OLEH
DOSEN PEMBIMBING
HIDAYATUL HASNI
A. Latar Belakang
1. Pengertian Fraktur
2. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi
Menurut (Moore, 2010), Fascia telapak tangan adalah sinambung dengan
fascia punggung tangan ke arah proksimal sinambung dengan fascia lengan
bawah. Pada tonjolan – tonjolan thenar dan hypothenar fascia palmaris ini bersifat
tipis, tetapi bagian tengahnya bersifat tebal dengan dibentuknya aponeurosis
palmaris yang berwujud sebagai lempeng jaringan ikat berserabut, dan pada jari –
jari tangan dengan membentuk vagina fibrosa digitimanus. Aponeurosis palmaris,
bagian fascia tangan dalam yang kuat dan berbatas jelas, menutupi jaringan lunak
dan tendo otot – otot fleksor panjang. Bagian proksimal aponeurosis palmaris
bersinambungan dengan retinaculum flexorum dan tendo musculus palmaris
longus. Bagian distal aponeurosis palmaris membentuk empat pita digital yang
memanjang dan melekat pada basis phalangis proximalis dan membaur dengan
vagina fibrosa digiti manus. 10 Sebuah sekat jaringan ikat medial yang menyusup
ke dalam tepi medial aponeurosis palmaris untuk mencapai os metacarpal V
medial terhadap sekat ini terdapat kompartemen hypothenar yang berisi otot-otot
hypothenar. Sesuai dengan ini, sebuah sekat jaringan ikat lateral meluas ke dalam
dari tepi lateral aponeurosis palmaris untuk melekat pada os metacarpal I. Sebelah
lateral sekat tersebut terdapat kompartemen thenar yang berisi oto-otot thenar.
Antara kompartemen hypothenar dan kompartemen thenar terdapat kompartemen
tengah yang berisi otot-otot fleksor serta sarung uratnya, musculi lumbrucales,
pembuluh darah dan saraf digital. Bidang otot terdalam pada telapak tangan
dibentuk oleh kompartemen aduktor yang berisi musculus adductor pollicis.
Menurut (Moore, 2010), Tulang adalah adalah suatu jaringan dinamis yang
tersusun dari tiga jenis sel : osteoblast, osteosit, dan osteoklas. Osteoblast
membangun tulang dengan membentuk kolagen tipe I dan proteoglikan sebagai
matriks tulang atau jaringan osteoid melalui suatu proses yang disebut osifikasi.
Ketika sedang aktif menghasilkan jaringan osteoid, osteoblast mensekresikan
sejumlah besar fosfatase alkali, yang memegang peranan penting dalam
mengendapkan kalsium dan fosfat ke dalam matriks tulang. Sebagian dari
fosfatase alkali akan memasuki aliran darah, dengan demikian maka kadar
fosfatase alkali di dalam darah dapat menjadi indikator yang baik tentang tingkat
pembentukan tulang setelah mengalami patah tulang atau pada kasus metastasis
kanker ke tulang.
Osteoblas merupakan salah satu jenis sel hasil diferensiasi mesenkim
yang sangat penting dalam proses osteogenesis atau osifikasi. Sebagai sel,
osteoblas dapat memproduksi substansi organic intraseluler matriks, dimana
klasifikasi terjadi di kemudian hari. Jaringan yang tidak mengandung kalsium
disebut osteoid dan apabila klasifikasi terjadi pada matriks maka jaringan disebut
tulang. Sesaat setelah osteoblas dikelilingi oleh substansi organic intraseluler,
disebut osteosit dimana keadaaan ini terjadi dalam lakuna.
Sel yang bersifat multinukleus, tidak ditutupi oleh permukaan tulang
dengan sifat dan fungsi resopsi serta mengeluarkan tulang yang disebut osteoklas.
Kalsium hanya dapat dikeluarkan oleh tulang melalui proses aktivitas osteoklasin
yang menghilangkan matriks organic dan kalsium secara bersamaan dan disebut
deosifikasi.
Struktur tulang berubah sangat lambat terutama setelah periode
pertumbuhan tulang berakhir. Setelah fase ini tulang lebih banyak terjadi dalam
bentuk perubahan mikroskopik akibat aktifitas fisiologi tulang sebagai suatu
organ biokimia utama tulang.
Komposisi tulang terdiri atas:
Substansi organic : 35%
Substansi Inorganic : 45%
Air : 20%
Substansi organik terdiri atas sel-sel tulang serta substansi organic
intraseluler atau matriks kolagen dan merupakan bagian terbesar dari matriks
(90%), sedangkan adalah asam hialuronat dan kondroitin asam sulfur. Substansi
inorganic terutama terdiri atas kalsium dan fosfor dan sisanya oleh magnesium,
sodium, hidroksil, karbonat dan fluoride. Enzim tulang adalah alkali fosfatase
yang diproduksi oleh osteoblas yang kemungkinan besar mempunyai peranan
yang paling penting dalam produksi organic matriks sebelum terjadi kalsifikasi.
Pada keadaan normal tulang mengalami pembentukan dan absorpsi
pada suatu tingkat yang konstan, kecuali pada masa pertumbuhan kanak-kanak
ketika terjadi lebih banyak pembentukan daripada absorpsi tulang. Pergantian
yang berlangsung terus-menerus ini penting untuk fungsi normal tulang dan
membuat tulang dapat berespon terhadap tekanan yang meningkat dan untuk
mencegah terjadi patah tulang. Betuk tulang dapat disesuaikan dalam
menanggung kekuatan mekanis yang semakin meningkat. Perubahan tersebut
juga membantu mempertahankan kekuatan tulang pada proses penuaan. Matriks
organik yang sudah tua berdegenerasi, sehingga membuat tulang secara relative
menjadi lemah dan rapuh. Pembentukan tulang yang baru memerlukan matriks
organik baru, sehingga memberi tambahan kekuatan pada tulang.
3. Etiologi Fraktur
Menurut (Brunner dan Suddarth, 2008), yaitu :
a. Cedera traumatik
Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh :
1) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang sehingga
tulang pata secara spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan
fraktur melintang.
2) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh dari
lokasi benturan.
3) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang
kuat.
b. Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma
minor dapat mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan
seperti: Tumor tulang (jinak atau ganas), Infeksi seperti osteomyelitis, dan
Rakhitis.
c. Secara spontan : disebabkan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya
pada penyakit polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.
3. Krepitasi
Saat ekstremitas diperiksa dengan tangan, teraba adanya derik tulang
dinamakan krepitasi yang teraba akibat gesekan antara fragmen satu dengan
lainnya. Uji krepitasi dapat mengakibatkan kerusakan jaringan lunak yang
lebih berat.
4. Pembengkakan dan perubahan warna
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi sebagai akibat
trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini biasa terjadi setelah
beberapa jam atau hari setelah cedera.
5. Fals Moment
Merupakan pergerakan/ bentuk yang salah dari tulang (bengkok)
5. Patofisiologi Fraktur
Menurut (Elizabeth, 2009), Ketika tulang patah, sel tulang mati. Perdarahan
biasanya terjadi di sekitar tempat patah dan ke dalam jaringan lunak di sekitar
tulang tersebut. jaringan lunak biasanya mengalami kerusakan akibat cedera.
Reaksi inflamasi yang intens terjadi setelah patah tulang. Sel darah putih dan sel
mast terakumulasi sehingga menyebabkan peningkatan aliran darah ke area
tersebut. fagositosis dan pembersihan sel dan jaringan mati dimulai.
Bekuan fibrin (hematoma fraktur) terbentuk di tempat patah dan berfungsi
sebagai jala untuk melekatnya sel-sel baru. Aktivitas osteoblas akan segera
terstimulasi dan terbentuk tulang baru imatur, disebut kalus. Bekuan fibrin segera
direabsorpsi dan sel tulang baru secara perlahan mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati. Tulang sejati menggantikan kalus dan secara perlahan
mengalami kalsifikasi. Penyembuhan memerlukan waktu beberapa minggu
sampai beberapa bulan (fraktur pada anak sembuh lebih cepat). Penyembuhan
dapat terganggu atau terhambat apabila hematoma fraktur atau kalus rusak
sebelum tulang sejati terbentuk, atau apabila sel tulang baru rusak selama
kalsifikasi dan pengerasan.
6. Pathway Fraktur
7. Klasifikasi Fraktur
8. Komplikasi
Fraktur
Menurut (Elizabeth J. Corwin, 2009)
1) Komplikasi Awal
a. Kerusakan Arteri
Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya
nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan
dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi
splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan
pembedahan.
b. Kompartement Syndrom
Komplikasi ini terjadi saat peningkatan tekanan jaringan dalam
ruang tertutup di otot, yang sering berhubungan dengan akumulasi cairan
sehingga menyebabkan hambatan aliran darah yang berat dan berikutnya
menyebabkan kerusakan pada otot. Gejala – gejalanya mencakup rasa
sakit karena ketidakseimbangan pada luka, rasa sakit yang berhubungan
dengan tekanan yang berlebihan pada kompartemen, rasa sakit dengan
perenggangan pasif pada otot yang terlibat, dan paresthesia. Komplikasi
ini terjadi lebih sering pada fraktur tulang kering (tibia) dan tulang hasta
(radius atau ulna).
c. Fat Embolism Syndrom
Merupakan keadaan pulmonari akut dan dapat menyebabkan kondisi
fatal. Hal ini terjadi ketika gelembung – gelembung lemak terlepas dari
sumsum tulang dan mengelilingi jaringan yang rusak. Gelombang lemak
ini akan melewati sirkulasi dan dapat menyebabkan oklusi pada pembuluh
pembuluh darah pulmonary yang menyebabkan sukar bernafas. Gejala
dari sindrom emboli lemak mencakup dyspnea, perubahan dalam status
mental (gaduh, gelisah, marah, bingung, stupor), tachycardia, demam,
ruam kulit ptechie.
d. Infeksi
System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. Pada
trauma orthopedic infeksi dimulai pada kulit (superficial) dan masuk ke
dalam. Ini biasanya terjadi pada kasus fraktur terbuka, tapi bisa juga
karena penggunaan bahan lain dalam pembedahan seperti pin dan plat.
e. Avaskuler Nekrosis
Avaskuler Nekrosis (AVN) terjadi karena aliran darah ke tulang
rusak atau terganggu yang bisa menyebabkan nekrosis tulang dan diawali
dengan adanya Volkman’s Ischemia. Nekrosis avaskular dapat terjadi saat
suplai darah ke tulang kurang baik. Hal ini paling sering mengenai fraktur
intrascapular femur (yaitu kepala dan leher), saat kepala femur berputar
atau keluar dari sendi dan menghalangi suplai darah. Karena nekrosis
avaskular mencakup proses yang terjadi dalam periode waktu yang lama,
pasien mungkin tidak akan merasakan gejalanya sampai dia keluar dari
rumah sakit. Oleh karena itu, edukasi pada pasien merupakan hal yang
penting. Perawat harus menyuruh pasien supaya melaporkan nyeri yang
bersifat intermiten atau nyeri yang menetap pada saat menahan beban.
f. Shock
Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya
permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi. Ini
biasanya terjadi pada fraktur.
g. Osteomyelitis
Adalah infeksi dari jaringan tulang yang mencakup sumsum dan
korteks tulang dapat berupa exogenous (infeksi masuk dari luar tubuh)
atau hematogenous (infeksi yang berasal dari dalam tubuh). Patogen dapat
masuk melalui luka fraktur terbuka, luka tembus, atau selama operasi.
Luka tembak, fraktur tulang panjang, fraktur terbuka yang terlihat
tulangnya, luka amputasi karena trauma dan fraktur – fraktur dengan
sindrom kompartemen atau luka vaskular memiliki risiko osteomyelitis
yang lebih besar
2) Komplikasi Dalam Waktu Lama
a. Delayed Union (Penyatuan tertunda)
Delayed Union merupakan kegagalan fraktur berkonsolidasi sesuai
dengan waktu yang dibutuhkan tulang untuk menyambung. Ini disebabkan
karena penurunan supai darah ke tulang.
b. Non union (tak menyatu)
Penyatuan tulang tidak terjadi, cacat diisi oleh jaringan fibrosa.
Kadang- kadang dapat terbentuk sendi palsu pada tempat ini. Faktor-
faktor yang dapat menyebabkan non union adalah tidak adanya
imobilisasi, interposisi jaringan lunak, pemisahan lebar dari fragmen
contohnya patella dan fraktur yang bersifat patologis.
c. Malunion
Kelainan penyatuan tulang karena penyerasian yang buruk
menimbulkan deformitas, angulasi atau pergeseran.
9. Penatalaksanaan Fraktur
2) Tanda-tanda vital tidak normal karena ada gangguan baik fungsi maupun
bentuk.
3) pemeriksaan fisik :
a) Sistem Integumen
Terdapat erytema, suhu sekitar daerah trauma meningkat, bengkak,
oedema, nyeri tekan.
b) Kepala
Tidak ada gangguan yaitu, normo cephalik, simetris, tidak ada
penonjolan, tidak ada nyeri kepala.
c) Leher
Tidak ada gangguan yaitu simetris, tidak ada penonjolan, reflek
menelan ada.
d) Muka
Wajah terlihat menahan sakit, lain-lain tidak ada perubahan fungsi
maupun bentuk. Tak ada lesi, simetris, tak oedema.
e) Mata
Terdapat gangguan seperti konjungtiva anemis (jika terjadi
perdarahan)
f) Telinga
Tes bisik atau weber masih dalam keadaan normal. Tidak ada lesi atau
nyeri tekan.
g) Hidung
Tidak ada deformitas, tak ada pernafasan cuping hidung.
l) Abdomen
I. Inspeksi
Bentuk datar, simetris, tidak ada hernia.
II. Palpasi
Tugor baik, tidak ada defands muskuler, hepar tidak teraba.
III. Perkusi
Suara thympani, ada pantulan gelombang cairan.
IV. Auskultasi
Peristaltik usus normal ± 20 kali/menit.
m) Inguinal-Genetalia-Anus
Tak ada hernia, tak ada pembesaran lymphe, tak ada kesulitan BAB.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu penyatuan dari masalah pasien
yang nyata maupun potensial berdasarkan data yang telah dikumpulkan.
Diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien dengan post op fraktur
meliputi :
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik
A. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis
2. Gangguan integritas kulit/jaringan b.d perubahan pigmentasi
3. Gangguan mobilitas fisik b.d gangguan muskuloskeletal
B. Intervensi Keperawatan
SDKI SLKI SIKI
Nyeri akut b.d agen Tingkat nyeri Manajemen nyeri
pencedera fisiologis Kemampuan Observasi:
menuntaskan aktivitas Identifikasi lokasi,
Keluhan nyeri karakteristik, durasi,
Meringis frekuensi, kualitas,
IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Tn. A No MR :
Umur : 30 tahun Alamat : Balai Selasa, Painan
RESUME
Sekitar jam 21.00 WIB awalnya klien mengendarai sepeda motor toba-tib klien
ditabrak motor dari belakang hingga klien terjatuh dengan mekanisme trauma tidak
diketahui. Setelah beberapa menit kejadian klien dan temannya dibawa oleh warga ke RSUD
Pariaman, di RSUD pariaman klien di rontgen klien dirujuk ke RSUD Dr.M.Djamil Padang
melaui UGD sekitar jam 23.55 WIB. Klien datang dengan keluhan nyeri di paha kaki kanan
kurang lebih sejak 4 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit dan luka robek di paha, luka
lecet di pipi dan tangan sebelah kanan. Klien mengatakan ia saat ini sedang menunggu
penyembuhan luka pada daerah frakturnya, tampak ada lika jahitan pada paha klien
sebanyak 13 buah, panjang luka kurang lebih 20 cm, dan tampak mengeluarkan pus. Saat
dilakukan pengkajian klien mengatakan nyeri pada daerah pemasangan pen nya, klien
mengatakan skala nyeri 6. Klien mengatakan kaki sebelah kanannya terasa nyeri saat
digerakkan, klien tampak meringis saat berubah posisi dan bisanya diantu oleh orang tua
klien, orang tua klien mengatakan semua aktifitas dibantu oleh keluarga. Klien merasa
cemas terhadap keadaannya. Klien takut keadaannya tidak bisa kembali seperti semula dan
klien tampak cemas, takut dan klien sering murung kerena cemas terhadap keadaannya.
Klien mengatakan badan terasa panas, klien mengatakan kesemutan pada telapak tangan dan
telapak kaki, hemoglobin 9,0 g/dl, leukosit 11,700 mm.
ANALISA DATA
DATA MASALAH ETIOLOGI PATOFISIOLOGI
DS: Nyeri akut Agen pencedera Trauma
Pasien mengatakan fisiologis
keluhan nyeri di paha Fraktur
kanan kurang lebih 4 jam
yang lalu sebelum masuk Cedera sel
rumah sakit
Pasien mengatakan ada Degranulasi sel mast
luka robek di paha, luka
lecet, di pipi dan tangan Kortek serebri
sebelah kanan.
Pasien mengatakan nyeri di Luka terbuka
daerah pemasangan pen
nya. Nyeri akut
Pasien mengatakan
takut keadaanya tidak Fraktur/dislokasi
RENCANA KEPERAWATAN
Moore K.L., Dalley A.F., Agur A.M.R. 2010. Clinically oriented anatomy. 6th
edition. Lippincott William and Wilkins. Amerika. 246-53. Jakarta: Erlangga
Nurarif & Hardhi. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc Panduan penyusunan Asuhan Keperawatan Profesional.
Yogyakarta : Mediaction Jogja.
Smeltzer, S. C., & Bare B. G. 2009. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
&Suddarth( Edisi 8 Volume 1). Jakarta: EGC