10
Besarnya usaha/kerja (W) dinyatakan:
W = P* V ....................... (2.2)
Apabila tekanan tidak konstan:
W = ∫ P. dV ....................... (2.3).
dengan batas integrasi dari V1 sampai V2.
Penjelas proses-proses thermodinamika (non-flow):
Ditijau proses pemanasan gas yang berada di dalam
bejana, dg. keadaan awal volume V1 dan tekanan P1.
Bejana ditutup dg. piston yang dapat bergerak tanpa
gesekan, shg. pemanasan berlangsung pada P tetap
sampai V2 (tekanan P2=P1). Selanjutnya gas ditekan
secara adiabatis sampai P3, kemudian didinginkan sampai
V4 pd. P tetap (P4 = P3). Proses penekanan selain
adiabatis juga dapat dilakukan secara isotermal (2-4) dan
akhirnya diekspansikan sampai ke keadaan semula.
Mekanisme prosesnya dalam P-V diagram:
1-2: Pemanasan dg. P tetap (isobaric)
P 4 3 2-3: Kompresi adiabatis (isentropic)
---.-------
3 3-4: Pendinginan dg. P tetap (isobaric)
4-1: Eksp. dg.V tetap (isochoric), V4= V1
___1 2
(Proses 2-4: kompresi isothermis, T= 0)
V
11
Q = W = nRT.ln(V4/V2) = nRT.ln(P2/P4)
Kompresi adiabatis, isentropic (2-3): Q=0;
W = U = nCVT
Suhu akhir dihitung berdasar hukum Poison:
PV = C, TP1- = C, TV-1 = C.
Kerja yang diperlukan: (kondisi awal P2dan T2)
1
nRT2 P4
-W {( ) 1}
1 P2
Q (+)
12
2.2.2. Flow Processes
Dalam penyusunan persamaan energi untuk proses alir
(flow processes) pd. kondisi steady state dijelaskan berikut.
Ditinjau suatu fluida gas pada keadaan awal dg. kondisi (1)
ditekan dengan menggunakan kompresor dan selanjutnya
didinginkan di dalam cooler dengan kondisi (2).
Q
(2)u2
Cooler
Kompresor
W
u = kecepatan
13
dengan: U = energi dakhil,
H = entalpi,
u = kecepatan linier,
Z = elevasi
g = gaya gravitasi, ft/det2
lbm ft
{untuk gc , ( )( 2 ) }
lbf det
Contoh 2.1.
Air pada kondisi cair jenuh dengan suhu 200oF dari tangki (I)
dialirkan dengan pompa ke dalam cooler untuk didinginkan,
dan selanjutnya ditampung dalam tangki (II) dg. elevasi 50 ft.
Diketahui Fv= 50 gal/menit, Q = - 40.000 Btu/menit, dan
W pompa 2 Hp. Perkirakan entalpi air keluar pendingin.
Penyelesaian:
g ( u ) 2
Berdasar persamaan: H g (Z ) 2 g Q W
C C
14
Nilai (∆u/2gc) = 0
∆H = Q – W – ∆Z(g/gc)
= -99,5 – (-0,21) – 0,06 = - 99,35 Btu/lbm.
∆H = H2 – H1 ----> H2 = ∆H + H1
= - 99,35 + 167,99 = 68,64 Btu/lbm
(entalpi keluar cooler, H2 = 68,64 Btu/lbm).
Contoh 2.2.
15
Penyelesaian:
discharge,
T=60oF P = 200 psig
suction, T=60,35oF
P = 20 psig
Z1 = Z2 --------> ∆Z = 0
Berdasar persamaan neraca energi:
g ( u ) 2
H ( Z ) Q W
gC 2gC
16
2.2 HUKUM TERMODINAMIKA II
17
P 1 Q1 Proses 1 – 2: Ekspansi secara isotermal
2 Proses 2 – 3: Ekspansi secara adiabatis
4 Proses 3 – 4: Kompresi secara isotermal
3 Proses 4 – 1: Kompresi secara adiabatis
3
Q2
V
Gambar 2.1: Diagram P-V
18
nR
WEks nCV (T2 T1 ) (T2 T1 )
1
c) Kompresi isotermal pada suhu T2 (proses 3 – 4)
Sistem melepaskan panas sebesar Q2 dan volume sistem
berkurang yang semula V3 menjadi V4, sedang tekanan
naik dari P3 ke P4, disini sistem melakukan kerja
sebesar W2.
V4 V4
nRT2
W2 PdV V 3 V dV
V3
19
Wnetto W1 WEks W2 WKom
Wnetto nRT1 ln(V2 / V1 ) nCV (T2 T1 ) nRT2 ln(V4 / V3 ) nCV (T1 T2 )
Wnetto Q1 Q2
V V V V
Jadi: {V } {V } {V } {V }
3 4 4 1
2 1 3 2
20
Wnetto Q1 Q2
termis
Q1 Q1
nRT1 ln(V2 / V1 ) nRT2 ln(V2 / V1 )
termis
nRT1 ln(V2 / V1 )
T1 T2
termis
T1
Skema mesin panas Carnot
Sistem yang digambarkan dalam bagan berbentuk
lingkaran; sistem menyerap panas sebesar Q1 dari sumber
panas dengan suhu T1 dan melepas panas sebesar Q2 pada
sumber dingin dengan suhu T2, serta melakukan kerja
luar (Wnetto).
Sumber panas (T1)
Q1 (masuk sistem)
T1> T2 Wnetto
Q2 (keluar sistem)
Sumber dingin (T2)
Diperoleh persamaan:
Q1 Q2 T1 T2
Q1 T1
Q2 T
1 1 2
Q1 T1
21
Q2 T Q2 Q
2 atau 1
Q1 T1 T2 T1
Panas yang diserap oleh sistem (Q1) bertanda positip (+) dan sebaliknya
panas yang dilepas sistem (Q2) bertanda negatip (–), berdasar uraian di
atas dapat diambil kesimpulan:
1) Untuk proses reversible, apabila suatu sistem mengambil panas sebesar
Q1 (positip) dari sumber panas pada suhu T1 dan melepas panas sebesar
Q2 (negatip) ke sumber dingin dengan suhu T2, maka perbandingan
panas (Q2 dan Q1) merupakan fungsi suhu (T2 dan T1).
2) Pada proses-proses perubahan terdapat besaran termodinamika yang
disebut entropi (S), yaitu suatu besaran yang menyatakan perbandingan
antara panas yang ditransfer (Q) dengan suhu absolut (T). Entropi
sebagai parameter dari sistem merupakan fungsi keadaan, nilai entropi
hanya tergantung keadaan awal dan akhir dari sistem.
3) Perubahaatn entropi (∆S) untuk proses -proses reversible:
dQ dQ
dS { }rev -------> ∆ S rev
T T
Untuk proses adiabatis reversible (Q = 0), maka tidak ada perubahan
entropi (∆S = 0) atau nilai entropi sistem tetap (S 2 = S1).
4) Perubahan entropi sistem selalu positip untuk proses-proses alami
(irreversible), sedang untuk proses reversible mempunyai nilai nol
dinyatakan dalam persamaan:
Q2 Q Q Q dQ dQ
1 1 2 0 ----> S 1 2 0
T2 T1 T1 T2 T1 T2
5) Apabila sejumlah panas (Q) dipindahkan dari sistem pada suhu awal
(T1) ke sekeliling pada suhu yang lebih rendah (T2), maka total
perubahan entropi merupakan jumlah perubahan entropi sekeliling
(∆Ssekeliling) dan dinyatakan perubahan entropi sistem (∆Ssistem).
∆ Stotal = ∆ S sistem + ∆ S sekeliling
22
dQsekeliling
∆ Stotal dQsistem
T1 T2
Perubahan entropi keseluruhan atau total dari suatu sistem dan sekitarnya
(∆Stotal) pada suatu proses tertentu akan sama dengan nol atau lebih besar
dari nol. Untuk sistem yang diisolasi, maka tidak ada hubungan energi
dengan sekeliling, sehingga entropi sekeliling konstan atau perubahan
entropi sekeliling (∆Ssekeliling) sama dengan nol.
Contoh 4.1
Sepuluh lbm air dipanaskan dengan menggunakan alat pemanas listrik dari 80oF
sampai 140oF, ingin ditentukan (a) perubahan entropi dari air dan b) perubahan
entropi keseluruhan.
Langkah penyelesaian:
Dianggap proses pemanasan berlangsung pada tekanan tetap dari T1 = 80oF = 540R
sampai dengan T2 = 140oF = 600R, massa air (m) sebesar 10 lbm, dan kapasitas
panas (C) air sebesar 1 Btu/lbm/R.
a) Perubahan entropi air (∆Sair), dalam hal ini air dipandang sebagai sistem.
b) Perubahan entropi keseluruhan (∆Stotal), di sini coil pemanas sebagai sekeliling.
Pemanasan dengan menggunakan coil pemanas, dianggap coil pemanas dialiri
arus listrik dan suhu coil dianggap tetap dan tidak ada panas yang hilang (Q = 0),
sehingga ∆Ssekeliling = 0.
Contoh 4.2
Sebuah bejana dilengkapi dengan piston yang dapat bergerak bebas tanpa gesekan,
di dalam bejana berisi air pada kondisi cair jenuh pada suhu 100oC. Apabila air dalam
bejana tersebut diekspansikan sampai menjadi uap jenuh (mengembang) dan
dianggap tidak ada panas yang hilang kesekeliling, tentukan kerja yang dihasilkan
per unit massa (kJ/kg) dan perubahan entropinya (kJ/kg/K).
Langkah Penyelesaian:
Pada sistem tertutup yang berlangsung secara adiabatis di dalam bejana tertutup di
sini terjadi proses perubahan dari air pada kondisi cair jenuh menjadi uap jenuh pada
suhu tetap (100oC) merupakan proses irreversibel. Selama proses tidak terjadi
gesekan, dan kerja yang dihasikan merupakan selisih dari internal energi (U) dari
keadaan akhir dikurangi keadaan awal.
Berdasar tabel uap (saturated steam), diperoleh nilai internal energi (U) dan nilai
kerja (W) dihitung berdasar Hukum Termodinamika Pertama yang dinyatakan dalam
persamaan:
∆U = Q – W
23
Untuk proses adiabatis (Q=0)
Pada tabel uap diperoleh entropi uap jenuh (Sg ) jauh lebih besar dari entropi cair
jenuh (Sf ), maka: ∆S = Sg – Sf
Contoh 4.3
Sebuah benda padat (baja) dengan massa 0,8 lbm mula-mula mempunyai suhu
1200oF di dinginkan secara mendadak (quenching) dengan cara dicelupkan ke dalam
air sebanyak 20 lbm dalam sebuah bejana dengan suhu air mula-mula 80oF. Apabila
dianggap kapasitas panas air dianggap tetap (Cair = 1 Btu/lbm/R), sedang kapasitas
panas baja (Cbaja = 0,125 Btu/lbm/R). Kehilangan panas ke bejana maupun ke
sekeliling diabaikan, tentukan suhu akhir di dalam bejana dan perubahan entopinya.
Langkah Penyelesaian:
Pada proses pendinginan baja dengan cara mencelupkannya di dalam air, dianggap
tidak ada kehilangan panas pada sistem tetutup tersebut, disini dianggap tidak ada
maupun kerja (W = 0), sehingga panas yang dilepas oleh baja sama dengan panas
yang diterima air. Suhu akhir ditentukan berdasar kondisi suhu baja sama
(setimbang) dengan suhu air di dalam bejana, berdasar neraca energi atau
dinyatakan dalam hukum termodinamika pertama sebagai berikut.
∆U = Q – W
Pada proses pendinginan tidak ada kerja yang diperlukan maupun dihasilkan (W = 0)
∆U = Q = mC(∆T)
∆Ubaja + ∆U air = 0
mbCb(T – Tb) + maCa(T – Ta) = 0
Berdasar persamaan tersebut dan data-data yang diketahui dimasukkan ke dalam
persamaan dapat ditentukan suhu akhir (T)
Perhitungan entropi sistem, ∆Stotal = ∆Sbaja + ∆Sair
Contoh 4.4
Air sebanyak 5 lbm pada suhu 850F dibekukan menjadi es dengan suhu 20oF
pada tekanan 14,7 psia (konstan). Diketahui kapasitas panas pada tekanan
tetap untuk air dan es masing-masing 1,03 Btu/lbm/R dan 0,52 Btu/lbm/R,
serta panas peleburan es sebesar 144 Btu/lbm. Tentukan perubahan entropi
dari sistem tersebut.
Langkah Penyelesaian:
24
Pada tekanan 14,7 psia air membeku pada suhu 32oF, perubahan entropi dari
air pada suhu T1 = 850F (545R) menjadi suhu T2 = 32oF (492R) , yaitu ∆S1
dihitung dengan persamaan:
∆ S1 mC ln(T2 )
T1
Proses pembekuan air pada tekanan 14,7 psia berlangsung pada suhu 32 oF
(492R), perubahan entropi dari air 492R menjadi es 492R pada tekanan tetap,
yaitu ∆S2 dihitung dengan persamaan:
∆S2 = – (Q pembekuan/T)
Perubahan entropi dari es pada suhu T2 = 492R menjadi es dengan suhu T3 =
480R, yaitu ∆S3 dapat dihitung dengan persamaan:
∆ S 3 mC ln( T3 )
T2
Jadi perubahan entropi sistem, ∆S total dapat dihitung:
∆Stotal = ∆S 1 + ∆S 2 + ∆S3
Dalam perhitungan entropi di sini terdapat tanda negatip karena panas keluar
dari sistem.
25