Anda di halaman 1dari 27

BAB I

LANDASAN TEORI

DALAM istilah kedokteran, batu ginjal disebut Nephrolithiasis atau renal


calculi. Batu ginjal adalah suatu keadaan terdapat satu atau lebih batu di dalam
pelvis atau calyces dan ginjal atau di dalam saluran ureter. Pembentukan batu
ginjal dapat terjadi di bagian mana saja dari saluran kencing, tetapi biasanya
terbentuk pada dua bagian terbanyak pada ginjal, yaitu di pasu ginjal (renal
pelvis) dan calix renalis. Batu dapat terbentuk dari kalsium, fosfat, atau kombinasi
asam urat yang biasanya larut di dalam urine.
Batu ginjal bervariasi ukurannya, dapat bersifat tunggal atau ganda. Batu-
batu tinggal dalam pasu ginjal atau dapat masuk ke dalam ureter dan dapat
merusak jaringan ginjal. Batu yang besar akan merusak jaringan dengan tekanan
atau mengakibatkan obstruksi, sehingga terjadi aliran kembali cairan. Kebanyakan
batu ginjal dapat terjadi berulang-ulang.
Apakah penyebabnya? Batu ginjal dijumpai pada 1 dari 1.000 orang,
biasanya lebih banyak dijumpai pada pria (berumur 30-50 tahun) ketimbang
wanita. Juga banyak dijumpai di daerah tertentu. Walaupun secara pasti tidak
diketahui penyebab batu ginjal, kemungkinannya adalah bila urine menjadi terlalu
pekat dan zat-zat yang ada di dalam urine membentuk kristal batu. Penyebab lain
adalah infeksi, adanya obstruksi, kelebihan sekresi hormon paratiroid, asidosis
pada tubulus ginjal, peningkatan kadar asam urat (biasanya bersamaan dengan
radang persendian), kerusakan metabolisme dari beberapa jenis bahan di dalam
tubuh, terlalu banyak mempergunakan vitamin D atau terlalu banyak memakan
kalsium.
A. Gejala
Walaupun besar dan lokasi batu bervariasi, rasa sakit disebabkan oleh
obsruksi merupakan gejala utama. Batu yang besar dengan permukaan kasar
yang masuk ke dalam ureter akan menambah frekuensi dan memaksa
kontraksi ureter secara otomatis. Rasa sakit dimulai dari pinggang bawah
menuju ke pinggul, kemudian ke alat kelamin luar. Intensitas rasa sakit

1
berfluktuasi dan rasa sakit yang luar biasa merupakan puncak dari kesakitan.
Apabila batu berada di pasu ginjal dan di calix, rasa sakit menetap dan kurang
intensitasnya.
Sakit pinggang terjadi bila batu yang mengadakan obstruksi berada di
dalam ginjal. Sedangkan, rasa sakit yang parah pada bagian perut terjadi bila
batu telah pindah ke bagian ureter. Mual dan muntah selalu mengikuti rasa
sakit yang berat. Penderita batu ginjal kadang-kadang juga mengalami panas,
kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai ureter, distensi
perut, nanah dalam urine. Bagaimanakah diagnosisnya? Dokter akan
menanyakan gejala yang dialami, kemudian melakukan tes sebagai berikut:
1. Foto sinar X dari ginjal, ureter, dan kandung kemih untuk menunjukkan
adanya batu ginjal.
2. Ultrasound ginjal, merupakan tes noninvasif yang mempergunakan
gelombang frekuensi tinggi akan mendeteksi obstruksi dan perubahannya.
3. Pemberian intravena zat pewarna dan scan memberi konfirmasi diagnosis
dan menentukan ukuran dan lokasi batu ginjal. .
4. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya.
5. Analisis kultur urine untuk menunjukkan jenis bakteri penyebab infeksi,
dan Iain-lain.

B. Penyebab
Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-
garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari
kalsium. sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat. sistin dan
mineral struvit.
Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga
disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi.
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar

2
disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis
renalis dan kalises renalis.

C. Patofisiologi
1. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif
GFR. Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat
GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :
a. Penurunan cadangan ginjal;
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi
ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat
mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan
CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi
b. Insufisiensi ginjal;
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 - 35% dari normal. Nefron-
nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic
dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi
mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan
oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan
berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis
c. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir;
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan
parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah
banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak
mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan
dialisa atau penggantian ginjal. (Corwin, 1994).

3
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Retriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat
2. obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi, alumnium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta
diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa
bila terjadi anemia.
3. Dialisis
4. transplantasi ginjal

E. Pengobatan
Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi,
biasanya tidak perlu diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan
pembentukan air kemih dan membantu membuang beberapa batu; jika batu
telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera.
Kolik renalis bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan
narkotik.
Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang
berukuran 1 sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh
gelombang ultrasonik (extracorporeal shock wave lithotripsy, ESWL).
Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih.
Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit
(percutaneous nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti
dengan pengobatan ultrasonik. Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa
diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke
dalam kandung kemih.
Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air
kemih yang basa (misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu
lainnya tidak dapat diatasi dengan cara ini. Batu asam urat yang lebih besar,
yang menyebabkan penyumbatan, perlu diangkat melalui pembedahan.

4
F. Tips Cegah Batu Ginjal
Batu ginial. merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita.
Selama 20 tahun terakhir, penderita batu ginjal semakin meningkat. Bukan
saja terjadi di Amerika Serikat, demikian juga di Indonesia. Di Indonesia
sendiri, batu ginjal merupakan salah satu penyebab utama terjadinya Gagal
Ginjal Kronik (GGK).
Batu ginjal terutama dialami oleh mereka yang berusia antara 20 hingga
40 tahun. Walaupun lebih sering dialami oleh mereka yang berjenis kelamin
pria, tapi akhir-akhir ini kecenderungan juga meningkat diantara kaum wanita.
Saat satu atau dua batu terbentuk, maka akan mudah terbentuk batu lebih
banyak lagi.
Memang, penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi saluran kemitu dan
juga kecenderungan dalam keluarga, mempermudah seseorang untuk
menderita batu ginjal. Tapi usaha pencegahan akan dapat menurunkan risiko
batu ginjal. Beberapa tips diberikan oleh the National Kidney Foundation
dalam mencegah dan mengatasi terjadinya batu ginjal:
 Banyak minum, terutama air putih. Jangan hanya minum saat kita merasa
haus.Haus sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh kita sudah
mengalami kekurangan cairan (dehidrasi).
 Bila ditemukan gejala-gejala seperti nyeri pada daerah pinggang, disertai
mual dan muntah, air seni terlihat kemerahan, lebih sering berkemih,
kadang dapat disertai dengan demam, ini dapat merupakan gejala dari
batu ginjal. Cepatlah periksa ke dokter.
 Untuk mendiagnosanya, dokter biasanya melakukan pemeriksaan
tambahan seperti pemeriksaan laboratorium untuk darah dan air seni,
USG, atau ronsen khusus dengan IVP (Intra Venous Pielography) yang
dapat melihat keadaan batu di dalam ginjal.
 Batu yang kecil dapat keluar dengan sendirinya. Pengobatan yang lebih
lanjut diperlukan jika batu tersebut berukuran besar, terjadi gangguan
dalam keluarnya air seni, infeksi, perdarahan terus menerus atau bahkan
kerusakan ginjal bila tidak segera diatasi.

5
BAB II
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PADA PASIEN BATU GINJAL

Kasus :
Nyonya L menderita penyakit batu ginjal sejak 3 minggu yang lalu, nyeri di
pinggang kiri, nyeri terasa hebat yang paling timbul dan biasanya terasa nyeri
diantaranya tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam. Terjadi retensi urine dan terdapat darah di
dalam air kemih.

Pengkajian :
1. Identitas Klien :
Nama :
Tempat & Tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
No. CM :
Pekerjaan :
Status :
Tgl. Masuk RS. :
Sumber informasi :
2. Identitas Penanggung Jawab.
Nama :
Tempat & Tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :

6
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Hubungan denga pasien :
3. Status Kesehatan
 Keluhan utama : nyeri pinggang kiri terasa hebat yang hilang
timbul
 Lama keluhan : 3 minggu
 Timbulnya keluhan : tidak menentu
 Riwayat kesehatan sekarang :
Sejak 2 tahun yang lalu, klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul,
nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke
penis. Penyebab nyeri tidak diketahui. Akibatnya pasien berobat ke
mantra, setelah di kasih obat (nama tidak tahu) keluhan berkurang tetapi
kadang muncul lagi. 1 tahun yang lalu, klien mengalami nyeri pinggang
yang hebat, akhirnya oleh keluarga di bawa ke RSU Karawang. Setelah
dilakukan pemeriksaan, klien dinyatakan menderita kencing batu. Setelah
pulang dari RSU Karawang, klien tidak control, tetapi berobat ke mantra
lagi. 2 bulan yang lalu, klien mengalami serangan nyeri hebat lagi dan di
bawa ke RSU Karawang.
 Riwayat kesehatan yang lalu :
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit hipertensi, jantung tidak
diketahui, hepatitis tidak pernah, kencing batu (-).
Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya, belum
pernah dioperasi, dan belum pernah menginap di Rumah Sakit.
4. Riwayat Keluarga :
Riwayat penyakit keturunan : keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami sakit seperti pasien, TB, DM, Hipertensi.

7
Genogram :

Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Satu rumah
: Pasien

5. Pola Fungsi Kesehatan


a. Persepsi terhadap kesehatan : selalu mencuci tangan sebelum makan
b. Pola aktivitas latihan :
Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi 
Berpakaian 
Eliminasi 
Mobilitasi di tempat tidur 
Pindah 
Ambulansi 
Makan 
Keterangan :
0 : mandiri
1 : alat Bantu
2 : di Bantu orang lain dan alat
3 : dibantu orang lain
4 : tergantung total

8
c. Pola istirahat tidur : setelah sakit pasien mengeluh tidurnya terasa
terganggu, oleh penyakitnya. Penderita hanya tidur 5 jam per hari
(insomia). Sebelum sakit penderita tidur 7 jam perhari.
d. Pola Eliminasi :
BAB : frekuensi 1 hari warna : kuning, konsistens lunak, kesulian tidak
ada, frekuensi 4-6/ 24 jam
BAK : Volume tidak terindikasi warna kuning jernih 4-6/ 24 jam
e. Pola Nutrisi :
 Penderita mengalami penurunan nafsu makan sehingga pemenuhan
nutrisi tidak mencukupi.
 Anjuran diet sebelum dan sesudah sakit tidak ada.
f. Pola Perseptual :
Pasie dalam keadaan sadar dalam berbicara tidak mengalami gangguan
tetapi bicaranya agak lemah. Penderita tidak menggunakan alat Bantu
pendengaran tidak berkacamata/ tidak terdapat vertigo
g. Pola Persepsi Diri :
Penderita batu ginjal tidak mengalami gangguan harga diri, ideal diri,
identitas diri, gambaran diri, peran diri setelah menderita penyakit ini.
h. Pola Koping :
Penderita batu ginjal ini umumnya terlihat cemas karena menderita batu
ginjal
i. Pola Seksual dan Reproduksi :
Penderita baru selesai mengalami menstruasi.
j. Pola Peran Hubungan :
Penderita batu ginjal sangat memerlukan dukungan dari keluarga, orang
tua, sahabat-sahabatnya untuk mempercepat proses penyembuhan.
k. Pola Nilai Kepercayaan :
Penderita batu ginjal tidak bisa melakukan ibadah secara optimal.
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Tanda-tanda vital :

9
 Suhu : 36,70 C
 Nadi : 80 x / menit
 TD : 120/ 70 mmHg
 Pernafasan : 20 x / menit
b. Keadaan umum :
Penderita batu ginjal tampak lemah dan terlihat menahan nyeri.
7. Pemeriksaan Head To Toe
a. Tanda-tanda vita :
 Suhu : 36,70 C
 Nadi : 80 x / menit
 TD : 120/ 70 mmHg
 Respirasi : 20 x / menit
b. Keadaan umum :
Keadaan umum pada penderita batu ginjal tampat lemah, dan terlihat
menahan nyeri pada abdomen.
c. Kulit, rambut, kuku :
 Inspeksi
Warna kulit normal dan tidak terdapat lesi pada kulit, jumlah rambut
tipis, kulit kepala dan rambut kotor. Warna kuku putih kemerahan
dengan bentuk normal. Kuku tampak pendek dan bersih.
 Palpasi
Suhu badan penderita normal, kelembapan kulit pasien lembab dengan
tekstur kulit halus, turgor lembab.
d. Kepala :
 Inspeksi
Bentuk muka simetris, warna rambut hitam, kulit kepala dan rambut
bersih

 Palpasi

10
Tidak ada luka pada kulit kepala dan tidak ada deformitas pada bentuk
kepala pasien.
e. Mata :
 Inspeksi
Pandangan penderita normal, bola mata penderita berbentuk bulat,
tidak ada masa pada kelopak mata. Konjungtiva penderita normal,
sclera berwarna putih, kornea mata penderita jernih, iris berwarna
gelap, pulpil isokor, lensa mata jernih, visus penderita normal.
 Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan di sekitar mata.
f. Telinga :
 Inspeksi
Daun telinga simetris,liang telinga pasien bersih, membrane tympani
normal.
 Palpasi
Tidak terdapat gangguan pendengaran.
g. Hidung :
 Inspeksi
Hidung klien bersih, tidak ada ingus/ secret atau perdarahan maupun
penyumbatan
 Palpasi
Spuntum dan sinus-sinus pasien normal.
h. Mulut :
 Inspeksi
Tidak terdapat stomatitis pada bibir pasien, gigi pasien bersih, ovula,
faring, dan tonsil normal, gigi, gusi dan lidah tampah bersih, serta bibir
klien terlihat kering
 Palpasi
Pipi, palatum dan dasar lidah pasien normal. Tidak terdapat lesi
ataupun kelainan.
i. Leher :

11
 Inspeksi
Bentuk leher proporsional terhadap keseluruhan tubuh. Warna kulit
leher sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak terdapat
pembengkakan pada leher, leher dapat bergerak dengan baik.
j. Dada :
 Inspeksi
Bentuk dada klien normal, tidak terdapat retraksi dan warna kulit sama
sekitarnya
 Palpasi
Tidak terdapat kelainan pada dada klien
k. Paru-paru :
 Inspeksi : Tidak ada kelainan pada fungsi paru-paru pasien
 Auskultasi : Frekuensi nafas normal dan suara nafas vesikuler
l. Jantung :
 Auskutasi
Tidak terdapat perubahan irama jantung pada klien, frekuensi/ irama
jantung normal.
 Palpasi
Frekuensi denyut jantung klien normal
m. Abdomen :
 Inspeksi
Bentuk abdomen simetris, tidak terdapat luka post operasi, tidak luka
basah atau bernanah
 Auskultasi
Peristaltic usus hiperaktif
 Palpasi
Perut tegang, tedapat peningkatan bising usus
n. Ekstremitas :
Ekstrimitas atas dan bawah dapat berfungsi dengan baik

o. Alat kelamin :

12
Tidak terdapat kelainan pada fungsi dan bentuk alat kelamin pasien.
p. Musculoskeletal :
 Otot
- Otot perut terlihat tegang
 Tulang
- Tidak tedapat deformitas, lordosis, kifosis atau scolicosis.
 Persendian
- Persendian pada ekstrimitas atas dan bawah dapat berfungsi
dengan normal
q. Neurology :
Nyeri : hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang kiri menjalar ke depan
sampai kemaluan.

Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
 Laboratorium darah :
BUN, kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht Leukosit), Protein, antibody, (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
 Pemeriksaan urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
Keton, SDP, TKK/ CCT.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi vertical kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.

4. Pemeriksaan Radiologi

13
Renogram, Intravenous pyelography, retrograde pyelograpy, renal
aretriografi dan venografi, CT scan, MRI, renal biopsy, pemeriksaan
roentgen dada, pemeriksaan roentgen tulang, foto polos abdomen.

DATA FOKUS
DS :-
DO :
- pasien tampak lemah
- pasien menahan nyeri
- pasien tampak cemas
- TTV :
Suhu : 36,70 C
Nadi : 80 x/ menit
Respirasi : 20 x / menit
TD : 120/ 70 mmHg
- Nafsu makan menuru
- Terdapat nyeri tekan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien terliahat pucat
- Retensi urine
- Nafsu makan menurun
- Teradapat darah di dalam air kemih
- Penderita mengalami mual dan muntah

ANALISA DATA

14
No SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Do : - Agen cedera - Nyeri akut
 Wajah pasien pucat biologi (batu
dan menahan nyeri ginjal)
 Terdapat nyeri tekan
 TTV :
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
TD : 120/70 mmHg

2 DO : - Iritasi ginjal - Eliminasi urine


 Retensi urine
 Terdapat darah di
dalam air kemih

3 DO : - Kehilangan - Kekurangan
 Pasien tampak lemah volume cairan aktif volume cairan
 Pasien tampak terlihat
pucat
 Suhu : 36,70C

4 DO : - Perubahan status - Cemas


 Nafsu makan kesehatan
menurun
 Klien tampak cemas
- Agen nyeri - Gangguan pola
5 DO : tidur
 Pasien tampak terlihat
pucat
 Wajah pasien tampak
menahan nyeri
- Tak bisa - Ketidakseimbangan
6 DO : mengabsorpsi nutrisi kurang dari
 Nafsu makan makanan karena kebutuhan tubuh
menurun factor biologi
 Penderita mengalami
mual dan muntah

PRIORITAS MASALAH

15
1. Nyeri akut b/d Agen cidera biologi (batu ginjal)
2. Eliminasi urine b/d iritasi ginjal
3. kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif
4. ketidakseimbangan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak bisa
mengabsorpsi makanan karena faktor biologi
5. gangguan pola tidur b/d agen nyeri
6. cemas b/d status kesehatan

INTERVENSI

NO TUJUAN NOC INTERVENSI NIC RASIONAL

1. Setelah dilakukan (1400) Manejemen


tindakan keperawatan Nyeri
selama X24 jam - -
diharapkan skala nyeri konprehensif tentang terjadinya komplikasi
(0) dan dapat dikontrol nyeri meliputi : lebih lanjud.
dengan kriteria hasil : lokasi,karateristik,dan
Control nyeri onset durasi,frekuensi,
-(160501) mengenal kualitas, intensi
Faktor penyebab nyeri /beratnya nyeri dan
-(160502) mengenali faktor-faktor
lamanya obat (onset) presipitasi.
Sakit - -
-(160509) mengenali sesuai anjuran menghilangkan dan
Gejala nyeri meningkatkan
-(160511) melaporkan penyembuhan
nyeri berkurang
- -
1. tidak tidur/istirahat yang kenyamanan.
menunjukan cukup.

16
tanda nyeri
2. jarang - -
menunjukkan pasien terhadap relaksasidan
nyeri menejemen nyeri meningkatkan
3. kadang – kadang koping pasien
menunjukkan - - Untuk mengetahui
nyeri tentang nyeri seperti tindakan yang akan
4. jarang – jarang penyebab berapa lam dilakukan
nyeri terjadi dan tindakan
5. secara konsisten pencegahan
dipertunjukkan

2. Setelah dilakukan Urinary Elimination:


tindakan keperawatan - Melakukan - Mengatur
selama ….X24 jam pengaturan pengeluaran
diharapkan tidak terjadi masukan cairan urin, sesuai dengan
eliminasi urine dengan masukan cairan
KH:
Pengeluaran urin dalam
rentang normal (1400-
-Monitor pengeluaran - untuk mengetahui
1500 ml), tidak urin
adanya perubahan
mengalami obstuktif.
warna
Urine Elimination:
urin, bau urin
-(050301) bau urin
-(050304) periksa -Gunakan catheterisasi
warna urin -untuk membantu

-(050305) periksa urin pengeluaran urin dan

daripartikel partikel penghematan energy

-(050308) pemasukan -Lakukan pencegahan

dan pengeluaran urin infeksi,perawatan -untuk mencegah


dengan seimbang catheterisasi terjadinya infeksi pada

17
1. Sangat kandung kemih
disepakati
2. Pada hakekatnya
disepakati
3. Sedang
disepakati
4. Sedikit
disepakati
5. Tidak
bersepakat

3. Setelah dilakukan Manajemen cairan :


tindakan keperawatan -Monitor status hidrasi -Indikator keadekuatan.
selama ...X24 jam, sirkulasi perifer dan
diharapkan kebutuhan hidrasi seluler
akan cairan dapat
terpenuhi dengan KH ; -Monitor TTV -Tanda yang membantu
Fluid balance (0601) mengidentifikasi
-(060101) TD dalam fluktuasi volume
rentang normal intravaskuler
-(060102) nadi dalam
rentang normal -Observasi kulit, -Hipovolemi,
-(060107) membran mukosa dan perpindahan cairan,
keseimbangan adanya edema kekurangan nutrisi
intake dan output memperburuk turgor
cairan dalam 24 jam kulit dan menambah
-(060109) berat badan edema jaringan.
stabil
-(060117) membran -Berikan terapi cairan -Untuk memenuhi
mukosa lembab IV kebutuhan cairan

18
-(060106) hipotensi intrasel
tidak muncul
1. Sangat
disepakati
2. Pada hakekatnya
disepakati
3. Sedang
disepakati
4. Sedikit
disepakati
5. Tidak
bersepakat

4. Setelah dilakukan Manajemen nutrisi


tindakan keperawatan -Kaji adanya alergi -Untuk menentukan
selama ...X24 jam, makanan klien rencana keperawatan
diharapkan kebutuhan selanjutnya
akan nutrisi dapat
terpenuhi dengan KH, : -Sediakan diet dengan -Untiuk mencegah
Nutritional status makanan tinggi serat konstipasi
Nutrition intake (1009)
-(100901) kalori intake -Sediakan pilihan -Menambah nafsu
-(100902) protein intake makanan yang disukai makan
-(10090) karbohidrat klien
intake
-(100905) vitamin -Sajikan makanan -Dengan memberikan
intake dalam keadaan hangat makanan selagi hangat
-(100906) mineral dan berikan sedikit dapat mencegah mual
intake demi sedikit muntah
-(100907) besi intake

19
1. Tidak cukup -Kolaborasi dengan -Antiemetik dapat
mengurangi mual dan
2. Sedikit cukup doter dalam pemberian
muntah
3. Sedang cukup antiemetik
4. Pada hakeketnya
cukup
5. Secara total
cukup

5. Setelah dilakukan Sleep enchacement :


tindakan -Monitor tidur pasien -Untuk mengetahui
keperawatan ....x24 jam dan lamanya tidur klien kualitas tidur pasien
pasien dapat tidur
dengan nyenyak dan -Dorong posisinyaman -Agar pasien nyaman
nyaman dengan KH: bantu dalam mengubah dalam tidurnya
Rest ( 0003) posisi klien
-(000301) jumlah dalam -Bersihkan tempat tidur -Meningkatkan
istirahat kenyamanan
-(000302) pola istirahat
-(000303) kualitas -Tingkatkan regimen -Meningkatkan efek
istirahat kenyamanan waktu relaksasi
-(000304) pemeriksaan tidur dengan pijatan
istirahat
-(000305) perasaan saat
istirahat
-(000306) perasaan
merasa segar setelah
istirahat
1. Sangat
disepakati
2. Pada hakekatnya

20
disepakati
3. Sedang
disepakati
4. Sedikit
disepakati
5. Tidak
bersepakat

6. Setelah dilakukan Cemas reduction :


tindakan keperawatan -Jelaskan semua -Mengurangi
selama ...X24 jam, prosedur perawatan kecemasan klien
diharapkan cemas klien
dapat berkurang dengan -Instruksikan pasien -Mengalihkan perhatian
KH : untuk penggunaan klien dan mengurangi
Anxiety control (1402) teknik relaksasi & ketegangan.
-(140201) monitor distraksi
intensitas cemas -Mengetahui apa yang
-(140203) kurangi -Sediakan informasi diharapkan dapat
lingkungan yang tentang menurunkan ansietas
menstimuli cemas
-(140204) cari
informasi u/
mengurangi cemas
-(140206) penggunaan
strategi koping efektif
-(140207) penggunaan
teknik relaksasi u/
mengurangi cemas
1. Tidak pernah
mempertunjukka

21
n
2. Jarang
dipertunjukkan
3. Kadang –
kadang
mempertunjukka
n
4. Sering
mempertunjukka
n
5. Secara konsisten
dipertunjukkan

BAB III

KESIMPULAN
Dari hasil makalah yang kami susun, dapat disimpulkan bahwa batu ginjal
adalah massa keras seperti batu yang berbentuk di sepanjang saluran kemih dan
bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.

22
Gambaran klinis yang ditemukan berupa kardiovaskuler, dermatologi, pulmoner,
gastrointestinal, neurologi, maskuloskeletal, dan ditemukan beberapa diagnosa :
 Nyeri akut b/d agen cidera biologi (batu ginjal)
 Eliminasi urine b/d iritasi ginjal
 Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif
 Ketidakseimbangan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak bisa
mengabsorpsi makanan karena faktor biologi
 Gangguan pola tidur b/d agen nyeri
 Cemas b/d status kesehatan

SARAN
Dari hasil landasan teori yang telah kami susun, biasanya batu ginjal
bergejala diantaranya pingang terasa nyeri dan pegal-pegal. Untuk menghindari
hal tersebut sebaiknyamenerapkan pola makan yang sehat dan seimbang.

DAFTAR PUSTAKA

 Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.


 Farid. 2008. Batu Ginjal. http//www.Majalah Pharmacia.co.id.
 Tim penyusun. 2005. Panduan Diagnosa Keperawatan Nanda 2005-2006.
Prima Medika.

23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN BATU GINJAL

24
Disusun oleh :
Nama : Linda Efy Susanti
NIM : 04.06.1427
Kelas : C/ KP/ IV

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL
YOGYAKARTA
2008
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah banyak
memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penulisan ASKEP ini dapat
terselesaikan.

25
Penulisan askep ini bertujuan untuk meningkatkan profesioalisme perawat
dalam bidang pembuatan Askep. Penyusun sangat menyadari bahwa apa yang
disajikan dalam makalah ini jauh dari unsur sempurna. Oleh karena itu tegur sapa
dan kritik yang konstruktif dari semua dan inovatif dari semua kalangan sangat
diharapkan.
Dalam penyusunan Askep ini, penyusun banyak sekali mendapat bimbingan
dan bantuan baik secara material serta mptivasi moral demi kelancaran penulisan
Askep ini, dengan segala kerendahan hati melalui media ini penyusun
menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat pembimbing NSP.
Semoga Bapak dan Ibu, dianugerahi pahala dan rejeki yang sesuai dengan
budi baik yang telah diberikan, serta semoga hasil penyusunan makalah ini akan
menjadi salah satu wahana peningkatan prestasi.

Yogyakarta, Maret 2008

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

26
Halaman Judul.............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I Landasan Teori
A. Gejala......................................................................................... 1
B. Penyebab.................................................................................... 2
C. Patofisiologi dan Pathway.......................................................... 3
D. Penatalaksanaan......................................................................... 4
E. Pengobatan................................................................................. 4
F. Tips Cegah Batu Ginjal.............................................................. 5
BAB II
Diagnosa keperawatan pada pasien batu ginjal................................ 6
BAB III
Kesimpulan dan saran................................................................................. 21
Daftar Pustaka

iii

27

Anda mungkin juga menyukai