Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL PENELITIAN

E-JURNALSharmadave Subramaniam,
MEDIKA, VOL. Ni Putu2018
7 NO. 1, JANUARI, Suweni
: 22 Sasmita,
- 27 Cokorda Bagus Jaya Lesmana (Prevalensi efek samping farmakoterapi...)
ISSN: 2303-1395

Prevalensi efek samping farmakoterapi terhadap


penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Bangli,
Propinsi Bali

Sharmadave Subramaniam1, Ni Putu Suweni Sasmita1, Cokorda Bagus Jaya Lesmana2

ABSTRAK
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang persisten dan membutuhkan pengobatan seumur hidup, ditandai dengan gejala
psikotik dan hilangnya fungsi kognitif tertentu. Penelitian ini bertujuan mengetahui prevalensi efek samping farmakoterapi
terhadap penderita skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Bangli. Sebanyak 42 sampel diambil dari rekam medis di Asylum Bali
berdasarkan data saat pasien dirawat di UGD. Data kemudian diekstraksi ke dalam bentuk ekstraksi sebelumnya dan dianalisis
dengan software SPSS 20. Pasien termuda berusia 21 tahun. Tingkat kejadian skizofrenia lebih banyak terjadi pada laki-laki
(92,9%) dibandingkan dengan perempuan (7,1%). Pasien berstatus tidak menikah sebanyak 59,5%, pasien menikah 35,7% dan
bercerai 4,8%. Tidak ada pasien janda dan pasien yang tidak diketahui status perkawinannya. Efek samping farmakoterapi meliputi
sindrom ekstrapiramidal (EPS) sebanyak 14 pasien (33,3%) diikuti oleh diskinesia tardif dan sindrom tardif lainnya sebanyak 18
pasien (42,9%), dislipidemia sebanyak 2 pasien (4,8%) serta resistensi insulin dan hiperglikemia sebanyak 8 pasien (19%). Dalam
penelitian ini, ditemukan bahwa diantara 42 sampel yang diambil secara acak, lebih dari 40% mengalami diskinesia tardif dan
sindrom tardif lainnya. Efek samping lainnya dari farmakoterapi juga bervariasi. Faktor risiko bertambahnya usia, meningkatnya
adipositas, dan etnik tertentu dapat berkontribusi pada efek farmakoterapi yang lebih buruk pada skizofrenia.

Kata Kunci : skizofrenia, efek samping, farmakoterapi

ABSTRACT
Schizophrenia is persisting mental illness and need a long-life medication, with psychotic symptoms and loss of specific cognitive
functions. This study aims to identify the prevalence of side effects of pharmachotherapy on schizophrenia patients in RSJ
Bangli. Forty-two sample was taken from medical record in Asylum of Bali based on the report when patient is admitted to
emergency department. The data then extracted into extraction form that is previously made and analyzed with software SPSS
20. The youngest patient is 21 years old. Gender comparison of man 92.9% and woman 7.1%. Patients with unmarried status
59.5%, married patients 35.7% and divorced 4.8%. No widowed and unknown patient found from the data. The side effect of
pharmachotherapy includes extrapyramidal syndrome with 14 patients (33.3%), tardive dyskinesia and other tardive syndromes
with 18 patients (42.9%), dyslipidemia with 2 patients (4.8%) and insulin resistance and hyperglycemia with 8 patients (19%).
In this study, it is found that among 42 patients that is taken randomly, more than 40% has tardive dyskinesia and other tardive
syndromes. Other side effects of pharmachotherapy are also varied. Risk factor of older age, greater adiposity, ethnicity could
further contribute to the worsen effects of pharmachotherapy in schizophrenia.
1
Program Studi Pendidikan
Keywords: schizophrenia, side effects, pharmachotherapy
Dokter, Fakultas Kedokteran
Universitas Udayana
2
Bagian/SMF Psikiatri RSUP
Sanglah
PENDAHULUAN fungsi kognitif tertentu, seperti memori kerja dan
deklaratif, namun tanpa disertai demensia progresif
Skizofrenia merupakan manifestasi yang menjadi ciri gangguan neurodegeneratif
gangguan jiwa yang paling dramatis dan tragis klasik.1
bagi umat manusia. Dampak penyakit tersebut Meski fenomenanya sangat mengagumkan,
bagi penderita, keluarganya, dan masyarakat pada patofisiologi dan etiologinya tetap tidak jelas.
umumnya sangat menghancurkan. Skizofrenia Kurangnya pengetahuan terkait fungsi otak
dapat dikatakan sebagai sindrom kejiwaan yang mendasari ketidakmampuan kita menggambarkan
Diterima : 18 Desember 2017
paling membingungkan dan salah satu yang paling target molekuler untuk perawatan definitif atau
Disetujui : 2 Januari 2018 melemahkan. Penyakit ini ditandai dengan kognisi strategi pencegahan yang rasional. Saat ini belum
Diterbitkan : 10 Januari 2018 yang terganggu, termasuk “peningkatan fungsi” ada penyebab dan penyembuhan yang secara
gejala psikotik dan “penurunan fungsi” pada medis dapat diarahkan bagi penderita skizofrenia.1

22 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ARTIKEL PENELITIAN
Sharmadave Subramaniam, Ni Putu Suweni Sasmita, Cokorda Bagus Jaya Lesmana (Prevalensi efek samping farmakoterapi...)

Meskipun demikian, penelitian selama bertahun- HASIL


tahun telah menemukan beragam pengobatan
bagi skizofrenia dari antipsikotik generasi pertama Sebanyak 42 sampel diambil dari data rekam
hingga antipsikotik generasi kedua. Walaupun medis pasien skizofrenia yang dirawat di RSJ Bangli
diketahui banyak keberhasilan dan manfaat mulai dari bulan September hingga November
dalam mengurangi gejala psikotik pada pasien 2014.
skizofrenia, namun efek samping penggunaan
obat antipsikotik cukup mengganggu gaya hidup Tabel 1. Persebaran usia pasien skizofrenia
penderita skizofrenia.1,2 Min- Maks- Simpang
N Rerata
Bali sebagai salah satu wilayah berkembang imum imum Baku
di Indonesia juga memiliki sejumlah pasien
Umur 42 21 69 41,5 12,1
skizofrenia dalam pelayanan kesehatannya. Bali
memiliki masalah yang sama seperti halnya di
tempat lain dalam hal prevalensi pasien skizofrenia Tingkat kejadian skizofrenia lebih banyak
dengan efek samping akibat farmakoterapi.3 Oleh terjadi pada laki-laki (92,9%) dibandingkan dengan
karena itu, diharapkan akses pengobatan yang lebih perempuan (7,1%). (Tabel 2)
baik bagi penderita skizofrenia di Bali terutama
berfokus pada RSJ Bangli. Penelitian ini bertujuan Tabel 2. Jenis kelamin pasien skizofrenia
untuk mengetahui prevalensi efek samping
Frekuensi Persentase (%)
farmakoterapi terhadap pasien skizofrenia yang
dirawat di RSJ Bangli, Propinsi Bali. Laki-laki 39 92,9
Perempuan 3 7,1
METODE Total 42 100
Desain penelitian ini adalah deskriptif
cross-sectional untuk mengetahui prevalensi efek Dalam penelitian ini tercatat pasien
samping farmakoterapi terhadap pasien skizofrenia skizofrenia paling banyak beragama Hindu yakni
di Rumah Sakit Jiwa Bangli, Propinsi Bali periode mencapai 97,6% dan suku Bali sedangkan sisanya
bulan September hingga bulan November 2014 yakni sekitar 1% beragama Kristen dan bukan suku
dengan menggunakan data sekunder dari rekam Bali. (Tabel 3)
medis pasien selama di Unit Gawat Darurat RSJ
Bangli periode September-November 2014. Tabel 3. Agama dan suku pasien skizofrenia
Sampel penelitian ini adalah 42 pasien
Karakteristik Frekuensi Persentase (%)
skizofrenia yang dirawat di RSJ Bangli pada periode
September-November 2014 dan memenuhi kriteria Agama :
inklusi. Definisi operasional variabel: 1) Efek Hindu 41 97,6
samping farmakoterapi terhadap pasien skizofrenia Kristen 1 2,4
meliputi: a.sindrom ekstrapiramidal, b.diskinesia
Suku :
tardif dan sindrom tardif lainnya, c.dislipidemia,
d.resistensi insulin dan hiperglikemia. 2) Prevalensi Bali 41 97,6
penderita skizofrenia yang mengalami efek Non-Bali 1 2,4
samping akibat farmakoterapi selama perawatan
di RSJ Bangli. Rentang usia pasien skizofrenia yang Status pekerjaan sebagian besar pasien
tercatat adalah 20-70 tahun. Jenis kelamin dibagi skizofrenia adalah pengangguran yakni mencapai
menjadi dua, yakni laki-laki dan perempuan 42,9%, disusul pensiun 33,3%, ibu rumah tangga
Data diambil dari rekam medis pasien 2% dan pelajar 8%. Sedangkan untuk status
skizofrenia di RSJ Bangli dan dinilai menggunakan perkawinan, data menunjukkan bahwa pasien yang
kuesioner yang sesuai. Data dikumpulkan tidak menikah sekitar 59,5%, pasien menikah 35,7%
kemudian diekstraksi ke dalam bentuk ekstraksi dan pasien bercerai atau berpisah 4,8%. Tidak ada
yang sebelumnya telah dirancang. Hasil selanjutnya pasien janda dan pasien yang tidak diketahui status
diproses menggunakan perangkat lunak SPSS perkawinannya. (Tabel 4)
versi 20. Distribusi frekuensi kemudian dianalisis
secara deskriptif untuk menjelaskan prevalensi
berdasarkan uji statistik yang sesuai. Data tersebut
kemudian disajikan dalam bentuk tabel.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 23
ARTIKEL PENELITIAN
Sharmadave Subramaniam, Ni Putu Suweni Sasmita, Cokorda Bagus Jaya Lesmana (Prevalensi efek samping farmakoterapi...)

Tabel 4. Status pekerjaan dan status perkawinan pasien datang diantar oleh pasangannya (2,4%).
pasien skizofrenia Ditemukan bahwa 4 pasien (9,8%) datang diantar
oleh polisi. Tidak ada pasien yang datang dan
Persentase
Karakteristik Frekuensi mendaftar sendiri. (Tabel 7)
(%)
Status Pekerjaan :
Tabel 6. Tipe skizofrenia pada pasien RSJ Bangli
Pengangguran dan
14 33,3
pensiunan
Bekerja 18 42,9 Persentase
Karakter Frekuensi
(%)
Ibu rumah tangga 2 4,8
Diagnosis Utama :
Pelajar 8 19,0
Skizofrenia
Status Perkawinan : 27 65,9
Hebefrenik
Tidak menikah 25 59,5
Skizofrenia
Menikah 15 35,7 15 34,1
Paranoid
Janda/Duda 0 0
Bercerai atau berpisah 2 4,8 Tabel 7. Pengantar pasien ke RSJ Bangli
Tidak diketahui 0 0 Persentase
Karakteristik Jumlah Pasien
(%)
Dalam penelitian ini diperoleh data terkait Datang sendiri 0 0
asal pasien skizofrenia yang dirawat di RSJ Bangli
Anggota keluarga 39 95,1
berdasarkan sembilan kabupaten/kota di Propinsi
Dinas Sosial
Bali. Tercatat penderita skizofrenia sebagian besar 2 4,9
(DINSOS)
berasal dari Kabupaten Buleleng yakni sebanyak Pasangan 1 2,4
9 pasien (22%), disusul Tabanan sekitar 8 pasien
Polisi 4 9,8
(19%) dan Gianyar sekitar 7 pasien (17%). Tidak
ada kasus skizofrenia yang berasal dari Denpasar.
Stresor yang dialami sebelum terjadinya
(Tabel 5)
penyakit atau selama masa skizofrenia
menunjukkan bahwa 4 pasien (9,8%) mengalami
Tabel 5. Persebaran kasus skizofrenia di seluruh
stresor dari masyarakat sekitar, 7 pasien (17,1%)
kabupaten di Bali
dilaporkan mengalami stresor dari anggota keluarga
Karakteristik Frekuensi Persentase (%) yang lebih dekat sedangkan 6 pasien (14,6%)
mengalami stresor ketika anggota keluarga dekat
Alamat :
telah meninggal dunia, 3 pasien (7,3%) mengalami
Badung 4 9,8 masalah di tempat kerja, kampus atau sekolah,
Bangli 3 7,3 sedangkan 19 pasien lainnya (46,3%) tidak masuk
Buleleng 9 22,0 dalam kategori stresor di atas. (Tabel 8)
Gianyar 7 17,1
Tabel 8. Stresor terhadap pasien skizofrenia
Jembrana 4 9,8
Karangasem 4 9,8 Persentase
Karakteristik Frekuensi
(%)
Klungkung 2 4,9
Tabanan 8 19,5 Stresor dari masyarakat
4 9,8
sekitar
Denpasar 0 0
Stresor dari anggota
7 17,1
keluarga dekat
Terdapat dua tipe skizofrenia yang
mendominasi diagnosis pasien di RSJ Bangl. Kedua Stresor dari anggota
2 4,9
tipe tersebut adalah skizofrenia tipe hebefrenik keluarga lebih jauh
dengan 27 pasien (65,9%) dan tipe paranoid dengan Stresor akibat kematian
6 14,6
14 pasien (34,1%). (Tabel 6) anggota keluarga dekat
Pengantar penderita skizofrenia ketika Masalah di tempat
pertama kali datang ke Unit Gawat Darurat RSJ kerja, kampus, atau 3 7,3
Bangli sebagian besar adalah anggota keluarga sekolah
sebanyak 39 pasien (95,1%), disusul dengan Dinas Lainnya 19 46,3
Sosial (DINSOS) sebanyak 2 pasien (4,9%), dan 1

24 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ARTIKEL PENELITIAN
Sharmadave Subramaniam, Ni Putu Suweni Sasmita, Cokorda Bagus Jaya Lesmana (Prevalensi efek samping farmakoterapi...)

Tabel 9. Efek samping farmakoterapi antipsikotik Dari analisis data, ditemukan kejadian
diskinesia tardif dan sindrom tardif lainnya yang
Persentase menjadi efek samping farmakoterapi skizofrenia
Karakteristik Frekuensi
(%) paling tinggi dibandingkan dengan efek samping
Sindrom farmakoterapi lainnya. Gejala pasien skizofrenia
14 33,3 di RSJ Bangli terdiri atas gerakan involunter dan
Ekstrapiramidal (EPS)
abnormal dari mulut, wajah dan lidah, batang
Dyskinesia Tardive dan
18 42,9 tubuh serta ekstremitas. Hal ini sejalan dengan
sindrom tardive lainnya
studi prevalensi oleh Haddad et al dimana gerakan
Dyslipidemia 2 4,8 abnormal memang ada pada pasien selama 4
minggu setelah terpapar obat antipsikotik dan
Resistensi Insulin dan
hiperglikemia
8 19,0 minimal berlangsung selama 3 bulan. Penelitian
tersebut juga menambahkan 70% pasien yang
dirawat secara kronis dengan obat antipsikotik
Farmakoterapi bagi pasien skizofrenia
generasi pertama menunjukkan gejala diskinesia
di RSJ Bangli dilakukan dengan pemberian
tardif. Begitu pula pada penelitian ini dimana
obat-obatan antipsikotik generasi pertama atau
kebanyakan pasien di RSJ Bangli diobati dengan
antagonis reseptor dopamin (DA) dan obat-obatan
antipsikotik generasi pertama yang menunjukkan
antipsikotik generasi kedua atau antagonis dopamin
efek samping yang serupa.7
serotonin (SDA). Berdasarkan data yang diperoleh,
Sindrom ekstrapiramidal (EPS) adalah
efek samping farmakoterapi meliputi sindrom
efek samping farmakoterapi yang kurang umum
ekstrapiramidal (EPS) sebanyak 14 pasien (33,3%),
terjadi diantara pasien skizofrenia di RSJ Bangli
diikuti dengan diskinesia tardif dan sindrom tardif
dibandingkan dengan diskinesia tardif. Namun,
lainnya sebanyak 18 pasien (42,9%), dislipidemia
efek samping ini memiliki tingkat kejadian tertinggi
sebanyak 2 pasien (4,8%), serta resistensi insulin
kedua dibandingkan efek samping lainnya. Hal
dan hiperglikemia sebanyak 8 pasien (19%). (Tabel
ini sejalan dengan penelitian oleh Lederbogen et
9)
al yang menemukan bahwa tingkat kejadian EPS
tinggi dalam penelitian mereka karena dapat terjadi
DISKUSI dengan penggunaan antipsikotik yang ada saat ini
Dari 42 orang sampel pasien skizofrenia termasuk antipsikotik generasi kedua. Hal tersebut
di RSJ Bangli diperoleh usia termuda adalah 21 sesuai dengan penelitian ini karena obat yang
tahun dan usia tertua adalah 69 tahun. Terdapat diresepkan di RSJ Bangli merupakan antipsikotik
kemiripan karakteristik usia dengan penelitian generasi pertama maupun kedua.8 Akan tetapi,
sebelumnya yang dilakukan oleh Svanum et al, dalam penelitian ini data untuk perbandingan
dimana usia termuda penderita skizofrenia dalam antipsikotik generasi pertama dan generasi kedua
penelitian tersebut yakni 17 tahun dan usia tertua tidak disebutkan. Berbeda dengan penelitian
adalah 74 tahun.4 Uchida et al yang menyebutkan bahwa dosis rendah
Pada penelitian ini didapatkan jumlah antipsikotik konvensional dengan potensi tinggi
pasien laki-laki lebih tinggi daripada pasien (misalnya haloperidol 4 mg per hari) berhubungan
perempuan. Hasil ini sangat sesuai dengan literatur dengan EPS lebih banyak dibandingkan dengan
review oleh Mura et al dimana dikatakan bahwa obat antipsikotik generasi kedua dengan dosis yang
dalam penelitian-penelitian yang telah dilakukan, dianjurkan. Antipsikotik generasi pertama potensi
sebagian besar didapatkan tingkat kejadian lebih rendah memiliki kecenderungan lebih rendah
skizofrenia pada laki-laki lebih tinggi dibandingkan untuk menyebabkan EPS daripada obat-obatan
dengan perempuan.5 Hasil yang sama juga dengan potensi lebih tinggi.9
dikemukakan dalam penelitian Chabungbam et Efek samping lainnya yang ditemukan dalam
al yang mendukung hasil penelitian ini.6 Menurut penelitian ini adalah dislipidemia. Suatu double-blind
penelitian oleh Mura et al, laki-laki lebih cenderung clinical trial selama 14 minggu oleh Lindenmayer
mengalami gangguan akibat gejala negatif daripada et al menilai perubahan total kolesterol pada 157
perempuan dan perempuan cenderung memiliki pasien dengan pemberian obat-obatan berikut
fungsi sosial yang lebih baik daripada laki-laki secara acak clozapine, olanzapine, risperidone,
sebelum onset penyakit. Secara umum, hasil atau haloperidol. Terdapat peningkatan rata-rata
untuk pasien skizofrenia perempuan lebih baik kolesterol total yang signifikan pada minggu ke-8
daripada pasien skizofrenia laki-laki yang mungkin dari baseline 14,7 mg/dL (P<0,02) dan 12,3 mg/dL
menjelaskan tingkat kejadian yang lebih rendah (P<0,02) pada pasien yang menggunakan clozapine
pada perempuan.5 dan olanzapine. Pada minggu ke-14, pasien yang

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 25
ARTIKEL PENELITIAN
Sharmadave Subramaniam, Ni Putu Suweni Sasmita, Cokorda Bagus Jaya Lesmana (Prevalensi efek samping farmakoterapi...)

menggunakan olanzapine mengalami peningkatan DAFTAR PUSTAKA


rata-rata kolesterol total 20,1 mg/dL (P<0,02),
sementara kenaikan kolesterol total tidak signifikan 1. Buchanan RW, Carpenter WT. Concept of
pada mereka yang mengonsumsi risperidone atau schizophrenia. In: Sadock BJ, Sadock VA, eds.
clozapine.10 Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of
Efek samping yang keempat dalam penelitian Psychiatry. 8th ed. Vol 1. Baltimore: Lippincott
ini adalah resistensi insulin dan hiperglikemia pada Williams & Wilkins; 2005:1329.
pasien skizofrenia di RSJ Bangli. Terjadinya efek 2. Casey DE, Haupt DW, Newcomer JW,
samping ini dijelaskan dalam penelitian oleh Wu et Henderson DC, Sernyak MJ. Antipsychotic-
al yang menemukan penghentian dan pemberian induced weight gain and metabolic
kembali clozapine diikuti oleh peningkatan abnormalities: Implications for increased
kadar glukosa darah yang berulang. Hasil ini mortality in patients with schizophrenia. J Clin
berbeda dengan hubungan hiperglikemia dengan Psychiatry. 2004;65:4.
penggunaan quetiapine atau risperidone. Penelitian 3. Pranata S, Fauziah Y, Budisuari MA, Kusrini
tersebut juga menyatakan bahwa saat ini banyak I. Kesehatan Jiwa. In: Riset Kesehatan Dasar
obat antipsikotik mungkin mampu mengganggu Dalam Angka: Riskesdas 2013 Provinsi
metabolisme glukosa seluruh tubuh hingga tingkat Bali. Badan Penelitian dan Pengembangan
tertentu dengan beberapa agen yang terkait. Namun, Kesehatan Kementerian Kesehatan RI 2013;
faktor risiko usia lebih tua, adipositas yang lebih 102-5.
besar, dan etnisitas tertentu dapat berhubungan 4. Svanum HA, Zhu B, Faries DE, Salkever D,
dengan kenaikan kadar glukosa dalam tubuh akibat Slade EP, Peng X, Conley RR. The cost of relapse
interaksinya dengan obat-obatan antipsikotik.11 and the predictors relapse in the treatment of
schizophrenia. BMC Psychiatry 2010;10(2):1-
7.
SIMPULAN 5. Mura G, Petretto DR, Bhat KM, Carta
Skizofrenia dapat dikatakan sebagai MG. Schizophrenia : from Epidemiology
gangguan jiwa yang paling membingungkan to Rehabilitation. Clinical Practice &
dan salah satu yang paling melemahkan. Hal Epidemiology in Mental Health 2012; 8: 52-66.
ini ditandai dengan kognisi yang tidak teratur, 6. Chabungbam G, Avasthi A, Sharan P. 2007.
termasuk “peningkatan fungsi” gejala psikotik Sociodemographic and clinical factors
dan “penurunan fungsi” pada fungsi kognitif associated with relapse in schizophrenia.
tertentu, seperti memori kerja dan deklaratif, Psychiatry and Clinical Neurosciences 61: 587-
namun tanpa disertai demensia progresif yang 93. doi:10.1111/j.1440-1819.2007.01722.x.
menjadi ciri gangguan neurodegeneratif klasik. 7. Haddad PM, Brain C, Scott J. Nonadherence
Meski fenomenologinya sangat mempesona, with antipsychotic medication in schizophrenia:
patofisiologi dan etiologinya tetap tidak jelas, dan challenges and management strategies. Dove
penderita penyakit sangat menderita. Kurangnya Press 2014; 5: 43-62. http://dx.doi.org/10.2174/
pengetahuan tentang fungsi otak mendasari PROM.S42735.
ketidakmampuan kita untuk menggambarkan 8. Lederbogen F, Haddad L, Lindenberg AM.
target molekuler sebagai perawatan definitif Urban social stress – Risk factor for mental
atau strategi pencegahan yang rasional. Hal ini disorders. The case of schizophrenia. Elsevier
ditunjukkan di dalam penelitian dimana berbagai Environmental Pollution xxx 2013; 1-5. http://
macam efek samping mempengaruhi penderita dx.doi.org/10.1016/j.envpol.2013.05.046.
skizofrenia di RSJ Bangli. 9. Uchida H, Takeuchi H, Graff-Guerrero A,
Dalam penelitian lain pula dinyatakan bahwa Suzuki T, Watanabe K. Mamo DC. Dopamin
tingkat kejadian efek samping farmakoterapi yang D2 receptor occupancy and clinical effects:
tinggi dalam penelitian mereka karena hal tersebut a systematic review and pooled analysis.
dapat terjadi dengan penggunaan antipsikotik yang Journal of Clinical Psychopharmacology
ada saat ini termasuk antipsikotik generasi kedua 2011 Aug; 31(4): 497-502. doi: 10.1097/
dan faktor risiko lain yang mungkin mempengaruhi JCP.0b013e3182214aad. PMID: 21694629.
interaksi obat antipsikotik pada pasien skizofrenia. 10. Lindenmayer JP, Citrome L, Khan A, Kaushik S.
Hal ini menunjukkan kompleksitas dalam A Randomized, Double-Blind, Parallel-Group,
mengidentifikasi pengobatan kuantitatif pada Fixed-Dose, Clinical Trial of Quetiapine
pasien skizofrenia secara individual. at 600 Versus 1200 mg/d for Patients With

26 http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum
ARTIKEL PENELITIAN
Sharmadave Subramaniam, Ni Putu Suweni Sasmita, Cokorda Bagus Jaya Lesmana (Prevalensi efek samping farmakoterapi...)

Treatment-Resistant Schizophrenia or
Schizoaffective Disorder. Journal of Clinical
Psychopharmacology April 2011; 31(2): 160-8.
doi: 10.1097/jcp.0b013e31820f4fe0.
11. Wu X, Huang Z, Han H, Zhong Z, Gan Z, Guo
X, Diao F, Han Z, Zhao J. The comparison of
glucose and lipid metabolism parameters
in drug-naïve, antipsychotic-treated,
antipsychotic discontinuation patients with
schizophrenia. Neuropsychiatric Disease and
Treatment 2014; 10: 1361-8. doi: 10.2147/NDT.
S63140. PMCID: PMC4114900.

http://ojs.unud.ac.id/index.php/eum 27

Anda mungkin juga menyukai