KEWAJIBAN LANCAR
Kewajiban lancar adalah utang yang diharapkan akan dibayar (1) dalam
jangka waktu satu tahun atau satu siklus operasi normal perusahaan (tergantung
mana yang lebih panjang), dan (2) dengan menggunakan aset lancar yang ada atau
hasil dari pembentukan kewajiban lancar yang lain. Kewajiban lancar meliputi
utang wesel, utang dagang, pendapatan diterima di muka, dan beban-beban yang
masih harus dibayar seperti utang gaji, utang pajak, dan utang bunga.
Perusahaan harus selalu memperhatikan besarnya kewajiban lancar dalam
hubungannya dengan jumlah aset lancar. Perusahaan yang memiliki kewajiban
lancar lebih besar dari aset lancar berada dalam kondisi yang mengkhawatirkan,
karena ada kemungkinan perusahaan dengan kondisi seperti itu tidak akan dapat
melunasi kewajiban yang segera harus dibayar. Oleh karena itu, manajemen,
kreditur, dan investor biasanya memberi perhatian khusus pada jumlah modal
kerja (aset lancar dikurangi kewajiban lancar), dan perbandingan antara aset
lancar dengar kewaiiban lancar yang disebut rasio lancar (current ratio).
Neraca Neraca
2. UTANG PAJAK
Menurut Al Haryono Jusup, sebagai konsumen kita sering dikenai pajak
atas barang/jasa yang kita beli, misalnya apabila kita menginap di hotel, atau
apabila kita membeli barang-barang tertentu, misalnya mobil. Pajak ini
dinamakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atau pajak penjualan. Tarif
pajak ditetapkan atas dasar persentase tertentu dari harga jual. Pihak penjual
memungut pajak tersebut dari pembeli pada saat penjualan terjadi, dan secara
periodik (biasanya secara bulanan) menyetorkannya ke Kas Negara. Dengan
demikian, pajak yang dipungut dari pembeli untuk disetorkan ke Kas Negara
ditinjau dari pihak penjual merupakan utang kepada negara yang disebut
Utang Pajak PPN. (Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 203:
2011)
3. PENDAPATAN DITERIMA DI MUKA
Menurut Al Haryono Jusup, perusahaan kadang-kadang menerima
pembayaran di muka atas barang atau jasa yang penyerahannya akan
dilakukan di waktu yang akan datang. Seperti perusahaan penerbangan
sering menjual tiket untuk penerbangan bulan berikutnya. Penerimaan kas
yang terjadi sebelum barang/jasa diserahkan kepada pembeli, harus
diberlakukan sebagai utang, karena penjual mempunyai kewajiban untuk
menyerahkan barang/jasa di waktu yang akan datang. Pencatatan atas
penerimaan pendapatan diterima di muka dan penyelesaiannya adalah
sebagai berikut :
1. Apabila perusahaan menerima pembayaran di muka dari pembeli,
maka akun Kas didebet dan akun utang yang disebut Pendapatan
Diterima Di Muka dikredit.
2. Apabila barang telah dikirimkan atau jasa telah diberikan, maka
akun Pendapatan Diterima Di Muka didebet, dan akun
Pendapatan didebet.
Sebagai contoh, misalkan pada tanggal 1 Desember 2012, CV
Serayu menerima pesanan 400 buah kursi kuliah dari PT Merbabu dengan
harga Rp 100.000 per buah. Pada tanggal tersebut PT Merbabu membayar
uang muka sebesar Rp 25.000.000, jurnal yang dibut CV Serayu untuk
mencatat penerimaan kas adalah :
2012 Kas Rp 25.000.000
Des 1
Pendapatan Diterima di Muka Rp 25.000.000
Dari contoh diatas, jelas bahwa suatu penerimaan kas di muka merupakan
kewajiban. Penerimaan ini baru akan menjadi pendapatan apabila barang/jasa
telah diserahkan kepada pemberi uang muka. Dengan demikian, saldo akun
Pendapatan Diterima di Muka mencerminkan kewajiban perusahaan untuk
menyerahkan barang/jasa di masa yang akan datang. (Al Haryono Jusup,
Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 204-206: 2011)
4. BAGIAN DARI UTANG JANGKA PANJANG YANG JATUH
TEMPO DALAM PERIODEBERJALAN/TAHUN DEPAN
Menurut Al Haryono Jusup, perusahaan kadang-kadang mempunyai
kewajiban jangka panjang yang sebagian diantaranya akan jatuh tempo
(harus dibayar) dalam waktu tidak lebih dari 1 tahun sejak tanggal neraca.
Sebagai contoh, misalkan PT Kerinci pada tanggal 1 Januari 2010
menerima pinjaman jangka panjang dari Bank Nusantara. Pada tanggal
tersebut ditandatangani sebuah promes bernilai nominal Rp 25.000.000
dengan jangka waktu 5 tahun. Dalam perjanjian ditetapkan bahwa promes
tersebut harus diangsur pada setiap tanggal 1 Januari (mulai 1 Januari
2011) sebesar Rp 5.000.000. Maka, untuk menyusun neraca PT Kerinci
pada tanggal 31 Desmber 2010 adalah 1/5 bagian dari utang wesel (Rp
5.000.000) harus dilaporkan sebagai kewajiban jangka pendek, sedangkan
sisanya (Rp 20.000.000) dilaporkan sebagai kewajiban jangka panjang.
(Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 206: 2011)
PT Jayawijaya
Neraca (Sebagian)
Kewajiban Lancar
Utang wesel................................................................. 362.000.000
Utang dagang.............................................................. 1.498.000.000
Utang gaji.................................................................... 733.000.000
Utang pajak................................................................. 356.000.000
Utang jangka panjang jatuh tempo
dalam 1 tahun.................................................. 78.000.000
Utang bunga lain......................................................... 190.000.000
Utang lain-lain............................................................ 65.000.000
PENGANGKATAN PEGAWAI
Pendaftaran calon pegawai, wawancara dan seleksi pendaftar serta
pengangkatan pegawai dilaksanakan oleh bagian personalia. Bagian ini
memegang peranan penting dalam pengawasan karyawan, terutama dalam
hal dokumentasi dan pemberian otorisasi. Apabila seorang karyawan
diangkat, bagian personalia akn mencatat berbagai informasi penting
mengenai karyawan tersebut, yang meliputi data diri, status, tingkat
gaji/upah, mutasi dan sebagainya.
Setiap perubahan atas informasi tersebut, harus selalu dicatat dan
mendapat persetujuan dari bagian personalia. Formulir persetujuan
pengangkatan pegawai dikirim ke bagian penggajian sebagai dasar untuk
memasukkan karyawan baru tersebut ke dalam daftar gaji. Pencantuman
nama karyawan baru dalam daftar gaji harus mendapat persetujuan dari
kepala bagian personalia. Hal ini penting untuk menghindari masuknya
nama pegawai fiktif ke dalam daftar gaji.
Bagian personalia juga bertanggungjawab untuk mengotorisasi
perubahan tingkat gaji dan upah dan memberhentikan pegawai. Pemberian
otoritas harus dilakukan secara tertulis, dan salah satu copy perubahan
status harus dikirim ke baian penggajian. (Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar
Akuntansi Jilid 2, 209-210:2011)
PEMBAYARAN GAJI
Pembayaran gaji biasanya dilakukan oleh kasir dibagian keuangan.
Pembayaran dengan menggunakan chek dilakukan dengan maksut untuk
mengurangi risiko kerugian akibat pencurian dan demi kepraktisan. Agar
tercipta pngendalian intern yang baik, chek gaji harus bernomor urut
tercetak, dan pemakaian setiap lembar chek harus dapat
dipertanggungjawabkan. Semua chek harus ditandatangani oleh kepala
bagian keuangan atau bendagara atau pejabat yang ditunjuk, dan
penyerahannya kepada pegawai yang berhak harus selalu di bawah
pengawasan bagian keuangan. Chek bisa dibayarkan oleh bagian keuangan
atau oleh juru bayar.
Apabila pembayaran dilakukan dengan uang maka diperlukan orang
kedua untuk menghitung uang yang dimasukkan ke dalam amplop gaji,
dan untuk mendapatkan tandatangan penerimaan dari pegawai yang telah
menerima amplop gajinya. (Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi
Jilid 2, 211:2011)
2. PERHITUNGAN GAJI KARYAWAN
Menurut Al Haryono Jusup, penghasilan kotor karyawan terdiri dari
tiga sumber, yaitu upah, gaji, dan bonus. Mengingat bahwa bonus dihitung
dengan dasar yang berbeda, maka bonus akan dibahas secara terpisah.
a. Gaji dan Upah
Menurut Al haryono Jusup, istilah “Gaji” sebesarnya meliputi
semua gaji dan upah yang dibayarkan perusahaan kepada para
karyawannya. Para manajer, pegawai administratif, dan pegawai
penjualan, biasanya mendapat gaji dari perusahaan yang jumlahnya
tetap.
Dalam istilah gaji, tidak termasuk uang jasa atau honorium yang
dibayarkan kepada pihak luar yang memberikan jasanya kepada
perusahaan. Sebagai contoh, uang honorium yang dibayarkan kepada
penasehat hukum atau akuntan publik oleh perusahaan tidak termasuk
dalam gaji pegawai, karena pihak luar bukanlah keryawan perusahaan.
(Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 208:2011)
Total upah seorang pegawai dihitung dengan mengkalikan tarif
upah per jam dengan jumlah jam kerja pegawai yang bersangkutan.
Selain upah yang dibaya untuk jam kerja biasa, pegawai mungkin masih
menerima upah lembur yang tarifnya biasanya lebih tinggi daripada
tariff biasa. Pegawai yang bekerja pada jam atau hari tertentu biasanya
juga menerima pembayaran dengan tariff istimewa, missal untuk keja
malam, kerja di hari libur atau pada malam minggu. Berikut adalah
contoh perhitungan upah kotor Budiman yang telah bekerja selama 44
jam dalam minggu ini :
JENIS J TARIF PENGHAS
PEMBAYARAN AM ILAN KOTOR
Biasa 4 Rp. Rp.
Lembur 0 10.000,00 400.000,00
TOTAL UPAH 4 Rp. Rp.
12.000,00 48.000,00
Rp.
448.000,00
Gaji pegawai pada umumnya didasarkan pada tarif per bulan atau
per tahun. Tarif tersebut digunakan dalam perhitungan gaji pegawai
sesuai dengan periode pembayaran gaji pada perusahaan yang
bersangkutan. (Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2,
212:2011)
b. Bonus
Menurut Al Haryono Jusup, Perusahaan kadang-kadang memiliki
perjanjian pemberian bonus dnegan karyawannya mereka yang
mendapat bonus umumnya adalah personil-personil kunci dalam
perusahaan. Perjanjian bonus bisa didasarkan pada bermacam-macam
faktor, misalnya kelebihan penjualan di atas jumlah tertentu, atau
jumlah laba bersih. Sebagai contoh : misal PT. Lawu memberi bonus
kepada karyawannya sebesar 10% dari penjualan. Seandainya penjualan
pada suatu tahun berjumlah Rp. 200.000.000,00, maka bonus yang
dibayarkan kepada karyawan berjumlah Rp. 20.000.000,00 ((10% X
Rp. 200.000.000,00). Jurnal untuk mencatat bonus adalah sebagai
berikut :
Beban bonus Rp.
Utang bonus 20.000.000,00 Rp.
20.000.000,00
Apabila bonus dibaya, maka akun utang bonus didebet dan kas dikredit
Utang bonus Rp.
Kas 20.000,000,00 Rp.
20.000.000,00
Potongan Wajib
Potongan wajib adalah potongan yang harus dilakukan oleh
perusahaan atas penghasilan kotor para karyawannya yang ditetapkan
berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah. Contoh potongan
wajib adalah pajak penghasilan karyawan dan iuran asuransi tenaga kerja.
Pengurangan-pengurangan iini tidak menjadi beban perusahaan, karena
perusahaan hanya berkewajiban memotong dari penghasilan karyawan dan
kemudian menyetorkannya ke Kas Negara atau kepada pihak yang
berwenang. (Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 213:2011)
a. Pajak Penghasilan Karayawan (PPh)
Berdasarkan undang-undang No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan (UU. PPh 1984), perusahaan wajib melakukan pemotongan
pajak atas penghasilan para karyawan yang memenuhi ketentuan
sebagaimana diatur dalam undnag-undang tersebut. Pajak penghasilan
bagi karyawan yang bekerja pada suatu perusahaan menurut UU PPh
1984 tergolong dalam pajak penghasilan pasal 21. Pajak penghasilan
(PPh) pasal 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa
gaji, upah, honorarium, tunjangan dan pembayarn lain dengan nama
apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan atau sebagai imbalan
atas jasa. Wajib pajak PPh pasal 21 wajib pajak dalam negeri yang
meliputi :
Pegawai, karyawan atau karyawati tetap.
Pegawai, karyawan atau karyawati lepas.
Penerima honorarium.
Penerima upah, baik upah harian, upah borongan, maupun upah
satuan.
Obyek PPH pasal 21 adalah penghasilan. Adapun penghasilan
yang dikenakan pemotongan PPh pasal 21 adalah :
Penghasilan rutin bulanan, baik berupa penghasilan pokok
maupun tunjangan-tunjangan rutin bulanan
Penghasilan tidak rutin bulanan dan yang biasanya diberikan
sekali saja atau sekali dalam setahun
Upah harian, mingguan, upah satuan dan upah borongan
Upah pension, uang tebusan pension, uang tabungan hari tua
(THT), uang tunggu, uang pesangon, dan pembayarn lain sejenis
Honorarium, komisi atau pembayaran lain sebagai imbalan atas
jasa yang dilakukan di Indonesia.
Tarif pajak penghasilan diatur dalam pasal 17 UU. PPh 1984, yang
telah berkali-kali diubah, terakhir pada tahun 2008, sebagai berikut :
Penghasilan kena pajak Tarif
Sampai dengan Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta pajak
rupiah 5%
Potongan Sukarela
Menurut Al Haryono Jusup, penghasilan kotor karyawan bisa
dipotong untuk tujuan-tujuan tertentu atas permintaan atau persetujuan
karyawan. Potongan ini bisa dilakukan secara kelompok atau perorangan.
Sebagai contoh : potongan secara kelompok dilakukan untuk iuran
koperasi karyawan atau iuran Kopri (khusus pegawai negeri). Potongan
perorangan hanya dilakukan atas penghasilan karyawan tertentu, misalnya
potongan gaji untuk angsuran pinjaman karyawan kepada perusahaa.
(Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 218:2011)
3. PENCATATAN PENGGAJIAN
Menurut Al Haryono Jusup, berdasarkan daftar gaji yang telah
disusun oleh bagian penggajian, bagian akuntansi akan mencatat beban
gaji dan upah untuk bulan Januari dengan jurnal sebagai berikut :
Pengkreditan pada akun Utang P.Ph Karyawan, Utang Astek, dan Utang
Koperasi Karyawan, menunjukkan jumlah yang harus dibayar perusahaan ke
Kas Negara (untuk pajak penghasilan karyawan), ke PerumAstelk (untuk
bagian dari tabungan hari tua yang menjadi beban karyawan), dan ke
Koperasi Karyawan Perusahaan ( untuk iuran koperasi). Pengkreditan pada
akun Piutang Karyawan berarti karyawan mengangsur kewajibannya
(utangnya) kepada perusahaan, sedangkan pengkreditan pada akun Utang
Haji dan Upah menunjukkan jumlah penghasilan bersih karyawan yang harus
dibayar perusahaan. Pendebetan atas akun Beban Gaji Kantor dan Beban
Upah adalah sebesar penghasilan kotor karyawan yaitu beban gaji dan upah
yang ditanggung perusahaan. (Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi
Jilid 2, 221: 2011)
PEMBAYARAN KEPADA KARYAWAN
Menurut Al Haryono Jusup, seperti telah disinggung di atas,
pembayaran gaji kepada karyawan bias dilakukan dengan menggunakan
check atau bisa juga dengan uang. Apabila gaji dibayar dengan
menggunakan check, maka perusahaan menyiapkan check untuk setiap
karyawan, sebesar jumlah pendapatan bersih masing-masing karyawan
seperti tercantum dalam daftar gaji. Check yang dilampiri dengan
keterangan perhitungan gaji atau upah untuk setiap karyawan, diserahkan
kepada masing-masing karyawan oleh kasir atau juru bayar. Nomor-nomor
check dituliskan pada kolom terakhir dalam daftar gaji. Jurnal untuk
mencatat pembayaran gaji adalah sebagai berikut :
J
an 31 Utang Gaji & Upah Rp.
Kas 4.326.964,00 Rp.
4.326.964,00
(Untuk mencatat
pembayaran gaji dan upah
bulan Januari 2012)
Jika gaji dibayar dengan uang tunai, maka perusahaan hanya menarik satu
lembar check sebesar jumlah seluruh penghasilan bersih karyawan, dan
selanjutnya diuangkan oleh kasir perusahaan ke bank. Selanjutnya kasir
memasukkan uang ke dalam masing-masing amplop gaji untuk dibagikan
(dibayarkan) kepada karyawan yang bersangkutan. (Al Haryono Jusup,
Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 222: 2011)
Jumlah iuran Astek bulan Januari yang menjadi beban perusahaan … Rp.
223.776,00
Jurnal untuk mencatat beban iuran Astek yang menjadi beban
perusahaan adalah sebagai berikut :
2
012 Beban Gaji & Upah Rp.
J Utang Astek & 223.776,00 Rp.
an 31 Perusahaan 223.776,00
Dalam hal ini digunakan akun Utang Astek yang terpisah dengan utang
Astek yang berasal dari potongan gaji dan upah karyawan agar
perhitungannya mudah diperiksa. Utang ini dilaporkan dalam neraca sebagai
utang lancer, karena harus dibayar perusahaan dalam waktu kurang dari satu
tahun. Beban gaji & upah dilaporkan dalam laporan laba-rugi sebagai beban
operasi. (Al Haryono Jusup, Dasar-Dasar Akuntansi Jilid 2, 222-224: 2011)
Catatan:
Biaya Jabatan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara penghasilan yang dapat dikurangkan dari penghasilan
setiap orang yang bekerja sebagai pegawai tetap tanpa memandang
mempunyai jabatan ataupun tidak.
Contoh di atas berlaku apabila pegawai yang bersangkutan sudah
memiliki NPWP. Dalam hal pegawai yang bersangkutan belum
memiliki NPWP, maka jumlah PPh Pasal 21 yang harus dipotong
pada bulan Juli adalah sebesar: 120% x Rp28.452,00=Rp
34.140,00
(http://www.pajak.go.id/content/article/cara-penghitungan-
pph-pasal-21-terbaru
DAFTAR PUSTAKA