Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis energi merupakan kekurangan dalam persediaan sumber daya energi ke

ekonomi. Krisis inilah yang hampir menjadi masalah utama di Indonesia. Krisis

ini biasanya menunjuk kekurangan minyak bumi, listrik, atau sumber daya alam

lainnya.Akan tetapi,dengan adanya krisis tersebut mengakibatkan munculnya

inovasi dari berbagai kalangan untuk menemukan bahan bakar alternatif

lainnya.Seperti misalnya dalam bentuk padat, dan kebanyakan menjadi sumber

energi panas seperti batubara,minyak bumi, dan biobriket. Namun, kebutuhan

masyarakat akan bahan bakar tersebut terus meningkat sehingga terjadi

pengurasan SDA (sumber daya alam) yang tidak dapat terkontrol.Mengapa

demikian? Karena, sebenarnya masyarakat hanya mampu memanfaatkan bahan

bakar minyak. Masyarakat belum dapat memanfaatkan bahan bakar alternatif

seperti batu bara maupun biobriket secara optimal.Biobriket adalah suatu bahan

bakar padat yang dibentuk dari hasil pencampuran pengarangan limbah organik

dengan perekat dan zat zat lain sehingga mampu berguna dalam pembakaran.

Salah satu bahan yang dapat digunakan untuk biobriket adalah kulit kapuk.

Di Indonesia, termasuk Lampung banyak terdapat tempat produksi perlengkapan

rumah tangga dari kapuk.Namun,para petani kapuk belum menyadari bahwa

bukan hanya buah dari kapuk itu yang dapat dimanfaatkan melainkan juga dengan

buahnya.Untuk itu, penulis ingin membuat suatu bahan alternatif berbentuk benda

1
padat yang disebut dengan biobriket dari kulit kapuk agar lebih bermanfaat bagi

masyarakat.

1.2. Tujuan Penelitian

Dalam karya tulis ini penulis bertujuan :

1. Ingin mengetahui sejauh mana manfaat dari kulit kapuk

2. Ingin mengetahui kandungan di dalam kulit kapuk

3. Ingin mengetahui perbandingan kadar massa antara arang kulit kapuk dan

onggok yang baik untuk dijadikan biobriket.

1.3 Batasan Masalah

Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi :

1 Penilitian ini dilakukan di laboratorium sekolah

2 Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 agustus 2014 s.d 11 september 2014

3 Jenis kapuk yang digunakan adalah kapuk randu

4 Kapuk randu di wilayah Lampung Tengah.

1.4 Metode Penelitian

Metode yang digunakan penulis dalam karya tulis ini adalah :

1.Eksperimen adalah suatu penelitian yang di dalamnya ditemukan minimal satu

variabel yang dimanipulasi untuk mempelajari hubungan sebab-akibat. 

Solso, R. L MacLin, M. K, O. H. (2005). Cognitive Psychologi. New York. Pearson

2.Studi pustaka adalah segala usaha yang dilakukan oleh peneliti untuk

menghimpun informasi yang relevan dengan topik atau masalah yang akan atau

sedang diteliti. Informasi itu dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan

penelitian, karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,

2
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis baik

tercetak maupun elektronik lain.

Brotowidki,– Mika D. (1991). Metodologi Penelitian dan Penulisan Karangan

Ilmiah. Yogyakarta. Liberty

3
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1.Biobriket

Menurut  Erliza Hambali dalam bukunya yang berjudul “ Teknologi Bioenergi “

penerbit Agromedia (Hambali, 2007),  Briket adalah salah satu cara yang

digunakan untuk mengkonversi sumber energi biomassa ke bentuk biomassa lain

dengan cara dimampatkan sehingga bentuknya menjadi lebih teratur. Briket yang

terkenal adalah briket batubara namun tidak hanya batubara saja yang bisa di

bikin briket. Biomassa lain seperti sekam, arang sekam, serbuk gergaji, serbuk

kayu, dan limbah-limbah biomassa yang lainnya. Pembuatan briket tidak terlalu

sulit, alat yang digunakan juga tidak terlalu rumit. Di IPB terdapat banyak jenis-

jenis mesin pengempa briket mulai dari yang manual, semi mekanis, dan yang

memakai mesin.

2.2.Karakteristik pohon randu

Menurut tim laboratorium ilmu dan teknologi pakan fakultas peternakan IPB

dalam bukunya yang berjudul “Pengetahuan Bahan Makanan Ternak “ penerbit

CV Nutri Sejahtera. randu atau kapuk (Ceiba pentandra L.)  merupakan pohon

tropis yang banyak ditanam di Asia. Kapuk merupakan pohon yang

menggugurkan bunga dengan tinggi pohon 8-30 m dan dapat memiliki batang

pohon yang cukup besar hingga mencapai diameter 3 m. Pada batangnya terdapat

duri-duri tempel besar yang berbentuk kerucut. Daunnya bertangkai panjang dan

berbilang 5-9. Bunga terkumpul di ketiak daun yang sudah rontok (dekat ujung

ranting). Kelopak berbentuk lonceng, berlekuk pendek dengan tinggi 1-2 cm.

4
Daun mahkota bulat telur terbalik dan memanjang dengan panjang 2,5-4 cm.

Benang sari jumlahnya 5, bersatu menjadi bentuk tabung pendek, serta memiliki

kepala sari berbelok-belok. Bakal buah beruang 5 dengan bakal biji yang cukup

banyak. Pohon kapuk memiliki buah yang bentuknya memanjang dengan panjang

7,5-15 cm, menggantung, berkulit keras dan berwarna hijau jika masih muda serta

berwarna coklat jika telah tua. Dalam buahnya terdapat biji yang dikelilingi bulu-

bulu halus, serat kekuning-kuningan yang merupakan campuran dari lignin dan

sellulosa. Bentuk bijinya bulat, kecil-kecil, dan berwarna hitam.Daun randu

memiliki kandungan kimia berupa (Ceiba pentandra L.) terdiri dari polifenol,

saponin, damar yang pahit, hidrat arang, flavonoid dan minyak dalam bijinya.

Klasifikasi ilmiah tumbuhan randu (Ceiba pentandra L.) berdasarkan

taksonominya :

Kingdom         : Plantae

Divisi               : Magnoliophyta

Subdivisi         : Spermatophyta

Kelas               : Magnoliopsida

Ordo                : Malvales                   

Famili              : Malvaceae                            

Genus              : Ceiba            

Spesies            : Ceiba pentandra L.

5
Tumbuhan randu merupakan salah satu tanaman yang dimanfaatkan dibidang

pengobatan antara lain: minyak dari biji untuk obat kudis dan membantu

pertumbuhan rambut, sari daun yang masih muda dipergunakan untuk membantu

pertumbuhan rambut dengan cara digosokkan pada kulit kepala kemudian dipijit –

pijit. Infus daun digunakan untuk batuk, tradang selaput lendir pada hidung, duara

serak, usus dan uretritis. Daun muda diberikan untuk mengobati gonore. Kulit

dgunakan sebagai obat untuk mengatasi muntah,diuretik, dan demam.

2.3. Kulit Randu

Kulit buah digunakan sebagai pengganti bahan kertas untuk pembuatan kertas di

Jawa Timur. Bagian kulit ini kaya akan potassium dan abu sehingga dapat

digunakan sebagai pupuk, membuat bakingsoda dan sabun. Kulit kering

digunakan sebagai bahan bakar.

2.4. Onggok

Menurur Ir. M. Lies Suprapt dari buku penerbit “ Tepung Tapioka Pembuatan &

Pemanfaatannya” tahun 2005 penerbit Kanisius, Onggok adalah pakan sumber

energi yang berasal dari sisa pengolahaan singkong menjadi tepung tapioka.

Banyaknya onggok yang dihasilkan dari proses pembuatan tapioka berkisar 5-

10% dari bobot bahan bakunya dengan kadar air 20%. Limbah tersebut termasuk

limbah organik yang masih banyak mengandung karbohidrat, protein dan gula.

Selain itu juga masih banyak mengandung senyawa-senyawa gula seperti sukrosa,

glukosa, fruktosa, dekstran, galaktosa dan asam nitrat.

6
Parameter Persentase (%)

Karbohidrat 68,00

Protein 1,57

Lemak 0,26

Serat kasar 10,00

Kadar air 20,00

Onggok juga merupakan limbah padat agro industri pembuatan tepung tapioca

yang dapat dijadikan sebagai media fermentasi. Onggok dapat dijadikan sebagai

sumber karbon dalam suatu media karena masih banyak mengandung PATI(75 %)

yang tidak terekstrak, tetapi kandungan protein kasarnya rendah yaitu, 1.04 %

berdasarkan bahan kering. Media fermentasi dengan kandungan nutrient yang

seimbang diperlukakan untuk menunjang kapang lebih maksimal dalam

memproduksi β karoten sehingga dihasilkan suatu produk fermentasi yang kaya β

karoten. Penggunaan onggok untuk bahan baku penyusunan pakan ternak masih

sangat terbatas, terutama untuk hewan monogastrik. Hal ini disebabkan

kandungan proteinnya yang rendah disertai dengan kandungan serat kasarnya

yang tinggi (lebih dari 35%)

2.5. Arang kulit kapuk

Menurut Iskandar, H., Santoso, K.D dalam bukunya yang berjudul “ Cara

Pembuatan Arang” tahun 2005 penerbit PT.Inti Prima karya, Arang adalah sisa

abu-abu gelap yang terdiri dari karbon dan setiap sisa abu  yang diperoleh dengan

menghapus air dan konstituen yang mudah menguap lainnya

7
dari hewan dan vegetasi zat. Arang ini biasanya dihasilkan oleh lambat pirolisis ,

pemanasan kayu atau bahan bakar lainnya tanpa adanya oksigen.Biasanya bentuk

tidak murni dari karbon karena mengandung abu, namun arang adalah salah satu

bentuk paling murni dari karbon tersedia, terutama jika tidak dibuat dengan

pemanasan tetapi dengan reaksi dehidrasi dengan asam sulfat untuk

meminimalkan memperkenalkan kotoran baru, kotoran dapat dihilangkan

dari gula di muka. Lunak yang dihasilkan, rapuh, ringan, hitam, bahan berpori

menyerupai batu bara.Arang kulit kapuk adalah arang yang terbuat dengan bahan

dasar kulit kapuk. Kulit kapuk yang akan dijadikan arang harus dari kulit yang

kering dan tua, karena lebih padat dan kandungan airnya lebih sedikit

dibandingkan dari kulit kapuk yang masih muda. 

8
BAB III

PEMBAHASAN MASALAH

3.1.Prosedur Penelitian

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 11 agustus sampai 11 september 2014 pada

pukul 10.00 s/d 17.00 WIB di SMAN 1 Terbanggi Besar.

Alat dan Bahan

1. Timbangan 1 buah

2. Lesung penumbuk 1 buah

3. Cetakan Pipa 2 buah

4. Limbah Kulit Kapuk 500 gram

5. Tepung Onggok 100 gram

6. Singkong 1 kilogram

7. Air

Cara Kerja

Berikut adalah cara pembuatan tepung onggok :

1.Menyiapkan singkong yag akan dijadikan tepung onggok. Kemudian, kupas

singkong tersebut dan cuci hingga bersih.

2. Memarut singkong tersebut hingga menjadi halus.

3. Memeras singkong tersebut, hingga ampas dan airnya terpisah.

4. Menjemur ampas singkong tersebut selama kurang lebih 2 hari hingga benar-

benar kering.

9
5.Memblender ampas tersebut kurang lebih 5 menit hingga halus seperti tepung.

Berikut adalah cara pembuatan biobriket dari arang kulit kapuk (Ceiba petandra) :

1. Menyiapkan limbah kulit kapuk kering yang akan dibuat arang. Bakar kulit

kulit kapuk tersebut hingga menjadi arang. Arang  yang dihasilkan dari 500

gram limbah kulit kapuk adalah 130 gram.

2. Menyiapkan Arang yang telah kering kemudian ditumbuk dengan lesung.

Dalam proses penumbukan, arang jangan ditumbuk terlalu halus.

3. Menyiapkan air 2 gelas ( 600 ml), serta tepung onggok sebanyak 100 gram.

Kemudian masukkan air dan tepung onggok tersebut ke dalam wajan. Masak

tepung hingga mengental berbentuk seperti lem yang lengket.

4. Mendiamkan lem onggok sekitar 2 menit agar lem tidak terlalu panas.

Kemudian tuangkan lem onggok ke atas tepung arang, aduk hingga merata.

Potong pipa dengan diameter 4,5 cm dan tinggi 5 cm sebagai cetakan.

5. Menuangkan adukan tepung arang itu ke dalam cetakkan pipa. Kemudian

tekan dengan tangan hingga menjadi padat. Keluarkan padatan tepung arang

tersebut dari pipa secara perlahan-lahan. Rapikan sedikit. Maka, padatan

tepung arang tersebut telah menjadi briket basah.

6. Meletakkan briket basah di atas nampan berlapiskan koran. Kemudian,

letakkan nampan di tempat yang mendapatkan penyinaran yang cukup baik.

Apabila cuaca baik dan panas penjemuran cukup dilakukan selama 2 hari.

Setelah briket tersebut telah kering sempurna maka briket siap digunakan.

10
3.2.Hasil penelitian

Jumlah biobriket yang dapat dihasilkan dari 500 gram limbah kulit kapuk (Ceiba

petandra) adalah sebanyak 10 biobriket dengan diameter 4,5 cm dan tinggi 5 cm.

Setelah dilakukan uji nyala didapat tabel pengamatan sebagai berikut:

NO PERBANDINGA WAKTU WARNA

N NYALA API

ARANG KULIT KAPUK ONGGOK

1 10 gram 5 gram 45,38 menit orange

2 10 gram 10 gram 41,50 menit orange

3 10 gram 15 gram 38,25 menit orange

3.3.Pembahasan

Briket adalah suatu bahan bakar alternatif yang berbentuk padat dan diolah

dengan bahan-bahan yang sederhana serta mudah didapat dilingkungan sekitar.

Pembuatan briket sangat mudah karena, selain dapat diolah dengan bantuan mesin

briket juga dapat diolah dengan cara manual. Selain itu, biaya pembuatan briket

sangat terjangkau. Sehingga, semua kalangan dapat mengolah bahan bakar

alternatif ini.

Di indonesia saat ini banyak pengrajin kapuk yang hanya memanfaatkan buah dari

kapuk itu sendiri, tetapi tidak dengan kulitnya.Padahal dalam kulit kapuk

mengandung potassium dan abu yang dapat dijadikan biobriket.Oleh karena itu,

11
penulis membuat kulit kapuk ini agar bisa dimanfaatkan menjadi biobriket dengan

metode yang sangat sederhana.

Pada dasarnya pembuatan biobriket meliputi proses karbonisasi atau pengarangan.

Karbonisasi adalah proses mengubah bahan baku asal menjadi karbon berwarna

hitam melalui pembakaran dalam ruang tertutup dengan udara yang terbatas atau

seminimal mungkin.

Dari hasil penelitian diatas, didapat bahwa banyak sedikitnya jumlah onggok yang

digunakan dapat mempengaruhi nyala api. Arang kulit kapuk yang dicampurkan

dengan onggok dalam jumlah banyak akan menghasilkan nyala api yang relatif

lebih cepat. Hal itu disebabkan karena Menurut Ir. M. Lies Suprapt dari buku

penerbit “ Tepung Tapioka Pembuatan & Pemanfaatannya” tahun 2005 penerbit

Kanisius bahwa onggok mengandung 20% kadar air.

Sehingga briket yang dihasilkan akan mengandung banyak air dan menyebabkan

briket tersebut tidak tahan lama.

Sedangkan arang kulit kapuk yang dicampurkan dengan onggok dalam jumlah

sedikit akan menghasilkan nyala api yang lama karena arang kulit kapuk

dicampurkan dengan ongggok dalam jumlah yang sedikit. Sehingga kandungan

airnyapun sedikit. semakin sedikit onggok yang dicampurkan maka semakin lama

juga nyala apinya.

Dari Hasil penelitian untuk 500 gram limbah kulit kapuk (Ceiba petandra)

menghasilkan 10 buah biobriket. Hal itu disebabkan karena pembuatan biobriket

hanya menghasilkan 130 gram arang dan menggunakan paralon dengan diameter

4,5 cm dan tinggi 5 cm.

12
Dari hasil penelitian diatas, didapat juga 10 buah biobriket dengan massa onggok

yang berbeda-beda yaitu :

3 buah biobriket dengan ukuran massa arang sebesar 10 gram dan onggok sebesar

5 gram.

3 buah biobriket dengan ukuran massa arang sebesar 10 gram dan onggok sebesar

15 gram.

4 buah biobriket dengan ukuran massa arang sebesar 10 gram dan onggok sebesar

10 gram.

Dari uji nyala biobriket dengan perbandingan arang kapuk dan onggok sebesar

10 : 5 diperoleh hasil pengamatan waktu yaitu 45,38 menit dengan nyala api

berwarna orange. Hal ini disebabkan karena penulis menggunakan arang kulit

kapuk sebanyak 50 gram dan onggok sebanyak 5 gram.

Dari uji nyala biobriket dengan perbandingan arang kapuk dan onggok sebesar

10 : 10 diperoleh hasil pengamatan waktu yaitu 41,50 menit dengan nyala api

berwarna orange. Hal ini disebabkan karena penulis menggunakan arang kulit

kapuk sebanyak 50 gram dan onggok sebanyak 10 gram.

Dari uji nyala biobriket dengan perbandingan arang kapuk dan onggok sebesar

10 : 15 diperoleh hasil pengamatan waktu yaitu 38,25 menit dengan nyala api

berwarna orange. Hal ini disebabkan karena penulis menggunakan arang kulit

kapuk sebanyak 50 gram dan onggok sebanyak 15 gram.

Perekat adalah suatu zat atau bahan yang memiliki kemampuan untuk mengikat

dua benda melalui ikatan permukaan. Bahan perekat yang digunakan yaitu onggok

memiliki keuntungan dimana jumlah perekat yang dibutuhkan untuk jenis ini jauh

13
lebih sedikit dibandingkan dengan bahan perekat hidrokarbon. Namun

kelemahannya briket yang dihasilkan kurang tahan terhadap kelembaban. Hal ini

disebabkan karena onggok memiliki sifat dapat menyerap air dari udara.

Penggunaan bahan perekat dimaksudkan untuk menarik air dan membentuk

tekstur yang padat atau mengikat dua substrat yang akan direkatkan.

Pencetakan arang bertujuan untuk memperoleh bentuk yang seragam dan

memudahkan dalam pengemasan serta penggunaannya. Dengan kata lain,

pencetak briket akan memperbaiki penampilan dan mengangkat nilai jualnya.

Oleh karena itu bentuk ketahanan briket yang yang diinginkan tergantung dari alat

pencetak yang digunakan.Briket yang sudah dicetak mengandung kadar air yang

tinggi, oleh karena itu perlu dilakukan pengeringan. Pengeringan yang dilakukan

bertujuan untuk mengurangi kadar air.

14
BAB IV

PENUTUP

4.1.Kesimpulan

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa :

1. Manfaat dari limbah kapuk adalah sebagai alternatif pengganti bahan bakar

2. Kandungan kulit kapuk adalah memiliki potassium dan abu

3. Perbandingan kadar massa yang baik untuk dijadikan biobriket adalah 10:5.

Yaitu yang terdiri dari 10 gram arang kulit kapuk dan 5 gram onggok.

4.2. Saran

Masyarakat harus lebih banyak memanfaatkan bahan dengan sebaik baiknya

Masyarakat harus terus kembangkan inisiatif untuk menciptakan bahan bakar

lainnya

15
DAFTAR PUSTAKA

Hambali, E. (2007). Teknologi bioenergi. jakarta selatan: agromedia.

Kong, G. T. (2010). Peran biomassa bagi energi terbaharukan. jakarta: media

komputindo.

http://bptsitubondo.wordpress.com/2008/09/09/kapuk-randu-ceiba-pentandra-l/

http://id.wikipedia.org/wiki/Kapuk_randu

http://yefrichan.wordpress.com/2011/02/05/pengertian-biomassa/

http://kawidkapan.blogspot.com/2013/05/onggok-dari-limbah-menjadi-

peluang.html

Semiawan, P. D. Metode Penelitian Kualitatif. jakarta: Grasindo.

16
LAMPIRAN

Cara pembuatan onggok :

1.Siapkan singkong kemudian 2. Parut singkong hingga menjadi


Kupas singkong tersebut dan cuci halus
Hingga bersih

4.Jemur ampas singkong yang telah diperas 3. Saring singkong yang telah
tadi selama kurang lebih 2 hari diparut hingga terpisah antara
ampas dan airnya

5.blender ampas singkong yang telah kering 6. Tepung onggok siap


hingga menjadi tepung selama 5 menit digunakan

17
Cara pembuatan biobriket :

1.Siapkan kulit kapuk yang 2. Bakar arang kulit kapuk hingga


Akan dijadikan biobriket menjadi arang

4.campurkan antara tepung onggok 3. Siapkan tepung onggok yang


dan arang kulit kapuk tersebut telah dibuat dan masak dengan
menggunakan air

5.masukkan campuran tepung 6.keluarkan campuran arang dan


onggok dan arang kulit kapuk onggok dari cetakan
kedalam cetakan paralon

18
8.Biobriket siap digunakan 7.jemur biobriket selama 3 hari jika
cuaca baik dan panas

19

Anda mungkin juga menyukai