Askep Batu Ginjal. Linda
Askep Batu Ginjal. Linda
LANDASAN TEORI
1
berfluktuasi dan rasa sakit yang luar biasa merupakan puncak dari kesakitan.
Apabila batu berada di pasu ginjal dan di calix, rasa sakit menetap dan kurang
intensitasnya.
Sakit pinggang terjadi bila batu yang mengadakan obstruksi berada di
dalam ginjal. Sedangkan, rasa sakit yang parah pada bagian perut terjadi bila
batu telah pindah ke bagian ureter. Mual dan muntah selalu mengikuti rasa
sakit yang berat. Penderita batu ginjal kadang-kadang juga mengalami panas,
kedinginan, adanya darah di dalam urin bila batu melukai ureter, distensi
perut, nanah dalam urine. Bagaimanakah diagnosisnya? Dokter akan
menanyakan gejala yang dialami, kemudian melakukan tes sebagai berikut:
1. Foto sinar X dari ginjal, ureter, dan kandung kemih untuk menunjukkan
adanya batu ginjal.
2. Ultrasound ginjal, merupakan tes noninvasif yang mempergunakan
gelombang frekuensi tinggi akan mendeteksi obstruksi dan perubahannya.
3. Pemberian intravena zat pewarna dan scan memberi konfirmasi diagnosis
dan menentukan ukuran dan lokasi batu ginjal. .
4. Analisis batu untuk mengetahui kandungan mineralnya.
5. Analisis kultur urine untuk menunjukkan jenis bakteri penyebab infeksi,
dan Iain-lain.
B. Penyebab
Terbentuknya batu bisa terjadi karena air kemih jenuh dengan garam-
garam yang dapat membentuk batu atau karena air kemih kekurangan
penghambat pembentukan batu yang normal. Sekitar 80% batu terdiri dari
kalsium. sisanya mengandung berbagai bahan, termasuk asam urat. sistin dan
mineral struvit.
Batu struvit (campuran dari magnesium, amonium dan fosfat) juga
disebut "batu infeksi" karena batu ini hanya terbentuk di dalam air kemih yang
terinfeksi.
Ukuran batu bervariasi, mulai dari yang tidak dapat dilihat dengan mata
telanjang sampai yang sebesar 2,5 sentimeter atau lebih. Batu yang besar
2
disebut "kalkulus staghorn". Batu ini bisa mengisi hampir keseluruhan pelvis
renalis dan kalises renalis.
C. Patofisiologi
1. Patofisiologi
Gagal ginjal kronis selalu berkaitan dengan penurunan progresif
GFR. Stadium gagal ginjal kronis didasarkan pada tingkat
GFR(Glomerular Filtration Rate) yang tersisa dan mencakup :
a. Penurunan cadangan ginjal;
Yang terjadi bila GFR turun 50% dari normal (penurunan fungsi
ginjal), tetapi tidak ada akumulasi sisa metabolic. Nefron yang sehat
mengkompensasi nefron yang sudah rusak, dan penurunan kemampuan
mengkonsentrasi urin, menyebabkan nocturia dan poliuri. Pemeriksaan
CCT 24 jam diperlukan untuk mendeteksi penurunan fungsi
b. Insufisiensi ginjal;
Terjadi apabila GFR turun menjadi 20 - 35% dari normal. Nefron-
nefron yang tersisa sangat rentan mengalami kerusakan sendiri karena
beratnya beban yang diterima. Mulai terjadi akumulai sisa metabolic
dalam darah karena nefron yang sehat tidak mampu lagi
mengkompensasi. Penurunan respon terhadap diuretic, menyebabkan
oliguri, edema. Derajat insufisiensi dibagi menjadi ringan, sedang dan
berat, tergantung dari GFR, sehingga perlu pengobatan medis
c. Gagal ginjal; yang terjadi apabila GFR kurang dari 20% normal.
d. Penyakit gagal ginjal stadium akhir;
Terjadi bila GFR menjadi kurang dari 5% dari normal. Hanya sedikit
nefron fungsional yang tersisa. Di seluruh ginjal ditemukan jaringan
parut dan atrofi tubuluS. Akumulasi sisa metabolic dalam jumlah
banyak seperti ureum dan kreatinin dalam darah. Ginjal sudah tidak
mampu mempertahankan homeostatis dan pengobatannya dengan
dialisa atau penggantian ginjal. (Corwin, 1994).
3
D. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan terhadap gagal ginjal meliputi :
1. Retriksi konsumsi cairan, protein, dan fosfat
2. obat-obatan : diuretik untuk meningkatkan urinasi, alumnium hidroksida
untuk terapi hiperfosfatemia; anti hipertensi untuk terapi hipertensi serta
diberi obat yang dapat menstimulasi produksi RBC seperti epoetin alfa
bila terjadi anemia.
3. Dialisis
4. transplantasi ginjal
E. Pengobatan
Batu kecil yang tidak menyebabkan gejala, penyumbatan atau infeksi,
biasanya tidak perlu diobati. Minum banyak cairan akan meningkatkan
pembentukan air kemih dan membantu membuang beberapa batu; jika batu
telah terbuang, maka tidak perlu lagi dilakukan pengobatan segera.
Kolik renalis bisa dikurangi dengan obat pereda nyeri golongan
narkotik.
Batu di dalam pelvis renalis atau bagian ureter paling atas yang
berukuran 1 sentimeter atau kurang seringkali bisa dipecahkan oleh
gelombang ultrasonik (extracorporeal shock wave lithotripsy, ESWL).
Pecahan batu selanjutnya akan dibuang dalam air kemih.
Kadang sebuah batu diangkat melalui suatu sayatan kecil di kulit
(percutaneous nephrolithotomy, nefrolitotomi perkutaneus), yang diikuti
dengan pengobatan ultrasonik. Batu kecil di dalam ureter bagian bawah bisa
diangkat dengan endoskopi yang dimasukkan melalui uretra dan masuk ke
dalam kandung kemih.
Batu asam urat kadang akan larut secara bertahap pada suasana air
kemih yang basa (misalnya dengan memberikan kalium sitrat), tetapi batu
lainnya tidak dapat diatasi dengan cara ini. Batu asam urat yang lebih besar,
yang menyebabkan penyumbatan, perlu diangkat melalui pembedahan.
4
F. Tips Cegah Batu Ginjal
Batu ginial. merupakan salah satu penyakit yang cukup banyak diderita.
Selama 20 tahun terakhir, penderita batu ginjal semakin meningkat. Bukan
saja terjadi di Amerika Serikat, demikian juga di Indonesia. Di Indonesia
sendiri, batu ginjal merupakan salah satu penyebab utama terjadinya Gagal
Ginjal Kronik (GGK).
Batu ginjal terutama dialami oleh mereka yang berusia antara 20 hingga
40 tahun. Walaupun lebih sering dialami oleh mereka yang berjenis kelamin
pria, tapi akhir-akhir ini kecenderungan juga meningkat diantara kaum wanita.
Saat satu atau dua batu terbentuk, maka akan mudah terbentuk batu lebih
banyak lagi.
Memang, penyakit-penyakit tertentu seperti infeksi saluran kemitu dan
juga kecenderungan dalam keluarga, mempermudah seseorang untuk
menderita batu ginjal. Tapi usaha pencegahan akan dapat menurunkan risiko
batu ginjal. Beberapa tips diberikan oleh the National Kidney Foundation
dalam mencegah dan mengatasi terjadinya batu ginjal:
Banyak minum, terutama air putih. Jangan hanya minum saat kita merasa
haus.Haus sebenarnya merupakan tanda bahwa tubuh kita sudah
mengalami kekurangan cairan (dehidrasi).
Bila ditemukan gejala-gejala seperti nyeri pada daerah pinggang, disertai
mual dan muntah, air seni terlihat kemerahan, lebih sering berkemih,
kadang dapat disertai dengan demam, ini dapat merupakan gejala dari
batu ginjal. Cepatlah periksa ke dokter.
Untuk mendiagnosanya, dokter biasanya melakukan pemeriksaan
tambahan seperti pemeriksaan laboratorium untuk darah dan air seni,
USG, atau ronsen khusus dengan IVP (Intra Venous Pielography) yang
dapat melihat keadaan batu di dalam ginjal.
Batu yang kecil dapat keluar dengan sendirinya. Pengobatan yang lebih
lanjut diperlukan jika batu tersebut berukuran besar, terjadi gangguan
dalam keluarnya air seni, infeksi, perdarahan terus menerus atau bahkan
kerusakan ginjal bila tidak segera diatasi.
5
BAB II
DIAGNOSA KEPERAWATAN
PADA PASIEN BATU GINJAL
Kasus :
Nyonya L menderita penyakit batu ginjal sejak 3 minggu yang lalu, nyeri di
pinggang kiri, nyeri terasa hebat yang paling timbul dan biasanya terasa nyeri
diantaranya tulang rusuk dan tulang pinggang yang menjalar ke perut daerah
kemaluan dan paha sebelah dalam. Terjadi retensi urine dan terdapat darah di
dalam air kemih.
Pengkajian :
1. Identitas Klien :
Nama :
Tempat & Tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
No. CM :
Pekerjaan :
Status :
Tgl. Masuk RS. :
Sumber informasi :
2. Identitas Penanggung Jawab.
Nama :
Tempat & Tanggal lahir :
Umur :
Jenis kelamin :
6
Alamat :
Agama :
Suku :
Pendidikan :
Hubungan denga pasien :
3. Status Kesehatan
Keluhan utama : nyeri pinggang kiri terasa hebat yang hilang
timbul
Lama keluhan : 3 minggu
Timbulnya keluhan : tidak menentu
Riwayat kesehatan sekarang :
Sejak 2 tahun yang lalu, klien mengeluh nyeri pinggang kiri hilang timbul,
nyeri muncul dari pinggang sebelah kiri dan menjalar ke depan sampai ke
penis. Penyebab nyeri tidak diketahui. Akibatnya pasien berobat ke
mantra, setelah di kasih obat (nama tidak tahu) keluhan berkurang tetapi
kadang muncul lagi. 1 tahun yang lalu, klien mengalami nyeri pinggang
yang hebat, akhirnya oleh keluarga di bawa ke RSU Karawang. Setelah
dilakukan pemeriksaan, klien dinyatakan menderita kencing batu. Setelah
pulang dari RSU Karawang, klien tidak control, tetapi berobat ke mantra
lagi. 2 bulan yang lalu, klien mengalami serangan nyeri hebat lagi dan di
bawa ke RSU Karawang.
Riwayat kesehatan yang lalu :
Klien mengatakan tidak mempunyai penyakit hipertensi, jantung tidak
diketahui, hepatitis tidak pernah, kencing batu (-).
Pasien belum pernah menderita penyakit yang sama sebelumnya, belum
pernah dioperasi, dan belum pernah menginap di Rumah Sakit.
4. Riwayat Keluarga :
Riwayat penyakit keturunan : keluarga mengatakan tidak ada anggota keluarga
yang mengalami sakit seperti pasien, TB, DM, Hipertensi.
7
Genogram :
Keterangan :
: Laki-laki
: Perempuan
: Satu rumah
: Pasien
8
c. Pola istirahat tidur : setelah sakit pasien mengeluh tidurnya terasa
terganggu, oleh penyakitnya. Penderita hanya tidur 5 jam per hari
(insomia). Sebelum sakit penderita tidur 7 jam perhari.
d. Pola Eliminasi :
BAB : frekuensi 1 hari warna : kuning, konsistens lunak, kesulian tidak
ada, frekuensi 4-6/ 24 jam
BAK : Volume tidak terindikasi warna kuning jernih 4-6/ 24 jam
e. Pola Nutrisi :
Penderita mengalami penurunan nafsu makan sehingga pemenuhan
nutrisi tidak mencukupi.
Anjuran diet sebelum dan sesudah sakit tidak ada.
f. Pola Perseptual :
Pasie dalam keadaan sadar dalam berbicara tidak mengalami gangguan
tetapi bicaranya agak lemah. Penderita tidak menggunakan alat Bantu
pendengaran tidak berkacamata/ tidak terdapat vertigo
g. Pola Persepsi Diri :
Penderita batu ginjal tidak mengalami gangguan harga diri, ideal diri,
identitas diri, gambaran diri, peran diri setelah menderita penyakit ini.
h. Pola Koping :
Penderita batu ginjal ini umumnya terlihat cemas karena menderita batu
ginjal
i. Pola Seksual dan Reproduksi :
Penderita baru selesai mengalami menstruasi.
j. Pola Peran Hubungan :
Penderita batu ginjal sangat memerlukan dukungan dari keluarga, orang
tua, sahabat-sahabatnya untuk mempercepat proses penyembuhan.
k. Pola Nilai Kepercayaan :
Penderita batu ginjal tidak bisa melakukan ibadah secara optimal.
6. Pemeriksaan Fisik :
a. Tanda-tanda vital :
9
Suhu : 36,70 C
Nadi : 80 x / menit
TD : 120/ 70 mmHg
Pernafasan : 20 x / menit
b. Keadaan umum :
Penderita batu ginjal tampak lemah dan terlihat menahan nyeri.
7. Pemeriksaan Head To Toe
a. Tanda-tanda vita :
Suhu : 36,70 C
Nadi : 80 x / menit
TD : 120/ 70 mmHg
Respirasi : 20 x / menit
b. Keadaan umum :
Keadaan umum pada penderita batu ginjal tampat lemah, dan terlihat
menahan nyeri pada abdomen.
c. Kulit, rambut, kuku :
Inspeksi
Warna kulit normal dan tidak terdapat lesi pada kulit, jumlah rambut
tipis, kulit kepala dan rambut kotor. Warna kuku putih kemerahan
dengan bentuk normal. Kuku tampak pendek dan bersih.
Palpasi
Suhu badan penderita normal, kelembapan kulit pasien lembab dengan
tekstur kulit halus, turgor lembab.
d. Kepala :
Inspeksi
Bentuk muka simetris, warna rambut hitam, kulit kepala dan rambut
bersih
Palpasi
10
Tidak ada luka pada kulit kepala dan tidak ada deformitas pada bentuk
kepala pasien.
e. Mata :
Inspeksi
Pandangan penderita normal, bola mata penderita berbentuk bulat,
tidak ada masa pada kelopak mata. Konjungtiva penderita normal,
sclera berwarna putih, kornea mata penderita jernih, iris berwarna
gelap, pulpil isokor, lensa mata jernih, visus penderita normal.
Palpasi
Tidak terdapat nyeri tekan di sekitar mata.
f. Telinga :
Inspeksi
Daun telinga simetris,liang telinga pasien bersih, membrane tympani
normal.
Palpasi
Tidak terdapat gangguan pendengaran.
g. Hidung :
Inspeksi
Hidung klien bersih, tidak ada ingus/ secret atau perdarahan maupun
penyumbatan
Palpasi
Spuntum dan sinus-sinus pasien normal.
h. Mulut :
Inspeksi
Tidak terdapat stomatitis pada bibir pasien, gigi pasien bersih, ovula,
faring, dan tonsil normal, gigi, gusi dan lidah tampah bersih, serta bibir
klien terlihat kering
Palpasi
Pipi, palatum dan dasar lidah pasien normal. Tidak terdapat lesi
ataupun kelainan.
i. Leher :
11
Inspeksi
Bentuk leher proporsional terhadap keseluruhan tubuh. Warna kulit
leher sama dengan warna kulit sekitarnya, tidak terdapat
pembengkakan pada leher, leher dapat bergerak dengan baik.
j. Dada :
Inspeksi
Bentuk dada klien normal, tidak terdapat retraksi dan warna kulit sama
sekitarnya
Palpasi
Tidak terdapat kelainan pada dada klien
k. Paru-paru :
Inspeksi : Tidak ada kelainan pada fungsi paru-paru pasien
Auskultasi : Frekuensi nafas normal dan suara nafas vesikuler
l. Jantung :
Auskutasi
Tidak terdapat perubahan irama jantung pada klien, frekuensi/ irama
jantung normal.
Palpasi
Frekuensi denyut jantung klien normal
m. Abdomen :
Inspeksi
Bentuk abdomen simetris, tidak terdapat luka post operasi, tidak luka
basah atau bernanah
Auskultasi
Peristaltic usus hiperaktif
Palpasi
Perut tegang, tedapat peningkatan bising usus
n. Ekstremitas :
Ekstrimitas atas dan bawah dapat berfungsi dengan baik
o. Alat kelamin :
12
Tidak terdapat kelainan pada fungsi dan bentuk alat kelamin pasien.
p. Musculoskeletal :
Otot
- Otot perut terlihat tegang
Tulang
- Tidak tedapat deformitas, lordosis, kifosis atau scolicosis.
Persendian
- Persendian pada ekstrimitas atas dan bawah dapat berfungsi
dengan normal
q. Neurology :
Nyeri : hilang timbul, nyeri muncul dari pinggang kiri menjalar ke depan
sampai kemaluan.
Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
Laboratorium darah :
BUN, kreatinin, elektrolit (Na, K, Ca, Phospat), Hematologi (Hb,
trombosit, Ht Leukosit), Protein, antibody, (kehilangan protein dan
immunoglobulin)
Pemeriksaan urin
Warna, PH, BJ, kekeruhan, volume, glukosa, protein, sedimen, SDM,
Keton, SDP, TKK/ CCT.
2. Pemeriksaan EKG
Untuk melihat adanya hipertropi vertical kiri, tanda perikarditis, aritmia,
dan gangguan elektrolit (hiperkalemi, hipokalsemia)
3. Pemeriksaan USG
Menilai besar dan bentuk ginjal, tebal korteks ginjal, kepadatan parenkim
ginjal, anatomi system pelviokalises, ureter proksimal, kandung kemih
serta prostate.
4. Pemeriksaan Radiologi
13
Renogram, Intravenous pyelography, retrograde pyelograpy, renal
aretriografi dan venografi, CT scan, MRI, renal biopsy, pemeriksaan
roentgen dada, pemeriksaan roentgen tulang, foto polos abdomen.
DATA FOKUS
DS :-
DO :
- pasien tampak lemah
- pasien menahan nyeri
- pasien tampak cemas
- TTV :
Suhu : 36,70 C
Nadi : 80 x/ menit
Respirasi : 20 x / menit
TD : 120/ 70 mmHg
- Nafsu makan menuru
- Terdapat nyeri tekan
- Pasien tampak gelisah
- Pasien terliahat pucat
- Retensi urine
- Nafsu makan menurun
- Teradapat darah di dalam air kemih
- Penderita mengalami mual dan muntah
ANALISA DATA
14
No SYMPTOM ETIOLOGI PROBLEM
1 Do : - Agen cedera - Nyeri akut
Wajah pasien pucat biologi (batu
dan menahan nyeri ginjal)
Terdapat nyeri tekan
TTV :
Suhu : 36,7 0C
Nadi : 80x/menit
Respirasi : 20x/menit
TD : 120/70 mmHg
3 DO : - Kehilangan - Kekurangan
Pasien tampak lemah volume cairan aktif volume cairan
Pasien tampak terlihat
pucat
Suhu : 36,70C
PRIORITAS MASALAH
15
1. Nyeri akut b/d Agen cidera biologi (batu ginjal)
2. Eliminasi urine b/d iritasi ginjal
3. kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif
4. ketidakseimbangan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak bisa
mengabsorpsi makanan karena faktor biologi
5. gangguan pola tidur b/d agen nyeri
6. cemas b/d status kesehatan
INTERVENSI
16
tanda nyeri
2. jarang - -
menunjukkan pasien terhadap relaksasidan
nyeri menejemen nyeri meningkatkan
3. kadang – kadang koping pasien
menunjukkan - - Untuk mengetahui
nyeri tentang nyeri seperti tindakan yang akan
4. jarang – jarang penyebab berapa lam dilakukan
nyeri terjadi dan tindakan
5. secara konsisten pencegahan
dipertunjukkan
17
1. Sangat kandung kemih
disepakati
2. Pada hakekatnya
disepakati
3. Sedang
disepakati
4. Sedikit
disepakati
5. Tidak
bersepakat
18
-(060106) hipotensi intrasel
tidak muncul
1. Sangat
disepakati
2. Pada hakekatnya
disepakati
3. Sedang
disepakati
4. Sedikit
disepakati
5. Tidak
bersepakat
19
1. Tidak cukup -Kolaborasi dengan -Antiemetik dapat
mengurangi mual dan
2. Sedikit cukup doter dalam pemberian
muntah
3. Sedang cukup antiemetik
4. Pada hakeketnya
cukup
5. Secara total
cukup
20
disepakati
3. Sedang
disepakati
4. Sedikit
disepakati
5. Tidak
bersepakat
21
n
2. Jarang
dipertunjukkan
3. Kadang –
kadang
mempertunjukka
n
4. Sering
mempertunjukka
n
5. Secara konsisten
dipertunjukkan
BAB III
KESIMPULAN
Dari hasil makalah yang kami susun, dapat disimpulkan bahwa batu ginjal
adalah massa keras seperti batu yang berbentuk di sepanjang saluran kemih dan
bisa menyebabkan nyeri, pendarahan, penyumbatan aliran kemih atau infeksi.
22
Gambaran klinis yang ditemukan berupa kardiovaskuler, dermatologi, pulmoner,
gastrointestinal, neurologi, maskuloskeletal, dan ditemukan beberapa diagnosa :
Nyeri akut b/d agen cidera biologi (batu ginjal)
Eliminasi urine b/d iritasi ginjal
Kekurangan volume cairan b/d kehilangan volume cairan aktif
Ketidakseimbangan nurisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d tidak bisa
mengabsorpsi makanan karena faktor biologi
Gangguan pola tidur b/d agen nyeri
Cemas b/d status kesehatan
SARAN
Dari hasil landasan teori yang telah kami susun, biasanya batu ginjal
bergejala diantaranya pingang terasa nyeri dan pegal-pegal. Untuk menghindari
hal tersebut sebaiknyamenerapkan pola makan yang sehat dan seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
23
ASUHAN KEPERAWATAN PADA
PASIEN BATU GINJAL
24
Disusun oleh :
Nama : Linda Efy Susanti
NIM : 04.06.1427
Kelas : C/ KP/ IV
Puja dan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah banyak
memberikan petunjuk dan pertolongan sehingga penulisan ASKEP ini dapat
terselesaikan.
25
Penulisan askep ini bertujuan untuk meningkatkan profesioalisme perawat
dalam bidang pembuatan Askep. Penyusun sangat menyadari bahwa apa yang
disajikan dalam makalah ini jauh dari unsur sempurna. Oleh karena itu tegur sapa
dan kritik yang konstruktif dari semua dan inovatif dari semua kalangan sangat
diharapkan.
Dalam penyusunan Askep ini, penyusun banyak sekali mendapat bimbingan
dan bantuan baik secara material serta mptivasi moral demi kelancaran penulisan
Askep ini, dengan segala kerendahan hati melalui media ini penyusun
menghaturkan terima kasih kepada yang terhormat pembimbing NSP.
Semoga Bapak dan Ibu, dianugerahi pahala dan rejeki yang sesuai dengan
budi baik yang telah diberikan, serta semoga hasil penyusunan makalah ini akan
menjadi salah satu wahana peningkatan prestasi.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
26
Halaman Judul.............................................................................................. i
Kata Pengantar............................................................................................. ii
Daftar Isi...................................................................................................... iii
BAB I Landasan Teori
A. Gejala......................................................................................... 1
B. Penyebab.................................................................................... 2
C. Patofisiologi dan Pathway.......................................................... 3
D. Penatalaksanaan......................................................................... 4
E. Pengobatan................................................................................. 4
F. Tips Cegah Batu Ginjal.............................................................. 5
BAB II
Diagnosa keperawatan pada pasien batu ginjal................................ 6
BAB III
Kesimpulan dan saran................................................................................. 21
Daftar Pustaka
iii
27