POKOK PEMBAHASAN
A. Pengertian Puasa
Dari segi bahasa, puasa berarti menahan (imsak) dan mencegah
(kaff) dari sesuatu. Misalnya, dikatakan “shama ‘anil-kalam”, artinya
menahan dari berbicara. Allah SWT berfirman sebagai pemberitahuan
tentang kisah Maryam:
ٗ ۡ óٰۡ õ ۡó ö
ٗó öó ö
٢٦ ÇíÓäÅ ãæۡíá ٱãáßÃó óó
ööóó ó ö
äáÝ ÇãæÕۡ äãÍóÑáá ÊÑÐäó íäÅ...
1 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 84-85.
6
2 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 85.
3 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 230.
7
4 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 163.
5 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014),227.
6 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 162.
7 Ibid, 163.
8
ó ò ö ö ٖó ö ö ó ٖ ó ٗ
ó ۡ ó ۡ ó ó ٖۖۖ bW ۡ ó ٞ ۡ õ ó
ÎóíÑ Ýåõæ
áåõ
ٖۚۚWb
ÎóíÑÇ ÝãäÝÏíÉóÊØóæÚó
ØÚÇã ãÓßíä íõØíÞæäóåõ áì ó Ú
áÐíäó æó
ó ó ٖöó óõö ö ö ö ó
ٞ ٗ ۥ ٱ
õ ó
óÎóíۡ Ñ áß
ٞ
õ ۡã úãæÇ
õ ãóÊÚáãæä
Åä ßäÊ
ۡ óÊÕõæ æÃ
١٨٤
óä ۡ
ó õ ö õ ó
dalam beberapa hari yang tertentu. Maka )yaitu (“
barangsiapa diantara kamu ada yang sakit atau dalam
perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblah baginya
berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-
hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat
menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi makan seorang miskin.
Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan
kebajikan, maka itulah yang lebih baik baginya. Dan
berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetahui” (Q.S.
Al-Baqarah: 184)
8
Syarat Sah Puasa b.
Islam. Orang yang bukan Islam tidak sah puasa. )1
2) Mumayiz (dapat membedakan yang baik dengan yang tidak
.)baik
Suci dari darah haid (kotoran) dan nifas (darah sehabis )3
.)melahirkan
Orang yang haid atau nifas itu tidak sah berpuasa , tetapi
keduanya wajib mengqadha (membayar) puasa yang
.tertinggal itu secukupnya
.H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 169 8
9
C. Macam-Macam Puasa
Puasa banyak macamnya; puasa-wajib, puasa sunah (tathawwu), puasa
10
yang diharamkan, dan puasa yang dimakruhkan.
1. Puasa-Wajib
Puasa jenis ini terdiri dari tiga macam :
a. Puasa yang diwajibkan karena waktu tertentu, yakni puasa pada
bulan ramadan,
b. Puasa yang diwajibkan karena suatu sebab (‘illat), yakni puasa
kafarat, dan
c. Puasa yang diwajibkan karena seseorang mewajibkan puasa
kepada dirinya sendiri, yakni puasa nazar.
11
2. Puasa-Haram
Puasa jenis ini ialah sebagai berikut :
a. Puasa sunnah (nafilah) seorang perempuan yang dilakukan
tanpa izin suaminya. Kecuali, jika suaminya tidak
memerlukannya. Misalnya, ketika suaminya sedang bepergian,
sedang melakukan ihram haji atau umrah, atau sedang
9 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 229.
10 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 107.
11 Ibid, 108-109.
10
12 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 108.
11
13 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 111.
12
14 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 113.
15 Ibid, 113.
13
d. Puasa wanita yang sedang haid atau nifas hukumnya haram dan
tidak sah.
e. Puasa yang dilakukan oleh seorang yang khawatir akan
keselamatan dirinya jika dia berpuasa, hukumnya haram.
16
3. Puasa Makruh
Puasa jenis ini seperti puasa dhar, puasa yang dikhususkan
pada hari Jumat saja atau hari Sabtu saja, puasa pada hari yang
diragukan (syak) dan menurut Jumhur puasa sehari atau dua hari
sebelum Ramadan. Sedangkan menurut mazhab Syafi’i, puasa
sehari atau dua hari sebelum Ramadan, hukumnya haram.
Adapun puasa yang termasuk kategori makruh tanzihiy
adalah puasa pada hari Asyura yang dilakukan tanpa didahului oleh
hari sebelumnya (9 Muharram) atau diikuti oleh hari sesudahnya
(11 Muharram). Puasa lain yang termasuk kategori ini ialah puasa
pada hari Jum’at yang ifradi (tanpa melakukan puasa pada hari-hari
yang lainnya), hari Sabtu, hari Nairuz (hari terakhir pada musim
bunga), dan hari Mahrajan (hari terakhir pada musim gugur).
Kemakruhan puasa-puasa ini menjadi hilang jika puasa tersebut
disertai dengan puasa-puasa lain yang telah menjadi kebiasaan.
Puasa yang dilakukan oleh musafir yang merasa kesulitan,
hukumnya makruh. Begitu juga, puasa yang dilakukan oleh
perempuan tanpa seizin suaminya. Suaminya berhak menyuruhnya
16 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 116.
14
ó
áöíۡ á ٱäóãöæó
“Dan pada sebagian malam hari, bertahajudlah kamu
sebagai nafilah bagimu.” (Q.S. Al Isra’ : 79)
Menurut kesepakatan para ulama, yang termasuk puasa
19
tathawwu’ ialah sebagai berikut.
a. Berpuasa sehari dan berbuka sehari
Puasa ini merupakan jenis puasa tathawwu’ yang paling
utama. Berdasarkan hadis yang terdapat dalam kitab Ash-
Shahihain dikemukakan sebagai berikut:
17 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 119.
18 Ibid, 122-132.
19 Ibid, 123.
15
c. Puasa pada hari Senin dan Kamis dalam setiap minggu. Puasa
20
jenis ini berdasarkan perkataan Usamah bin Zaid berikut:
20 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 125.
16
21 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 126.
17
22 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 128.
23 Ibid, 129.
18
24
h. Berpuasa pada bulan-bulan yang dimuliakan. Yakni, keempat
bulan dalam satu tahun; tiga bulan berturut-turut (Zulkaidah,
Zulhijah, Muharram), serta Rajab. Keempat bulan ini merupakan
bulan-bulan yang utama untuk berpuasa setelah bulan Ramadan.
Bulan-bulan mulia yang paling utama ialah Muharram, Rajab,
Zulhijah, dan Zulkaidah. Selanjutnya adalah bulan Syakban.
25
i. Puasa pada bulan Syakban. Puasa ini disunahkan berdasarkan
hadis yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah. Dia menyatakan
bahwa Nabi SAW tidak pernah berpuasa sebulan penuh dalam
setahun, kecuali dalam bulan Syakban. Dan beliau, lanjut Ummu
Salamah, menyambungkannya sengan puasa Ramadan.
24 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 131.
25 Ibid, 132.
19
26 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 239.
27 Ibid, 239-240.
28 Ibid, 238.
29 Ibid, 239.
20
30 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 227.
31 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 199.
21
33
2. Sakit
32 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 209-210.
22
34
3. Dan 4. Wanita Hamil dan Wanita Menyusui
Wanita hamil dan wanita menyusui bayi dibolehkan berbuka.
Dengan catatan, keduanya merasa khawatir atas dirinya atau
bayinya, baik bayi itu putra wanita menyusui itu sendiri ibu yang
disusui maupun sebagai wanita yang disewa. Kekhawatiran itu bisa
berupa kurangnya ketajaman akal, kerusakan atau timbulnya suatu
penyakit. Kekhawatiran yang dipandang sah ialah kekhawatiran
yang didasarkan atas perkiraan yang mendekati kepastian atau
pemberitahuan dari dokter Muslim yang andal dan adil.
33 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 215.
34 Ibid, 217.
23
35 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 218.
24
ö ö öö ó
Janganlah kamu menjatuhkan …“ dirimu sendiri kedalam
kebinasaan...”.(Q.S 2:195)
Mengenai seseorang yang merasa sangat lapar atau haus kemudian
berbuka puasa, ada perbedaan pendapat . Sebuah pendapat
mengatakan bahwa dia harus menahan diri pada waktu-waktu yang
masih tersisa dalam hari tersebut. Pendapat lain
36
menyatakan bahwa dia boleh dimakan.
.7 askapreT
Orang yang dipaksa boleh berbuka puasa. Dia, menurut Jumhur,
harus mengqadha puasanya; sedangkan menurut mazhab Syafi’i,
orang yang terpaksa tidak boleh berbuka puasa. Jika seorang
perempuan disetubuhi secara paksa atau dalam keadaan
.tertidur, dia harus mengqadha puasanya
Itulah uzur-uzur terpenting yang membolehkan pembatalan puasa.
Adapun haid, nifas, dan penyakit gila yang terjadi secara tiba-tiba
pada orang yang sedang berpuasa, jika memperbolehkan
pembatalan puasa. Bahkan, puasa menjadi tidak wajib dan tidak
.sah, sebagaimana telah kami jelaskan dalam syarat-syarat puasa
áÑóÝ
åä áÈÇÓ äÓÇÆßã ٞ Ë áÕöíÇã áíáÉ áßã ÃÍáó ۡ ٱ
ó öó öó ö ö óö ö
ۡ
ó ۡ ۡ
ۡۡ óۡ õ ۡ ۡ óõ ۡ
ú ۡ
ó ó ó
ÍóÊì ٰ
óö ö ö ó õ ó óó ó ó
ۡ
óۡ
áÝÌÑ ãóä
ٱ
ö ö
.Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 220 36
25
37 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 231.
26
3. Bersetubuh
Firman Allah SWT :
ٖۚ õ óóۡ õ
ۡ ٰٓ ۡ ٱ ٱ
õ
ó ó õó
ö óö ö öó ö
ãßÆÇÓä ìáóÅ ËÝóÑá ãÇíÕá ö Éáíá ãßá áóÍÃ
39
4. Keluar darah haid (kotoran) atau nifas (darah sehabis melahirkan)
Dari Aisyah. Ia berkata, “Kami disuruh oleh Rasulullah SAW
mengqada puasa, dan tidak disuruhnya untuk mengqada salat.”
(Riwayat Bukhari)
40
5. Gila. Jika gila itu datang waktu siang hari, batallah puasa.
6. Keluar mani dengan sengaja (karena berentuhan dengan perempuan
atau lainnya). Karena keluar mani itu adalah uncak yang dituju
orang pada persetubuhan, maka hukumnya disamakan dengan
bersetubuh. Adapun keluar mani karena bermimpi, mengkhayal,
41
dan sebagainya, tidak membatalkan puasa.
42
G. Qadha, Kifarat dan Fidyah
1. Hal-Hal Yang Harus Dilakukan Jika Puasa Batal
Mazhab Maliki berpendapat bahwa ada tujuh hal secara
beruntutan yng mesti dilakukan oleh orang yang membatalkan
puasanya, yaitu: qadha, kafarat kubra, kafarat sughra (fidyah),
imsak, menghentikan tatabu’ (keberuntutan dalam peng-qadha-an
puasa), mendapat siksaan, dan menghentikan niat.
38 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 231..
39 Ibid, 232.
40 Ibid, 233.
41 Ibid, 233.
42 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 268.
27
2. Hukum Qadha
Menurut kesepakatan ulama, qadha diwajibkan atas orang-
orang yang membatalkan puasa Ramadan selama sehari atau lebih
karena ada uzur, seperti sakit, melakukan perjalanan, haid, dan
lain-lain. Qadha juga diwajibkan atas orang yang membatalkan
puasanya karena tidak adda uzur, misalnya, tidak berniat pada
malam hari karena lupa atau sengaja. Pendapat ini berdasarkan ayat
berikut :
ìáóٰ ó õ
ÑÝÓ Úó ß äãÝ...
ۡ
æà ÇÖíðÑã ãßäã äÇó
ó
öó ö ó
ó ó ó
ٖ
...ÑÎÃó
õ ó ۡ ٞ
ó ò ö ö
ãÇóíà äã ÉÏÚÝ
óó
ó ò ö ö
ãÇóíà äã ÉÏÚÝ...
3. Kafarat
Hal yang mewajibkan kafarat ialah pembatalan puasa
Ramadan secara khusus, yaitu dilakukan secara sengaja dan atas
kehendak sendiri. Hal ini menyebabkan kafarat diwajibkan, karena
tindakan tersebut merusak kesucian puasa tanpa ada uzur yang
43
membolehkan pembatalan puasa.
Kafarat tidak diwajibkan atas orang yang mencium istrinya,
wanita haid, wanita nifas, orang gila, atau orang pingsan. Karena,
hal-hal tersebut bukan terjadi atas kehendak mereka. Demikian
juga, kafarat tidak diwajibkan atas orang sakit, musafir, orang yang
sangat merasa lapar dan haus, serta wanita hamil, sebab mereka
memiliki uzur. Begitu pula, kafarat tidak diwajibkan atas seorang
murtad. Alasannya, karena dia merusak kesucian puasa secara
khusus. Penyebab yang paling penting adalah persetubuhan. Hal ini
disepakati oleh semua ulama.
Kafarat hanya diwajibkan kepada orang yang membatalkan
44
puasanya pada bulan Ramadan.
Dalil pewajiban kafarat ialah hadis yang diriwayatkan dari Abu
Hurairah. Dia mengatakan bahwa seseorang datang kepada Nabi SAW
seraya berkata, “Aku celaka wahai Rasulullah.” Beliau bertanya :
“Apa yang mencelakakanmu?” Dia menjawab: “Aku menyetubuhi
istriku pada bulan Ramadan.” Beliau bertanya : ”Apakah kamu bisa
memerdekakan hamba sahaya?” Dia menjawab : “Tidak.” Beliau
bertanya lagi : “Apakah kamu sanggup berpuasa dua bulan berturut-
turut?” Dia menjawab : “Tidak.” Beliau bertanya lagi : “Apakah kamu
memiliki makanan untuk diberikan
43 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 275.
44 Ibid, 276.
31
4. Fidyah
Hukum fidyah adalah wajib. Hal ini berdasarkan ayat Al-Qur’an
berikut :
æ..
ۡ ó ٞ ۡ õ ó ó.
ۥ
...äíßÓã ãÇÚØ ÉíÏÝ õåäæÞíØõí äíó Ðá ٱ ìáÚó
ó
ó
ٖö ö õ ó ö ö ö ó
“…Dan wajib bagi orang-orang yang berta menjalankannya
(jika mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu) memberi
makan satu orang miskin…(Q.S. Al Baqarah : 184)
Fidyah, menurut mazhab Hanafi, sebanyak setengah sha’ biji
gandum, atau uang senilai itu. Fidyah, baru boleh dilakukan jika
orang yang bersangkutan tidak mampu berpuasa sepanjang
hidupnya. Adapun menurut Jumhur, fidyah boleh berupa satu mud
makanan yang mengenyangkan untuk setiap hari. Banyaknya
fidyah disesuaikan dengan jumlah puasa yang tidak dilakukan.
Seseorang diwajibkan membayar fidyah ketika ia dirasa tidak
mampu berpuasa, seperti orang tua renta yang merasa berat
45 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 276-277.
46 Ibid, 277.
32
ٱ ó ۡ ۡ ó ö
óó õ ö õ
...ÇåÚÓæ áóÅ ÇÓðÝä ááø Ýáßõí áó
ó õ ó ó
H. Faedah Puasa
Ibadah puasa itu mengandung beberapa hikmah, di antaranya sebagai
berikut :
1. Tanda terima kasih pada Allah karena semua ibadah mengandung
arti terima kasih kepada Allah atas nikmat pemberian-Nya yang
51
tidak terbatas banyaknya, dan tidak ternilai harganya.
Firman Allah SWT :
47 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 283.
48 Ibid.
49 Ibid, 284.
50 Ibid, 285.
51 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 243.
33
óó
õ
óó
óٰ ۡ
ó ٓ
ٓۗ
ۡ õ ó
ó ó
ۡ ú õó
ٞ
ÑÇ Ýß
ö ö ó ö
ó ö ö ó
52 H. Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Bandung: Sinar Baru Algesindo, 2014), 243.
53 Ibid.
54 Ibid, 244.
55 Dr. Wahbah Al-Zuhayly, Puasa dan Itikaf (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), 89.
34
BAB III
ANALISIS DAN DISKUSI
1.
35
BAB IV
KESIMPULAN
Dari makalah yang kami buat ini kami simpulkan bahwa dari segi bahasa,
puasa berarti menahan dan mencegah dari sesuatu. Sedangkan menurut istilah
adalah menahan diri dari perbuatan (fi’li) yang berupa dua macam syahwat
(syahwat perut dan syahwat kemaluan serta menahan diri dari segala sesuatu agar
tidak masuk perut, seperti obat atau sejenisnya.) Hal itu dilakukan pada waktu
yang telah ditentukan, yaitu semenjak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Puasa dilakukan oleh orang tertentu yang berhak, yaitu orang Muslim,
sudah baligh, berakal, tidak sedang haid, dan tidak sedang nifas. Puasa harus
dilakukan dengan niat, yakni, bertekad dalam hati untuk mewujudkan perbuatan
itu secara pasti, tidak ragu-ragu dan mampu menahan diri dari segala yang
membatalkan sejak terbit fajar sampai terbenam matahari.
Ada pula beberapa hal yang membatalkan puasa, yaitu, makan dan minum
yang disengaja, muntah yang disengaja, bersetubuh, keluar darah haid (kotoran)
atau nifas, gila, dan keluar mani dengan sengaja. Pembatalan puasa juga dapat
diganti dengan melakukan qadha, kifarat ataupun fidyah.
36
Puasa mengajarkan kita untuk lebih bersyukur terhadap segala hal yang
telah kita miliki pada saat ini. Mengajarkan kita untuk mampu membantu orang-
orang fakir dan miskin.