Anda di halaman 1dari 4

TANAMAN ECENG GONDOK MENJADI BAHAN BAKAR

ALTERNATIF

KENDARAAN BERMOTOR

SIDOARJO (suarakawan.com) - Berawal dari rasa keprihatinan dengan rencana kenaikan BBM
(bensin) yang akan datang, Bambang Permadi warga Desa Sumo Kali Kecamatan Candi Kabupaten
Sidoarjo, menemukan suatu terobosan baru sebagai pengganti bensin,kamis(16/5) temuan baru yang
dibuat sebagai pengganti bensin itu, terbuat dari bahan tanaman air, atau tanaman encenggondok.
Bahkan Tanaman yang selama ini sering dikeluhkan oleh masyarakat karena bentuknya yang kotor
dan sering diklaim oleh warga sebagai sampah.

Namun Encenggondok dijadikan sesuatu hal yang bermanfaat buat semua orang. Berbekal dari
ketelitian serta kepintaranya, bambang yang juga seorang mekanik kemdaraan ini, berhasil
menemukan suatu gas bakar yang fungsinya sama seperti bensin. “Awalnya saya berfikir bagaimana
caranya bisa memfungsikan tanaman encenggondok di sungai yang sering dikeluhkan oleh warga
tersebut, bisa menjadi sesuatu yang berguna,” kata Bambang.

Dengan cara mencoba coba terus, dengan dibantu ke empat temanya, akhirnya Bambang bisa
menemukan Bioetanol dari bahan sampah encenggondok dengan cara difermentasikan terlebih
dahulu.

“Pertama tanaman encenggondok dijemur sampai kering, kemudian dicampur dengan ragi tape serta
dicampur roti bekas yang sudah berjamur, semua bahan tersebut diaduk-aduk rata kemudian
dimasak, setelah mendidih uapnya disuling hingga menghasilkan suatu cairan, nah cairan tersebut
bisa digunakan sebagai pengganti bensin,” ujar Bambang.

Selain itu, perbandingan jarak tempuh bila digunakan didalam tangki kendaraan antara bensin
dengan bahan buatnya ini, jarak tempuhnya hampir sama yaitu satu liter Biotanol dengan jarak
tempuh 50 kilo meter.

“Kalau perbandingan jarak tempuhnya hampir sama mas, bahkan mungkin lebih irit karena
bioetanol ini semakin pemanasan pembuatan semakin tinggi, penyulingan yang dihasilkan juga
bagus dan hasil bioetanolnya yang dihasilkan lebih jernih dan bagus serta tidak ada berpolusi alias
bersih lingkungan,” terangnya. (dik/aca)
ETANOL DARI KULIT JERUK SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

Oleh: Nur Imama Jurusan Pend. Kimia FMIPA Unesa

Ringkasan

Dalam kulit jeruk terdapat zat-zat pektin dan minyak atsiri yang mudah menguap. Selain itu, gas
yang terdapat dari kulit jeruk ini juga mudah terbakar. Dalam kondisi yang masih segar,
menyemprotkan minyak atsiri tersebut pada nyala api lilin. Ternyata yang terjadi adalah api
membesar dan menimbulkan percikan-percikan api kecil. Hal ini berarti bahwa minyak atsiri yang
terkandung dalam kulit jeruk ini berpotensi sebagai bahan bakar. Daya bakarnya cukup luar biasa,
tanpa tambahan zat lain ataupun proses lainnya. Gas ini telah menunjukkan bahwa minyak atsiri ini
sangat berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Dengan bantuan enzim pektinase
zat-zat didalam kulit jeruk dapat diubah menjadi etanol melalui proses fermentasi gula sehingga
dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif masa depan.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Saat ini, bisa dikatakan bahwa bumi mulai kekurangan bahan bakar minyak. Banyak terjadi krisis
bahan bakar bakar minyak terjadi dimana-mana, sehingga terjadi kelangkaan bahan bakar. Dengan
semakin menipsinya persediaan bahan bakar minyak mentah diseluruh dunia, otomatis memaksa
para ilmuan untuk segera mencari jalan keluar serta menuntut para pengguna bahar bakar untuk
selalu berhemat dalam menggunakan bahan bakar. Pemerintah dengan para ahli atau peneliti yang
dimiliknya pun selalu mencoba alternatif untuk menemukan sumber lain yang bisa dijadikan bahan
bakar.

Oleh sebab itu, alternatif seperti penggunaan minyak jelantah atau minyak jagung pun sudah mulai
diterapkan pada beberapa mesin kendaraan. Selain itu, beberapa produsen kendaraan di dunia pun
mulai mengeluarkan varian kendaraan mereka yang berbahan bakar dari energi listrik. Namun, tidak
hanya jagung saja yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif, kulit jeruk pun bisa
dijadikan sebagai bahan bakar alternatif. Baru-baru ini, seorang ilmuwan Inggris telah menemukan
cara revolusioner untuk mengubah kulit jeruk menjadi minyak, menggunakan microwave. Profesor
James Clark di University of York, AS, menemukan fakta bahwa microwave bertenaga tinggi bisa
memecah molekul dalam kulit buah. Cara ini dilakukan untuk melepaskan gas dari kulit jeruk, yang
dapat dikumpulkan dan disaring menjadi produk cair.

Gas-gas berharga inilah yang kemudian digunakan untuk menghasilkan produk minyak, plastik,
bahan kimia dan bahan bakar. Profesor Clark mengklaim metode microwave juga dapat digunakan
pada berbagai limbah tumbuhan untuk membuat bahan bakar atau produk lainnya. Mereka termasuk
jerami, kuit biji mete, kulit apel, kopi atau sekam padi. Melalui penemuan ini, kita bisa mendapatkan
dua keuntungan, yaitu adanya bahan bakar alternatif serta meminimalisir sampah kulit jeruk.

Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas dapatdiambil rumusan masalah sebagai berikut bagaimana pembuatan
bioetanol dari kulit jeruk

Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan artikel ini, yaitu untuk mengetahui manfaat jeruk sebagai bioetanol serta
pembuatan bioetanol.
Manfaat Penulisan

Manfaat dari penulisan artikel ini adalah dapat mengetahui pembuatan bioetanol dari kulit jeruk
sehingga dapat dijadikan sebagai bahan bakar alternatif masa depan.

GAGASAN

Kulit jeruk berpotensi sebagai bahan bakar alternatif

Kulit jeruk adalah bagian penting dari keseluruhan buah jeruk. Kulit jeruk melindungi bagian yang
ada di dalamnya untuk tetap mengalami proses biologi. Secara umum kulit jeruk terdiri atas bagian
luar dan bagian dalam. Kulit jeruk memiliki bintik yang cukup besar sehingga terlihat seperti pori-
pori.Namun pada dasarnya kulit jeruk itu terbentuk dari kantong-kantong kecil yang rapat. Kantong
inilah yang berisi cairan berupa minyak atsiri yang bila kulit jeruk dilipat, kantong-kantongnya
pecah dan minyak akan menguap menjadi gas.

Dalam kulit jeruk terdapat minyak atsiri yang mudah menguap. Selain itu, gas yang terdapat dari
kulit jeruk ini juga mudah terbakar. Dalam kondisi yang masih segar, menyemprotkan minyak atsiri
tersebut pada nyala api lilin. Ternyata yang terjadi adalah api membesar dan menimbulkan percikan-
percikan api kecil. Hal ini berarti bahwa minyak atsiri yang terkandung dalam kulit jeruk ini
berpotensi sebagai bahan bakar. Daya bakarnya cukup luar biasa, tanpa tambahan zat lain ataupun
proses lainnya. Gas ini telah menunjukkan bahwa minyak atsiri ini sangat berpotensi sebagai
alternatif pengganti bahan bakar fosil.

Sebelumnya telah ada pihak yang mencoba mengkaji tentang apa yang terkandung dalamkulit jeruk
ini ternyata pada kulit jeruk mengandung atsiri yang terdiri dari berbagai komponenseperti terpen,
sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol3..Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah sebagai
berikut: limonen (94%), mirsen(2%), llinalol (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal
(0,1%), neral (0,1%), geranial(0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan – sinensial (0,01%).

Atas kondisi minyak atsiri dapat menguap, penulis berpendapat bahwa minyak atsiri dari kulit jeruk
digolongkan lebih dekat sebagai gas.Dari fakta ini sangat memungkinkan minyak atsiri pada kulit
jeruk ini berpotensi besar sebagai pengganti bahan bakar fosil.

Kulit jeruk sebagai ethanol

Ethanol yang diciptakan dari produk limbah jeruk dan campuran tembakau ini lebih ramah
lingkungan dan murah dibanding ethanol lainnya yang pernah diproduksi untuk dijadikan bahan
bakar. Ethanol selama ini banyak dihasilkan dari tebu dan jerami serta fermentasi jagung. Tapi
menggunakan tebu dan jagung bisa mengurangi kebutuhan akan stok makanan dan membuat
harganya menjadi tinggi.
Bahan bakar ethanol dari kulit jeruk ini menjadi bahan bakar alternatif selain bensin. “Produk etanol
kali ini bisa jadi bahan bakar kendaraan yang dapat melindungi udara dan lingkungan untuk generasi
ke depannya,” kata Professor Henry Daniell dan rekannya dari University of Central Florida seperti
dilansir Sciencedaily, Senin 22 Februari 2010.

Percobaan yang didanai oleh Departemen Pertanian Amerika Serikat ini menggunakan enzim yang
berasal dari tanaman yang bisa menghancurkan kulit jeruk dan material lainnya menjadi bentuk
gula. Produk gula yang dihasilkan kemudian difermentasi dengan bantuan enzim parktinase dan
akhirnya jadilah ethanol.
Ethanol dari kulit jeruk dan tembakau ini punya kelebihan dibanding jagung. Ethanol yang
dihasilkan dari jagung menghasilkan emisi gas yang lebih besar daripada emisi bensin sehingga
kurang ramah lingkungan. Dengan menggunakan etanol berbahan dasar kulit jeruk, emisi gas pun
bisa dikurangi bahkan lebih rendah daripada bensin atau listrik. “Keberhasilan Prof Daniell dan
rekannya dalam menciptakan kombinasi enzim pemecah dinding sel tanaman menggunakan
transgenesis kloroplast adalah pencapaian yang luar biasa,” kata Mariam Sticklen dari Michigan
State University.

Anda mungkin juga menyukai