Anda di halaman 1dari 18

1.

ASPEK SOSIAL BUDAYA PADA SETIAP PERKAWINAN


Berdasarkan pada aspek sosial budaya pola penyesuaian perkawinan dilakukan
secara bertahap. 
     pada fase pertama adalah bulan madu pasangan masih menjalani hidup dengan
penuh kebahagian, dan hal itu karena didasari rasa cinta diawal perkawinan. 
 Pada fase pengenalan kenyataan, pasangan mengetahui karakteristik dan kebiasaan yang
sebenarnya dari pasangan. 
Pada fase kedua mulai terjadi krisis perkawinan terjadi proses penyesuaian akan
adanya perbedaan yang terjadi. Apabila sukses dalam menerima kenyataan maka akan
dilanjutkan dengan suksesnya fase menerima kenyataan. Apabila pasangan sukses
mengatasi problema keluarga dengan berapatasi dan membuat aturan dan kesepakatan
dalam rumah tangga maka fase kebahagiaan sejati akan diperolehnya.
Menurut aspek sosial budaya faktor pendukung keberhasilan penyesuaian
perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal saling memberi dan menerima cinta,
ekspresi afeksi, saling menghormati dan menghargai, saling terbuka antara suami istri. 
Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menjaga kualitas hubungan
antar pribadi dan pola-pola perilaku yang dimainkan oleh suami maupun istri, serta
kemampuan menghadapi dan menyikapi perbedaan yang muncul, sehingga kebahagiaan
dalam hidup berumah tangga akan tercapai.
Sedangkan menurut aspek sosial budaya faktor penghambat yang mempersulit
penyesuaian perkawinan mayoritas subjek terletak dalam hal baik suami maupun istri
tidak bisa menerima perubahan sifat dan kebiasaan di awal pernikahan, suami maupun
istri tidak berinisiatif menyelesaikan masalah, perbedaan budaya dan agama diantara
suami dan istri, suami maupun istri tidak tahu peran dan tugasnya dalam rumah tangga. 
Hal tersebut tercermin pada bagaimana pasangan suami istri menyikapi perubahan,
perbedaan, pola penyesuaian yang dimainkan dan munculnya hal-hal baru dalam
perkawinan, yang kesemuanya itu dirasa kurang membawa kebahagiaan hidup berumah
tangga, sehingga masing- masing pasangan gagal dalam menyesuaikan diri satu sama
lain.
2.Aspek sosial budaya pada setiap trisemester kehamilan 
Perawatan kehamilan merupakan salah satu factor yang amat perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga kesehatan janin dan menjaga pertumbuhan.Memahami perawatan
kehamilan adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan si ibu sendiri
.fakta berbagai kalangan masyarakat di Indonesia masih banyak ibu ibu yang
menganggap kehamilan sebagai hal yang biasa, hal alamiah dan kodrati.Mereka merasa
tidak perlu memerikasakan dirinya secara rutin ke bidan ataupun dokter.Masih
banyaknya ibu ibu yang kurang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan
menyebabkan tidak terdeteksinya factor factor resiko tinggi yang mungkin dialami oleh
mereka.
Resiko ini bari diketahui pada saat persalinan yang sering kali karena kasusnya
sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian.Hal ini kemungkinan
disebabkan  oleh rendahnya tingkat pendidikan dan kurangnya informasi.Selain dari
kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalhan
permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga oleh factor nikah diusia
muda yang masih banyak dijumpai didaerah pedesaan.Disamping itu dengan masih
adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya pada beberapa suku yang
menyebabkan istri mengalami kehamilan berturut turut dalam jangka waktu yang
relative pendek, menyebabkan ibu mengalami resiko tinggi fakta saat melahirkan.
            Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi.Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan 2 dan pantangan pantangan terhadap
beberapa makanan.Sementara kegiatan mereka sehari hari tidakk berkurang. Ditambah
lagi dengan pantangan pantangan terhadap beberapa makanan yang sebetulnya sangat
dibutuhkan oleh wanita hamil tentunya akan berdampak negative terhadap kesehatan ibu
dan janin.Tidak heraan kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi
terutama dipedessaan.Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya angka
anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya gizi yang dibutuhkan untuk
pembentukan darah.Beberapa kepercayaan yang ada misalnya di jawa tengah, ada
kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur karena akan mempersulit persalinan
dan pantang makan daging karena akan meyebabkan perdarahan yang banyak.Sementara
disalah satu daerah jawa barat ibu yang kehamilannya memasuki 8-9 bulan sengaja harus
mengurangi makanannya agar bayi yang dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan
.Dimasyarakat betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang dan
kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin.Contoh lain didaerah Subang
pantang makan dengan piring yang besarkarena khawatir bayinya akan besar sehingga
mempersulit persalinan.Dan memangselain ibunya kurang gizi berat badan bayi yang
dilahirkan juga rendah.Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan
si bayi.Selain itu larangan untuk memakan buah buahan seperti pisang, nanas, ketimun
dll bagi wanita hamil juga masih dianut oleh beberapa kalangan masyarakat terutama
masyarakat didaerah pedesaan.
            Didaerah pedesaan masih banyak ibu hamil yang mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan dirumah .Data survey kesehatan
Rumah Tangga tahun 1992 menunjukkan bahwa 65% persalinan ditolong oleh dukun
beranak.Bebrapa penelitian yang pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih
terdapat praktek praktek  persalinan oleh dukun yang membahayakan si ibu.Penelitian
iskandar dkk menunjukkan beberapa tindakan dan praktek  yang membawa resiko infeksi
seperto “ngolesi”(membasahi vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar
persalinan), “kodok” ( memasukkan tangan ke vagina dan uterus untuk mengeluarkan
placenta) atau “nyanda” ( setelah persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki
diluruskan kedepan selama bejam jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan
pembengkakan).
            Pemilihan dukun beranak sebagai pendorong persalinan pada dasarnya
disebabkan karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat , biaya murah,
mengerti dan dapat memabantu upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta
membawa ibu dan bayi sampai 40 hari.Disamping itu juga masih adanya keterbatasan
jangkauan pelayanan kesehatan yang ada.Walaupun sudah banyak dukun beranak yang
dilatih namun praktek praktek tradisional tertentu masih dilakukan.Interaksi antara
kondisi kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan
persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.Secara medis penyebab klasik kematian
ibu akibat melahirkan adalah perdarahan , infeksi, eksklamsia(keracunan kehamilan)
B.   Aspek Sosial Budaya Selama Persalinan Kala I, II, III, & IV
Perawatan kehamilan merupakan salah satu faktor yang amat perlu diperhatikan
untuk mencegah terjadinya komplikasi dan kematian ketika persalinan, disamping itu
juga untuk menjaga pertumbuhan dan kesehatan janin. Memahami perilaku perawatan
kehamilan (antenatal care) adalah penting untuk mengetahui dampak kesehatan bayi dan
si ibu sendiri.
Di Indonesia, masih banyak ibu-ibu yang menganggap kehamilan sebagai hal
yang biasa, alamiah dan kodrati. Mereka merasa tidak perlu memeriksakan dirinya secara
rutin ke bidan ataupun dokter. Masih banyaknya ibu-ibu yang kurang menyadari
pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdeteksinya faktor-faktor resiko
tinggi yang mungkin dialami oleh mereka. Resiko ini baru diketahui pada saat persalinan
yang sering kali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu
kematian.
Hal ini kemungkinan disebabkan oleh rendahnya tingkat pendidikan dan
kurangnya informasi. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan
kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan dipengaruhi juga
oleh faktor nikah pada usia muda yang masih banyak dijumpai di daerah pedesaan.
Disamping itu, dengan masih adanya preferensi terhadap jenis kelamin anak khususnya
pada beberapa suku, yang menyebabkan istri mengalami kehamilan yang berturut-turut
dalam jangka waktu yang relatif pendek, menyebabkan ibu mempunyai resiko tinggi pada
saat melahirkan.
Permasalahan lain yang cukup besar pengaruhnya pada kehamilan adalah masalah
gizi. Hal ini disebabkan karena adanya kepercayaan-kepercayaan dan pantangan-
pantangan terhadap beberapa makanan. Sementara, kegiatan mereka sehari-hari tidak
berkurang ditambah lagi dengan pantangan-pantangan terhadap beberapa makanan yang
sebenarnya sangat dibutuhkan oleh wanita hamil. Tentunya hal ini akan berdampak
negatif terhadap kesehatan ibu dan janin.
. Tidak heran kalau anemia dan kurang gizi pada wanita hamil cukup tinggi
terutama di daerah pedesaan. Dikatakan pula bahwa penyebab utama dari tingginya
angka anemia pada wanita hamil disebabkan karena kurangnya zat gizi yang dibutuhkan
untuk pembentukan darah.

Ada beberapa kepercayaan yang berhubungan dengan persalinan, antara lain:


1.      Di Jawa Tengah, ada kepercayaan bahwa ibu hamil pantang makan telur
karena akan mempersulit persalinan dan pantang makan daging karena akan
menyebabkan perdarahan yang banyak. Dampak dari hal ini yaitu ibu hamil
kekurangan gizi yang sangat penting.
2.      Sementara di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu yang kehamilannya
memasuki 8-9 bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang
dikandungnya kecil dan mudah dilahirkan. Faktanya pertumbuhan itu bersifat
irrevesible (tidak dapat kembali ke ukuran semula) jadi bila bayi sudah besar
tidak dapat mengecil kembali. Dampaknya jika mengurangi makanan saat
hamil ibu akan kekurangan gizi, dan dapat mengalami anemia.
3.      Di masyarakat Betawi berlaku pantangan makan ikan asin, ikan laut, udang
dan kepiting karena dapat menyebabkan ASI menjadi asin. Sebenarnya makan
makanan yang asin tidak akan menyebabkan ASI menjadi asin.
.      Contoh lain di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan
piring yang besar karena khawatir bayinya akan besar sehingga akan
mempersulit persalinan. jika makan dengan piring kecil maka makanannya
pun porsi kecil sehingga menyebabkan ibunya kurang gizi serta berat badan
bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya
tahan dan kesehatan si bayi.
5.      Keluarnya lendir semacam keputihan yang agak banyak menjelang
persalinan, akan membantu melicinkan saluran kelahiran hingga bayi lebih
mudah keluar. Keluarnya cairan keputihan pada usia hamil tua justru tak
normal, apalagi disertai gatal, bau, dan berwarna. Jika terjadi, segera
konsultasikan ke dokter. Ingat, bayi akan keluar lewat saluran lahir. Jika
vagina terinfeksi, bisa mengakibatkan radang selaput mata pada bayi. Harus
diketahui pula, yang membuat persalinan lancar bukan keputihan, melainkan
air ketuban. 4
6.      Minum minyak kelapa memudahkan persalinan. Minyak kelapa, memang
konotasinya membuat lancar dan licin. Namun dalam dunia kedokteran,
minyak tak ada gunanya sama sekali dalam melancarkan keluarnya sang janin.
Mungkin secara psikologis, ibu hamil meyakini, dengan minum dua sendok
minyak kelapa dapat memperlancar persalinannya.
7.      Minum madu dan telur dapat menambah tenaga untuk persalinan. Madu tidak
boleh sembarangan dikonsumsi ibu hamil. Jika BB-nya cukup, sebaiknya
jangan minum madu karena bisa mengakibatkan overweight. Bukankah madu
termasuk karbohidrat yang paling tinggi kalorinya. Jadi, madu boleh diminum
hanya jika BB-nya kurang. Begitu BB naik dari batas yang ditentukan,
sebaiknya segera dihentikan. Tetapi telur tidak masalah, karena mengandung
protein yang juga menambah kalori.
8.      Ada suatu kepercayaan yang mengatakan minum rendaman air rumput
Fatimah akan merangsang mulas. Rumput Fatimah bisa membuat mulas pada
ibu hamil karena menyebabkan kontraksi. Penggunaan rumput fatimah ini
sangat berbahaya karena dapat menyebabkan kematian pada ibu. Meminum
rumput fatimah akan membuat kontraksi menjadi abnormal.
9.      Makan daun kemangi membuat ari-ari lengket, hingga mempersulit
persalinan. Yang membuat lengket ari-ari bukan daun kemangi, melainkan ibu
yang pernah mengalami dua kali kuret atau punya banyak anak, misal empat
anak. Ari-ari lengket bisa berakibat fatal karena kandungan harus diangkat.
Ibu yang pernah mengalami kuret sebaiknya melakukan persalinan di RS
besar, sehingga bila terjadi sesuatu dapat segera ditangani.
Di daerah pedesaan, kebanyakan ibu hamil masih mempercayai dukun beranak
untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Beberapa penelitian yang
pernah dilakukan mengungkapkan bahwa masih terdapat praktek-praktek persalinan oleh
dukun yang dapat membahayakan si ibu. Penelitian Iskandar dkk (1996) menunjukkan
beberapa tindakan/praktek yang membawa resiko infeksi seperti "ngolesi" (membasahi
vagina dengan minyak kelapa untuk memperlancar persalinan), "kodok" (memasukkan
tangan ke dalam vagina dan uterus untuk rmengeluarkan placenta) atau "nyanda" (setelah
persalinan, ibu duduk dengan posisi bersandar dan kaki diluruskan ke depan selama
berjam-jam yang dapat menyebabkan perdarahan dan pembengkakan).
Pemilihan dukun beranak sebagai penolong persalinan pada dasarnya disebabkan
karena beberapa alasan antara lain dikenal secara dekat, biaya murah, mengerti dan dapat
membantu dalam upacara adat yang berkaitan dengan kelahiran anak serta merawat ibu
dan bayi sampai 40 hari. Disamping itu juga masih adanya keterbatasan jangkauan
pelayanan kesehatan yang ada. Walaupun sudah banyak dukun beranak yang dilatih,
namun praktek-praktek tradisional tertentu rmasih dilakukan. lnteraksi antara kondisi
kesehatan ibu hamil dengan kemampuan penolong persalinan sangat menentukan hasil
persalinan yaitu kematian atau bertahan hidup.
Secara medis penyebab klasik kematian ibu akibat melahirkan adalah perdarahan,
infeksi dan eklamsia (keracunan kehamilan). Kondisi-kondisi tersebut bila tidak ditangani
secara tepat dan profesional dapat berakibat fatal bagi ibu dalam proses persalinan.
Namun, kefatalan ini sering terjadi tidak hanya karena penanganan yang kurang baik
tepat tetapi juga karena ada faktor keterlambatan pengambilan keputusan dalam keluarga.
Terutama di daerah pedesaan, keputusan terhadap perawatan medis apa yang akan dipilih
harus dengan persetujuan kerabat yang lebih tua; atau keputusan berada di tangan suami
yang seringkali menjadi panik melihat keadaan krisis yang terjadi. Kepanikan dan
ketidaktahuan akan gejala-gejala tertentu saat persalinan dapat menghambat tindakan
yang seharusnya dilakukan dengan cepat.
Tidak jarang pula nasehat-nasehat yang diberikan oleh teman atau tetangga
mempengaruhi keputusan yang diambil. Keadaan ini seringkali pula diperberat oleh
faktor geografis, dimana jarak rumah si ibu dengan tempat pelayanan kesehatan cukup
jauh, tidak tersedianya transportasi, atau oleh faktor kendala ekonomi dimana ada
anggapan bahwa membawa si ibu ke rumah sakit akan memakan biaya yang mahal.
Selain dari faktor keterlambatan dalam pengambilan keputusan, faktor geografis dan
kendala ekonomi, keterlambatan mencari pertolongan disebabkan juga oleh adanya suatu
keyakinan dan sikap pasrah dari masyarakat bahwa segala sesuatu yang terjadi
merupakan takdir yang tak dapat dihindarkan.
Selain pada masa hamil, pantangan-pantangan atau anjuran masih diberlakukan
juga pada masa pasca persalinan. Pantangan ataupun anjuraan ini biasanya berkaitan
dengan proses pemulihan kondisi fisik misalnya, ada makanan tertentu yang sebaiknya
dikonsumsi untuk memperbanyak produksi ASI; ada pula makanan tertentu yang dilarang
karena dianggap dapat mempengaruhi kesehatan bayi. Secara tradisional, ada praktek-
praktek yang dilakukan oleh dukun beranak untuk mengembalikan kondisi fisik dan
kesehatan si ibu. Misalnya mengurut perut yang bertujuan untuk mengembalikan rahim
ke posisi semula,  memasukkan  ramuan-ramuan seperti daun-daunan kedalam vagina
dengan maksud untuk membersihkan darah dan cairan yang keluar karena proses
persalinan  atau memberi  jamu tertentu untuk memperkuat tubuh.
Selain itu, kelancaran persalinan juga sangat tergantung faktor mental dan fisik si
ibu, antara lain:
1.      Faktor fisik berkaitan dengan bentuk panggul yang normal dan seimbang
dengan besar bayi
2.      Faktor mental berhubungan dengan psikologis ibu, terutama kesiapannya
dalam melahirkan. Bila ia takut dan cemas, bisa saja persalinannya jadi tidak
lancar hingga harus dioperasi. Ibu dengan mental yang siap bisa mengurangi
rasa sakit yang terjadi selama persalinan.
3.      Faktor lain yang juga harus diperhatikan adalah riwayat kesehatan ibu, apakah
pernah menderita diabetes, hipertensi atau sakit lainnya, gizi ibu selama
hamil, apakah mencukupi atau tidak, dan lingkungan sekitar, apakah men-
support atau tidak karena ada kaitannya dengan emosi ibu. Ibu hamil tak boleh
cemas karena akan berpengaruh pada bayinya. Bahkan, berdasarkan
penelitian, ibu yang cemas saat hamil bisa melahirkan anak hiperaktif, sulit
konsentrasi dalam belajar, kemampuan komunikasi yang kurang, dan tak bisa
kerja sama.

4   ASPEK SOSIAL BUDAYA DALAM MASA NIFAS


Masa nifas adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya enam minggu.
Jadi arti keseluruhan dari aspek sosial budaya pada masa nifas adalah
suatu hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia untuk mencapai tujuan
bersama pada masa sesudah persalinan.
Macam-macam aspek sosial budaya pada masa nifas
1. Masa nifas dilarang makan telur, daging, udang, ikan laut dan lele, keong
,daun lembayung, buah pare, nenas, gula merah, dan makanan yang
berminyak.
Dampak positif: tidak ada
Dampak negative :merugikan karena masa nifas memerlukan makanan yang
bergizi seimbang agar ibu dan bayi sehat.
2. Setelah melahirkan atau setelah operasi hanya boleh makan tahu dan tempe
tanpa garam ,ngayep´dilarang banyak makan dan minum, makanan harus
disangan/dibakar.
Dampak positif:tida ada
dampak negative :merugikan karena makanan yang sehat akan mempercepat
penyembuhan luka.
3. masa nifas dilarang tidur siang.
Dampakpositif:tidakada
Dampak negative : karena masa nifas harus cukup istirahat, kurangi kerja berat.
Karena tenaga yang tersedia sangat bermanfaat untuk kesehatan ibu dan bayi‡
4. Masa nifas /saat menyusui setelah waktunya Maghrib harus puasa tidak
makan makanan yangpadat.
 Dampak positif : Hal ini
dibenarkan karena dalam faktanya masa nifas setelah maghrib dapat
menyebabkan badan masa nifas mengalami penimbunan lemak,disamping itu
organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
Dampak negative : ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI
menjadii berkuran
5. Masa nifas tidak boleh keluar rumah sebelum 40 hari. Dampak positif: tidak
ada
Dampak negative : Hal ini tidak perlu karena masa nifas dan bayi baru lahir
(pemberian imunisasi) harus periksa kesehatannya sekurang-kurangnya 2 kali
dalam bulan pertama yaitu umur0-7haridan8-30hari .
6. Ibu setelah melahirkan dan bayinya harus dipijat/ diurut, diberi pilis /
lerongan dan tapel.
Dampak positif : jika pijatannya benar maka peredaran darah ibu dan bayi
menjadii lancar
Dampak negative : pijatan yang salah sangat berbahaya karena dapat merusak
kandungan. Pilis dan tapel dapat merusak kulit bagi yang tidak kuat /
menyebabkan alergi.
7. Masa nifas harus minum abu dari dapur dicampur air, disaring, dicampur
garam dan asam diminumkan supaya ASI banyak.
Dampak positif : tidakada
Dampak negative : karena abu, garam dan asam tidak mengandung zat gizi
yang diperlukan oleh ibu menyusui untuk memperbanyak produksi ASI nya.
8. Masa nifas tidak diperbolehkan berhubungan intim
Dampak positif : dari sisi medis, sanggama
memang dilarang selama 40 hari pertama usai melahirkan. Alasannya,
aktivitas yang satu ini akan menghambat proses penyembuhan jalan lahir
maupun involusi rahim, yakni mengecilnya rahim kembali ke bentuk dan
ukuran semula. Contohnya infeksi atau malah perdarahan. Belum lagi libido
yang mungkin memang belum muncul ataupun pengaruh psikologis, semisal
kekhawatiran akan robeknya jahitan maupun ketakutan bakal hamil lagi
Dampak negative: tidakada.

2.Aspek social budaya pada masa nifas pada daerah yang lain :
1.Harus pakai sandal kemana pun iBu harus pergi, selama 40hari.
2.Harus memakai Stagen /udet/ centing. (positif)
3.Minum jamu, agar rahim cepat kembali seperti semula.
4.Pakai lulur param kocok keseluruh badan, biar capek pada badannya
cepat hilang.
5.Tidak boleh bicara dengan keras keras
6.tiap pagi harus mandi keramas, biar badannya cepat segar dan peredaran
darah lancar .
7.kalau tidur/ duduk kaki harus lurus. Tidak boleh ditekuk /posisi miring, hal
itu dapat mempengaruhi posisi tulang, cos tulang bufas seperti bayi baru
melahirkan/ mudah terkena Varises.
8. Harus banyak makanan yang bergizi atau yang mengandung sayur-sayuran.
9. Tidak usah memakai perhiasan, karena dapat mengganggu aktifitas Bayi.  

D.    Aspek Sosial Budaya dalam Masa Nifas


Masa nifas yaitu masa sesudah persalianan yang diperlukan untuk pulihnya kembali
alat kandungan yang lamanya 6 minggu (secara teori)
Jadi arti keseluruhan pada masa nifas adalah suatu hal yang berkaitan dengan budi
dan akal manusia untuk mencapai tujuan bersama pada masa sesudah persalinan.
1.      Macam-macam aspek budaya pada masa nifas
      Masa nifas dilarang makan telur, daging udang, ikan laut, daun
lemabyung, pare, nanas, gula merah dan makanan berminyak
         Dampak Positif   : Tidak ada
         Dampak Negatif : Merugikan karena masa nifas memerlukan makanan
yang bergizi dan seimbang agar ibu dan bayi sehat
      Setelah melahirkan / operasi hanya boleh makan tahu dan tempe (tanpa
garam)
         Dampak Positif   : Tidak ada
         Dampak Negatif : Merugikan
      Masa nifas dilarang tidur siang
         Dampak Positif   : Tidak ada
         Dampak Negatif : Karena masa nifas harus cukup istirahat kurangi kerja
berat
      Masa nifas saat menyusui setelah waktunya magrib harus puasa tidak
memekan makanan yang padat
         Dampak Positif   : Hal ini di benarkan karena faktanya masa nifas
setelah magrib dapat menyebabkan penimbunan lemak, disamping itu
organ-organ kandungan pada masa nifas belum pulih kembali.
         Dampak Negatif :Ibu menjadi kurang nutrisi sehingga produksi ASI
menjadi berkurang
      Ibu setelah melahirkan dan Bayinya harus di pijat/di urut
         Dampak Positif   : Jika pijatan benar maka peredaran darah akan lancar
         Dampak Negatif : Pijatan yang salah akan berbahaya karena akan
merusak kandungan

5. ASPEK SOSIAL BUDAYA YANG BERKAITAN DENGAN BAYI BARU


LAHIR
Seorang bayi yang baru lahir umumnya mempunyai berat sekitar 2.7 – 3.6 kg
dengan panjang 45 – 55 cm. Tetapi ia akan kehilangan sampai 10 % dri berat
tubuhnya dalam hari-hari setelah kelahiran. Kemudian pada akhir minggu pertama
berat tubuhnya akan mulai naik kembali.
Karenanya, tidaklah mengherankan jika seorang bayi yang baru lahir memerlukan
beberapa minggu untuk menyesuaikan diri. Sebuah selaput keras menutupi dua titik
lunak dari kepala disebut fontonel. Dimana tulang-tulang tengkorak belum menyatu
dan meutup dengan sempurna. Fontonel anterror.
Menjadi orang tua baru memang menyenangkan, tapi terkadang juga bisa menjadi
gugup atau penakut karena banyaknya mitos-mitos soal bayi yang dibawa turun
temurun dari orang-orang tua kita dulu yang mungkin kita sendiri menjadi bagian dari
mitos-mitos yang dianut orang tua kita. Namun menurut saya mitos-mitos itu tidak
selalu salah, mungkin hanya beda pengertian saja namun juga tidak semuanya benar,
bahkan ada yang benar-benar salah menurut dokter. Inilah beberapa mitos yang masih
beredar di masyarakat.
1. Dibedong agar kaki tidak bengkok.
Ternyata di bedong bisa membuat peredaran darah bayi menjadi terganggu, kerja
jantung akan lebih berat memompa darah, akibatnya bayi akan sering sakit di daerah
paru-paru dan jalan nafasnya. Selain itu dibedong akan menghambat perkembangan
motorik si bayi karena tidak ada kesempatan untuk bergerak.
Sebaiknya dibedong saat sesudah mandi untuk melindungi dari dingin atau saat
cuaca dingin itu pun dibedong longgar. Jadi dibedong itu tidak ada hubungannya
dengan pembentukan kaki karena semua kaki bayi yang baru lahir kakinya bengkok,
sebab di dalam perut tidak ada ruang yang cukup untuk meluruskan kakinya sehingga
waktu lahirpun masih bengkok, tapi akan lurus dengan sendirinya.
2. Hidung ditarik-tarik agar mancung
Sebenarnya tidak hubungannya menarik hidung dengan mancung tidaknya
hidung, semua tergantung dari bentuk tulang hidungnya dan itu sudah bawaan, lagi
pula kasihan si bayinya "sakit tau..." Jadi mau ditarik-tarik setiap detikpun kalo
memang tidak mancung ya ga bakal mancung.
3. Pemakaian gurita agar tidak kembung.
Ini jelas salah karena pemakaian gurita akan menghambat perkembangan organ-
organ perut. Sekarang bayangkan kalau perut anda di ikat seperti itu tentu akan merasa
sesak dan tidak nyaman bukan. Jika memang harus memakaikan gurita jangan
mengikat terlalu kencang terutama di bagian dada agar jantung n paru-parunya bisa
berkembang dengan baik. Dan jika tujuannya supaya pusar tidak bodong sebaiknya di
pakaikan hanya di pusar dan ikatannya pun tidak kencang.
4. Menggunting bulu mata agar lentik
Memotong bulu mata bisa mengurangi fungsinya untuk melindungi mata dari
benda-benda asing. Panjang pendeknya bulu mata sudah menjadi bawaan dari bayi itu
sendiri.
5. Beri setetes kopi agar bayi tidak step (kejang)
Pemberian kopi pada bayi jelas berbahaya karena mengandung kafein yang akan
memacu denyut jantungnya bekerja lebih cepat. Lagi pula bayi itu minumnya susu
bukan kopi.
6. Jangan memeras kencang-kencang saat mencuci baju bayi, bayi akan gelisah
tidurnya.
Kalo di pikir secara logika jelas tidak masuk akal, mungkin bayi gelisah saat tidur
karena dia pipis, pub, gerah, atau ada faktor lain, jadi bukan karena saat memeras
pakaiannya, mungkin lebih masuk akal kalau jangan memeras terlalu keras karena
akan merusak pakaian si bayi yang kalau sudah koyak atau lepas jahitannya akan
membuat gelisah sang ayah karena harus membelikan pakaian yang baru lagi.
7. Jangan menyusui bayi jika bunda sedang sakit
Tadinya saya percaya karena penalaran saya bayi akan tertular sakit si ibu,
ternyata saya salah karena setelah saya konsultasi ke dokter ternyata malah sebaliknya,
saat ibu sedang sakit tubuh si ibu akan menghasilkan sistem kekebalan tubuh yang
lebih banyak dan akan ikut ke dalam asi yang jika di minum si bayi akan
meningkatkan sistem kekebalan tubuhnya. Yang tidak boleh adalah menyusui bayi
saat sakit tanpa ada pelindung untuk anda, contohnya pakailah masker penutup mulut
dan hidung saat anda flu karena akan memularkan penyakit, jadi bukan karena ASI
nya.

  Aspek Sosial Budaya Bayi Baru Lahir Dan Anak Prasekolah


Aspek sosial budaya merupakan sesuatu yang mendasar berkaitan dengan akal
danpemikiran manusia dalam kehidupan sosial. Karena aspek sosial budaya inilah,
berkembangyang namanya mitos dan fakta yang ada dalam kehidupan masyarakat.
Kebudayaan padabayi baru lahir dan anak prasekolah ini menyebabkan banyaknya
mitos mengenai bayi barulahir dan anak prasekolah. Mitos-mitos yang lahir
dimasyarakat ini kebenarannya kadangtidak masuk akal dan bahkan dapat berbahaya
bagi ibu dan bayi. Hal ini dikarenakankurangnya pengetahuan masyarakat tentang
merawat bayi baru lahir. Bayi baru lahirnormal adalah bayi baru lahir dari kehamilan
yang normal.
Mitos dan fakta yang berkembang sekitar perawatan bayi baru lahir, yaitu sebagai berikut:
• Mitos: Bayi baru lahir perlu dipijat setiap hari Fakta: Pemijatan hanya berguna jika
dilakukandengan benar dan tepat. Sebaiknya yang melakukan pijat adalah ibu si bayi
sendiri. Tentu sajasetelah mempelajari teknik memijat bayi dengan baik. Perlu
diperhatikan kondisi si kecil, apakahia sedang dalam keadaan nyaman dan sehat untuk
dipijat. Selain itu perlu juga diperhatikanbahan-bahan atau minyak yang digunakan
untuk memijat dapat membuat bayi alergi.
•Mitos: membedong bayi dapat memperkuat kaki atau membuat struktur kaki bayi
menjadi lurusYang sebenarnya adalah sentuhan kulit ke kulit membuat bayi baru lahir,
terutama bayipremature, lebih baik perkembangannya. Walaupun begitu, tidak
diperlukan untuk memijatnyasetiap hari. Yang perlu dilakukan adalah perbanyak
sentuhan dan berkomunikasi dengan si kecilagar ia merasa nyaman dan aman.
•Mitos: Air susu ibu (ASI) sebagai makanan yang komplit sampai usia si kecil satu tahun
Fakta:ASI sangat baik untuk pertumbuhan bayi sampai sia berusia 6 bulan. Namun
semakinbertambahnya usia bayi, ASI tidaklah mengandung cukup kalori dan kurang
mengenyangkanseiring dengan makin aktifnya si kecil. Ada beberapa zat tambahan
yang dibutuhkan anak,misalnya zat besi dan vitamin C yang banyak didapat dari
sumber makanan. Jadi, anak tetapmemerlukan makanan tambahan untuk kebutuhan
gizinya juga untuk menghindari resiko anemia.

• Mitos: Bawang yang dicampur minyak dikenal bias menurunkan panas Faktanyasecara
ilmiah benar, karena bawang adalah tumbuhan yang mengeluarkan minyakyang
mudah menguap dan menyerap panas.
• Mitos: Upacara tedak siti (menginjak tanah) saat bayi 6-7 bulan Faktanya secarailmiah
pun ternyata salah, karena pas dengan usia reflek menapak bayi. Di permukaanbadan
terdapat putik saraf yang bias menjadi sensor tekanan. Saraf ini tumbuh saatbayi 6-7
bulan, bersamaan dengan tumbuhnya struktur otak untuk keseimbangan danalat-alat
keseimbangan untuk posisi berdiri. Tak heran jika di usia ini bayi sudah mulaibelajar
menapak.
•Mitos: Hidung ditarik agar mancung Faktanya ini jelas salah, karena tidak
adahubungannya menarik pucuk hidung dengan mancung atau tidaknya hidung.
Mancungatai tidaknya hidung seseorang ditentukan oleh bentuk tulang hidung yang
sifatnyabawaan.
•Mitos: Bayi usia seminggu diberi makan pisang dicampur nasi agar tidak
kelaparanFaktanya hal ini salah, karena pasalnya usus bayi diusia ini belum punya
enzim yangmampu mencerna karbohidrat dan serat-serat tumbuhan yang begitu
tinggi.Akibatnya bayi jadi sembelit, karena makanan padat pertama adalah di usia 4
bulan,yakni bubur susu dan 6 bulan makanan padat kedua yaitu bubur

ASPEK SOSIAL DALAM KEHIDUPAN KELUARGA


Dasar Pemikiran :
 Aspek sosial dalam kehidupan keluarga merupakan bagian dari kebutuhan tiap
anggota keluarga, yang dapat membantu perkembangan sosial psikologis anak.
Tidak ada artinya jika pekerjaan fisik diutamakan tetapi menjadi penjara bagi
anak, oleh karena itu aspek sosial harus sama pentingnya dengan pekerjaan
fisik.
Tujuan dari pengelolaan aspek sosial dalam kehidupan sehari-hari ialah:
 Bahwa manusia memiliki kebutuhan non materiil (kebutuhan sosial psikologis)
yang harus dipenuhi dalam kehidupan keluarga sehari-hari, agar kebutuhan
ini dapat terpenuhi maka aspek sosial tersebut harus dikendalikan dalam
kehidupan keluarga.  Kebutuhan sosial psikologis harus terpenuhi agar
individu merasa aman hidupnya.  Kebutuhan hidup sosial psikologis ini
merupakan kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.
Aspek sosial dalam kehidupan keluarga ini meliputi:
Masalah hubungan insani Masalah perkembangan anak Masalah pelayanan
sosial
1. Masalah hubungan insani
Aspek-aspek dalam hubungan insani :  Hubungan orang tua dan anak yaitu
masalah tanggung jawab orang tua pada pendidikan dan perkembangan anak.
 Hubungan anak dan anak (antara anak)  Hubugan dengan orang lain yang
ada dalam keluarga itu
Dasar dari hubungan insani ini :
 Adanya kasih sayang antar anggota keluarga  Adanya kerja sama antar
anggota keluarga  Pembagian tugas dan tanggung jawab  Sikap orang tua
terhadap anak-anaknya yang merupakan mata rantai dari hubungan antara
suami dan istri (ayah dan ibu)
Peranan seorang ibu rumah tangga dalam mengelola hubungan insani :
 Dapat menyelesaikan pekerjaan rumah tangga dalam hubungannya dengan
pemenuhan kebutuhan anggota keluarganya.  Dapat mengarahkan pekerjaan
rumah tangga sebagai suatu yang benar-benar disadari dan merupakan
tanggung jawab terhadap keluarganya
2. Masalah perkembangan anak anak
 Aspek sosial yang harus dikendalikan dalam kehidupan keluarga adalah masalah
perkembangan dan pertumbuhan anak.  Masalah pertumbuhan anak adalah
pertumbuhan secara fisik-biologis.  Pada masa bayi masalah pertumbuhan ini yang
banyak diperhatikan, oleh karena pada masa bayi perhatian terhadap makanan lebih
menonjol.  Pada masa remaja perkembangan fisik lebih cepat dan sangat
berpengaruh pada kematangan mental dan sosial.  Orang tua harus mengenal dan
memperhatikan ciri-ciri perkembangan anak pada setiap fase perkembangan. Anak
membutuhkan pendekatan tertentu agar ia berhasil dalam perkembanan berikutnya.

3. Masalah pelayanan sosial


 Pelayanan sosial ini menyangkut hubungan masyarakat dan keluarga dan sebaliknya
pelayanan dari lembaga sosial lainnya dari keluarga pun harus memberikan pelayanan
kepada pihak lain. Lembaga sosial tersebut yaitu :  Lembaga kesehatan seperti
rumah sakit dan PUSKESMAS  Lembaga pendidikan : sekolah  Lembaga
pemerintahan : RW, RT, kepala des, polisi  Lembaga perhuubungan : kantor pos,
kantor telepon  Lembaga lainya seperti : PDAM, GAS, PLN dan sebagainya. 
Seorang ibu rumah tangga harus dapat dan cukup mengenal cara berhubungan dan
meminta bantuan dengan lembaga tersebut.

Anda mungkin juga menyukai