan Kuesioner Tidak Valid dengan Perhitungan Rumus
Koefisien Korelasi Biserial ………………………………………... 58
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Ibu Hamil di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020 ……………... 64
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Ibu
Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020 …… 65
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Ibu
Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020 …… 66
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
tentang HIV/AIDS pada Ibu Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan
Serang Tahun 2020 ………………………………………………... 66
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi
tentang Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam
Kehamilan pada Ibu Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang
Tahun 2020 ………………………………………………………... 67
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Layanan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan
Pada Ibu Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun
2020 ……………………………………………………………….. 68
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Ibu Hamil tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) HIV Dalam Kehamilan Di Kelurahan Terondol Kecamatan
Serang Tahun 2020 ………………………………………………... 69

xvi
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan
Ibu Hamil tentang HIV Dalam Kehamilan dan Voluntary Counseling
and Testing (VCT) HIV Di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang
Tahun 2020 ………………………………………………………... 70
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan HIV
Dalam Kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun
2020 ………………………………………………………………... 71
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang Tahun 2020 …………………………………… 73

xvii
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Proses Alur Konseling dan Tes HIV AIDS dalam Buku
PedomanNasional Konseling dan Tes HIV/AIDS Kementerian
Kesehatan RI 2014 ........................................................................33
Bagan 2.2 Kerangka Teori Modifikasi Sukarni (2013), Tando,dkk (2016),
Nasronudin (2014), Kemenkes RI (2015), Notoatmodjo (2014),
Nursalam (2013) ...........................................................................46
Bagan 3.1 Kerangka Konsep ………………………………………………. 47

xviii
DAFTAR SINGKATAN

AIDS : Acquired Immuno Deficiency Syndrome


ARV : Antiretroviral
BBLR : Berat Bayi Lahir Rendah
BPM : Bidan Praktik Mandiri
ELISA : Enzyme-linked Immunoabsorbent Assay
HAART : Highly active antiretroviral therapy
HIV : Human Immunodeficiency Virus
IMS : Infeksi Menular Seksual
IUGR : Intra Uterine Growth Restriction
KB : Keluarga Berencana
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
LSM : Lembaga Swadaya Masyarakat
NVP : Nevirapine
ODHA : Orang Dengan HIV/AIDS
PACTG : Pediatric Virology Committee of the AIDS Clinical Trials Group
PCR : Polymerase Chain Reaction
PIMS : Penyakit Infeksi Menular Seksual
PMTCT : Prevention Mother To Child Transmission
PPIA : Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
PSK : Pekerja Seks Komersial
SC : Seksio Sesarea
SDGs : Sustainable Development Goals
SDF : Sel Dendritik Folikuler
SOP : Standar Operasional Prosedur
TB : Tuberculosis
VCT : Voluntary Counseling and Testing
WHO : Word Health Organization
ZDV/AZT: Zidovudine/ azidothymidine
3TC : Lamivudine

xix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat – Surat …………………………………………………….. 93


Lampiran 2 : Lembar Permohonan Responden ……………………………….. 103
Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden ………………………………... 104
Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian ……………………………………………. 105
Lampiran 5 : Hasil Uji Validitas Kuesioner SPSS 25 ………………………… 111
Lampiran 6 : Hasil Uji Reabilitas Kuesioner SPSS 25 ……………………….. 112
Lampiran 7 : Hasil Penelitian SPSS 25 ……………………………………….. 113
Lampiran 8 : Dokumentasi ……………………………………………………. 128

xx
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Peningkatan kehamilan berisiko tinggi menunjukkan semakin
banyak perempuan hamil berisiko memperoleh hasil kehamilan yang
buruk. Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) menjadi salah satu faktor
yang menempatkan kehamilan pada risiko tinggi yang dapat dikaitkan
dengan kecacatan dan penyakit pada neonatus yang meningkat (Bobak,
2010). Sustainable Development Goals (SDGs) sebagai kesepakatan
pembangunan baru dengan masa berlakunya tahun 2015 hingga 2030 telah
menyusun beberapa tujuan yang termasuk didalamnya tujuan ketiga yaitu
menjamin kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan seluruh
penduduk di semua usia, menetapkan kesehatan ibu dan bayi menjadi tolak
ukur keberhasilan SDGs di tahun 2030 yaitu mengurangi kematian ibu dan
bayi termasuk mengakhiri epidemi HIV/AIDS (ILO, 2018).
Human Immunodeficiency Virus (HIV) menjadi salah satu
penyebab Penyakit Infeksi Menular Seksual (PIMS) yang menyerang
sistem kekebalan tubuh manusia dan dapat menimbulkan Acquired
Immuno Deficiency Syndrome (AIDS) (Kemenkes RI, 2019). Infeksi
HIV/AIDS berkaitan dengan peningkatan insiden sepsis yang merupakan
kontributor 10% kematian ibu di Indonesia termasuk angka kematian janin
karena transmisi perinatal. Sepsis dapat dicegah dengan melakukan deteksi
dini infeksi, pertolongan persalinan bersih, dan asuhan nifas yang baik
(Prawirohardjo, 2016). Deteksi dini perempuan dengan HIV
memungkinkan pelestarian sistem kekebalan dan pengenalan terapi
antiretroviral sebelum menjadi semakin parah. Ibu hamil dengan positif
HIV akan memiliki beberapa dampak selama kehamilan yaitu keguguran
(aborsi spontan), kelainan janin, kematian perinatal dan neonatal, Intra
Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran premature, Berat Bayi
Lahir Rendah (BBLR) (Robson, 2012).

1
2

Di Indonesia, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV mengalami


peningkatan dari tahun ke tahun. Kasus HIV di tahun 2011 hingga Januari
– Juni 2014, sebanyak 534 ibu hamil meningkat menjadi 1.182 ibu hamil
(Kemenkes RI, 2015). Jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV juga
mengalami peningkatan dari tahun 2017 hingga 2019 sebanyak 11.958 ibu
hamil (Kemenkes RI, 2019). Kementerian Kesehatan RI (2017)
memperkirakan jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV tahun 2020
mencapai 14.298 ibu hamil. Infeksi HIV/AIDS pada kehamilan berpotensi
meningkat karena terdapat 16.854 kasus AIDS pada ibu rumah tangga di
tahun 2019. Infeksi HIV pada ibu hamil dapat menularkan virus ke janin
yang dikandungnya (Kemenkes RI, 2019).
Faktor risiko penularan HIV/AIDS dari ibu ke janin sebesar 2,8%
tertinggi ketiga setelah hubungan heteroseksual dan homoseksual.
Meskipun angka prevalensi dan penularan HIV dari ibu ke janin masih
terbatas, jumlah ibu hamil yang terinfeksi HIV cenderung meningkat
(Kemenkes RI, 2019). Penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi pada
masa kehamilan, saat persalinan dan selama menyusui. Lebih dari 90%
bayi lahir terinfeksi HIV karena dilahirkan dari ibu yang positif HIV
(Kemenkes RI, 2013). Kelainan yang dapat terjadi pada janin yang
dilahirkan dari perempuan positif HIV adalah BBLR, bayi lahir mati,
partus preterm, dan abortus spontan (Prawirohardjo, 2016).
Penularan HIV dari ibu ke anak terlihat dari adanya kasus HIV
pada anak usia kurang dari 15 tahun yang mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Peningkatan tersebut terjadi di Indonesia pada tahun 2010
hingga 2017, yaitu kasus HIV pada anak usia ≤4 tahun sebanyak 390 anak
menjadi 901 anak dan kasus HIV pada anak usia 5-14 tahun sebanyak 405
anak menjadi 425 anak . Dampak pada anak yang telah terinfeksi HIV
akan lebih sering mengalami gangguan tumbuh kembang bahkan sampai
menyebabkan kematian. Tanpa adanya penanggulangan dan pencegahan
segera, maka 15-45% bayi dengan ibu positif HIV akan terinfeksi (WHO,
2019).
3

Pemerintah Indonesia telah membuat program pencegahan yaitu


Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) sebagai
upaya pengendalian kasus HIV/AIDS dan penyakit menular seksual
melalui pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA). Berdasarkan Peraturan
Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013 Tentang Penanggulangan
HIV/AIDS pasal 17 menyebutkan semua ibu hamil di daerah epidemik
meluas dan terkonsentrasi dalam pelayanan antenatal wajib mendapatkan
tes dan konseling (VCT) dalam pemeriksaan laboratorium rutin sejak
pemeriksaan antenatal sampai menjelang persalinan. Untuk daerah
epidemik rendah, pemeriksaan VCT diprioritaskan untuk ibu hamil dengan
IMS dan Tuberculosis (TB) (Kemenkes, RI. 2019).
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV mulai
diperkenalkan pada tahun 2006 dengan metode klien datang secara
sukarela untuk melakukan pemeriksaan HIV (Kemenkes RI, 2017).
Kementerian Kesehatan RI (2019) menunjukkan bahwa dari 34 Provinsi di
Indonesia, ibu hamil yang melakukan pemeriksaan VCT HIV mengalami
penurunan sebanyak 1.805.993 ibu hamil (2018) menjadi 1.000.550 ibu
hamil (2019). Sedangkan estimasi jumlah penduduk ibu hamil tahun 2018
sebanyak 5.291.143 ibu hamil (Kemenkes RI, 2017). Pencegahan penyakit
serta pengurangan efek pada ibu dan anak menjadi tantangan besar
sehingga pendidikan dan konseling menjadi aspek-aspek yang sangat
penting dalam melakukan perawatan untuk mencegah infeksi pada ibu
hamil termasuk dengan melakukannya deteksi dini infeksi (Bobak, 2010).
Provinsi Banten termasuk 10 Provinsi yang melaporkan kasus
AIDS terbanyak di Indonesia yaitu sebanyak 3.063 jiwa. Jumlah ibu hamil
yang melakukan VCT HIV sebanyak 55.331 jiwa dan dinyatakan positif
HIV sebanyak 139 jiwa. Dari beberapa Kota dan Kabupaten di Provinsi
Banten, Kota Serang memiliki cakupan pemeriksaan VCT HIV terendah
pada ibu hamil sebanyak 2.111 jiwa dengan kasus HIV positif pada ibu
hamil sebanyak 43 jiwa (Kemenkes RI, 2019). Puskesmas Rau termasuk
salah satu pelayanan kesehatan yang berada di Kecamatan Serang dengan
pemeriksaan VCT HIV pada ibu hamil masih rendah. Berdasarkan
4

Laporan Bulanan Rekapitulasi Hasil Deteksi Dini HIV Pada Ibu Hamil di
Puskesmas Rau tahun 2019 dari bulan April sampai Oktober 2019,
didapatkan 138 atau 11,51% ibu hamil yang melakukan pemeriksaan VCT
HIV sebanyak 1198 sasaran ibu hamil. Data tersebut menunjukkan bahwa
cakupan pemeriksaan VCT HIV di Puskesmas Rau belum mencapai target
sasaran 100%. Puskesmas Rau membina 3 Kelurahan dengan jumlah ibu
hamil yang melakukan pemeriksaan VCT HIV masih sangat rendah
terdapat di Kelurahan Terondol sebanyak 38 ibu hamil tahun 2019. Jika
ibu hamil yang melakukan pemeriksaan VCT HIV masih sangat rendah,
maka akan menyebabkan kasus HIV/AIDS tidak dapat diketahui secara
dini, sehingga akan menambah angka kejadian penularan HIV/AIDS dari
ibu ke janin.
Angka kejadian penularan HIV/AIDS dari ibu ke janin dapat
dikurangi apabila faktor-faktor pemanfaatan layanan VCT HIV pada ibu
hamil dapat diketahui dan dapat diatasi. Adapun faktor-faktor yang
berhubungan dengan ibu hamil dalam memanfaatkan layanan VCT HIV
yaitu umur, status pekerjaan, sikap ibu hamil, informasi tentang
keberadaan layanan VCT HIV, pendidikan dan pengetahuan (Bangun dan
Rini, 2019). Adapun pengetahuan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal diantaranya pendidikan, sosial budaya, tingkat kecerdasan,
lingkungan, tingkat emosional dan tingkat ekonomi (Ni’amah dkk , 2017)
Penelitian yang dilakukan Irinyenikan (2019), menyebutkan
mayoritas perempuan berusia antara 30-39 tahun, berpendidikan, dan
menikah pernah mendengar tentang HIV sebesar 97,3% dan yang belum
pernah mendengar sebesar 2,8% tentang HIV. Hal serupa dijelaskan dalam
penelitian Thidor, dkk (2019) mengenai pengetahuan ibu hamil tentang
tentang Prevention Mother To Child Transmission (PMTCT), disebabkan
karena banyaknya program yang bekerja tentang promosi PMTCT tentang
kesadaran HIV yang beredar di masyarakat melalui media massa, booklet,
majalah, lokakarya, radio dan TV lebih banyak diakses oleh perempuan
berpendidikan tinggi. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh
Ermarini (2014) menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang HIV
5

sebagian besar baik (62,2%) dan pengetahuan mengenai VCT HIV


sebagian besar responden (80,6%) kurang memahami VCT HIV.
Berdasarkan studi pendahuluan melalui wawancara langsung
tentang HIV/AIDS dan VCT HIV yang telah dilakukan pada 10 ibu hamil
di Area Wilayah Kerja Puskesmas Rau, didapatkan bahwa 7 ibu hamil
tersebut belum pernah melakukan pemeriksaan VCT HIV dan 3 ibu hamil
telah melakukan pemeriksaan VCT HIV. Dari hasil wawancara, 5 ibu
hamil mengatakan tidak mengetahui mengenai HIV/AIDS maupun
pemeriksaan VCT HIV pada ibu hamil dan 5 ibu hamil lainnya
mengatakan HIV merupakan penyakit menular karena hubungan seksual.
Namun, mereka tidak mengetahui bahwa VCT HIV merupakan
pemeriksaan HIV. Dari 7 ibu hamil yang belum pernah melakukan
pemeriksaan VCT HIV mengatakan tidak siap atau takut dengan hasil
pemeriksaannya karena masih dianggap buruk di lingkungan masyarakat,
beberapa ibu hamil juga merasa bahwa ia tidak berisiko terinfeksi
HIV/AIDS. Kemudian, 3 ibu hamil yang telah melaksanakan pemeriksaan
VCT HIV mengatakan tidak memahami secara jelas tujuan dari
pemeriksaan VCT HIV selain untuk mengetahui status HIV dan mereka
dianjurkan oleh bidan klinik untuk melakukan pemeriksaan HIV
bersamaan dengan pemeriksaan lainnya di Puskesmas.
Dari latar belakang dan studi pendahuluan di atas, fenomena
HIV/AIDS dan Pemeriksaan VCT HIV terutama pada ibu hamil, masih
dianggap tabu bagi lingkungan masyarakat terutama bagi ibu hamil di
Area Wilayah Kerja Puskesmas Rau salah satunya di Kelurahan Terondol.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
“Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020”.
6

B. Rumusan Masalah
Infeksi HIV menjadi salah satu faktor kehamilan berisiko tinggi yang
dapat menimbulkan berbagai dampak pada ibu dan bayi hingga
menyebabkan kematian. Infeksi HIV pada ibu hamil juga dapat
menyebabkan terjadinya penularan dari ibu ke janin sehingga kasus HIV
pada anak semakin meningkat. Untuk mengatasi hal tersebut,
pemerintahan telah menyusun program yaitu program pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak yang didalamnya terdapat layanan
antenatal terpadu berupa KIA. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) melayani
pemeriksaan untuk deteksi dini HIV pada kehamilan. Deteksi dini HIV
atau VCT HIV ini sangat penting dilakukan karena sebagai upaya
pencegahan primer untuk mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu ke
janin. Namun, VCT HIV tersebut tidak akan berjalan dengan baik jika
kesadaran dan tingkat pengetahuan ibu hamil masih rendah.
Fenomena HIV/AIDS dan Pemeriksaan VCT HIV terutama pada ibu
hamil, masih dianggap tabu bagi lingkungan masyarakat terutama bagi ibu
hamil di Area Wilayah Kerja Puskesmas Rau salah satunya di Kelurahan
Terondol. Berdasarkan hasil studi pendahuluan terkait pengetahuan pada 7
ibu hamil yang belum melakukan pemeriksaan VCT HIV mengatakan
tidak mengetahui mengenai pemeriksaan VCT HIV dan HIV/AIDS dan 3
diantaranya sudah melakukan pemeriksaan VCT HIV tetapi belum
memahami secara jelas tujuan dari pemeriksaan VCT tersebut. Hal ini
terlihat bahwa masih rendahnya pengetahuan mereka mengenai HIV/AIDS
dan pemeriksaan VCT HIV di Area Wilayah Kerja Puskesmas Rau salah
satunya di Kelurahan Terondol. Oleh karena itu, peneliti tertarik
melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
HIV Dalam Kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun
2020”.
7

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahuinya gambaran karakteristik ibu hamil meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan, sumber informasi, pemanfaatan layanan
VCT di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020.
b. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
HIV Dalam Kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang
Tahun 2020.
c. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV
Dalam Kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang
Tahun 2020.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Ilmiah
Penelitian ini dapat menjadi bahan sumber rujukan atau
referensi bagi peneliti tentang program pencegahan penularan HIV dari
ibu ke anak dengan melakukan pemeriksaan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV sebagai langkah untuk deteksi dini HIV serta dapat
digunakan untuk mengembangkan penelitian selanjutnya yang
berhubungan dengan penelitian ini dan dapat digunakan sebagai bahan
informasi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang
lebih luas kepada masyarakat umum mengenai pentingnya
melakukan pemeriksaan VCT HIV pada ibu hamil sehingga
masyarakat dapat memanfaatkan layanan klinik VCT dengan baik.
8

b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


Diharapkan dapat memberikan informasi dan wawasan
penelitian dibidang keperawatan maternitas serta dapat menjadi data
tentang pengetahuan HIV/AIDS dan pemeriksaan VCT HIV pada
ibu hamil.
c. Bagi Pelayanan Kesehatan
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dalam
peningkatan mutu dan kualitas pelayanan kesehatan dibidang
kesehatan ibu dan anak, sebagai salah satu sumber informasi terkait
pengetahuan ibu hamil mengenai pemeriksaan VCT HIV serta dapat
dijadikan rujukan dalam upaya melakukan promosi kesehatan dan
pendidikan kesehatan dalam pencegahan terhadap HIV/AIDS pada
ibu hamil. Selain itu, dapat digunakan sebagai bahan evaluasi dari
upaya pencegahan HIV pada ibu hamil dalam layanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA).

E. Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran tingkat
pengetahuan ibu hamil mengenai pemeriksaan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV dalam kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan
Serang Tahun 2020. Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan
menggunakan desain penelitian deskriptif. Metode pengumpulan data
dengan menggunakan google formulir dan lembar kuesioner. Pengambilan
data dengan google formulir dilakukan dengan menghubungi responden
via whatsapp dan pengambilan data menggunakan lembar kuesioner
dilakukan di BPM (Bidan Praktik Mandiri) dan dengan bantuan kader saat
kunjungan rumah. Pada masa pandemi Covid 19 ini, selama penyebaran
lembar kuesioner, peneliti tetap mengikuti protokol kesehatan yaitu
dengan menggunakan masker dan handsanitizer/cuci tangan terlebih
dahulu bagi peneliti, kader dan ibu hamil (responden).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Kehamilan
1. Definisi Kehamilan
Kehamilan merupakan suatu proses fisiologis yang selalu terjadi
pada seluruh perempuan. Kehamilan dapat terjadi setelah terjadi nya
proses pertemuan antara ovum dan sperma, kemudian tumbuh dan
berkembang di dalam uterus selama 259 hari atau 37 minggu atau
hingga 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014). Kehamilan dapat
dibagi menjadi 3 triwulan (trimester) yaitu kehamilan trimester I pada
usia kehamilan 0 – 12 minggu, trimester II pada usia kehamilan 12 –
28 minggu dan trimester III pada usia kehamilan 28 – 40 minggu
(Mochtar, R., 2012).
2. Adaptasi Fisiologis Pada Kehamilan
Adaptasi maternal adalah cara makhluk hidup menyesuaikan diri
dengan lingkungannya melalui fungsi kerja hormon kehamilan dan
tekanan mekanis yang mengakibatkan membesarnya uterus dan
jaringan lain. Adaptasi ini tujuannya agar dapat memenuhi tuntutan
metabolik kehamilan tubuh manusia, melindungi fungsi fisiologis
normal perempuan, dan menyediakan kebutuhan untuk perkembangan
dan pertumbuhan janin (Bobak, 2010). Berikut adaptasi fisiologis yang
terjadi pada kehamilan menurut Bobak (2010), yaitu :
a. Sistem Reproduksi dan Payudara
1. Uterus
Uterus mengalami pembesaran akibat terjadinya
peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hyperplasia (produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis
baru) dan hipertrofi (pembesaran serabut otot dan jaringan
fibroelastis yang sudah ada), dan perkembangan desidua.
Dinding-dinding otot menguat dan menjadi lebih elastis.
Peningkatan aliran darah uterus dan limfe selama minggu-

9
10

minggu awal kehamilan mengakibatkan edema dan kongesti


panggul. Sehingga muncul tanda chadwick (tanda kebiruan)
(Bobak, 2010).
Pada minggu ke 16 dan 18 muncul tanda Hegar (istmus
melunak dan dapat ditekan), tanda Goodell (serviks melunak),
dan tanda McDonald (fundus pada serviks mudah fleksi).
Uterus akan berotasi ke kanan seiring dengan pembesaran yang
disebabkan adanya kolon rektosigmoid di sisi kiri. Kontraksi
uterus dapat dirasakan setelah bulan keempat kehamilan yang
disebut tanda Braxton Hicks (kontraksi tidak teratur yang tidak
menimbulkan nyeri) (Bobak, 2010).
2. Vagina vulva
Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi
selama persalinan dengan memproduksi mukosa vagina yang
tebal, jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan
pemanjangan vagina. pH vagina menjadi lebih asam dari 4
menjadi 6,5 selama masa kehamilan. Peningkatan pH yang
dialami perempuan hamil akan lebih rentan terkena infeksi
vagina, khususnya infeksi jamur. Selama trimester kedua
kehamilan, terjadi peningkatan sensitivitas sehingga keinginan
dan bangkitan akan seksual meningkat. Peningkatan stimulasi
estrogen dan progesteron pada serviks menghasilkan cairan
mukoid berlebihan (Bobak, 2010).
3. Payudara
Munculnya turbekel Montgomery (hipertrofi kelenjar
lemak yang muncul di areola primer). Pada minggu keenam
kehamilan, adanya rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa
geli dan rasa berat di payudara mulai timbul. Sensitivitas
payudara bervariasi dari rasa geli ringan hingga rasa nyeri yang
tajam. Putting susu dan areola menjadi lebih berpigmen,
terbentuk warna merah muda sekunder pada areola, dan putting
susu menjadi lebih erektil (Bobak, 2010).
11

b. Sistem Tubuh Secara Umum


1. Sistem integumen
Timbulnya pigmentasi sebagai akibat dari peningkatan
hormon hipofisis anterior melanotropin sehingga munculnya
kloasma atau topeng kehamilan. 50% sampai 70% perempuan
hamil mengalami kloasma setelah minggu ke 16 dan terus
meningkat hingga bayi lahir (Bobak, 2010).
2. Sistem perkemihan
Perempuan hamil akan sering kencing karena kandung
kemih tertekan. Pada saat kehamilan ginjal sedikit bertambah
besar, panjangnya bertambah 1-1,5 cm (Tando,dkk.,2016).
3. Sistem pencernaan
Peningkatan produksi progesteron selama hamil dapat
menyebabkan tonus dan motilitas otot polos menurun, sehingga
terjadi regurgitasi esophagus, peningkatan waktu pengosongan
lambung, dan peristaltik balik. Oleh karena itu, perempuan
hamil mengalami pirosis (ketidakmampuan mencerna asam
atau mengalami nyeri ulu hati). Hal itu terjadi pada trimester
pertama kehamilan dimana perempuan hamil mengalami
penurunan nafsu makan akibat dari nausea atau vomitus.
Vomitus yang terjadi juga disebabkan karena adanya perubahan
pada saluran cerna dan peningkatan kadar hCG (Bobak, 2010).
4. Sistem kardiovascular
Peningkatan cardiac output pada minggu kelima
kehamilan dan semakin tinggi pada minggu ke 32 kehamilan.
Setelah itu, hanya mengalami sedikit peningkatan sampai masa
persalinan, kelahiran dan postpartum. Peningkatan volume
sekuncup dan denyut jantung menyebabkan terjadinya
peningkatan cardiac output. Volume sekuncup dapat meningkat
sebanyak 20% sampai 50% lebih banyak dari pada perempuan
yang tidak hamil (Tando,dkk.,2016).
12

5. Sistem musculoskeletal
Selama masa kehamilan adanya peningkatan kadar relaksin
dan mobilitas sendi panggul yang merupakan akibat dari
elastisitas dan perlunakan berlebihan jaringan ikat. Hal tersebut
mengakibatkan terjadinya peningkatan hormon seks steroid
yang bersirkulasi. Adaptasi ini memungkinkan pembesaran
dimensi panggul. Relaksasi ligamen menyebabkan peningkatan
risiko terjadinya cedera punggung. Kemudian dapat
berkontribusi dalam insidensi nyeri punggung dalam kehamilan
(Bobak, 2010).
6. Sistem pernapasan
Untuk mengoptimalkan oksigenasi ibu dan janin, serta
memfasilitasi perpindahan produk sisa CO2 dari janin ke ibu
perlu adanya adaptasi dalam respirasi selama masa kehamilan.
Adanya peningkatan kadar estrogen menyebabkan ligamen
pada kerangka iga berelaksasi sehingga ekspansi rongga dada
meningkat, selain itu keadaan Rahim membesar sehingga
panjang paru-paru berkurang. Oleh karena itu, perempuan
hamil banyak yang mengeluh dyspnea saat istirahat (Bobak,
2010).
3. Adaptasi Psikologis Pada Kehamilan
Adaptasi psikologis pada kehamilan adalah perilaku perempuan
hamil menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui fungsi kerja
pada organ-organ tubuhnya (Tando,dkk.,2016). Adapun perubahan
psikologis pada kehamilan berdasarkan tahapan trimester kehamilan :
a. Trimester I
Kehamilan trimester pertama merupakan periode adaptasi.
Berikut respon yang muncul :
1. Ketidakyakinan/ketidakpastian
Pada awal kehamilan, perempuan akan merasa tidak yakin
mengenai kehamilannya dan akan mengobservasi seluruh
bagian tubuhnya untuk memastikan perubahan yang terjadi
13

sebagai tanda-tanda kehamilan, merundingkan dengan keluarga


dan temannya mengenai kemungkinan terjadinya kehamilan
dan mencari kepastian kehamilan dengan melakukan tes
kehamilan.
2. Ambivalen
Konflik perasaan yang simultan. Perempuan akan merasa
kehamilan ini tidak nyata dan bukan saat yang tepat, walaupun
perempuan tersebut sudah menginginkan kehamilan.
3. Fokus pada diri sendiri
Pada awal kehamilan, pusat pemikiran ibunya berfokus
pada dirinya sendiri bukan pada janin. Calon ibu mulai
berkeinginan untuk menghentikan rutinitasnya agar dapat
banyak waktu untuk tidur, terjadinya peningkatan hormon yang
dapat menyebabkan mood ibu hamil mudah sekali berubah.
4. Perubahan seksual
Keinginan seksual perempuan menurun akibat dari
ketakutan akan keguguran sehingga pasangan menghindari
aktivitas seksualnya.
b. Trimester II
Kehamilan trimester kedua merupakan periode kesehatan
yang baik. Berikut perubahan psikologis yang muncul :
1. Tanda-tanda kehamilan secara fisik
Meningkatnya berat badan, uterus membesar,
payudara membesar. Calon ibu mulai menerima bahwa
janin merupakan bagian yang terpisah dari dirinya
meskipun tetap bergantung pada dirinya.
2. Janin sebagai fokus utama
Ibu mulai memperhatikan kesehatan dari janin dan
tertarik akan informasi mengenai diet dan perkembangan
janin.
14

3. Narsisme dan introvert


Calon ibu akan lebih selektif dalam memilih
makanan, dan baju yang ingin dipakai.
4. Citra tubuh
Perasaan yang bersifat sementara dan berubah-ubah
mengenai perubahan-perubahan pada tubuh calon ibu
ketika hamil seperti bertambah besar tubuh dan menyita
ruang yang lebih luas.
5. Perubahan seksual
Terjadinya perubahan seksual berupa peningkatan
sensitifitas dari labia dan klitoris, serta peningkatan
lumbrikasi vaginal sebagai hasil dari vasokongesti pelvis.
Selain itu, mual dan fatigue sudah begitu tidak dirasakan.
Hal tersebut menyebabkan timbulnya peningkatan energy
yang akan meningkatkan keinginan seksual.
c. Trimester III
Pada masa trimester ketiga, calon ibu akan semakin peka
perasaannya. Perubahan psikologis kehamilan pada trimester
ketiga yaitu rasa tidak nyaman muncul kemabali, merasa tidak
menyenangkan ketika bayi lahir tepat waktu, ibu tidak sabar
menunggu kelahiran bayinya, ibu khawatir bayi akan lahir
sewaktu – waktu dan dalam kondisi tidak normal, ibu semakin
ingin menyudahi kehamilannya, merasa sedih karena mungkin
terpisah dari bayinya, merasa kehilangan perhatian, bermimpi
dan berkhayal tentang bayinya, aktif mempersiapkan kelahiran
bayinya, dan libido menurun karena kondisi ibu hamil (Tando,
dkk., 2016).

B. HIV Dalam Kehamilan

1. Definisi HIV dalam Kehamilan


Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan penyakit
menular seksual yang menyerang sistem kekebalan tubuh dan
15

melemahkan sistem pertahanan tubuh manusia terhadap berbagai jenis


infeksi dan kanker (WHO, 2019). Acquired Immuno Deficiency
Syndrome (AIDS) merupakan depresi berat pada sistem imun akibat
infeksi HIV (Bobak, 2010). Virus HIV membutuhkan waktu yang
cukup panjang yaitu sekitar 5 hingga 10 tahun untuk mencapai
fullblown AIDS (Kemenkes, 2017). HIV dapat ditularkan dari
perempuan positif HIV kepada janin dan bayi baru lahir melalui 3 cara
yaitu pada janin diawal trimester pertama melalui sirkulasi maternal,
pada bayi selama persalinan melalui inokulasi atau darah dan cairan
ibu positif HIV yang ditelan oleh janin, dan pada bayi melalui Air Susu
Ibu (ASI) (Bobak, 2010).
Jadi, HIV dalam kehamilan adalah terjadinya infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yang dapat menyerang sistem
kekebalan tubuh pada ibu saat kehamilan. Infeksi HIV dapat
ditularkan kepada anak dari ibu yang positif HIV. Penularan tersebut
terjadi ketika anak masih dalam kandungan, ketika dalam proses
persalinan, atau pemberian ASI setelah kelahiran anak.

2. Perjalanan Infeksi HIV/AIDS


a. Fase infeksi akut
Setelah HIV menginfeksi tubuh, terjadi proses replikasi yang
menghasilkan virus-virus baru (virion) dengan jumlah berjuta-juta.
Virion tersebut memicu munculnya sindrom infeksi akut dengan
gejala yang mirip flu atau infeksi mononukleosa. Diperkirakan
bahwa sekitar 50% – 70% orang yang terinfeksi HIV mengalami
sindrom infeksi akut selama 3 sampai 6 minggu setelah terinfeksi
HIV disertai munculnya gejala-gejala umum seperti demam,
faringitis, limfadenopati, artalgia, myalgia,letargi, malaise, nyeri
kepla, mual, muntah, diare, anoreksia, penurunan berat badan.
Pada fase ini telah terjadi penurunan limfosit T yang sangat drastis
dan karena mulai terjadinya respon imun maka terjadi kenaikan
limfosit T. Jumlah limfosit T pada fase ini masih di atas 500
16

sel/mm3 dan kemudian akan mengalami penurunan setelah 6


minggu terinfeksi HIV.
b. Fase infeksi laten
Pembentukkan respon imun spesifik HIV dan
terperangkapnya virus dalam Sel Dendritik Folikuler (SDF) di
pusat germinativum kelenjar limfe menyebabkan virion dapat
dikendalian, gejala hilang, dan mulai memasuki fase laten. Pada
fase ini virion jarang ditemukan di plasma sehingga jumlah virion
di plasma menurun karena sebagian besar virus terakumulasi di
kelenjar limfe dan replikasi terjadi di kelenjar limfe. Sehingga
penurunan limfosit T terus terjadi meskipun virion di plasma
jumlahnya sedikit. Pada fase ini jumlah limfosit T-CD4 menurun
hingga sekitar 500 sampai 200 sel/mm3, meskipun telah terjadi
setelah serokonversi positif individu umumnya belum
menunjukkan gejala klinis (asimtomatis). Fase ini berlangsung
rerata sekitar 8-10 tahun setelah terinfeksi HIV. Pada tahun ke
delapan setelah terinfeksi HIV akan muncul gejala klinis yaitu
demam, banyak berkeringat pada malam hari, kehilangan berat
badan kurang dari 10%, diare, lesi pada mukosa dan kulit
berulang, penyakit infeksi kulit berulang. Gejala ini merupakan
tanda awal munculnya infeksi oportunistik.
c. Fase infeksi kronis
Selama berlangsungnya fase ini,replikasi virus terus terjadi
di dalam kelenjar limfe yang diikuti kerusakan dan kematian Sel
Dendritik Folikuler (SDF) karena banyaknya virus. Fungsi
kelenjar limfe sebagai perangkap virus menurun atau bahkan
hilang dan virus disalurkan ke dalam darah. Sehingga pada fase ini
terjadi peningkatan jumlah virion secara berlebihan di dalam
sirkulasi sistemik. Respon imun tidak mampu meredam jumlah
virion yang berlebihan tersebut. Limfosit semakin tertekan karena
infeksi HIV yang semakin banyak. Terjadi penurunan jumlah
limfosit T-CD4 hingga dibawah 200 sel/mm3. Penurunan limfosit
17

T ini mengakibatkan system imun menurun dan individu semakin


rentan terhadap berbagai macam penyakit infeksi sekunder. Infeksi
sekunder yang sering menyertai adalah pneumonia yang
disebabkan Pneumocytis carinii, tuberculosis, sepsis,
toksoplasmosis ensefalitis, infesksi virus herpes, kandidiasis
trachea, dan lainnya. Kadang juga dijumpai jenis kanker yaitu
kanker getah bening dan lainnya (Nasronudin, 2014).

3. Faktor Risiko Terinfeksi HIV


Faktor risiko epidemiologis infeksi HIV menurut Nasronudin
(2014) adalah sebagai berikut :
1. Perilaku beresiko tinggi
a. Hubungan seksual dengan pasangan beresiko tinggi tanpa
menggunakan kondom
b. Pengguna narkotika intravena, terutama bila pemakaian jarum
secara bersama tanpa sterilisasi yang memadai
c. Hubungan seksual yang tidak aman seperti multipartner,
pasangan seks individu yang diketahui terinfeksi HIV, kontak
seks peranal
2. Mempunyai riwayat infeksi menular seksual
3. Riwayat menerima transfusi darah berulang tanpa tes penapisan
4. Pernah dilakukan perlukaan kulit, tato, tindik, atau sirkumsisi
dengan alat yang tidak disterilisasi.

4. Transmisi Vertikal HIV dari Ibu Ke Anak


Perantara darah, semen, dan secret vagina HIV dapat masuk
kedalam tubuh manusia. HIV akan menyerang sel jenis tertentu, yaitu
sel-sel yang mempunyai antigen di permukaan CD4, terutama limfosit
T yang mempunyai peranan penting dalam mengatur dan
mempertahankan sistem kekebalan tubuh. Antibodi virus mulai dapat
dideteksi kira-kira 3 hingga 6 bulan sesudah infeksi (Prawirohardjo,
2016). Begitu HIV memasuki tubuh, serum HIV menjadi positif dalam
10 minggu pertama pemaparan (Bobak, 2010).
18

Infeksi HIV pada anak merupakan penyebab dari penularan HIV


dari ibu ke anak. Transmisi HIV dari ibu kepada janin dapat terjadi
intrauterine (5-10%), saat persalinan (10-20%), dan pasca persalinan
(5-20%) (Prawirohardjo, 2016). Penularan tersebut terjadi secara
vertikal melalui kelahiran pretem, terutama pada kasus ketuban pecah
lama. Adanya infeksi menular seksual lain seperti sifilis juga
merupakan penyebab terjadinya penularan HIV vertikal perinatal.
(Pribadi, dkk. 2015).
Pediatric Virology Committee of the AIDS Clinical Trials Group
(PACTG), penularan terjadi in utero/infeksi awal jika tes virologis
positif dalam 48 jam setelah kelahiran dan dalam tes berikutnya juga
hasilnya positif. Pada transmisi intrapartum, infeksi didiagnosis jika
pemeriksaan virologis negatif dalam 48 jam pertama setelah kelahiran,
dan tes satu minggu berikutnya menjadi positif dan bayi tidak
menyusu. Selama persalinan, bayi dapat tertular darah atau cairan
servikovaginalis yang mengandung HIV melalui paparan
trakeobronkial atau tertelan pada jalan lahir (Nasronudin, 2014).

5. Faktor Yang Mempengaruhi Transmisi HIV Ibu Ke Anak


Ada tiga faktor utama yang menjadi faktor risiko penularan HIV
dari ibu ke anak yaitu :
a. Faktor ibu
Jumlah kadar HIV dalam darah ibu saat menjelang atau saat
persalinan dan jumlah kadar HIV dalam air susu ibu ketika ibu
menyusui bayinya merupakan faktor risiko penularan HIV dari ibu
ke bayi. Risiko penularan HIV menjadi sangat kecil jika kadar HIV
rendah (kurang dari 1.000 kopi/ml) dan sebaliknya jika kadar HIV
di atas 100.000 kopi/ml maka risiko penularan HIV menjadi tinggi
(Ardhiyanti, 2015).
Rendahnya jumlah sel CD4 pada ibu hamil sangat beresiko
menularkan HIV ke bayinya. Jika semakin rendahnya jumlah sel
CD4 pada ibu hamil maka semakin besar risiko penularan HIV ke
bayi. Dan apabila selama kehamilan BB ibu rendah serta
19

kekurangan vitamin dan mineral maka akan beresiko menderita


penyakit infeksi yang dapat meningkatkan jumlah virus dan risiko
penularan HIV ke bayi. Penyakit infeksi tersebut seperti sifilis,
infeksi menular seksual, infeksi saluran reproduksi lainnya,
malaria, dan tuberculosis. Risiko penularan HIV melalui
pemberian ASI akan bertambah jika ditemukan adanya masalah
pada payudara ibu seperti mastitis, abses, dan luka di puting
payudara (Ardhiyanti, 2015).
b. Faktor bayi
Bayi yang lahir prematur dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) lebih berisiko tertular HIV karena sistem organ
dan sistem kekebalan tubuhnya belum berkembang dengan baik.
Semakin lama pemberian ASI, maka akan semakin besar kumulatif
risiko penularan HIV dari ibu ke bayi. Bayi dengan luka di
mulutnya lebih berisiko tertular HIV ketika diberikan ASI
(Ardhiyanti, 2015).
c. Faktor tindakan obstetrik
Bayi yang terpapar terlalu lama dengan darah dan lender ibu
pada saat persalinan risiko penularan nya semakin tinggi. Faktor
obstetrik yang dapat meningkatkan risiko penularan HIV dari ibu
ke anak selama persalinan yaitu :
1. Jenis persalinan
Persalinan pervaginam akan lebih besar risiko penularannya
dibandingkan persalinan melalui bedah sesar (sectio caesaria).
2. Lama persalinan
Lamanya proses persalinan maka akan semakin tinggi
penularan HIV dari ibu ke anak, sebab semakin lama terjadinya
kontak antara bayi dengan darah dan lendir ibu.
3. Saat ketuban pecah lebih dari empat jam sebelum persalinan
maka akan meningkatkan risiko penularan hingga 2 kali lipat
dibandingkan jika ketuban pecah kurang dari empat jam.
20

4. Tindakan episiotomi, ekstraksi vakum dan forceps


meningkatkan risiko penularan HIV karena berpotensi melukai
ibu atau bayi (Ardhiyanti, 2015).

6. Pengaruh Kehamilan Pada Perjalanan Penyakit HIV


Penurunan jumlah CD4+ pada awal kehamilan untuk
mempertahankan janin. Pada perempuan yang tidak menderita HIV,
besar persentase CD4+ akan meningkat kembali di mulai pada trimester
ketiga hingga 12 bulan setelah melahirkan. Sedangkan pada ODHA
penurunan tetap terjadi selama kehamilan dan setelah melahirkan. Pada
masa kehamilan ternyata hanya sedikit meningkatkan kadar virus
(viral load) HIV. Pada kehamilan juga tidak mempercepat penyakit
menjadi AIDS (Nasronudin. 2014).

7. Dampak Infeksi HIV Pada Ibu dan Bayi


Infeksi HIV dapat meningkatkan kejadian aborsi, prematuritas,
gangguan pertumbuhan intrauterine, terutama pada stadium lanjut. Hal
ini dikarenakan kondisi fisik ibu yang lebih buruk dan kemungkinan
penularan perinatal yang lebih tinggi (Nasronudin. 2014). Dampak
pada bayi yang terinfeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang,
kandidiasis oral, diare kronis atau hepatosplenomegali (pembesaran
hati dan lien). Dampak HIV/AIDS pada ibu antara lain esophagitis
candida dan Pneumocystis carinii. Selain itu juga bisa ditemukan virus
human papilloma dan penyakit serviks, virus Herpes simpleks,
chancroid, sifilis, ulkus genital HIV, penyakit inflamasi pelvis, dan
kandidiasis vagina (Nursalam dan Kurniawati, 2011).

8. Penanganan dan Penatalaksanaan HIV Pada Kehamilan


Penatalaksanaan infeksi HIV/AIDS pada kehamilan dilakukan saat
antepartum, intrapartum, dan post partum untuk ibu dan bayinya
(Pribadi,dkk, 2015). Berikut penanganan infeksi HIV pada kehamilan :
a. Penanganan antepartum
Pada masa antepartum, klinis dan laboratorium pasien HIV
positif harus dievaluasi guna pemantauan disfungsi imun,
21

progresivisitas penyakit dan infeksi oportunistik. Tanda-tanda


penyakit menular seksual harus dicari. Fungsi imunitas meliputi
darah lengkap dan deferensiasi, jumlah sel T dan jumlah CD4+
diperiksa tiap trimester kehamilan.
Pemberian antiretroviral profilaksis dapat dimulai setelah
kehamilan 28 minggu untuk menurunkan transmisi vertikal. Jika
sel CD4+ kurang dari 200 mm3 diberikan antimikroba untuk
profilaksis PCP. Pada sistem kekebalan yang normal jumlah sel
CD4+ berkisar antara 600 – 1200/mm3. Pada kehamilan normal sel
CD4+ menurun, terendah berkisar 700 - 800/mm3 pada trimester
ketiga. Salah satu antiretroviral yang paling banyak dipergunakan
untuk kehamilan adalah Zidovudine atau yang dikenal juga dengan
azidothymidine (AZT). AZT melewati sawar plasenta dan efek
paparan jangka lama terhadap bayi belum diketahui namun dari
beberapa penelitian AZT tampaknya tidak meningkatkan efek pada
bayi dan populasi umum.
Pemberian ARV pada perempuan hamil HIV positif dan
bayinya setelah lahir akan menurunkan 2/3 risiko penularan infeksi
ke bayi. Perempuan HIV positif yang tidak mendapatkan terapi
selama kehamilannya, harus diberikan terapi selama inpartu
dengan antiretroviral. Obat yang biasa diberikan ZDV atau obat
antiretroviral lain ; Lamivudine (3TC) atau Nevirapine (NVP).
Pemberian terapi jangka pendek ini dapat membantu mengurangi
risiko terhadap bayi. Dari penelitian disimpulkan bahwa pemberian
Nevirapine dosis tunggal pada ibu dan bayinya mengurangi
transmisi vertikal hampir 50%. Pemberian AZT yang
direkomendasikan untuk melindungi bayi dari transmisi vertikal
dalam kehamilan (rekomendasi Williams Obsteric 2014 dalam
Pribadi, dkk. 2015) adalah:

Perempuan yang sedang a. Lanjutkan pengobatan jika supresi


melakukan terapi ARV virus adekuat dan tubuh pasien
dapat mentoleransi
22

kemudian hamil b. Jika virus terdeteksi, lakukan tes


resistensi
c. Jika pada trimester pertama,
lanjutkan pengobatan. Bila
dihentikan, semua pengobatan
dihentikan dan mulai lagi trimester
kedua
d. Obat AZT i.v dapat digunakan jika
kadar RNA HIV >400 kopi/mL atau
tidak diketahui menjelang
persalinan

Perempuan terinfeksi a. Tes resistensi obat ARV


HIV tanpa pengobatan b. Aplikasi Highly active
ARV antiretroviral therapy (HAART)
harus segera dimulai. Jika CD4+
tinggi dan kopi virus rendah,
pengobatan dapat dimulai pada
trimester keduauntuk menghindari
paparan obat pada organogenesis
trimester I
c. Hindari Efavirenz pada trimester I
dini
d. Gunakan satu atau lebih NRTI-
AZT, Lamivudin, Tenofovir, atau
abcavir jika tersedia
e. Hindari Nevirapin jika CD4+ > 250
sel/mm3
f. Obat AZT i.v dapat digunakan jika
kadar RNA HIV >400 kopi/mL atau
tidak diketahui menjelang
persalinan

Perempuan terinfeksi a. Tes resistensi obat ARV


dan pernah melakukan b. Pengobatan Highly active
pengobatan ARV tetapi antiretroviral therapy (HAART)
pada saat ini tidak segera dimulai berdasarkan obat
dilanjutkan terakhir yang dimakan
c. Hindari Efavirenz pada trimester I
dini
d. Gunakan satu atau lebih NRTI-
AZT, Lamivudin, Tenofovir, atau
23

abcavir jika tersedia


e. Hindari Nevirapin jika CD4+ > 250
sel/mm3
f. Obat AZT i.v dapat digunakan jika
kadar RNA HIV >400 kopi/mL atau
tidak diketahui menjelang
persalinan

Perempuan terinfeksi a. Pemeriksaan lengkap pasien


HIV tidak melakukan pertama kali termasuk viral load,
pengobatan, datang CD4+, pemeriksaan TB, dan organ
pada saat persalinan lainnya
b. Obat AZT i.v dapat digunakan jika
kadar RNA HIV >400 kopi/mL atau
tidak diketahui menjelang
persalinan

Tabel 2.1 Rekomendasi Williams Obsteric 2014 dalam Pribadi,


dkk.,2015.
b. Penanganan intrapartum
HIV dapat ditemukan pada sekresi serviks dan vagina.
Infeksi intrapartum dapat terjadi melalui cairan sekresi ini.
Meminimalkan kontak langsung antara ibu dan bayi seperti
menunda robeknya selaput ketuban, menghindari pemasangan
electrode kepada bayi, secara teoritis akan mengurangi risiko
penularan infeksi intrapartum (Pribadi,dkk., 2015). Metode sectio
caesaria menjadi pilihan terbaik dalam proses persalinan karena
terbukti mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke bayi sampai
80%. Risiko dapat diturunkan sampai 87%, bila bedah caesar
selektif disertai penggunaan terapi antiretroviral. Walaupun
demikian bedah caesar juga mempunyai risiko karena imunitas ibu
yang rendah sehingga bisa terjadi keterlambatan penyembuhan
luka, bahkan bisa terjadi kematian saat operasi. Oleh karena itu
persalinan pervaginam atau sectio caesarea harus
dipertimbangkan sesuai kondisi gizi, keuangan, dan faktor lain
(Nursalam dan Kurniawati, 2011).
24

American College of Obstetricians and Gynecologists


merekomendasikan bahwa pada perempuan yang terinfeksi HIV
ditawarkan untuk sectio caesarea pada usia kehamilan 38 minggu
lebih untuk mengurangi risiko terhadap bayinya, kecuali jika
jumlah virus dalam darahnya sangat rendah atau tidak terdeteksi
(Pribadi, dkk., 2015).

Cara Persalinan Rekomendasi

ODHA hamil Terapi ARV seperti regimen PATCG 076.


datang pada Dilakukan konseling tentang seksio sesarea
kehamilan di atas untuk mengurangi risiko transmisi dan risiko
36 minggu, komplikasi pascaoperasi, anestesi dan risiko
belum operasi lainnya. Jika diputuskan SC, maka SC
mendapatkan direncanakan pada minggu ke-38 kehamilan.
ARV, dan sedang Selama SC, ZDV intravena yang dimulai 3
menunggu hasil jam sebelumnya, bayi mendapat ZDV sirup
pemeriksaan selama 6 minggu. Keputusan akan
beban virus dan meneruskan ARV setelah melahirkan atau
CD4+ sebelum tidak tergantung pada hasil pemeriksaan
persalinan kadar virus dan CD4+

ODHA hamil Regimen ARV yang digunakan tetap


datang pada diteruskan. Konseling bahwa kadar HIV-nya
kehamilan awal, mungkin tidak turun sampai kurang dari 1000
sedang mendapat kopi/ml sebelum persalinan, dianjurkan untuk
kombinasi ARV, SC. Demikian juga dengan risiko komplikasi
beban virus tetap SC meningkat seperti infeksi, SC
di atas 1000 direncanakan pada minggu ke-38 kehamilan.
kopi/ml pada Selama SC, ZDV intravena dimulai minimal
minggu ke-36 3 jam sebelumnya. ARV lain tetap diteruskan
kehamilan sebelum dan sesudah persalinan. Bayi
mendapat ZDV sirup selama 6 minggu.

ODHA hamil Konseling kemungkinan transmisi jika kadar


sedang mendapat HIV tidak terdeteksi kurang dari 2% bahkan
kombinasi ARV, pada persalinan pervaginam. Pemilihan cara
dan beban virus persalinan harus mempertimbangkan
tidak terdeteksi keuntungan dan risiko komplikasi SC.
pada minggu ke-
25

36 kehamilan

ODHA hamil ZDV intravena segera diberikan. Jika


sudah kemajuan persalinan cepat. Ditawarkan
direncanakan SC menjalani persalinan pervaginam. Jika
elektif, namun dilatasi serviks minimla dan diduga
datang pada awal persalinan kan berlangsung lama, dapat
persalinan atau dipilih antara ZDV intravena dan melakukan
setelah ketuban SC atau memberikan pitosin untuk
pecah mempercepat persalinan. Jika diputuskan
untuk menjalani persalinan
pervaginam,hindari electrode kepala, monitor
invasive dan alat bantu lainnya. Bayi
sebaiknya mendapat ZDV sirup selama 6
minggu.

Tabel 2.2 Rekomendasi cara persalinan untuk mengurangi transmisi HIV


dari ibu ke anak (Perinatal HIV Guidelines Working Group, 2002 dalam
Nasronudin. 2014).
c. Penanganan pascasalin
Bayi yang sudah terinfeksi HIV sebaiknya diberikan ASI
eksklusif selama 4-6 bulan karena terbukti akan mengurangi
morbiditas dan mortalitas akibat infeksi selain HIV. Namun, jika
bayi belum terbukti positif HIV, sebaiknya ibu tidak menyusui
bayinya karena dapat terjadi transmisi vertikal HIV ke bayi sebesar
10-20%, terutama bila putting ibu lecet atau radang. Namun bila
tidak tersedia air bersih dan keluarga tidak mampu membeli susu
formula untuk bayi, serta tidak terjamin kesinambungan dan
keamanan pemberian susu formula, bayi sebaiknya diberikan ASI
eksklusif, selanjutnya baru disapih karena risiko bayi meninggal
akibat kurang gizi lebih besar daripada risiko meninggal karena
HIV/AIDS (Depkes RI, 2003 dalam Nursalam dan Kurniawati,
2011).
Pemberian ASI yang semakin lama akan semakin besar
kumulatif dari risiko penlaran HIV dari ibu ke bayi. Pada usia lima
bulan pertama dalam pemberian ASI diperkirakan risiko penularan
sebesar 0,7% per bulan. Pada usia 6-12 bulan diperkirakan terjadi
26

risiko sebesar 0,5% per bulan dan usia 13-24 bulan risiko
bertambah lagi sebesar 0,3% per bulan. Mengurangi masa
pemberian ASI dapat mengurangi risiko bayi terinfeksi HIV. Bayi
yang terinfeksi tidak memperlihatkan tanda pada saat lahir, tapi
kurang lebih 15% yang menampakkan gejala serius akan
meninggal dalam satu tahun pertama (Pribadi, dkk., 2015).

9. Prevention Mother to Child Transmision (PMTCT)


a. Pengertian PMTCT
Prevention Mother to Child Transmision (PMTCT) atau
Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) merupakan
upaya mengurangi resiko penularan dari ibu ke bayi dengan
melakukan penanganan pencegahan infeksi bayi yang lahir dari ibu
terinfeksi HIV dimulai dari kandungan, persalinan maupun
menyusui (Kemenkes RI, 2014)
b. Langkah – Langkah PMTCT
1. Prong 1 : Pencegahan dalam penularan HIV pada perempuan
usia reproduksi
Pencegahan primer perlu dilakukan untuk mencegah
terjadinya penularan HIV pada bayi sebagai langkah dini yang
paling efektif yaitu dengan mencegah perempuan usia
reproduksi tertular HIV bahkan sebelum terjadinya hubungan
seksual. Hal tersebut dapat mencegah perempuan muda di usia
reproduksi, ibu hamil dan pasangannya untuk tidak terinfeksi
HIV. Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015, mengunakan
konsep “ABCDE” dalam upaya penularan yaitu :
a. A (Abstinence) yang berarti absen dalam melakukan
hubungan seksual ataupun tidak melakukan hubungan
seksual bagi yang belum menikah
b. B (Be faithful) yang berarti saling setia kepada satu
pasangan seksualnya
c. C (Condom) yang berarti melakukan hubungan seksual
dengan menggunakan kondom
27

d. D (Drug no) yang berarti dilarang untuk tidak


menggunakan narkoba dan zat adiktif, tidak berbagi jarum
suntik dengan siapapun
e. E (Education) yang berarti membekali diri dengan
informasi yang benar mengenai HIV/AIDS baik cara
penularannya maupun pencegahannya.
2. Prong 2 : Pencegahan dalam kehamilan yang tidak
direncanakan pada perempuan dengan HIV
Pasangan dengan HIV ataupun perempuan dengan HIV
memerlukan kondisi khusus yang aman untuk hamil, bersalin
dan menyusui untuk mencegah terjadinya pencegahan
penularan HIV dari ibu ke anak. Adapun beberapa aktivitas
untuk mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu
dengan HIV positif yaitu :
a. Meningkatkan akses ODHA ke layanan KB yang
menyediakan informasi dan sarana pelayanan kontrasepsi
yang aman dan efektif.
b. Memberikan konseling dan pelayanan KB berkualitas
tentang perencanaan kehamilan dan pemilihan metoda
kontrasepsi yang sesuai, kehidupan seksual yang aman dan
penanganan efek samping KB.
c. Menyediakan alat dan obat kontrasepsi yang sesuai untuk
perempuan dengan HIV.
d. Memberikan dukungan psikologis, sosial, medis dan
keperawatan (Kemenkes, RI. 2015).
3. Prong 3 : mencegah terjadinya penularan HIV dan Sifilis dari
ibu hamil dengan HIV dan sifilis kepada janin yang
dikandungnya
Langkah – langkah untuk mencegah penularan HIV dan
Sifilis pada ibu hamil yang terinfeksi HIV dan Sifilis ke
janin/bayi yang dikandungnya sebagai berikut :
1. Layanan antenatal terpadu termasuk tes HIV dan Sifilis
28

2. Menegakkan diagnosis HIV atau Sifilis


3. Memberikan terapi antiretroviral (untuk HIV) dan
Benzatin Penisilin (untuk sifilis) bagi ibu
4. Konseling persalinan dan KB pasca persalinan
5. Konseling tentang menyusui dan pemberian makanan
untuk bayi dan anak serta penggunaan KB
6. Konseling dalam pemberian profilaksis ARV dan
kotrimoksazol pada anak
7. Melaksanakan persalinan yang aman dan pelayanan
Keluarga Berencana (KB) pasca persalinan
8. Pemberian profilaksis ARV pada bayi
9. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan
keperawatan bagi ibu selama hamil, bersalin dan
bayinya (Kemenkes, RI. 2015).
4. Prong 4 : Dukungan psikologis, sosial dan perawatan pada ibu
dengan HIV beserta anak dan keluarganya
Ibu dengan HIV positif membutuhkan dukungan
psikososial agar dapat bersosialisasi dan bekerja untuk
memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Dukungan medis dan
perawatan juga sangat dibutuhkan untuk mencegah terjadinya
komplikasi baik diberikan kepada anak ataupun keluarganya.
Beberapa hal yang dibutuhkan oleh ibu dengan HIV positif
antara lain, pengobatan ARV jangka panjang, pengobatan
gejala penyakitnya, pemeriksaan kondisi kesehatan dan
pemantauan terapi ARV, pemberian informasi kesehatan
mengenai pemberian makanan bayi, pencegahan dan
pengobatan infeksi oportunistik untuk dirinya dan bayinya,
penyuluhan kepada anggota keluarga tentang cara penularan
HIV dan pencegahannya, layanan klinik dan RS yang
bersahabat, kunjungan rumah, dukungan teman-teman sesama
pengidap HIV, dan dukungan dari pasangan ( Ardhiyanti,
2015).
29

C. Voluntary Counseling and Testing (VCT)

1. Definisi VCT HIV


Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV adalah layanan tes
HIV secara pasif. Pada layanan ini klien datang sendiri untuk meminta
dilakukan tes HIV atas berbagai alasan baik ke fasilitas kesehatan atau
layanan tes HIV berbasis komunitas. Layanan ini menekankan
penilaian dan pengelolaan risiko infeksi HIV dari klien yang dilakukan
oleh seorang konselor, untuk membahas mengenai keinginan klien
untuk menjalani tes HIV dan strategi untuk mengurangi risiko tertular
HIV (Kemenkes, RI., 2014).

2. Konseling dalam VCT


Konseling HIV dan AIDS adalah percakapan antara konselor
dengan pasien/klien atau antara petugas kesehatan dengan pasien yang
bertujuan untuk memberikan informasi yang jelas dan dapat
dimengerti oleh pasien atau klien. Konseling ini dilakukan oleh tenaga
yang sudah terlatih dan dilaksanakan sebelum tes, sesudah tes, dan
selama perawatan HIV/AIDS (Kemenkes, RI., 2014). Tujuan dari
konseling HIV yaitu untuk mencegah penularan HIV dengan cara
mengubah perilaku dan meningkatkan kualitas hidup dalam segala
aspek baik medis, psikologis, social, dan ekonomi (Kurniawati dan
Nursalam, 2011).

3. Tujuan VCT
Menurut Kurniawati dan Nursalam (2011), VCT mempunyai
tujuan sebagai berikut :
a. Sebagai upaya pencegahan HIV/AIDS
b. Sebagai upaya untuk mengurangi kegelisahan, meningkatkan
persepsi/pengetahuan mereka tentang factor-faktor risiko
penyebab seseorang terinfeksi HIV
c. Sebagai upaya pengembangan perubahan perilaku, sehingga secara
dini mengarahkan mereka menuju program pelayanan dan
30

dukungan termasuk akses terapi antiretroviral, serta membantu


mengurangi stigma dalam masyarakat.

4. Peran VCT
Adapun peran konseling dan tes HIV sukarela (VCT) telah diatur
dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 Tahun 2014, yaitu :
a. Meningkatkan kualitas hidup dan perencanaan masa depan seperti
pengasuhan anak
b. Penerimaan status, perawatan diri, komunikasi perubahan perilaku,
dan pencegahan positif
c. Memfasilitasi rujukan (PPIA) Pencegahan Penularan Ibu ke Anak,
akses kesehatan reproduksi, dan kesehatan seksual
d. Memfasilitasi informasi dan rujukan terkait dukungan psikososial
dan akses ekonomi
e. Manajemen dini pemeriksaan infeksi oportunistik dan informasi
pengobatan HIV (ARV)
f. Memberikan dukungan dan perawatan di rumah, komunitas, dan
masyarakat
g. Memberikan pendidikan dan informasi kepada masyarakat untuk
normalisasi HIV dan AIDS
h. Konseling lanjutan

5. Prinsip Pelayanan VCT


Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 Tahun 2014,
dalam pelaksanaanya VCT harus mengikuti prinsip yang telah
disepakati secara global yaitu lima komponen dasar yang disebut 5C
(informed consent, confidentiality, counseling, correct test results,
connections to, care,treatment and prevention services) yaitu :
a. Informed Consent
Persetujuan dalam melakukan suatu tindakan pemeriksaan
tes HIV baik yang diberikan oleh klien/pasien maupun
wali/keluarga pasien. Sebelum persetujuan diberikan oleh
klien/pasien maupun wali/keluarga pasien, petugas kesehatan harus
31

memberikan penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis


yang akan dilakukan terhadap pasien/klien tersebut. Sehingga
klien/pasien maupun wali/keluarga pasien telah mendapatkan dan
memahami tindakan pada pemeriksaan tes HIV setelah
persetujuan.
b. Confidentiality
Seluruh isi informasi ataupun penyampaian konseling yang
diberikan petugas kesehatan/konselor kepada klien dan hasil
laboratorium tidak akan diberitahukan kepada pihak lain tanpa
adanya persetujuan dari klien. Confidentiality ini dapat diberikan
kepada pemberi layanan kesehatan untuk kepentingan pelayanan
kesehatan sesuai indikasi dari penyakit klien.
c. Counseling
Percakapan antara konselor dengan pasien/klien atau antara
petugas kesehatan dengan pasien yang bertujuan untuk
memberikan informasi yang jelas dan dapat dimengerti oleh pasien
atau klien. Konselor memberikan waktu dan perhatiannya untuk
membantu klien memahami keadaan dirinya, mengenali dan
melakukan pemecahan masalah terhadap keterbatasan yang
diberikan lingkungan. Konseling ini dilakukan oleh tenaga yang
sudah terlatih dan dilaksanakan sebelum tes, sesudah tes, dan
selama perawatan HIV.
d. Correct testing
Pelayanan pemeriksaan tes HIV ini harus sesuai dengan
SOP nasional yang berlaku dan hasil pemeriksaan harus akurat.
Hasil dari pemeriksaan tes HIV ini harus segera diinformasikan
kepada pasien/klien secara pribadi oleh tenaga kesehatan yang
memeriksa.
e. Connection/linkage to prevention, care, and treatment services
Pasien/ klien yang terdiagnosa HIV harus dirujuk ke
pelayanan pencegahan, perawatan, dukungan dan pengobatan HIV
dengan didukung oleh sistem rujukan yang baik dan terpantau.
32

6. Model Pelayanan VCT


Pelayanan VCT dapat dikembangkan diberbagai layanan terkait
yang dibutuhkan misalnya klinik IMS, klinik TB, ART, dan
sebagaiannya. Dibutuhkan petunjuk yang jelas dan akses yang mudah
diketahui oleh klien VCT mengenai lokasi pelayanan VCT. Dan nama
klinik yang mudah dimengerti sesuai etika dan budaya daerah
setempat, tanpa mengundang stigma dan diskriminasi. Model layanan
VCT terdiri dari :
a. Mobile VCT (Penjangkauan dan keliling)
Pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS Sukarela
(VCT) model penjangkauan dan keliling (mobile VCT) dapat
diselenggarakan oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) atau
layanan kesehatan yang langsung mengunjungi sasaran kelompok
masyarakat yang berisiko tertular HIV seperti masyarakat yang
tinggal di wilayah dengan populasi HIV tinggi dan perilaku
beresiko HIV seperti PSK, Homoseksual, dan lainnya di wilayah
tertentu. Dalam mengawali layanan ini, telah dilakukan survey atau
penelitian kepada kelompok masyarakat di wilayah tersebut. Dan
juga survey tentang pelayanan kesehatan dan pelayanan dukungan
lainnya di daerah setempat (Depkes, 2008).
b. Statis VCT (Klinik VCT tetap)
Pusat Konseling dan Testing HIV Sukarela sudah
terintegrasi dalam sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya,
artinya sudah menetap dan menjadi bagian dari pelayanan kesehatan
yang telah ada. Sarana kesehatan dan sarana kesehatan lainnya
harus memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat
mengenai konseling dan testing HIV, layanan pencegahan,
perawatan, dukungan dan pengobatan terkait dengan HIV dan
AIDS. Contoh pengembangan pelayanan VCT di sarana kesehatan
dan sarana kesehatan lainnya seperti rumah sakit, pusat kesehatan
masyarakat, klinik KIA untuk pencegahan penularan ibu ke anak,
dan lainnya (Depkes, 2008).
33

7. Proses Alur VCT


Pemeriksaan HIV di fasilitas layanan kesehatan yang terintegrasi
oleh Kementerian Kesehatan ditetapkan sebagai standar pelayanan
minimal. Hal ini bertujuan untuk penemuan kasus HIV lebih dini
sehingga bisa meningkatkan akses perawatan dan pengobatan yang
memadai sehingga mengurangi perawatan di rumah sakit dan angka
kematian. Namun demikian, mayoritas pemeriksaan VCT merupakan
layanan yang bersifat gratis dengan penyediaan reagen dan atau biaya
operasional ditanggung oleh pemerintah dan atau swasta.

Bagan 2.1 Proses Alur Konseling dan Tes HIV AIDS dalam Buku Pedoman
Nasional Konseling dan Tes HIV/AIDS Kementerian Kesehatan RI 2014

8. Sasaran VCT
Sasaran Voluntary Counseling and Testing (VCT) bukan hanya
pasien penderita HIV/AIDS saja, tetapi semua masyarakat yang
membutuhkan pemahaman diri tentang HIV/AIDS agar dapat
mencegah dirinya dari penularan infeksi penyakit yang lain dan
penularan kepada orang lain. Di klinik VCT, klien bersama dengan
konselor mendiskusikan hal-hal yang terkait dengan informasi akurat
dan lengkap tentang HIV/AIDS, perilaku beresiko, testing HIV dan
pertimbangan yang terkait dengan hasil negative atau positif (Depkes,
2008).
34

9. Tahapan Pelayanan VCT


1. Konseling pra-tes
Konseling pra-tes (sebelum tes) dilaksanakan kepada
klien/pasien yang belum bersedia atau pasien yang menolak untuk
menjalani tes HIV setelah diberikan informasi pra-tes. Pemberian
informasi, penilaian risiko dan respon kebutuhan emosi klien dalam
konseling pra test harus seimbang. Rasa takut melakukan tes HIV
karena berbagai alasan termasuk ketidaksiapan menerima hasil tes,
perlakuan diskriminasi, stigmatisasi masyarakat dan keluarga
merupakan masalah dari respon emosi klien. Ruang lingkup dari
konseling pra-tes pada VCT adalah :
a. Alasan datang untuk melakukan pemeriksaan VCT, informasi
dasar mengenai HIV/AIDS dan klarifikasi tentang fakta dan
mitos mengenai HIV/AIDS;
b. Penilaian dari risiko untuk membantu klien dalam memahami
faktor risiko;
c. Menyiapkan klien untuk pelaksanaan pemeriksaan HIV;
d. Memberikan pengetahuan kepada klien mengenai implikasi
terinfeksi HIV dan memfasilitasi diskusi mengenai cara
menyesuaikan diri dengan status HIV;
e. Melakukan proses penilaian terhadap sistem dukungan termasuk
penilaian kondisi kejiwaan jika diperlukan;
f. Meminta informed consent sebelum dilakukan pemeriksaan HIV;
dan
g. Menjelaskan pentingnya mengetahui status untuk kepentingan
pencegahan, pengobatan dan perawatan (Kemenkes, RI. 2014).
Tujuan dalam pemberian informasi dasar terkait HIV :
a. Klien dapat memahami cara pencegahan, penularan , perilaku
berisiko terinfeksi HIV;
b. Klien dapat memahami pentingnya dilakuakan pemeriksaan tes
HIV; dan
c. Klien dapat mengurangi rasa khawatir dalam pemeriksaan tes
HIV.
35

Dalam proses konseling, konselor harus mengetahui alasan


kunjungan klien untuk mengikuti konseling HIV dan kebutuhan klien
harus difasilitasi agar proses pemeriksaan HIV dapat memberikan
penguatan untuk menjalani hidup lebih produktif dan sehat serta
melakukan komunikasi mengenai perubahan perilaku. Komunikasi
mengenai perubahan perilaku terhadap klien merupakan unsur
penting dalam melakukan konseling pratest. Unsur penting tersebut
meliputi:
a. Penilaian risiko dan kerentanan
Klien harus dapat menilai risiko infeksi HIV terhadap dirinya
dan hambatan yang dapat terjadi terhadap proses perubahan
perilaku.
b. Penjelasan dan praktik keterampilan perilaku aman
Penjelasan mengenai pencegahan, penggunaan kondom, dan
jarum suntik yang bersih harus ditekankan untuk memberikan
motivasi klien terhadap kepercayaan, kepedulian, kebutuhan dan
kesiapan klien untuk menjalani hidup lebih sehat.
Mengemukakan keuntungan dari penggunaan kondom dan
menyuntik yang aman serta mampu berdiskusi dalam
penggunaan kondom dan alat suntik dapat meningkatkan
keterampilan dalam berpikir kritis, mengambil keputusan dan
komunikasi yang baik.
c. Membuat rencana
Dalam pemberian konseling pra maupun pasca tes, klien
dianjurkan untuk merencanakan perubahan perilaku dengan
mempertimbangkan kemampuan dan sumber daya yang tersedia.
d. Penguatan dan komitmen
Dalam pemberian konseling pasca tes, konselor harus mampu
membuat kesepakatan yang jelas dan rinci mengenai perencanaan
klien untuk hidup lebih sehat.
36

e. Lingkungan yang mendukung


Praktik perilaku yang aman, termasuk ketersediaan pilihan
jenis kondom dan alat suntik, bahan komunikasi, informasi dan
edukasi (leaflet, brosur) serta layanan konseling rujukan/hotline
bagi individu, keluarga maupun masyarakat sekitar dapat
menciptakan lingkungan yang mendukung (Kemenkes, RI.
2014).
2. Deteksi HIV dengan tes (setelah klien menandatangani lembar
persetujuan (informed consent))
Deteksi HIV dilakukan dengan mendeteksi antibodi HIV.
Seseorang yang memiliki antibodi terhadap HIV di dalam darahnya
menunjukkan orang tersebut telah terinfeksi HIV. Kini berbagai
varian tes antibodi HIV telah tersedia antara lain Enzyme-linked
Immunoabsorbent Assay (ELISA), Western Blot dan tes lainnya
yang prinsip penggunaannya lebih mudah dan harga lebih
terjangkau. Hasil test HIV dapat digolongkan ke dalam 2 hasil
yakni:
a. Non Reaktif
Hasil dari tes non reaktif menunjukkan bahwa tidak
terdeteksi antibodi di dalam darah seseorang. Hasil ini dapat
mempunyai beberapa arti yakni individu tersebut tidak
terinfeksi HIV atau individu tersebut mungkin terinfeksi HIV
tetapi tubuhnya belum dapat memproduksi antibodi HIV
dimana dalam kondisi ini individu tersebut berada dalam status
window period sehingga untuk memastikannya dapat
dilakukan kembali tes HIV 3 atau 6 bulan berikutnya.
b. Reaktif
Hasil dari tes reaktif menunjukkan bahwa antibodi HIV
terdeteksi di dalam darah seseorang. Hasil tersebut
menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi HIV. Namun, belum
tentu seseorang tersebut telah mengidap AIDS. Untuk pasien
dengan hasil tes reaktif, maka konselor akan menjelaskan
37

makna hasil tes reaktif dan menanyakan kepada klien siapa


saja yang boleh mengetahui hasil tes. Sedangkan untuk pasien
dengan hasil tes non reaktif dan intermediate, konselor
menjelaskan makna hasil tes dimana klien juga diberikan
konseling mengenai perubahan perilaku (Kemenkes, RI.,
2014).
Menurut Kurniawati dan Nursalam (2011), tes HIV harus bersifat :
a) Sukarela, klien yang akan melakukan tes HIV harus didasari
atas kesadaran sendiri. Hal ini berarti klien telah menyetujui,
setelah melewati proses konseling pratest
b) Rahasia, hasil tes HIV hanya boleh diketahui oleh klien saja
kecuali atas dasar persetujuan klien
c) Tidak boleh diwakilkan
3. Konseling pasca tes HIV
Konseling pasca tes adalah konseling untuk menyampaikan
hasil pemeriksaan kepada klien secara individual guna memastikan
klien/pasien mendapat tindakan sesuai hasil tes terkait dengan
pengobatan dan perawatan selanjutnya. Proses ini dapat membantu
klien/pasien memahami penyesuaian diri terhadap hasil pemeriksaan.
Konseling pasca tes ini dilanjutkan dengan konseling lanjutan sesuai
dengan kondisi klien.
a. Konseling HIV pada Ibu Hamil
Konseling wajib diberikan kepada setiap ibu hamil yang
telah melakukan tes HIV dan Sifilis. Konseling ini harus
dilakukan secara tatap muka individual. Isi konseling untuk ibu
hamil, berdasarkan dari hasil tes ialah sebagai berikut:
1) Hasil tes HIV negatif:
a. Penjelasan tentang masa jendela/window period;
b. Pencegahan untuk tidak tertular;
c. Penjelasan dari risiko penularan HIV dari ibu ke anak;
d. Perencanaan kehamilan berikutnya dan KB; dan
38

e. Anjuran konseling dan edukasi kepada pasangan agar


pasangan melakukan tes HIV.
2) Hasil tes HIV positif:
a. Penjelasan mengenai aspek kerahasiaa;
b. Penjelasan tentang rencana pemberian profilaksis
kotrimoksasol dan terapi ARV, kepatuhan minum obat
serta akses layanan ARV;
c. Rencana pilihan persalinan;
d. Rencana pilihan tentang makanan bayi dan dukungan
untuk melaksanakan pilihannya;
e. Konseling hubungan seksual selama kehamilan
(abstinensia, saling setia atau menggunakan kondom
secara benar dan konsisten);
f. Rencana tes HIV bagi bayi yang akan dilahirkan;
g. Anjuran agar pasangan melakukan tes HIV;
h. Informasi tentang keberadaan kelompok dukungan sebaya
ODHA yang dapat dihubungi, nama dan nomor telepon
klinik/rumah sakit rujukan ODHA.
3) Hasil Indeterminate:
a. Penjelasan tentang masa jendela;
b. Anjuran konseling dan edukasi kepada pasangan agar
melakukan tes HIV segera;
c. Jika hasil tes pasangan positif, ibu hamil segera diberikan
ARV sampai terbukti hasil pemeriksaan negative;
d. Perlu dilakukan tes ulang 2 minggu setelah pemeriksaan
yang pertama dengan spesimen baru atau dengan
pemeriksaan PCR (Kemenkes, RI. 2014).

D. Teori Pengetahuan

1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari rasa keingintahuan manusia terhadap
sesuatu untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia menjadi lebih
39

baik dan berkembang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan


manusia saat ini maupun di masa mendatang (Ariani, 2014).

2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2012) tingkat pengetahuan di dalam
domain kognitif mempunyai enam tingkatan, yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu dapat diartikan sebagai kemampuan dalam mengingat
suatu materi yang telah diperoleh, dipelajari dan diamati
sebelumnya. Untuk dapat mengukur bahwa seseorang tahu
mengenai apa yang telah dipelajari sebelumnya yaitu dengan
membuktikannya bahwa orang tersebut dapat menyebutkan,
menguraikan, mendefinisikan, menyatakan, dan sebagaiannya
mengenai hal-hal yang telah dipelajarinya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami dapat diartikan sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat
menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan
sebagainya mengenai objek atau materi tersebut secara benar.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi adalah suatu kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada kejadian yang terjadi. Aplikasi di sini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di
dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama
lain.
40

5. Sintesis (synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan suatu bagian-bagian yang ada di dalam suatu
bentuk keseluruhan yang baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian
tersebut sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan sendiri, atau
kriteria-kriteria yang telah ada.

3. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan


Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan pada
individu, yaitu :
1. Faktor Internal
a. Umur
Semakin bertambahnya umur maka rasa tanggung jawab
dan tingkat kematangan seseorang akan meningkat seiring
dengan meningkatnya kedewasaannya. Sehingga seseorang
mampu mengambil keputusan, mengendalikan emosi, berfikir
rasional, dan sikat toleransi tehadap orang lain berjalan baik,
serta seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja
Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa
(Nursalam, 2013).
b. Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan, atau pengalaman
itu merupakan sebuah cara untuk memperoleh suatu kebenaran
dalam pengetahuan. Hal ini memperlihatkan bahwa
pengalaman pribadi dapat dijadikan sebagai upaya untuk
memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan persoalan yang dihadapai pada masa lalu
(Notoatmodjo, 2014).
41

c. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan
semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki begitupun
sebaliknya. Dan semakin tinggi tingkat pendidikan maka
semakin baik motivasi yang dimiliki karena pengetahuan dan
wawasan yang dimiliki lebih luas (Nursalam , 2013).
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama
untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya
(Menurut Thomas 2007, dalam Nursalam 2013). Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan
cara mencari nafkah yang membosankan berulang dan banyak
tantangan (Frich 1996 dalam Nursalam, 2013).
2. Faktor Eksternal
a. Informasi
Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering
mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan
menambah pengetahuan dan wawasannya, sedangkan
seseorang yang tidak sering menerima informasi tidak akan
menambah pengetahuan dan wawasannya (Notoatmodjo,
2014).
b. Paparan media massa
Melalui berbagai media baik cetak maupun elektronika
berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat, sehingga
seseorang yang lebih sering terpapan media masa (televisi,
radio, majalah, pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih
hanya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar
informasi media masa (Notoatmodjo, 2014).
c. Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2014), hasil dari beberapa
pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan
(masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya
42

perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman


seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan
non fisik).
d. Sosial budaya
Kebudayaan berserta kebiasaan dalam keluarga dapat
mempengaruhi pengetahuan, presepsi, dan sikap seseorang
terhadap sesuatu (Notoatmodjo, 2014).
e. Ekonomi
Keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih mudah
tercukupi kebutuhannya baik primer maupun sekunder,
dibandingkan dengan keluarga yang status ekonominya rendah.
Hal ini akan mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang
termasuk kebutuhan sekunder (Notoatmodjo, 2014).

4. Cara Memperoleh Pengetahuan


Menurut Notoatmodjo (2014) terdapat beberapa cara memperoleh
pengetahuan, yaitu:
1. Cara kuno atau non modern
Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah,
atau metode penemuan statistik dan logis. Adapun cara – cara
memperoleh pemikiran, yaitu :
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan
dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut
tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.
b. Pengalaman pribadi
Pengalaman sebagai suatu sumber pengetahuan untuk
memperoleh kebenaran dalam pengetahuan.
c. Melalui jalan fikiran
Untuk memperoleh pengetahuan dan kebenarannya
individu harus menggunakan pemikirannya serta penalarannya.
Banyak sekali kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh
43

seseorang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan


sudah baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan tersebut biasanya
diwariskan dari generasi ke generasi selanjutnya.
2. Cara modern
Cara modern dalam memperoleh pengetahuan ini bersifat lebih
sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini biasanya disebut “metode
penelitian ilmiah” atau yang lebih populer disebut metodologi
penelitian, yaitu:
a. Metode induktif
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap
gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya
dikumpulkan astu diklasifikasikan, akhirnya diambil
kesimpulan umum.
b. Metode deduktif
Penerapan metode ini dimulai dari hal-hal yang umum
terlebih dahulu kemudian dihubungkan dengan bagian-
bagiannya yang khusus.

5. Pengukuran Pengetahuan
Menurut Arikunto (2014), pengukuran pengetahuan dapat
dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang akan diukur dari subjek penelitian atau responden ke
dalam pengetahuan yang ingin diukur dan disesuaikan dengan
tingkatannya. Jenis pertanyaan yang dapat digunakan unuk pengukuran
pengetahuan dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Pertanyaan subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan
essay digunakan dengan penilaian yang melibatkan faktor subjektif
dari penilai, sehingga hasil nilai akan berbeda dari setiap penilai
dari waktu ke waktu.
44

b. Pertanyaan objektif
Jenis pertanyaan objektif berupa pilihan ganda (multiple
choise), benar atau salah dan pertanyaan menjodohkan yang dapat
dinilai secara pasti oleh penilai.
Menurut Arikunto (2014), cara mengukur pengetahuan dengan
memberikan pertanyaan – pertanyaan, kemudian dilakukan penilaian 1
untuk jawaban benar dan nilai 0 untuk jawaban salah. Penilaian
dilakukan dengan cara membandingkan jumlah skor yang diharapkan
(tertinggi) kemudian dikalikan 100% dan hasilnya persentase
kemudian digolongkan menjadi 3 kategori yaitu :
1. Pengetahuan dikatakan baik bila responden dapat menjawab 76-
100% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.
2. Pengetahuan dikatakan cukup bila responden dapat menjawab 56-
75% dengan benar dari total jawaban pertanyaan.
3. Pengetahuan dikatakan kurang bila responden dapat menjawab
<56% dari total jawaban pertanyaan.

E. Penelitian Terkait
1. Penelitian yang dilakukan oleh Anggia Ermarini terkait “Faktor-Faktor
Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Layanan VCT Pada Populasi
Berisiko Tinggi HIV/AIDS Di Provinsi Banten Tahun 2013” pada 360
responden menunjukkan bahwa pengetahuan responden tentang HIV
sebagian besar baik (62,2%) sedangkan pengetahuan mengenai VCT
sebagian besar responden (80,6%) kurang memahami VCT. Dan hasil
pemanfaatan layanan VCT menunjukkan responden dengan
pengetahuan HIV baik (65,2%) memanfaatkan layanan VCT dan
responden dengan pengetahuan HIV kurang baik (69,9%)
memanfaatkan layanan VCT. Hasil dari penelitian ini disimpulkan
bahwa semakin baik pengetahuan responden tentang HIV tidak akan
menjamin responden tersebut akan memanfaatkan layanan VCT.
2. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Fina Sancaya Rini (2019) terkait
“Characteristics of Pregnant Mother That Voluntary Counseling and
Testing Examination In Puskesmas Cijeruk, Bogor District” pada
45

seluruh ibu hamil yang melakukan pemeriksaan VCT di Puskesmas


Cijeruk sebanyak 130 orang, menunjukkan ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan VCT dengan pendidikan tinggi sebanyak 100 orang
(76,9%) dan pendidikan rendah sebanyak 30 orang (23,1%), 130 orang
(100%) ibu hamil yang melakukan pemeriksaan VCT adalah seorang
ibu rumah tangga, ibu hamil yang berusia 20-35 tahun sebanyak 102
orang (78,5%) melakukan pemeriksaan VCT dan terendah pada ibu
hamil usia <20 tahun dan >35 tahun sebanyak 28 orang (21,5%). Dari
hasil penelitian terlihat beberapa karakteristik ibu hamil yang
melakukan pemeriksaan VCT di Puskesmas Cijeruk, Bogor.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Ali dan Osman (2014) terkait “Factors
Influencing HIV Voluntary Counseling and Testing (VCT) Among
Pregnant Women in Kassala, Eastern Sudan” pada 1017 wanita hamil
dengan 962 orang menyetujui untuk melakukan VCT. Namun, hanya
400 (39,3%) wanita yang melakukan VCT dan 617 (60,7%) tidak
melakukan VCT melaporkan tidak tahu tentang pengetahuan HIV dan
efeknya, kurangnya motivasi dan stigma di dalam masyarakat. Dari
hasil penelitian terdapat hubungan yang signifikan antara tempat
tinggal pedesaan, pendidikan wanita, pendidikan suami dan
penerimaan tes.
46

F. Kerangka Teori
Faktor risiko terinfeksi HIV
Adaptasi ialah hubungan seksual tidak
Adaptasi
aman, transfusi,penggunaan
Fisiologis Psikologis
jarum suntik bersamaan, IMS

Infeksi HIV Penularan HIV


Kehamilan Dalam dari Ibu ke Anak
Kehamilan

Kejadian aborsi, Dampak


prematuritas, kematian bagi ibu
Dampak jika tidak
segera ditangani
Pertumbuhan terganggu, Dampak
infeksi oportunistik, bagi anak
kematian

Pencegahan
VCT Layanan antenatal
penularan HIV
(Voluntary terpadu termasuk
dari ibu ke anak
Counselling konseling dan tes HIV
and Testing)

Pengetahuan Faktor-faktornya
yaitu umur,
Tahapan pendidikan,pekerj
pelayanan VCT : aan,pengalaman,
informasi.
1. Konseling
pratest
2. Tes HIV
3. Konseling Baik Cukup Kurang
pascatest

Mampu Mampu Mampu


menjawab 76- menjawab 56- menjawab
100% dari total 75% dari total <56% dari total
pertanyaan pertanyaan pertanyaan

Bagan 2.2 Kerangka Teori

Modifikasi Nursalam (2013), Nasronudin (2014), Kemenkes RI (2015), Notoatmodjo


(2014), Arikunto (2014), Soedarto (2015), Nursalam dan Kurniawati (2011).
BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan didasari atas pemikiran pada
penelitian yang telah dirumuskan dari observasi dan tinjauan pustaka.
Kerangka konsep menjelaskan hubungan dan keterkaitan baik variabel
penelitian maupun variabel pengganggu yang dijelaskan secara mendalam
dengan permasalahan yang diteliti sehingga dapat dijadikan dasar untuk
menjawab permasalahan penelitian (Ariani, 2014). Kerangka konsep
penelitian merupakan kerangka hubungan antara konsep-konsep yang akan
diukur atau diamati melalui penelitian yang akan dilakukan (Riyanto,
2017).
Berdasarkan penjelasan kerangka konsep pada studi pustaka, maka
peneliti membuat kerangka konsep untuk memudahkan dalam memilih
desain penelitian serta mengidentifikasi konsep yang sesuai dengan
penelitian. Berdasarkan latar belakang dan tujuan penelitian maka
kerangka konsep pada penelitian ini terdapat satu variabel yaitu tingkat
pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan VCT. Adapun tabel kerangka
konsep penelitian sebagai berikut :

Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil


Tentang Pemeriksaan VCT HIV

1. Pengertian VCT HIV


2. Tujuan VCT HIV
3. Model Pelayanan VCT HIV
4. Prinsip Pelayanan VCT HIV
5. Tahapan Pelayanan VCT HIV

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

47
48

B. Definisi Operasional
Definisi operasional merupakan definisi dari variabel – variabel yang akan diteliti secara operasional di lapangan. Definisi
operasional bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel – variabel yang akan diteliti
serta untuk pengembangan instrumen (Riyanto, 2017).

No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Karakteristik Responden
1 Umur Selisih antara tahun lahir Google Formulir dan 1. ≤ 20 tahun Ordinal
responden dengan tahun saat Lembar Kuesioner 2. 20 - 35 tahun
penelitian. 3. ≥ 35 tahun
(Ariani, 2014)
2 Tingkat Pendidikan Jenjang pendidikan formal Google Formulir dan 1. Pendidikan dasar ( SD/MI Ordinal
terakhir yang pernah diselesaikan Lembar Kuesioner dan SMP/MTs)
responden berdasarkan UU 2. Pendidikan menengah
Nomor 20 tahun 2003 Pasal (SMA/MA/SMK)
17,18,19 Tentang Sistem 3. Pendidikan Tinggi
Pendidikan Nasional. (D3/S1/S2/Sederajat)
(UU Nomor 20 tahun 2003
Pasal 17,18,19 Tentang Sistem
49

Pendidikan Nasional)
3 Pekerjaan Kegiatan sehari-hari yang Google Formulir dan 1. Tidak Bekerja Nominal
dilakukan responden sebagai Lembar Kuesioner 2. Bekerja
usaha untuk mendapatkan (UU RI No. 13 Tentang
penghasilan dalam memenuhi Ketenagakerjaan)
kehidupan sehari-hari
4 Sumber Informasi Informasi yang diperoleh ibu Google Formulir dan 1. Tenaga kesehatan Nominal
hamil tentang HIV Dalam Lembar Kuesioner 2. Media masa (sosmed,
Kehamilan dan pemeriksaan VCT internet,dll)
3. Teman
4. Keluarga
5. Tidak tahu
(Ariani, 2014)
5 Pemanfaatan Mendatangi atau mengunjungi Google Formulir dan 1. Ya Nominal
layanan VCT klinik VCT dan melakukan Lembar Kuesioner 2. Tidak
pemeriksaan serta konseling
Pengetahuan
1 Pengetahuan Kemampuan responden dalam Google Formulir dan 1. Pengetahuan baik bila Ordinal
tentang HIV menjawab pertanyaan terkait HIV Lembar Kuesioner responden dapat menjawab
50

Dalam dalam kehamilan. Yang meliputi : 76-100% dengan benar dari


Kehamilan 1. Pengertian HIV/AIDS total jawaban pertanyaan.
2. Faktor risiko terinfeksi HIV 2. Pengetahuan cukup bila
3. Penularan HIV/AIDS responden dapat menjawab
4. Faktor-faktor yang berpengaruh 56-75% dengan benar dari
5. Penanganan HIV Dalam total jawaban pertanyaan.
Kehamilan 3. Pengetahuan kurang bila
2 Pengetahuan Kemampuan responden dalam responden dapat menjawab
tentang VCT menjawab pertanyaan terkait VCT <56% dari total jawaban
HIV HIV. Yang meliputi : pertanyaan.
1. Pengertian VCT HIV (Arikunto, 2014)
2. Tujuan VCT HIV
3. Model Pelayanan VCT HIV
4. Prinsip Pelayanan VCT HIV
5. Tahapan Pelayanan VCT HIV

Tabel 3.2 Definisi Operasional


BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kuantitatif
dengan desain penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif bertujuan untuk
menjelaskan atau menggambarkan variabel – variabel yang ada dalam
penelitian berdasarkan hasil dari penelitian yang diambil dari populasi
secara sistematis dan akurat (Sujarweni, 2014). Data hasil penelitian
disajikan dalam bentuk deskriptif agar pembaca dapat memahami data
tersebut dengan mudah (Dharma, 2011).
Pemilihan desain ini didasarkan pada tujuan penelitian, yaitu untuk
mengetahui gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang.
Ada 3 Kelurahan binaan yang menjadi Wilayah Kerja Puskesmas Rau
Kota Serang yaitu Kelurahan Cimuncang, Terondol dan Kaligandu. Lokasi
pengambilan data penelitian akan dilakukan di Kelurahan Terondol.
Kelurahan Terondol dipilih peneliti karena di Kelurahan ini ibu hamil
yang melakukan pemeriksaan VCT HIV nya masih sedikit dan lokasinya
dekat dengan tempat tinggal peneliti. Sedangkan lokasi untuk uji validitas
dan reliabilitas kuesioner akan dilakukan di Kelurahan Cimuncang. Waktu
pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2020.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah seluruh objek dalam suatu penelitian baik
berbentuk manusia, makhluk hidup, benda mati ataupun benda abstrak
yang mempunyai karakteristik tertentu dan telah ditetapkan oleh
peneliti untuk diteliti kemudian ditarik kesimpulannya (Ariani, 2014).
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kelurahan

51
52

Terondol Kecamatan Serang yang terdata melakukan pemeriksaan


ANC di Puskesmas Rau pada bulan Desember 2019 dan Januari 2020
sebanyak 58 ibu hamil.
2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang diharapkan dapat
mewakili populasi (Riyanto, 2017). Alasan pengambilan sampel dalam
suatu penelitian dikarenakan sampel dapat memberikan informasi
dengan jumlah yang sedikit namun dapat memberikan cakupan yang
lebih luas dan dalam, serta dapat ditangani lebih teliti, cepat dan
mudah dilakukan (Imron, 2010).
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan
Total sampling. Total sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan
cara mengambil seluruh anggota populasi sebagai responden atau
sampel (Sugiyono, 2012). Total sampling ini merupakan jenis non
probability sampling (Riyanto, 2017). Alasan peneliti menggunakan
teknik ini dikarenakan sampel yang ada di Kelurahan Terondol terbatas
dan pengambilan sampel dalam keadaan pandemi covid-19 sehingga
akses untuk mengambil sampel terbatas. Jadi, sampel pada penelitian
ini berjumlah 58 ibu hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang.
Kriteria sampel dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Kriteria inklusi
a) Ibu hamil yang berdomisili di Kelurahan Terondol
b) Bersedia berpartisipasi dalam penelitian atau menjadi
responden
c) Ibu hamil yang bisa membaca, menulis (khusus lembar
kuesioner) dan memiliki akses internet berupa
whatsapp (khusus google formulir)
d) Mengisi semua pertanyaan kuesioner dengan lengkap
2. Kriteria eksklusi
a) Ibu hamil yang sedang sakit
53

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan segala bentuk alat atau media
yang digunakan untuk memperoleh, mengelola, dan menginterpretasikan
informasi dari para responden yang dilakukan dengan pola pengukuran
yang sama (Nasir, 2014). Penelitian ini menggunakan instrumen berupa
kuesioner dengan jenis pertanyaan tertutup. Kuesioner ini diberikan
kepada seluruh ibu hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang untuk
mendapatkan data pengetahuan tentang HIV dalam kehamilan dan VCT.
Kuesioner ini diberikan kepada responden secara online dalam bentuk
google formulir yang dapat diakses pada
https://forms.gle/oUaizdyqaZksWnQ88 dan menggunakan lembar
kuesioner yang dilakukan di BPM (Bidan Praktik Mandiri) dan dengan
bantuan kader saat kunjungan rumah.
Dalam pembuatan kuesioner penelitian ini digunakan modifikasi
dari instrumen penelitian :
1. Modifikasi dari kuesioner penelitian Anggia Ermarini (2014) terkait
Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemanfaatan Layanan
VCT Pada Populasi Berisiko Tinggi HIV/AIDS Di Provinsi Banten.
Kuesioner tentang pengetahuan VCT (3-9).
2. Kuesioner tentang pengetahuan HIV dalam kehamilan dibuat dari
tinjauan teori pada Bab 2.
Untuk memudahkan dalam menyusun instrumen, maka diperlukan
kisi-kisi. Kisi – kisi dari instrumen dalam penelitian sebagai berikut :

Variabel Indikator Jumlah Nomor Item


Item
Karakteristik 1. Identitas 4 A. 1 – A.4
responden (KR) responden yang
terdiri dari nama,
umur, pendidikan
terakhir, dan
pekerjaan
2. Sumber informasi 4 A.5 – A.8
Tentang
54

HIV/AIDS dan
VCT
3. Pemanfaatan
layanan VCT 1 A.9

Pengetahuan 1. Pengertian 2 1–2


Tentang HIV HIV/AIDS Dalam
Dalam Kehamilan Kehamilan
(Kuesioner bagian 2. Faktor risiko 3 3–5
A) terinfeksi HIV
3. Penularan 2 6–7
HIV/AIDS
4. Faktor-faktor yang 2 8–9
berpengaruh
5. Penanganan HIV 2 10 – 11
Dalam Kehamilan
Pengetahuan 1. Pengertian VCT 1 1
Tentang Voluntary 2. Tujuan VCT 1 2
Counseling and 3. Model Pelayanan 1 3
Testing (VCT) VCT
(Kuesioner bagian 4. Prinsip Pelayanan 1 4
B) VCT
5. Tahapan 5 5–9
Pelayanan VCT
Tabel 4.1 Uraian Kisi-Kisi Kuesioner Penelitian

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur pengetahuan


tentang HIV dalam kehamilan dan VCT adalah dengan menggunakan
skala Gutman. Skala pengukuran Gutman akan didapatkan jawaban yang
tegas, diantaranya “Benar” atau “Salah”. Dalam memberikan skor jawaban
benar maka diberi skor 1 dan jawaban salah diberi skor 0 (Sujarweni,
2014). Pada pernyataan pengetahuan terdapat 11 butir pernyataan
pengetahuan HIV dalam kehamilan, yang terdiri dari 6 butir pernyataan
favourable serta 5 butir pernyataan unfavourable dan 9 butir pernyataan
pengetahuan VCT, yang terdiri dari 7 butir pernyataan favourable dan 2
butir pernyataan unfavourable. Pada pernyataan favourable skor 0 untuk
jawaban Salah dan skor 1 untuk jawaban Benar. Pada pernyataan
unfavourable skor 0 untuk jawaban Benar dan skor 1 untuk jawaban Salah.
55

Kemudian, penentuan nilai menggunakan rumus menurut Supartini (2004)


dalam Aspuah (2017) sebagai berikut :

Nilai = ∑

Menurut Arikunto (2014), hasil persentase digolongkan menjadi 3


kategori yaitu pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100%
,pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75% dan
pengetahuan kurang bila responden dapat menjawab <56% dari total
jawaban pernyataan.

E. Uji Validitas dan Realibilitas


1. Uji Validitas
Validitas adalah ketepatan/kecermatan dalam pengukuran suatu
instrumen, dikatakan valid apabila pertanyaan pada suatu instrumen
mampu mengungkapkan apa yang seharusnya diukur oleh instrumen
tersebut (Riyanto, 2017).
Pada penelitian ini peneliti membuat kuesioner sendiri, selanjutnya
dikonsultasikan kepada dosen ahli keperawatan maternitas yaitu Ibu Ns.
Puspita Palupi, M.Kep., Sp.Kep.Mat dan Ibu Irma Nurbaeti, S.Kp.,
M.Kep., Sp.Mat., Ph.D. Uji ini dilakukan dengan content validity yaitu
jenis validitas yang diukur dengan berlandaskan teori dan dikonsultasikan
dengan ahli (Sugiyono, 2012). Dari hasil content validity didapatkan
bahwa dari total kuesioner yaitu 23 item terdapat 1 item pernyataan harus
dihilangkan karena tidak korelasi dengan ibu hamil dan 5 item pernyataan
harus diperbaiki. Sehingga total item pernyataan pada pengetahuan HIV
dalam kehamilan dan VCT HIV sebanyak 22 item. Berikut item yang
dihilangkan dan diperbaiki :

No Pernyataan Saran Hasil Uji Pakar


A5 Seseorang yang pernah Kalimat tidak Seseorang yang
menerima transfusi lengkap. (kalimat pernah menerima
darah berulang – ulang diperbaiki) transfusi darah
tanpa adanya tes dapat berulang – ulang
berisiko terinfeksi HIV tanpa adanya tes
penapisan (skrining)
56

dapat berisiko
terinfeksi HIV
A7 Bayi yang lahir dari Kalimat diperbaiki Bayi yang lahir dari
ibu penderita HIV ibu penderita HIV
yang belum yang belum
mengkonsumsi mendapatkan terapi
antiretroviral (ARV) antiretroviral
tidak akan terinfeksi (ARV) akan
HIV menurunkan risiko
penularan HIV
A8 Ibu yang terinfeksi Kalimat tidak
HIV sangat dianjurkan korelasi dengan
untuk menyusui ibu hamil. (kalimat DIHILANGKAN
bayinya dihilangkan)
A13 Saya mengetahui Tambahkan Saya mengetahui
bahwa dengan dengan bahwa dengan
mengikuti program perlindungan ibu- mengikuti program
Pencegahan anak, ibu ke Pencegahan
Penularan HIV dari tenaga kesehatan Penularan HIV dari
Ibu ke Anak (PPIA), yg menolong Ibu ke Anak (PPIA),
kasus penularan HIV persalinan. kasus penularan
dari ibu ke anak akan (kalimat HIV dari ibu ke
menurun diperbaiki) anak dan ibu ke
tenaga kesehatan
yang menolong
persalinan akan
menurun
B1 VCT merupakan Ditaambahkan tes VCT HIV
layanan konseling dan belum tentu merupakan layanan
tes sukarela untuk hasilnya positif. konseling dan tes
mengetahui status (kalimat sukarela untuk
HIV/AIDS dan salah diperbaiki) mengetahui status
satu pemeriksaan HIV/AIDS dan
kehamilan untuk salah satu
deteksi dini HIV pemeriksaan
kehamilan untuk
deteksi dini HIV
(tes ini belum tentu
hasilnya positif)
B8 Setelah hasil tes Ditambahkan baik Setelah hasil tes
keluar, saya akan tes negative atau keluar (baik
diberikan penjelasan positif. (kalimat hasilnya positif
57

kembali (konseling diperbaiki) ataupun negatif),


post test) saya akan diberikan
penjelasan kembali
(konseling post test)
Tabel 4.2 Hasil Item Pernyataan Kuesioner Yang Telah Melalui Uji Pakar
Setelah dilakukan content validity selanjutnya peneliti melakukan
uji validasi yang dilakukan kepada 23 responden. Lokasi pengambilan data
untuk uji validitas dan realibilitas kuesioner dilakukan di Kelurahan
Cimuncang Kecamatan Serang. Jenis uji validitas yang digunakan yaitu
Koefisien Korelasi Biserial. Alasan dalam pemilihan jenis uji validitas
tersebut dijelaskan dalam Arikunto (2013), bahwa korelasi biserial
digunakan apabila ingin mengetahui korelasi antara dua variabel, yang
satu berbentuk variabel kontinu dan lainnya variabel diskrit. Biasanya
butir soal berbentuk dis-kontinum (soal bentuk objektif dengan skor 0 dan
1). Perhitungan uji validitas menggunakan software SPSS 25 atau dapat
menggunakan rumus Koefisien Korelasi Biserial sebagai berikut (Riyanto,
2017) :

(√ )

Keterangan :
: koefisien korelasi biserial antara skor butir soal nomor i dengan
skor total
: rata-rata skor total responden yang menjawab benar butir soal
nomor i
: rata-rata skor total semua responden
: standar deviasi skor total semua responden
: proporsi jawaban yang benar untuk butir soal nomor i
: proporsi jawaban yang salah untuk butir soal nomor i
Keputusan uji :
Bila r hitung (r person) ≥ r tabel artinya pertanyaan tersebut valid
Bila r hitung (r person) < r tabel artinya pertanyaan tersebut tidak valid
58

Hasil uji validitas kuesioner yang tidak valid menggunakan


software SPSS 25 diuraikan dalam tabel dibawah ini :
NO Pernyataan Rbis(i) r –TABEL KESIMPULAN
A8 Ibu hamil yang .258 0,413 TIDAK VALID
terinfeksi HIV memiliki
risiko keguguran lebih
tinggi
B7 Dalam layanan tes dan .142 0,413 TIDAK VALID
konseling HIV/AIDS
atau Voluntary
Counseling and Testing
(VCT) ada pengambilan
sampel darah untuk tes
HIV
Tabel 4.2 Item Pernyataan Kuesioner Tidak Valid dengan Perhitungan
menggunakan Software SPSS 25
Hasil uji valid didapatkan variabel pengetahuan dari 22 pernyataan
terdiri dari 20 pernyataan valid dan 2 pernyataan tidak valid. Terdapat 6
pernyataan unfavourable yang valid, 14 pernyataan favourable yang valid
dan 2 pernyataan favourable dinyatakan tidak valid. Dari hasil tersebut
peneliti mengkonsultasikan ke dosen pembimbing skripsi. Setelah
dikonsultasikan, 2 pernyataan yang tidak valid pada kuesioner tersebut
dihilangkan/tidak digunakan. Sehingga total pernyataan kuesioner
penelitian ini adalah 20 pernyataan (11 pernyataan pengetahuan tentang
HIV Dalam Kehamilan dan 9 pernyataan tentang VCT).
2. Uji Realibilitas
Setelah selesai dilakukan uji validitas maka akan dilakukan dengan
uji realibilitas. Realibilitas menunjukkan adanya hasil pengukuran atau
pengamatan yang sama ketika pengukuran tersebut diukur atau diamati
berulang kali dalam waktu yang berbeda (Nursalam, 2014). Pertanyaan di
dalam instrumen dapat dikatakan reliabel jika jawaban terhadap
59

pertanyaan tersebut stabil dari waktu ke waktu. Perhitungan uji realibilitas


menggunakan software SPSS 25 for windows.
Nilai rhitung yang diperoleh kemudian dikonsultasikan dengan r
product moment pada tabel dengan ketentuan jika rhitung > rtabel maka tes
tersebut reliabel (Riduwan, 2012).
Hasil uji reliabilitas instrument penelitian menggunakan rumus
rumus KR-20 yakni jika nilai r hitung > 0,413. Dari hasil uji reliabel di
dapatkan untuk 6 pernyataan unfavourable yang sudah valid adalah
reliabel dengan nilai r hitung 0,459 dan 14 pernyataan favourable sudah
valid adalah reliabel dengan nilai r hitung 0,776.
F. Metode Pengumpulan Data
1. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer diperoleh langsung dari responden menggunakan
instrumen penelitian (Anggraeni, 2017). Data primer dalam
penelitian ini didapatkan dari hasil pengisian pada lembar
kuesioner dan google formulir oleh responden yaitu seluruh ibu
hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang
2. Teknik Pengolahan Data
Menurut Hidayat (2012) , data penelitian dapat diubah menjadi
bentuk informasi dalam proses pengolahan. Sebelum dianalisis data
yang telah terkumpul dan telah diolah secara manual. Kemudian, data
diolah kembali dengan Komputer. Berikut langkah – langkahnya :
a. Editing (Penyuntingan data)
Data yang telah terkumpul melalui kuesioner diperiksa
kembali oleh peneliti untuk memilah data yang harus dikeluarkan
atau tidak. Peneliti mengeluarkan data jika ada data yang tidak
lengkap atau keliru.
b. Coding (Membuat lembaran kode)
Peneliti mengklasifikasikan data berdasarkan jawaban-jawaban
yang diberikan responden dalam lembar kuesioner ke dalam bentuk
60

numerik (angka) yang terdiri dari beberapa kategori. Tujuannya


agar mempermudah pada saat analisa data dan memasukkan data.
c. Entri data (Memasukkan data)
Peneliti memasukkan data yang sudah dilakukan pengkodean
ke dalam program SPSS for window.
d. Cleaning data (Pembersihan data )
Apabila semua data telah selesai dimasukkan, maka peneliti
memeriksa kembali untuk menghindari adanya kesalahan kode
(Ariani, 2014).
F. Teknik Analisa
Analisa data merupakan suatu upaya pengelolaan data dengan
statistik dan data tersebut telah tersedia. Tujuannya adalah
mendeskripsikan data dalam bentuk frekuensi, dapat dibuat tabel ataupun
grafik, sehingga dapat dipahami karakteristik datanya. Analisa data pada
penelitian ini hanya menggunakan analisis univariat. Analisis univariat
berfungsi untuk merangkum data hasil pengukuran sehingga data tersebut
menjadi informasi yang berguna dan hanya satu variabel saja dalam
pengelolaan datanya. Umumnya analisis univariat termasuk statistik
deskriptif (Sujarweni, 2014). Variabel analisis univariat dalam penelitian
ini meliputi karakteristik responden (usia, pendidikan, pekerjaan, sumber
informasi, pemanfaatan layanan VCT), pengetahuan HIV dalam kehamilan
serta pengetahuan VCT HIV. Analisis univariat yang dilakukan dalam
penelitian ini adalah tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan.
G. Alur Penelitian
1. Persiapan Pengambilan Data
a. Setelah proposal penelitian disetujui, kemudian peneliti meminta
surat pengantar berupa surat permohonan izin penelitian dan surat
permohonan izin uji validitas dan reabilitas dari Fakultas Ilmu
Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
b. Menyerahkan surat permohonan izin penelitian kepada Kepala
Dinas Kesehatan Kota Serang
61

c. Peneliti juga menyerahkan surat permohonan izin uji validitas &


reabilitas dan permohonan izin penelitian kepada Kepala UPT
Puskesmas Rau Kecamatan Serang
d. Setelah mendapatkan izin dari Kepala UPT Puskesmas Rau
Kecamatan Serang, peneliti melakukan uji validitas dan reabilitas
terhadap kuesioner di Kelurahan Cimuncang. Sebelum uji validitas
dan reabilitas terhadap kuesioner di Kelurahan Cimuncang, peneliti
telah melakukan content validity kepada dosen ahli keperawatan
maternitas.
e. Kemudian, hasil uji validitas dan reabilitas di konsulkan kepada
pembimbing dan mendapatkan persetujuan
f. Setelah kuesioner dinyatakan valid, peneliti mengajukan
permohonan untuk dapat melakukan penelitian di Kelurahan
Terondol dengan bantuan BPM (Bidan Praktik Mandiri) dan kader.
2. Pelaksanaan Pengambilan Data
Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan dua cara yaitu
secara online dengan menggunakan google formulir dan secara offline
menggunakan lembar kuesioner. Google formulir disebarkan kepada
responden yang memiliki akses internet berupa whatsapp dan lembar
kuesioner disebarkan kepada responden yang datang ke BPM (Bidan
Praktik Mandiri) serta dengan bantuan kader dalam kunjungan rumah.
Berikut langkah-langkah pengumpulan data dalam penelitian ini :
1. Google Formulir
a. Peneliti menghubungi para bidan desa dan kader yang bertugas di
Kelurahan Terondol, kemudian meminta data dan no whatsapp ibu
hamil yang biasa berkunjung di Posyandu Terondol
b. Peneliti menyebarkan google formulir ke no whatsapp ibu hamil
yang berdomisili di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang
c. Peneliti mengarahkan ibu hamil untuk bertanya via whatsapp
apabila ada yang tidak dimengerti
d. Setelah kuesioner terkumpul dan terisi semua, peneliti melakukan
pengolahan data dan dianalisis
62

2. Lembar Kuesioner
a. Lembar kuesioner disebarkan pada ibu hamil yang berkunjung ke
BPM (Bidan Praktik Mandiri) dan melalui kader dengan tetap
mematuhi protokol kesehatan terhadap pencegahan penularan covid
19 yaitu dengan menggunakan masker dan cuci tangan sebelum
pengisian kuesioner atau menggunakan handsanitizer terlebih
dahulu bagi responden, kader, dan peneliti
b. Peneliti menemui kader untuk memberikan kuesioner beserta
penjelasan pengisian kuesioner dan juga memberikan masker dan
handsanitizer untuk kader dan responden
c. Peneliti memberikan penjelasan kepada responden dan kader
mengenai tujuan dan manfaat pada penelitian ini, cara mengisi
kuesioner, dan prosedur pencegahan penyebaran covid 19
d. Setelah responden dan kader memahami, maka peneliti memberikan
lembar kuesioner tersebut kepada responden dan kader
e. Peneliti menganjurkan kader untuk memastikan responden mengisi
kuesioner secara lengkap
f. Setelah kuesioner terkumpul dan terisi semua, peneliti melakukan
pengolahan data dan dianalisis.

H. Etika Penelitian
Penelitian ini berhubungan langsung dengan manusia sebagai subjek
penelitian, maka sangat penting bagi peneliti untuk memahami prinsip –
prinsip etika penelitian. Menurut Hidayat (2012), etika penelitian yaitu :
a. Tanpa nama (Anonimity)
Etika keperawatan dalam penelitian yaitu memberikan jaminan
dalam privasi responden. Oleh karena itu, peneliti hanya
mencantumkan kode atau inisial nama dalam penulisan nama
responden di lembar kuesioner.
b. Beneficence
Peneliti berusaha agar penelitian dapat mengandung prinsip
kebaikan (promote good). Dengan memberikan manfaat penelitian
yang baik seperti yang telah tertera dalam BAB 1.
63

c. Kerahasiaan (Confidentiality)
Identitas atau hasil pengisian kuesioner oleh responden tidak akan
disebar luaskan kepada siapapun kecuali atas izin responden. Untuk
itu, peneliti menjamin kerahasiaan responden dengan memusnahkan
data yang diperoleh dari responden setelah peneliti melakukan
pengolahan data. Data yang diperoleh tersebut hanya berbentuk
kelompok data yang tersusun untuk diuraikan dalam hasil penelitian.
d. Nonmaleficence
Responden hanya diminta untuk melakukan pengisian kuesioner
secara lengkap tanpa adanya intervensi. Penelitian ini tidak akan
menimbulkan kerugian apapun termasuk fisik dan psikis.
BAB V
HASIL PENELITIAN

Bab ini memaparkan hasil penelitian yang telah dilakukan kepada 58


responden melalui proses analisis data dengan menggunakan software statistik
yaitu SPSS 25. Penyajian data hasil penelitian meliputi gambaran umum wilayah
penelitian, karakteristik responden, dan gambaran tingkat pengetahuan responden.
Penelitian yang dilakukan mengenai gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil
tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV dalam
kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020. Penelitian ini
dilaksanakan selama 1 bulan di mulai dari tanggal 27 April – 24 Mei 2020.

Pengambilan data dilakukan dengan dua cara yaitu dengan menggunakan


google formulir dan lembar kuesioner. Pengambilan data dengan google formulir
dilakukan dengan menghubungi responden via whatsapp dan pengambilan data
menggunakan lembar kuesioner dilakukan di BPM (Bidan Praktik Mandiri) dan
dengan bantuan kader saat kunjungan rumah. Pada masa pandemi Covid 19 ini,
selama penyebaran lembar kuesioner, peneliti tetap mengikuti protokol kesehatan
yaitu dengan menggunakan masker dan handsanitizer/cuci tangan terlebih dahulu
bagi peneliti, kader dan ibu hamil (responden).

A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian


Puskesmas Rau telah menerapkan Program Pencegahan dan Penularan
HIV Ibu ke Anak (PPIA) sebagai upaya menurunkan kasus HIV/AIDS
khususnya pada ibu dan anak didalam kegiatan Antenatal Care (ANC) salah
satunya dengan adanya Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV pada
ibu hamil dalam bentuk konseling dan tes HIV. Puskesmas Rau mulai
menerapkan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV ini tahun 2016
mencakup seluruh desa binaannya. Laporan Bulanan Rekapitulasi Hasil
Deteksi Dini HIV Pada Ibu Hamil di Puskesmas Rau tahun 2019 dari bulan
April sampai Oktober 2019, didapatkan 138 atau 11,51% ibu hamil telah
melakukan pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV.

63
64

Kelurahan Terondol merupakan salah satu kelurahan yang berada di


Kecamatan Serang Kota Serang Provinsi Banten dan termasuk salah satu
kelurahan yang berada dibawah binaan Puskesmas Rau. Dengan Luas wilayah
± 160 Ha yang memiliki 6 RW dan 30 RT. Kelurahan Terondol ini letaknya
berbatasan dengan :
Sebelah utara : Wilayah Desa Priyayi Kecamatan Kasemen
Sebelah barat : Wilayah Kelurahan Kaligandu Kecamatan Serang
Sebelah selatan : Wilayah Kelurahan Kaligandu Kecamatan Serang
Sebelah Timur : Kelurahan Sukawanah Kecamatan Serang
Jumlah penduduk kelurahan Terondol sebanyak 8797 jiwa. Kelurahan ini
terdiri dari 6 posyandu yang setiap posyandu dikelola pada umumnya oleh dua
orang kader kesehatan yang sudah berpengalaman, 4 bidan praktik swasta, 1
dokter praktik, 1 klinik swasta, dan 1 bidan desa.
Jumlah ibu hamil yang melakukan pemeriksaan ANC di Kelurahan
Terondol Kecamatan Serang tahun 2019 sebanyak 171 jiwa. Jumlah ibu hamil
yang telah melakukan pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
HIV di Kelurahan Terondol sebanyak 38 ibu hamil tahun 2019.

B. Gambaran Karakteristik Responden


Responden dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang bertempat tinggal di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang dalam kondisi sehat. Total responden
berjumlah 58 ibu hamil. Data karakteristik responden disajikan dalam bentuk
distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut :
1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori usia digambarkan
pada tabel 5.1 berikut :
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Pada Ibu Hamil di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
≤ 20 tahun 1 1,7%
20 s.d 35 tahun 50 86,2%
65

≥ 35 tahun 7 12,1%
Total 58 100,0%

Berdasarkan tabel 5.1 diketahui bahwa dari 58 ibu hamil yang diteliti
didapatkan sebagian besar ibu hamil berumur 20 sampai dengan 35 tahun
yaitu sebanyak 50 ibu hamil (86,2%).
2. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pendidikan
digambarkan pada tabel 5.2 berikut :
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pendidikan Pada Ibu
Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020
Usia Frekuensi (n) Persentase (%)
Pendidikan dasar ( SD/MI 31 53,4%
dan SMP/MTs)

Pendidikan menengah 24 41,4%


(SMA/MA/SMK)

Pendidikan tinggi 3 5,2%


(D3/S1/S2/Sederajat)

Total 58 100,0%

Berdasarkan tabel 5.2 diketahui bahwa dari 58 ibu hamil yang diteliti
didapatkan sebagian besar dengan pendidikan terakhir berada pada jenjang
pendidikan dasar yaitu sebanyak 31 ibu hamil (53,4%).
66

3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pekerjaan
digambarkan pada tabel 5.3 berikut :
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pekerjaan Pada Ibu Hamil
di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020
Pekerjaan Frekuensi (n) Persentase (%)
Tidak Bekerja/Ibu 53 91,4%
Rumah Tangga

Bekerja 5 8,6%

Total 58 100,0%

Berdasarkan tabel 5.3 menunjukkan karakteristik pekerjaan dari 58 ibu


hamil yang diteliti sebagian besar tidak bekerja/ibu rumah tangga yaitu
sebanyak 53 ibu hamil (91,4%).
4. Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Informasi
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori sumber informasi
digambarkan pada tabel 5.4 dan 5.5 berikut :
Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang
HIV/AIDS pada Ibu Hamil di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang Tahun 2020
Item Kelompok N % Total %
Pernyataan N
Informasi Pernah 47 81,0% 58 100,0%
tentang
HIV/AIDS Tidak Pernah 11 19,0%

Sumber Tenaga 21 36,2% 58 100,0%


Informasi Kesehatan
67

tentang
HIV/AIDS Media Massa 23 39,7%
(social
media,dll)

Teman 3 5,2%
Tidak Tahu 11 19,0%

Berdasarkan tabel 5.4 diatas menunjukkan karakteristik responden


mengenai informasi tentang HIV/AIDS dari 58 ibu hamil sebagian besar
pernah mendengar tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 47 ibu hamil (81,0%).
Ibu hamil yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS (81,0%) sebagian besar
memperoleh sumber informasi dari media massa yaitu sebanyak 23 ibu hamil
(39,7%).
Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Sumber Informasi tentang
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan pada
Ibu Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020
Item Kelompok N % Total %
Pernyataan N
Informasi Pernah 24 41,4% 58 100,0%
tentang VCT
HIV Tidak 34 58,6%
Pernah

Sumber Tenaga 21 36,2% 58 100,0%


Informasi Kesehatan
tentang VCT
HIV Media 3 5,2%
Massa
(social
media,dll)
68

Tidak Tahu 34 58,6%

Berdasarkan tabel 5.5 diatas menunjukkan karakteristik responden


mengenai informasi tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) HIV dalam kehamilan dari 58 ibu hamil, sebagian besar ibu hamil tidak
pernah mendengar tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) HIV dalam kehamilan yaitu sebanyak 34 ibu hamil (58,6%). Ibu hamil
yang pernah mendengar tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV dalam kehamilan yaitu 24 ibu hamil (41,4%) yang
sebagian besar memperoleh sumber informasi dari tenaga kesehatan yaitu
sebanyak 21 ibu hamil (36,2%).
5. Karakteristik Responden Berdasarkan Pemanfaatan Layanan VCT
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori pemanfaatan layanan
VCT digambarkan pada tabel 5.6 berikut :
Tabel 5.6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Layanan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan Pada
Ibu Hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020
Pemanfaatan Frekuensi (n) Persentase (%)
Layanan VCT HIV
Pada Ibu Hamil
Sudah 11 19,0%

Belum 47 81,0%

Total 58 100,0%

Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 58 ibu hamil yang diteliti
didapatkan sebagian besar belum melakukan pemeriksaan Voluntary
Counseling and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan yaitu sebanyak 47
ibu hamil (81,0%).
69

C. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Pemeriksaan


Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan Di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020
Pada penelitian ini, pengetahuan responden tentang pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan dihitung
berdasarkan skor yang dijawab oleh responden yang berjumlah 11 pernyataan
untuk pengetahuan tentang HIV dalam kehamilan dan 9 pernyataan untuk
pengetahuan tentang Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV.
Pengelompokkan responden berdasarkan kategori tingkat pengetahuan
digambarkan pada tabel 5.7 berikut :
Tabel 5.7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV
Dalam Kehamilan Di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang Tahun 2020
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
Baik 7 12,1 %
Cukup 27 46,6%
Kurang 24 41,4%
Total 58 100,0%

Berdasarkan tabel 5.7 Sebagian besar responden mempunyai tingkat


pengetahuan yang cukup (46,6%) tentang pemeriksaan Voluntary Counseling
and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan secara keseluruhan. Pengetahuan
dikatakan cukup jika responden cukup mampu mengetahui dan memahami
mengenai HIV dalam kehamilan yang meliputi pengertian HIV/AIDS, faktor
risiko terinfeksi HIV, penularan HIV dalam kehamilan, faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap HIV dalam kehamilan, serta penanganan HIV dalam
kehamilan dan pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV
yang meliputi pengertian, tujuan, model pelayanan, prinsip pelayanan, dan
tahapan pelayanan VCT.
70

1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV Dalam


Kehamilan dan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV
Pengelompokkan tingkat pengetahuan ibu hamil berdasarkan pengetahuan
ibu hamil tentang HIV dalam kehamilan dan pengetahuan ibu hamil tentang
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV yang digambarkan pada tabel
5.8 berikut :
Tabel 5.8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Ibu
Hamil tentang HIV Dalam Kehamilan dan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV Di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang Tahun 2020
Voluntary Counseling and
HIV Dalam Kehamilan
Kategori Testing (VCT) HIV
Frekuensi Persen (%) Frekuensi Persen (%)
Baik 9 15,5% 5 8,6%
Cukup 38 65,5% 12 20,7%
Kurang 11 19,0% 41 70,7%
Total 58 100,0% 58 100,0%

Berdasarkan tabel 5.8 menggambarkan bahwa responden yang mempunyai


pengetahuan tentang HIV dalam kehamilan sebagian besar memiliki
pengetahuan cukup yaitu 38 ibu hamil (65,5%). Sedangkan responden yang
mempunyai pengetahuan tentang Voluntary Counseling and Testing (VCT)
HIV sebagian besar memiliki pengetahuan kurang yaitu 41 ibu hamil (70,7%).
71

2. Gambaran Distribusi Pernyataan Pengetahuan Ibu Hamil tentang


HIV Dalam Kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang
Tahun 2020
Komponen pengetahuan tentang HIV dalam kehamilan terdiri dari
11 pernyataan. Gambaran distribusi jawaban responden terhadap
pernyataan tentang HIV Dalam Kehamilan dilihat pada Tabel 5.8.

Tabel 5.9
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
HIV Dalam Kehamilan di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang Tahun 2020
Jawaban
Pernyataan Benar Salah
N (%) N (%)
1. HIV merupakan penyakit menular seksual 54 4
(93,1%) (6,9%)
2. HIV dapat menyebabkan terjadinya AIDS, 45 13
jika tidak dilakukan perawatan dan (77,6%) (22,4%)
pengobatan
3. HIV dapat menular dengan cara 50 8
berhubungan seksual dengan pasangan (86,2%) (13,8%)
berisiko tinggi tanpa menggunakan kondom
4. HIV dapat menular dengan cara 40 18
menggunakan alat makan atau minum secara (69,0%) (31,0%)
bersama-sama dengan seseorang yang sudah
terinfeksi HIV
5. Seseorang yang pernah menerima transfusi 46 12
darah berulang – ulang tanpa adanya tes (79,3%) (20,7%)
penapisan (skrining) dapat berisiko
terinfeksi HIV
6. HIV dapat terjadi pada ibu hamil 43 15
(74,1%) (25,9%)
72

7. Bayi yang lahir dari ibu penderita HIV yang 29 29


belum mendapatkan terapi antiretroviral (50,0%) (50,0%)
(ARV) akan menurunkan risiko penularan
HIV
8. Persalinan secara caesar merupakan salah 41 17
satu cara paling aman untuk ibu hamil yang (70,7%) (29,3%)
terinfeksi HIV
9. Lamanya proses persalinan pada ibu yang 33 25
terinfeksi HIV akan mengurangi risiko (56,9%) (43,1%)
penularan HIV dari ibu ke anak
10. Ibu hamil yang terinfeksi HIV tidak perlu 18 40
mengkonsumsi obat HIV (antiretroviral) (31,0%) (69,0%)
11. Saya mengetahui bahwa dengan mengikuti 48 10
program Pencegahan Penularan HIV dari (82,8%) (17,2%)
Ibu ke Anak (PPIA), kasus penularan HIV
dari ibu ke anak dan ibu ke tenaga kesehatan
yang menolong persalinan akan menurun

Berdasarkan tabel 5.9, analisa distribusi jawaban pengetahuan ibu


hamil tentang HIV dalam kehamilan dengan indikator nya yaitu pengertian
HIV/AIDS, faktor risiko terinfeksi HIV, penularan HIV dalam kehamilan,
faktor-faktor yang berpengaruh terhadap HIV dalam kehamilan, dan
penanganan HIV dalam kehamilan. Frekuensi jawaban salah lebih tinggi
dapat dilihat pada nomor 4 dan 9. Sedangkan pernyataan nomor 7
frekuensi jawaban benar dan salah seimbang. Pernyataan nomor 4, 7, dan
9 merupakan pernyataan negatif (unfavourable).

Untuk pernyataan nomor 4 mengenai “HIV dapat menular dengan


cara menggunakan alat makan atau minum secara bersama-sama dengan
seseorang yang sudah terinfeksi HIV” yang menjawab salah 69,0%,
pernyataan nomor 7 mengenai “Bayi yang lahir dari ibu penderita HIV
yang belum mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) akan menurunkan
73

risiko penularan HIV” yang menjawab salah 50,0%, dan pernyataan nomor
9 mengenai “Lamanya proses persalinan pada ibu yang terinfeksi HIV
akan mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak” yang menjawab
salah 56,9%.

3. Gambaran Distribusi Pernyataan Pengetahuan Ibu Hamil tentang


Pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020
Komponen pengetahuan pemeriksaan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV dalam kehamilan terdiri dari 9 pernyataan. Gambaran
distribusi jawaban responden terhadap pernyataan tentang pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV dilihat pada Tabel 5.9.

Tabel 5.10
Distribusi Frekuensi Jawaban Responden tentang Pengetahuan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang Tahun 2020
Jawaban
Pernyataan Benar Salah
N (%) N (%)
1. VCT HIV merupakan layanan konseling dan 37 21
tes sukarela untuk mengetahui status (63,8) (36,2%)
HIV/AIDS dan salah satu pemeriksaan
kehamilan untuk deteksi dini HIV (tes ini
belum tentu hasilnya positif)
2. Saya mengetahui bahwa dengan mengikuti 28 30
tes dan konseling HIV/AIDS sukarela atau (48,3%) (51,7%)
Voluntary Counseling and Testing (VCT)
HIV seseorang dapat mengetahui status HIV
nya
3. Saya mengetahui bahwa rumah sakit, pusat 40 18
kesehatan masyarakat, klinik KIA dapat (69,0%) (31,0%)
melayani tes dan konseling HIV/AIDS
74

sukarela atau Voluntary Counseling and


Testing (VCT) pada ibu hamil
4. Dalam pelayanan tes dan konseling 46 12
HIV/AIDS sukarela atau Voluntary (79,3%) (20,7%)
Counseling and Testing (VCT) HIV seluruh
informasi dalam konseling akan
disampaikan oleh petugas yang sudah
terlatih
5. Layanan tes dan konseling HIV/AIDS 43 15
sukarela atau Voluntary Counseling and (74,1%) (25,9%)
Testing (VCT) HIV hanya dilakukan dalam
satu kali pertemuan saja
6. Sebelum dilakukan tes HIV, saya akan 34 24
diberikan penjelasan mengenai HIV dan (58,6%) (41,4%)
VCT terlebih dahulu (konseling pre test)
7. Setelah hasil tes keluar (baik hasilnya positif 41 16
ataupun negatif), saya akan diberikan (72,4%) (27,6%)
penjelasan kembali (konseling post test)
8. Konseling post test (setelah tes HIV) 50 8
dilakukan hanya untuk seseorang yang hasil (86,2%) (13,8%)
tes HIV positif
9. Jika hasil tes HIV negatif, seseorang tetap 24 34
harus kembali lagi 3 bulan kemudian untuk (41,4%) (58,6%)
memastikan kembali hasil dari tes HIV

Berdasarkan tabel 5.10, analisa distribusi jawaban pengetahuan ibu


hamil tentang Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV dengan
indikator nya yaitu pengertian VCT HIV, tujuan VCT HIV, model
pelayanan VCT HIV, prinsip pelayanan VCT HIV, dan tahapan pelayanan
VCT HIV. Frekuensi jawaban salah lebih tinggi dapat dilihat pada nomor
2, 5, 8, dan 9. Pernyataan nomor 5 dan 8 merupakan pernyataan negatif
(unfavourable).
75

Untuk pernyataan nomor 2 tentang pengertian VCT HIV yang


menjawab salah 51,7%, pernyataan nomor 5, 8, dan 9 tentang tahapan
pelayanan VCT HIV dengan pernyataan nomor 5 mengenai “Layanan tes
dan konseling HIV/AIDS sukarela atau Voluntary Counseling and Testing
(VCT) HIV hanya dilakukan dalam satu kali pertemuan saja” yang
menjawab salah 74,1%, pernyataan nomor 8 mengenai “Konseling post
test (setelah tes HIV) dilakukan hanya untuk seseorang yang hasil tes HIV
positif” yang menjawab salah 86,2%, dan pernyataan nomor 9 mengenai
“Jika hasil tes HIV negatif, seseorang tetap harus kembali lagi 3 bulan
kemudian untuk memastikan kembali hasil dari tes HIV” yang menjawab
salah 58,6%.
BAB VI

PEMBAHASAN

Bab ini menyajikan pembahasan mengenai data yang telah didapatkan


selama penelitian. Pembahasan ini akan menguraikan makna hasil penelitian yang
dilakukan tentang gambaran tingkat pengetahuan ibu hamil tentang pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan di Kelurahan
Terondol Kecamatan Serang tahun 2020. Pembahasan ini mengenai interpretasi
dari hasil penelitian yang dikaitkan dengan teori yang ada pada tinjauan pustaka.
Bab ini juga akan menguraikan tentang keterbatasan selama proses penelitian
yang telah dilaksanakan dengan proses yang sesuai dengan aturan.

A. Karakteristik Responden
1. Umur
Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak lahir.
Semakin bertambahnya umur maka rasa tanggung jawab dan tingkat
kematangan seseorang akan meningkat seiring dengan meningkatnya
kedewasaannya. Sehingga seseorang mampu mengambil keputusan,
mengendalikan emosi, berfikir rasional, dan sikap toleransi tehadap orang
lain berjalan baik, serta seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan
bekerja Hal ini sebagai akibat dari pengalaman dan kematangan jiwa
(Nursalam, 2013). Umur yang dimaksud dalam penelitian ini adalah usia
ibu hamil saat dilakukan penelitian.
Hasil penelitian didapatkan pada ibu hamil di Kelurahan Terondol
Kecamatan Serang didominasi oleh ibu hamil yang berada pada umur 20
sampai dengan 35 tahun sebanyak 86,2%. Umur ibu hamil yang termuda
yaitu 19 tahun dan yang tertua yaitu 40 tahun.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Nurmasari (2015)
di Puskesmas Sleman Yogyakarta menunjukkan bahwa sebagian besar
karakteristik ibu hamil berdasarkan umur berada diumur 20-35 tahun yaitu
sebanyak 52 (72,2%) responden dan sebagian kecil responden berumur <
20 tahun yaitu sebanyak 4 (5,6%). Sejalan dengan penelitian yang
dilakukan Sofiyanti (2016) di wilayah kerja Puskesmas Bergas dan

76
77

Puskesmas Duren, bahwa 75% respondennya adalah ibu hamil yang


berusia 20-35 tahun. Hal ini sejalan dengan program reproduksi sehat yaitu
usia 20-35 tahun. Menurut Hurlock (2012), usia 20-35 tahun disebut juga
masa dewasa, pada masa ini seseorang akan lebih berperan aktif dalam
masyarakat dan sosial. Hal ini didukung oleh data dari Kemenkes (2014),
bahwa sebagian besar kasus HIV/AIDS terjadi pada orang yang berada
direntang usia produktif yaitu usia 25-45 tahun. Seseorang yang memiliki
usia produktif secara reproduksi sangat perlu memperhatikan sistem,
fungsi, dan proses produksi yang mereka miliki, karena orang dengan usia
reproduktif sangat membutuhkan layanan kesehatan khususnya layanan
kesehatan reproduksi (Bangun, 2019).
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang
diperlukan untuk pengembangan diri. Semakin tinggi tingkat pendidikan,
semakin mudah mereka menerima serta mengembangkan pengetahuan dan
teknologi, sehingga akan meningkatkan produktivitas yang pada akhirnya
akan meningkatkan kesejahteraan keluarga (Nursalam,2014).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang pada penelitian ini berada pada
jenjang pendidikan terakhir di pendidikan dasar yaitu sebanyak 53,4%. Hal
ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mariana (2013) di
Puskesmas Kota Makassar, dimana sebagian besar respondennya berada di
jenjang pendidikan menengah yaitu sebanyak 118 ibu hamil (51,3%).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sophia,dkk (2019) juga menyebutkan
bahwa sebagian besar respondennya berpendidikan menengah yaitu 47 ibu
hamil (81%). Hal ini terlihat bahwa pengetahuan dipengaruhi juga oleh
pendidikan formal, dimana semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah pula mereka menerima informasi, sehingga pengetahuan yang
dimilikinya semakin banyak. Sebaliknya jika semakin rendah pendidikan
seseorang, maka akan menghambat penerimaan informasi baru, sehingga
pengetahuan yang didapatkan sedikit (Notoatmodjo, 2010).
78

3. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut Thomas
2007, dalam Nursalam 2013).
Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan ibu hamil di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang menunjukkan sebagian besar ibu
hamil tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu sebanyak 91,4%.
Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Bangun (2019) di
Puskesmas Tapian Dolok bahwa mayoritas responden tidak bekerja yaitu
sebanyak 26 ibu hamil (52%). Dan didukung oleh penelitian yang
dilakukan oleh Mariana (2013) di Puskesmas Kota Makasar bahwa
responden yang bekerja jauh lebih rendah yaitu 28 ibu hamil (12%)
dibandingkan yang tidak bekerja sebanyak 202 responden (88%). Ibu
hamil yang tidak bekerja akan mempengaruhi tingkat pengetahuan, sebab
status pekerjaan berpotensi mempengaruhi pengetahuan seseorang dalam
pemanfaatan layanan kesehatan, dimana wanita yang bekerja memiliki
kemungkinan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan yang lebih baik
karena pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan dari lingkungan
pekerjaannya dibandingkan dengan wanita yang tidak bekerja. Mubarak
(2011) menjelaskan bahwa lingkungan pekerjaan dapat membuat
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara
langsung maupun tidak langsung.
4. Sumber Informasi
Informasi mempengaruhi pengetahuan seseorang jika sering
mendapatkan informasi tentang suatu pembelajaran maka akan menambah
pengetahuan dan wawasannya, sedangkan seseorang yang tidak sering
menerima informasi tidak akan menambah pengetahuan dan wawasannya
(Notoatmodjo, 2014).
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden mengenai
informasi tentang HIV/AIDS dari 58 ibu hamil sebagian besar pernah
mendengar tentang HIV/AIDS yaitu sebanyak 47 ibu hamil (81,0%). Hal
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Irinyenikan TA (2019)
79

di RS Akure, Ondo Nigeria sebanyak 389 (97,3%) perempuan hamil


pernah mendengar tentang HIV/AIDS. Ibu hamil yang pernah mendengar
tentang HIV/AIDS (81,0%) sebagian besar memperoleh sumber informasi
dari media massa yaitu sebanyak 23 ibu hamil (39,7%). Media massa salah
satu sumber informasi yang banyak digunakan oleh masyarakat dan sangat
berpengaruh terhadap peningkatan pengetahuan karena seseorang yang
lebih sering terpapan media masa (televisi, radio, majalah, pamphlet,
social media) akan memperoleh informasi yang lebih banyak
dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media
masa (Notoatmodjo, 2014). Semakin banyak seseorang terpapar informasi
media massa maka semakin banyak pengetahuan yang dimiliki.
Hasil penelitian berdasarkan karakteristik responden mengenai
informasi tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
HIV dalam kehamilan dari 58 ibu hamil, sebagian besar ibu hamil tidak
pernah mendengar tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) HIV dalam kehamilan yaitu sebanyak 34 ibu hamil (58,6%). Ibu
hamil yang pernah mendengar tentang pemeriksaan Voluntary Counseling
and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan yaitu 24 ibu hamil (41,4%) yang
sebagian besar memperoleh sumber informasi dari tenaga kesehatan yaitu
sebanyak 21 ibu hamil (36,2%). Hal ini sejalan dengan penelitian yang
dilakukan oleh Irinyenikan TA (2019) di RS Akure, Ondo Nigeria yang
menyebutkan bahwa sumber informasi utama responden adalah dari
tenaga kesehatan yaitu 142 perempuan hamil (36,5%). Penyampaian
melalui media dan pendidikan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan sangat berpengaruh terhadap sumber informasi yang didapatkan
oleh perempuan di Nigeria. Informasi dari tenaga kesehatan dapat
memberikan keyakinan pada masyarakat sehingga informasi mudah
diterima di masyarakat.
5. Pemanfaatan Layanan VCT HIV
Hasil penelitian dari 58 ibu hamil yang diteliti didapatkan sebagian
besar belum melakukan pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) HIV dalam kehamilan yaitu sebanyak 47 ibu hamil (81,0%). Hal
80

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Ali dan Osman (2014) di
Kassala, Sudan Timur pada 1017 perempuan hamil dengan 962 perempuan
hamil menyetujui untuk melakukan VCT HIV. Namun, hanya 400 (39,3%)
perempuan yang melakukan VCT HIV dan 617 (60,7%) tidak melakukan
VCT HIV. Penelitian yang dilakukan oleh Mariana (2013) juga
menyebutkan bahwa sebagian besar respondennya tidak memanfaatkan
layanan VCT HIV yaitu sebanyak 140 ibu hamil (60,9%).
Pemanfaatan layanan VCT HIV pada ibu hamil artinya ibu hamil
tersebut telah mendapatkan suatu pengalaman dari layanan VCT HIV.
Pengalaman tersebut sebagai sumber pengetahuan, atau pengalaman itu
merupakan sebuah cara untuk memperoleh suatu kebenaran dalam
pengetahuan. Notoatmodjo (2014) menjelaskan bahwa pengalaman pribadi
dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan.

B. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang pemeriksaan


Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan
Pengetahuan adalah hasil dari rasa keingintahuan manusia terhadap
sesuatu untuk meningkatkan derajat kehidupan manusia menjadi lebih baik
dan berkembang sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini
maupun di masa mendatang (Ariani, 2014). Pengetahuan dalam penelitian ini
adalah responden mampu mengetahui dan memahami mengenai HIV dalam
kehamilan yang meliputi pengertian HIV/AIDS, faktor risiko terinfeksi HIV,
penularan HIV dalam kehamilan, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap
HIV dalam kehamilan, serta penanganan HIV dalam kehamilan dan
pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV yang meliputi
pengertian, tujuan, model pelayanan, prinsip pelayanan, dan tahapan
pelayanan VCT.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 58 ibu hamil yang diteliti
pengetahuannya tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing
(VCT) HIV Dalam Kehamilan secara keseluruhan yaitu sebagian besar
responden mempunyai tingkat pengetahuan yang cukup sebanyak 27 ibu
hamil (46,6%). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ni’amah
81

dan Irnawati (2017) di Kabupaten Pati bahwa sebagian besar ibu hamil
memiliki pengetahuan cukup sebanyak 29 ibu hamil (48,3%) tentang
HIV/AIDS dan VCT. Pengetahuan tentang HIV/AIDS menjadi salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang terhadap VCT HIV,
sehingga keduanya saling berkaitan. Penelitian yang dilakukan oleh Mariana
(2013) juga menyebutkan bahwa sebagian besar respondennya memiliki
pengetahuan cukup sebanyak 126 ibu hamil (54,8%) tentang HIV/AIDS dan
layanan VCT HIV. Pengetahuan seseorang terhadap HIV/AIDS dan VCT HIV
menjadi faktor yang diperlukan untuk memacu ibu hamil dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan khususnya yang berkaitan dengan status
HIV/AIDS. Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No 21/2013 tentang
penanggulangan HIV/AIDS menyebutkan bahwa semua ibu hamil didaerah
epidemik meluas dan terkonsentrasi wajib mendapat tes HIV/VCT HIV
(Kemenkes RI, 2015). Oleh karena itu, pengetahuan mengenai HIV/AIDS dan
VCT HIV sangat berpengaruh karena untuk memacu ibu hamil dalam
memanfaatkan pelayanan kesehatan.
1. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang HIV Dalam
Kehamilan
Hasil penelitian ini menggambarkan bahwa responden yang
mempunyai pengetahuan tentang HIV dalam kehamilan sebagian besar
memiliki pengetahuan cukup yaitu 38 ibu hamil (65,5%). Dalam penelitian
ini ibu hamil cukup banyak yang belum mengetahui dan memahami
mengenai pengetahuan HIV dalam kehamilan terutama mengenai faktor
risiko terinfeksi HIV, penularan HIV/AIDS dan faktor-faktor yang
berpengaruh terhadap HIV dalam kehamilan. Hal ini didukung dengan
penelitian yang dilakukan oleh Thidor dan August (2019) di RS
Pendidikan Juba, Sudan Selatan Afrika yang menyimpulkan bahwa
pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS adalah berpengetahuan cukup.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setyowati,dkk
(2017) di Puskesmas Ngronggo Kota Kediri, yang menyebutkan bahwa
sebagian besar pengetahuan ibu hamil tentang HIV/AIDS berpengetahuan
cukup (60%). Namun, hal ini tidak sejalan dengan penelitian yang
82

dilakukan oleh Irinyenikan TA (2019) di RS Akure, Ondo Nigeria yang


menyebutkan bahwa secara keseluruhan 85,3% dari total responden
memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV.
2. Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang pemeriksaan
Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV
Hasil penelitian ini menggambarkan pengetahuan tentang Voluntary
Counseling and Testing (VCT) HIV sebagian besar responden memiliki
pengetahuan kurang yaitu 41 ibu hamil (70,7%). Dalam penelitian ini ibu
hamil masih kurang mengetahui dan memahami mengenai pengetahuan
VCT HIV terutama tujuan dalam pelaksanaan VCT dan tahapan dalam
pelayanan VCT. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Ermarini (2014) di Provinsi Banten tahun 2013 pada populasi berisiko
tinggi HIV/AIDS menyebutkan bahwa sebagian besar pengetahuan
mengenai VCT yaitu responden kurang memahami VCT (80,6%).
Sofiyanti (2018) dalam penelitiannya di Desa Gebugan Kecamatan Bergas
juga menyebutkan bahwa ibu hamil yang belum melakukan VCT sebagian
besar pengetahuannya kurang (79%). Penelitian yang dilakukan oleh
Bangun (2019) juga menyebutkan bahwa 64% ibu hamil yang diteliti
pengetahuan mengenai VCT masih kurang.

Pengetahuan yang cukup tentang HIV dalam kehamilan dan pengetahuan


yang kurang tentang VCT HIV ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti
pendidikan yang mana dalam penelitian ini sebagian besar pendidikan
responden berada pada pendidikan dasar, sumber informasi yang didapatkan
oleh responden juga terbatas, dan pemanfaatan layanan VCT HIV pada ibu
hamil sebagai bentuk pengalaman yang mempengaruhi tingkat
pengetahuannya juga sebagian besar belum melakukan pemeriksaan VCT HIV
dalam kehamilan. Hal ini didukung oleh teori Nursalam (2013) dan
Notoatmodjo (2014) bahwa tingkat pengetahuan salah satunya dipengaruhi
oleh pengalaman, pendidikan dan sumber informasi. Selain itu, pelaksanaan
sosialisasi yang dilakukan di Kelurahan Terondol masih kurang sehingga
informasi yang didapatkan masyarakat belum tersebar merata dan sosialisasi
83

pelayanan VCT HIV belum berjalan optimal karena pelaksanaan sosialisasi


dengan kader kesehatan setiap bulannya tidak selalu membahas tentang VCT
bahkan program lain juga sehingga berpengaruh terhadap berkurangnya
peluang informasi VCT yang tersampaikan pada kader kesehatan.

C. Keterbatasan Penelitian
Peneliti menyadari adanya keterbatasan dalam pelaksanaan penelitian ini.
Keterbatasan penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
a. Dalam kondisi yang saat ini terjadi yaitu adanya pandemi covid 19 ini,
penelitian yang seharusnya bisa dilakukan dengan ruang lingkup luas
dengan jumlah sampel yang banyak pun tidak dapat terealisasikan.
Sehingga, ruang lingkup pada penelitian ini hanya mencakup satu
Kelurahan saja, dengan sampel yang tentunya terbatas dan waktu yang
lebih lama dalam proses pengambilan data. Penyebaran kuesioner pun,
harus dilakukan dengan menggunakan dua cara yaitu dengan menggunakan
google formulir, dan lembar kuesioner di BPM (Bidan Praktik Mandiri)
serta dengan bantuan kader dengan tetap mengikuti prosedur kesehatan
yaitu menggunakan masker dan mencuci tangan terlebih
dahulu/menggunakan handsanitizer bagi peneliti, kader dan responden
guna mencegah terjadinya penyebaran infeksi covid 19.
b. Kuesioner yang digunakan untuk penelitian ini belum baku, sehingga
peneliti membuat kuesioner dengan menggunakan teori-teori yang telah
didapatkan.
c. Kurangnya referensi yang didapatkan mengenai pengetahuan terhadap
pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif yang dilakukan di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang. Jumlah responden yang
didapatkan sebanyak 58 ibu hamil. Hasil penelitian ini menggambarkan
karakteristik responden dan tingkat pengetahuan ibu hamil tentang
pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV dalam
kehamilan di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang.
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan sebagian besar ibu hamil
di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang berumur 20 sampai dengan 35
tahun yaitu sebanyak 86,2%. Dari segi pendidikan, sebagian besar ibu
hamil berada pada jenjang pendidikan dasar sebanyak 53,4%. Dan lebih
banyak ibu hamil yang tidak bekerja atau sebagai ibu rumah tangga yaitu
91,4%.
Ibu hamil yang pernah mendengar tentang HIV/AIDS sebanyak
81,0% dan sebagian besar memperoleh sumber informasi tentang
HIV/AIDS dari media massa sebanyak 39,7%. Dan 58,6% ibu hamil
belum pernah mendengar tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV dalam kehamilan yang sebagian besar ibu hamil
memperoleh sumber informasi tentang pemeriksaan Voluntary Counseling
and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan dari tenaga kesehatan sebanyak
36,2%. Dilihat dari pemanfaatan layanan VCT pada ibu hamil di
Kelurahan Terondol Kecamatan Serang, lebih banyak ibu hamil yang
belum melakukan pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT)
HIV dalam kehamilan yaitu sebanyak 81,0%.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 58 ibu hamil yang
diteliti pengetahuannya tentang pemeriksaan Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV Dalam Kehamilan secara keseluruhan yaitu sebagian
besar ibu hamil memiliki pengetahuan yang cukup sebanyak 27 ibu hamil
(46,6%), sedangkan ibu hamil yang memiliki pengetahuan baik sebanyak

84
85

7 ibu hamil (12,1%) dan pengetahuan kurang sebanyak 24 ibu hamil


(41,4%).
Ibu hamil di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang tahun 2020
sebagian besar memiliki pengetahuan cukup tentang HIV dalam kehamilan
yaitu sebanyak 38 (65,5%) responden. Dan sebagian besar ibu hamil
memiliki pengetahuan kurang tentang pemeriksaan Voluntary Counseling
and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan yaitu 41 (70,7%) responden.
B. SARAN
Peneliti telah menguraikan kesimpulan dari hasil penelitian, maka
adapun saran yang peneliti ajukan yaitu :
1. Bagi Pelayanan Kesehatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi landasan dalam upaya
meningkatkan kesehatan dan sebagai bahan evaluasi di bidang
Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) terutama pada ibu hamil. Hasil
penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi
Puskesmas Rau Kecamatan Serang dan masukan bagi tenaga kesehatan
agar dapat segera dilakukan intervensi sebagai bentuk pencegahan dan
penanggulangan HIV dalam kehamilan sejak dini. Dan diharapkan
upaya promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan dilakukan lebih
intensif pada ibu hamil guna meningkatkan pengetahuan ibu hamil
terkait HIV dalam kehamilan dan pemeriksaan Voluntary Counseling
and Testing (VCT) HIV khususnya ibu hamil yang berada di
Kelurahan Terondol. Promosi kesehatan dan pendidikan kesehatan
dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan di Wilayah Kerja
Puskesmas Rau, dalam bentuk kelas ibu hamil, posyandu, dll.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan untuk
membantu proses pembelajaran di area keperawatan maternitas.
3. Bagi Ibu hamil
Dengan adanya penelitian ini diharapkan ibu hamil dapat
meningkatkan pengetahuannya tentang HIV/AIDS khususnya dalam
86

kehamilan dan pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT)


HIV.
4. Bagi Peneliti selanjutnya
Bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan dan
mengembangkan penelitian ini, peneliti menyarankan bagi peneliti
selanjutnya untuk melakukan penelitian dengan jangkauan yang lebih
luas dan dapat melakukan penelitian dengan intervensi seperti
melakukan promosi kesehatan terkait HIV dalam kehamilan dan VCT
HIV menggunakan media komunikasi seperti leaflet, poster, booklet,
dan lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Abdel Aziem Abd Allah and Osman, Eman . 2014. Factors Influencing HIV
Voluntary Counseling and Testing (VCT) Among Pregnant Women in
Kassala, Eastern Sudan. Kassala State, Sudan : Journal of Women,s Health
Care.
Ardhiyanti, Yulrina et al. 2015. Bahan Ajar AIDS Pada Asuhan Kebidanan.
Yogyakarta : Deepublish.
Anggraeni, Mekar Dwi dan Saryono. 2017. Metodologi Penelitian Kualitatif dan
Kuantitatif dalam Bidang Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Ariani, Ayu Putri. 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan
Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta : Nuha Medika.
Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta
: Rineka Cipta.
Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
Rineka Cipta.
Aspuah, Siti. 2017. Kumpulan Kuesioner dan Instrumen Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Bangun, Sri Melda Br, dkk. 2019. Faktor – Faktor yang Berhubungan dengan Ibu
Hamil dalam Memanfaatkan Layanan Voluntary Counseling and Testing.
Serdang : Jurnal Kebidanan Kestra (JKK). Diakses tanggal 23 November
2019 pada http://ejournal.medistra.ac.id/index.php/JKK.
Bobak, I. M. Lowdermilk, D. L., Jensen, M. D. & Perry S. E. (2010). Buku Ajar
Keperawatan Maternitas. Edisi 4. Alih Bahasa: Maria A. W. & Peter I. N.
Jakarta : EGC.
Depkes RI. 2008. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan : Pedoman Pelayanan Konseling dan Tes HIV/AIDS Secara
Sukarela (Voluntary Counselling and Testing). Jakarta : Depkes RI
Dharma, Kelana Kusuma. 2011. Metodologi Penelitian Keperawatan : Pedoman
Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : CV Trans Info
Media.
Ermarini, Anggia. 2014. Tesis : Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Pemanfaatan Layanan VCT Pada Populasi Berisiko Tinggi HIV/AIDS Di

87
88

Provinsi Banten Tahun 2013. Jakarta : Program Pascasarjana Kesehatan


Masyarakat UI.
Hidayat, Alimul Aziz. 2012. Metode Penelitian dan Teknik Analisis Data. Jakarta
: Salemba Medika.
Hurlock, E.B. 2012. Psikologi Perkembangan, Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (terjemahan). Jakarta : Erlangga.
ILO. 2018. Tujuan Pembangunan Millenium; Referensi Manual Serikat Pekerja
pada Agenda untuk Pembangunan Berkelanjutan 2030. Jakarta : Organisasi
Perburuhan Internasional.
Irianto, K. 2014. Epidemiologi Penyakit Menular dan Tidak Menular Panduan
Klinis. Bandung : Alfabeta.
Imron, M.T., Munif, A. 2010. Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan Bahan
Ajar untuk Mahasiswa. Jakarta : CV Sagung Seto.
Janti, Suhar. 2014. Analisis Validitas dan Reliabilitas Dengan Skala Likert
Terhadap Pengembangan SI/TI Dalam Penentuan Pengambilan Keputusan
Penerapan Strategic Planning Pada Industri Garmen. Yogyakarta : Prosiding
Seminar Nasional Aplikasi Sains & Teknologi (SNAST).
Kemenkes RI. 2013. Lampiran Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 51 Tahun
2013 Tentang Pedoman Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak.
Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2013. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 21 Tahun 2013
Tentang Penanggulangan HIV dan AIDS. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes, RI. 2014. Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan
Lingkungan : Pedoman Nasional Konseling dan Tes HIV/AIDS. Jakarta :
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 Tahun 2014
Tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV. Jakarta : Kemenkes
RI
Kemenkes RI. 2015. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Ibu dan Anak : Pedoman
Manajemen Program Pencegahan Penularan HIV dan Sifilis dari Ibu Ke
Anak . Jakarta : Kemenkes RI.
89

Kemenkes RI. 2017. Akses Universal Pelayanan Kesehatan Seksual dan


Reproduksi Profil Indonesia. Jakarta : Yayasan Kesehatan Perempuan
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2017. Directorate General of Disease Prevention and Control :
Estimates And Projection Of HIV/AIDS In Indonesia 2015-2020. Jakarta :
Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2019. Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit :
Laporan Perkembangan HIV AIDS & Penyakit Infeksi Menular Seksual
(PIMS) Triwulan II Tahun 2019. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2019. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2018. Jakarta : Kemenkes
RI.
Kemenkes RI. 2019. Rencana Aksi Nasional Pengendalian HIV AIDS Tahun
2015-2019. Jakarta : Kemenkes RI.
Kemenkes RI. 2019. Laporan Nasional Riskesdas 2018 : Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan. Jakarta : Lembaga Penerbit Badan Penelitian dan
Pengembangan Kesehatan.
Mariana, Dina. 2013. Tesis : Analisis Faktor Pemanfaatan Pelayanan VCT HIV
Pada Ibu Hamil Peserta ANC Di Beberapa Puskesmas Kota Makassar Tahun
2013. Makassar : Universitas Hasanuddin.
Mochtar, R. 2012. Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi , Obstetri Patologi.
Jakarta : EGC.
Mubarak. W. I. 2011. Promosi kesehatan. Jogyakarta : Graha ilmu.
Nasir, Abd , Muhith, Abdul dan Ideputri M.E. 2014. Buku Ajar Metodologi
Penelitian Kesehatan : Konsep Pembuatan Karya Tulis dan Thesis untuk
Mahasiswa Kesehatan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Nasronudin. 2014. HIV & AIDS Pendekatan Biologi Molekuler Klinis dan Sosial.
Surabaya : Airlangga University Press (AUP).
Ni’amah, Siti. Irnawati, Yuli. 2017. Studi Deskriptif Pengetahuan Ibu Hamil
tentang HIV/AIDS dan VCT dengan Kesediaan Mengikuti VCT di
Kabupaten Pati. Kabupaten Pati : The 6th University Research Colloquium.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
90

Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan.


Jakarta : PT Rineka Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2014. Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta : PT.
Rineka Cipta.
Nugroho, T dan Utama I.B. 2014. Masalah Kesehatan Reproduksi Wanita.
Yogyakarta : Nuha Medika.
Nurmasari, Annisaa, dkk. 2015. Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil tentang
HIV/AIDS dengan Perilaku Pemeriksaan Test PITC (Provider Initiated Test
and Counselling) di Puskesmas Sleman Yogyakarta. Yogyakarta : Journal
Ners And midwifery Indonesia Vol 3 No 1.
Nursalam. 2014. Manajemen Keperawatan: Aplikasi Dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Jakarta: Salemba Medika.
Nursalam. 2013. Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pendekatan Praktis
Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam dan Kurniawati, Ninuk D. 2011. Asuhan Keperawatan pada Pasien
Terinfeksi HIV/AIDS. Jakarta: Salemba Medika
Prawirohardjo, Sarwono. 2016. Ilmu Kebidanan Edisi 4. Jakarta : PT Bina
Pustaka.
Pribadi, Adhi dkk. 2015. Kehamilan Risiko Tinggi (Perkembangan, Implikasi
Klinis, & Kontroversi). Jakarta : CV Sagung Seto.
Riduwan. 2012. Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:
Alfabeta.
Rini, Fina Sancaya. 2019. Characteristics of Pregnant Mother That Voluntary
Counseling and Testing Examination In Puskesmas Cijeruk, Bogor District.
Bogor : Journal of Science Innovare Volume 02 Number 02 . Diakses pada
Selasa, 13 Januari 2020 pukul 08.00 WIB di
https://journal.unpak.ac.id/index.php/jsi.
Riyanto, Agus. 2017. Aplikasi Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta :
Nuha Medika.
Robson, S., Elizabeth., & Waugh, Jason. (2012). Patologi pada Kehamilan
Managemen dan Asuhan Kebidanan. Jakarta: EKG.
91

Setyowati, Apin, dkk. 2017. Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang HIV/AIDS


Dengan Sikap Ibu Hamil Yang Sudah Melakukan Skrininning HIV/AIDS.
Kediri : Jurnal Kebidanan Dharma Husada Vol. 6 No 1.
Sofiyanti, Ida. 2016. Gambaran Pengetahuan dan Sikap Ibu Hamil Terhadap
Program Pencegahan Penularan HIV Dari Ibu Ke Anak. Semarang : Tunas-
Tunas Riset Kesehatan Vol VI No 4. Diakses pada 14 Januari 2020
http://2trik.jurnalelektronik.com/index.php/2trik.
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Sujarweni, V.Wiratna. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta :
Gava Media.
TA, Irinyenikan. 2019. Knowledge and Practice of HIV testing for PMTCT
among antenatal clinic attendees. African : Tropical Journal of Obstetrics and
Gynaecology, Promoting Access To African Research. Diakses pada Minggu,
8 Desember 2019 pukul 07.15 WIB di
https://www.ajol.info/index.php/tjog/article/view/189780/179000.
Tando, Naomy Marie dkk. 2016. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Bogor : IN
MEDIA.
Thidor, Giel Thuok yoach and August, Furaha. 2019. Prevention of Mother to
Child Transmission of HIV : Knowledge, Attitudes and Practice Among
Pregnant Women at Juba Teaching Hospital. African : South Sudan medical
Journal, Promoting Access To African Research. Diakses pada Minggu, 8
Desember 2019 pukul 06.39 WIB di
https://www.ajol.info/index.php/ssmj/article/view/184356/173723.
UU RI Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan
UU Nomor 20 tahun 2003 Pasal 17,18,19 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
WHO. 2019. Joint United Nations Programme on HIV/AIDS. Geneva : WHO.
Diakses tanggal 21/11/2019 pada https://www.who.int/news-room/fact-
sheets/detail/hiv-aids
92

LAMPIRAN
93

Lampiran 1 : Surat – Surat


1. Surat Permohonan Studi Pendahuluan
94

2. Surat Izin Studi Pendahuluan


95

3. Surat Permohonan Validator


96

4. Surat Keterangan Validasi Instrumen Penelitian


97

5. Surat Permohonan Izin Penelitian Dinas Kesehatan


98

6. Surat Permohonan Izin Uji Validitas dan Reliabilitas


99

7. Surat Izin Uji Validitas dan Reliabilitas


100

8. Surat Permohonan Penelitian Puskesmas Rau


101

9. Surat Izin Penelitian dari Puskesmas Rau


102

10. Surat Persetujuan Etik


103

Lampiran 2 : Lembar Permohonan Responden

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN


GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
PEMERIKSAAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV
DALAM KEHAMILAN DI KELURAHAN TERONDOL
KECAMATAN SERANG TAHUN 2020

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh


Selamat Pagi/Siang/Sore Ibu, perkenalkan saya Dea Putri Rahmadani
(11161040000015) sebagai mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta bermaksud melaksanakan penelitian untuk penulisan
skripsi yang berjudul “Gambaran Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang
Pemeriksaan Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV Dalam
Kehamilan Di Kelurahan Terondol Kecamatan Serang Tahun 2020”, sebagai
bahan dari penyusunan tugas akhir dalam menyelesaikan pendidikan sebagai
sarjana keperawatan (S.Kep). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
gambaran pengetahuan ibu hamil tentang VCT dan HIV dalam kehamilan.
Saya mohon keikutsertaan ibu dalam kegiatan ini. Keikutsertaan dalam
penelitian ini bersifat sukarela. Bila ibu bersedia, dengan demikian saya akan
memberikan lembaran pertanyaan yang akan diisi oleh ibu. Jawaban yang lengkap
dan jujur akan sangat membantu peneliti. Kerahasiaan semua informasi akan
dijaga serta dipergunakan untuk kepentingan penelitian. Jika ibu bersedia menjadi
responden dalam penelitian ini, saya mohon dengan hormat untuk
menandatangani lembar persetujuan yang telah dilampirkan.
Demikian lembar permohonan ini saya buat, atas perhatian dan kerja sama
ibu saya ucapkan terimakasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Serang, 2020
Peneliti

Dea Putri Rahmadani


104

Lampiran 3 : Lembar Persetujuan Responden

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama (inisial) :
Alamat :
No.Hp :

Setelah mendapatkan keterangan secukupnya dari penelitian tersebut


dibawah ini yang bertemakan :
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
PEMERIKSAAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV
DALAM KEHAMILAN DI KELURAHAN TERONDOL KECAMATAN
SERANG TAHUN 2020
Dengan sukarela menyetujui diikutsertakan dalam penelitian diatas dengan catatan
bila suatu waktu merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan
persetujuan ini serta berhak untuk mengundurkan diri.

Serang, 2020
Responden

(………….....................)
Tanda tangan
105

Lampiran 4 : Kuesioner Penelitian

KUESIONER PENELITIAN
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG
PEMERIKSAAN VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT) HIV
DALAM KEHAMILAN DI KELURAHAN TERONDOL
KECAMATAN SERANG TAHUN 2020

No Reponden :
Petunjuk Pengisian Kuesioner :
1. Sebelum anda memulai, bacalah “Basmallah” terlebih dahulu.
2. Bacalah pertanyaan dan pernyataan pada lembar kuesioner dengan baik
dan teliti.
3. Berilah tanda (√) pada kolom yang sudah disediakan.
4. Isilah pertanyaan dan pernyataan pada lembar kuesioner sesuai kenyataan
yang sebenarnya. Kemudian, periksalah kembali jawaban anda dan
pastikan semua nomor telah terisi.
5. Sebelum lembar kuesioner dikumpulkan, bacalah “Hamdallah”.

~Selamat Mengerjakan~

Karakteristik Responden (KR) Ceklis (√)

KR.1 Nama (Inisial) KR.1 dan


KR.2 di isi
KR.2 Umur Tahun
langsung

KR.3 Pendidikan Terakhir 1. Tidak Sekolah

2. SD

3. SLTP/SMP

4. SLTA/SMA
106

5. Perguruan Tinggi

KR.4 Pekerjaan 1. Pegawai Negeri

2. Pegawai Swasta

3. Pedagang

4. Tidak bekerja/Ibu Rumah


Tangga

5. Lain-Lain…….

Sumber Informasi Tentang HIV/AIDS dan VCT

KR.5 Apakah anda pernah 1. YA


mendengar tentang
2. TIDAK
HIV/AIDS?

KR.6 Darimanakah anda mendengar 1. Tenaga


tentang HIV/AIDS? Kesehatan

2. Media Massa

3. Teman

4. Keluarga

5. Tidak Tahu

KR.7 Apakah anda pernah 1. YA


mendengan tentang tes dan
2. TIDAK
konseling HIV/AIDS sukarela
atau Voluntary Counseling and
Testing (VCT)?

KR.8 Darimanakah anda mendengar 1. Tenaga


tentang tes dan konseling Kesehatan
107

HIV/AIDS sukarela atau 2. Media Massa


Voluntary Counseling and
3. Teman
Testing (VCT)?
4. Keluarga

5. Tidak Tahu

Pemanfaatan Layanan VCT

KR.9 Apakah anda sudah melakukan 1. YA


tes dan konseling HIV/AIDS
2. TIDAK
sukarela atau Voluntary
Counseling and Testing (VCT)?

A. Pengetahuan Tentang HIV Dalam Kehamilan


Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai :
NO Pernyataan BENAR SALAH

1 HIV merupakan penyakit menular √


seksual

2 HIV dapat menyebabkan terjadinya √


AIDS, jika tidak dilakukan perawatan
dan pengobatan

3 HIV dapat menular dengan cara √


berhubungan seksual dengan pasangan
berisiko tinggi tanpa menggunakan
kondom

4 HIV dapat menular dengan cara √


menggunakan alat makan atau minum
secara bersama-sama dengan seseorang
yang sudah terinfeksi HIV
108

5 Seseorang yang pernah menerima √


transfusi darah berulang – ulang tanpa
adanya tes penapisan (skrining) dapat
berisiko terinfeksi HIV

6 HIV dapat terjadi pada ibu hamil √

7 Bayi yang lahir dari ibu penderita HIV √


yang belum mendapatkan terapi
antiretroviral (ARV) akan menurunkan
risiko penularan HIV

8 Persalinan secara caesar merupakan √


salah satu cara paling aman untuk ibu
hamil yang terinfeksi HIV

9 Lamanya proses persalinan pada ibu √


yang terinfeksi HIV akan mengurangi
risiko penularan HIV dari ibu ke anak

10 Ibu hamil yang terinfeksi HIV tidak √


perlu mengkonsumsi obat HIV
(antiretroviral)

11 Saya mengetahui bahwa dengan √


mengikuti program Pencegahan
Penularan HIV dari Ibu ke Anak
(PPIA), kasus penularan HIV dari ibu
ke anak dan ibu ke tenaga kesehatan
yang menolong persalinan akan
menurun
109

B. Pengetahuan Tentang Voluntary Counseling and Testing (VCT) atau Tes


dan Konseling HIV/AIDS Sukarela
Berilah tanda checklist (√) pada jawaban yang menurut anda paling sesuai :
NO Pernyataan BENAR SALAH

1 VCT HIV merupakan layanan konseling √


dan tes sukarela untuk mengetahui
status HIV/AIDS dan salah satu
pemeriksaan kehamilan untuk deteksi
dini HIV (tes ini belum tentu hasilnya
positif)

2 Saya mengetahui bahwa dengan √


mengikuti tes dan konseling HIV/AIDS
sukarela atau Voluntary Counseling and
Testing (VCT) HIV seseorang dapat
mengetahui status HIV nya

3 Saya mengetahui bahwa rumah sakit, √


pusat kesehatan masyarakat, klinik KIA
dapat melayani tes dan konseling
HIV/AIDS sukarela atau Voluntary
Counseling and Testing (VCT) pada ibu
hamil

4 Dalam pelayanan tes dan konseling √


HIV/AIDS sukarela atau Voluntary
Counseling and Testing (VCT) HIV
seluruh informasi dalam konseling akan
disampaikan oleh petugas yang sudah
terlatih

5 Layanan tes dan konseling HIV/AIDS √


sukarela atau Voluntary Counseling and
110

Testing (VCT) HIV hanya dilakukan


dalam satu kali pertemuan saja

6 Sebelum dilakukan tes HIV, saya akan √


diberikan penjelasan mengenai HIV dan
VCT terlebih dahulu (konseling pre test)

7 Setelah hasil tes keluar (baik hasilnya √


positif ataupun negatif), saya akan
diberikan penjelasan kembali (konseling
post test)

8 Konseling post test (setelah tes HIV) √


dilakukan hanya untuk seseorang yang
hasil tes HIV positif

9 Jika hasil tes HIV negatif, seseorang √


tetap harus kembali lagi 3 bulan
kemudian untuk memastikan kembali
hasil dari tes HIV

~Terima Kasih Atas Partisipasinya~


111

Lampiran 5 : Hasil Uji Validitas Kuesioner SPSS 25

1. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan (Favourable) = R Hitung > R


Tabel (0,413)

R tabel R hitung Keterangan


A1 0,413 .477* Valid
A2 0,413 .521* Valid
A3 0,413 .472* Valid
A5 0,413 .458* Valid
A6 0,413 .729** Valid
A8 0,413 .258 Tidak Valid
*
A9 0,413 .494 Valid
*
A12 0,413 .500 Valid
B1 0,413 .461* Valid
B2 0,413 .530** Valid
B3 0,413 .463* Valid
B4 0,413 .477* Valid
*
B6 0,413 .433 Valid
B7 0,413 .142 Tidak Valid
**
B8 0,413 .539 Valid
B10 0,413 .548** Valid

2. Hasil Uji Validitas Kuesioner Pengetahuan (Unfavourable) = R Hitung >


R Tabel (0,413)

R tabel R hitung Keterangan


A4 0,413 .452* Valid
A7 0,413 .507* Valid
A10 0,413 .452* Valid
**
A11 0,413 .569 Valid
*
B5 0,413 .489 Valid
**
B9 0,413 .659 Valid
112

Lampiran 6 : Hasil Uji Reabilitas Kuesioner SPSS 25


1. Hasil Uji Reabilitas Kuesioner Pengetahuan (Favourable) = R Hitung >
R Tabel (0,413)

Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.776 16

2. Hasil Uji Reabilitas Kuesioner Pengetahuan (Unfavourable) = R Hitung


> R Tabel (0,413)

Reliability Statistics

Cronbach's N of Items
Alpha

.459 6
113

Lampiran 7 : Hasil Penelitian SPSS 25

HASIL PENELITIAN MENGGUNAKAN SPSS 25

A. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Statistics
Sumber Informasi Sumber Pemanfaatan
Pendidikan Informasi tentang VCT Informasi tentang Layanan VCT
Umur Ibu Terakhir Ibu Pekerjaan Informasi tentang tentang HIV Dalam VCT HIV Dalam HIV Dalam
Hamil Hamil Ibu Hamil HIV/AIDS HIV/AIDS Kehamilan Kehamilan Kehamilan
N Valid 58 58 58 58 58 58 58 58
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0

Umur Ibu Hamil


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Kurang dari 20 tahun 1 1.7 1.7 1.7
20 s.d 35 tahun 50 86.2 86.2 87.9
Lebih dari 35 tahun 7 12.1 12.1 100.0
Total 58 100.0 100.0
114

Pendidikan Terakhir Ibu Hamil


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pendidikan Dasar (SD/MI, 31 53.4 53.4 53.4
SMP/MTs)
Pendidikan Menengah 24 41.4 41.4 94.8
(SMA/MA/SMK)
Pendidikan Tinggi 3 5.2 5.2 100.0
(D3/S1/S2/Sederajat)
Total 58 100.0 100.0

Pekerjaan Ibu Hamil


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tidak Bekerja/ Ibu Rumah 53 91.4 91.4 91.4
Tangga
Bekerja 5 8.6 8.6 100.0
Total 58 100.0 100.0
115

Informasi tentang HIV/AIDS


Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Pernah 47 81.0 81.0 81.0
Tidak Pernah 11 19.0 19.0 100.0
Total 58 100.0 100.0

Sumber Informasi tentang HIV/AIDS


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tenaga Kesehatan 21 36.2 36.2 36.2
Media Massa (sosial media, dll) 23 39.7 39.7 75.9
Teman 3 5.2 5.2 81.0
Tidak Tahu 11 19.0 19.0 100.0
Total 58 100.0 100.0

Informasi tentang VCT HIV Dalam Kehamilan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Pernah 24 41.4 41.4 41.4
Tidak Pernah 34 58.6 58.6 100.0
Total 58 100.0 100.0
116

Sumber Informasi tentang VCT HIV Dalam Kehamilan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Tenaga Kesehatan 21 36.2 36.2 36.2
Media Massa (Sosial media, dll) 3 5.2 5.2 41.4
Tidak Tahu 34 58.6 58.6 100.0
Total 58 100.0 100.0

Pemanfaatan Layanan VCT HIV Dalam Kehamilan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Sudah 11 19.0 19.0 19.0
Belum 47 81.0 81.0 100.0
Total 58 100.0 100.0
117

B. PENGETAHUAN

pengetahuan responden tentang pemeriksaan Voluntary Counseling


and Testing (VCT) HIV dalam kehamilan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 7 12.1 12.1 12.1
Cukup 27 46.6 46.6 58.6
Kurang 24 41.4 41.4 100.0
Total 58 100.0 100.0

C. PENGETAHUAN HIV DALAM KEHAMILAN DAN VCT HIV

Pengetahuan tentang HIV Dalam Kehamilan


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 9 15.5 15.5 15.5
Cukup 38 65.5 65.5 81.0
Kurang 11 19.0 19.0 100.0
Total 58 100.0 100.0
118

Pengetahuan tentang Pemeriksaan VCT HIV


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Baik 5 8.6 8.6 8.6
Cukup 12 20.7 20.7 29.3
Kurang 41 70.7 70.7 100.0
Total 58 100.0 100.0

D. DISTRIBUSI JAWABAN INSTRUMEN PENGETAHUAN


1. HIV Dalam Kehamilan

HIV merupakan penyakit menular seksual


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 4 6.9 6.9 6.9
Benar 54 93.1 93.1 100.0
Total 58 100.0 100.0
119

HIV dapat menyebabkan terjadinya AIDS, jika tidak dilakukan


perawatan dan pengobatan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 13 22.4 22.4 22.4
Benar 45 77.6 77.6 100.0
Total 58 100.0 100.0

HIV dapat menular dengan cara berhubungan seksual dengan


pasangan berisiko tinggi tanpa menggunakan kondom
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 8 13.8 13.8 13.8
Benar 50 86.2 86.2 100.0
Total 58 100.0 100.0
120

HIV dapat menular dengan cara menggunakan alat makan atau


minum secara bersama-sama dengan seseorang yang sudah
terinfeksi HIV
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 40 69.0 69.0 69.0
Salah 18 31.0 31.0 100.0
Total 58 100.0 100.0

Seseorang yang pernah menerima transfusi darah berulang – ulang


tanpa adanya tes penapisan (skrining) dapat berisiko terinfeksi HIV
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 12 20.7 20.7 20.7
Benar 46 79.3 79.3 100.0
Total 58 100.0 100.0

HIV dapat terjadi pada ibu hamil


Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 15 25.9 25.9 25.9
Benar 43 74.1 74.1 100.0
Total 58 100.0 100.0
121

Bayi yang lahir dari ibu penderita HIV yang belum


mendapatkan terapi antiretroviral (ARV) akan menurunkan
risiko penularan HIV
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 29 50.0 50.0 50.0
Salah 29 50.0 50.0 100.0
Total 58 100.0 100.0

Persalinan secara caesar merupakan salah satu cara paling aman


untuk ibu hamil yang terinfeksi HIV
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 17 29.3 29.3 29.3
Benar 41 70.7 70.7 100.0
Total 58 100.0 100.0
122

Lamanya proses persalinan pada ibu yang terinfeksi HIV akan


mengurangi risiko penularan HIV dari ibu ke anak
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 33 56.9 56.9 56.9
Salah 25 43.1 43.1 100.0
Total 58 100.0 100.0

Ibu hamil yang terinfeksi HIV tidak perlu mengkonsumsi obat HIV
(antiretroviral)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 18 31.0 31.0 31.0
Salah 40 69.0 69.0 100.0
Total 58 100.0 100.0
123

Saya mengetahui bahwa dengan mengikuti program Pencegahan


Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA), kasus penularan HIV dari
ibu ke anak dan ibu ke tenaga kesehatan yang menolong persalinan
akan menurun
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 10 17.2 17.2 17.2
Benar 48 82.8 82.8 100.0
Total 58 100.0 100.0

2. Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV

VCT HIV merupakan layanan konseling dan tes sukarela untuk


mengetahui status HIV/AIDS dan salah satu pemeriksaan kehamilan
untuk deteksi dini HIV (tes ini belum tentu hasilnya positif)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 21 36.2 36.2 36.2
Benar 37 63.8 63.8 100.0
Total 58 100.0 100.0
124

Saya mengetahui bahwa dengan mengikuti tes dan konseling


HIV/AIDS sukarela atau Voluntary Counseling and Testing (VCT)
HIV seseorang dapat mengetahui status HIV nya
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 30 51.7 51.7 51.7
Benar 28 48.3 48.3 100.0
Total 58 100.0 100.0

Saya mengetahui bahwa rumah sakit, pusat kesehatan masyarakat,


klinik KIA dapat melayani tes dan konseling HIV/AIDS sukarela
atau Voluntary Counseling and Testing (VCT) pada ibu hamil
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 18 31.0 31.0 31.0
Benar 40 69.0 69.0 100.0
Total 58 100.0 100.0
125

Dalam pelayanan tes dan konseling HIV/AIDS sukarela atau


Voluntary Counseling and Testing (VCT) HIV seluruh informasi
dalam konseling akan disampaikan oleh petugas yang sudah terlatih
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 12 20.7 20.7 20.7
Benar 46 79.3 79.3 100.0
Total 58 100.0 100.0

Layanan tes dan konseling HIV/AIDS sukarela atau Voluntary


Counseling and Testing (VCT) HIV hanya dilakukan dalam satu kali
pertemuan saja
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 43 74.1 74.1 74.1
Salah 15 25.9 25.9 100.0
Total 58 100.0 100.0
126

Sebelum dilakukan tes HIV, saya akan diberikan penjelasan


mengenai HIV dan VCT terlebih dahulu (konseling pre test)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 24 41.4 41.4 41.4
Benar 34 58.6 58.6 100.0
Total 58 100.0 100.0

Setelah hasil tes keluar (baik hasilnya positif ataupun negatif), saya
akan diberikan penjelasan kembali (konseling post test)
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 16 27.6 27.6 27.6
Benar 42 72.4 72.4 100.0
Total 58 100.0 100.0

Konseling post test (setelah tes HIV) dilakukan hanya untuk


seseorang yang hasil tes HIV positif
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Benar 50 86.2 86.2 86.2
Salah 8 13.8 13.8 100.0
Total 58 100.0 100.0
127

Jika hasil tes HIV negatif, seseorang tetap harus kembali lagi 3
bulan kemudian untuk memastikan kembali hasil dari tes HIV
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Salah 34 58.6 58.6 58.6
Benar 24 41.4 41.4 100.0
Total 58 100.0 100.0
128

Lampiran 8 : Dokumentasi
1. Proses pengambilan data saat di BPM (Bidan Praktik Mandiri)

2. Proses pengambilan data dengan kunjungan rumah dibantu kader

3. Informed Concent Google Formulir

Anda mungkin juga menyukai