Anda di halaman 1dari 21

JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 63

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KECENDERUNGAN FRAUD PADA SATUAN


KERJA PERANGKAT DAERAH (SKPD) DI KOTA BOGOR

ANALYSIS FACTORS INFLUENCING TENDENCY OF FRAUD THERE IS SET OF JOB PERIPHERAL OF AREA
( SKPD) IN TOWN OF BOGOR.

F. Susandra, S. Hartina
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35, Kode Pos 16720, Telp/Fax : (0251) 8245155
Email : farizka.susandra, @unida.ac.id, Siti.Hartina@unida.ac.id

ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of the opportunity, rationalization, and collusion
for the tense of fraud. The population in this study are the department in Bogor City. The sampling
method used in this research quota sampling that employees have responsibility to managing finance
in the either government. The datas in this research is obtained by distributing questionnaires to 84
respondents on 14 government in Bogor City. For the testing research hypotheses and instrumen using
multiple regression. The results of this study prove that: opportunity and collusion had effect on tense
of fraud. While rationalization had not effect on tense of fraud.
Key Word : opportunity, rationalization, collusion, and fraud.

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh opportunity, rationalization, dan collusion
terhadap kecenderungan fraud. Populasi dalam penelitian ini adalah Dinas di Kota Bogor.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode quota sampling dengan criteria pegawai
yang berada pada subbagian keuangan atau yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan
keuangan pada masing – masing dinas. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada 84 responden di 14 Dinas di Kota Bogor. Pengujian hipotesis dan
instrument penelitian menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa: opportunity dan collusion berpengaruh terhadap kecenderungan fraud.
Sedangkan rationalization tidak berpengaruh terhadap kecenderungan fraud.
Kata Kunci : opportunity, rationalization, collusion, dan fraud
64 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

PENDAHULUAN 1999 jo UU No.20 tahun 2011 tentang


Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Didi,
Tahun 1998 terjadi jenis kejahatan yang
2015).
sering terjadi dunia. Jenis kejahatan tersebut
Menurut data yang dipublikasikan oleh
adalah kejahatan keuangan atau yang lebih
KPK, Per 31 Agustus 2016, di tahun 2016 ini
dikenal dengan fraud. Hampir seluruh
penanganan tindak pidana korupsi lebih
masyarakat dunia telah menggolongkan
banyak ditemukan di kementerian/lembaga
kejahatan tersebut sebagai kejahatan yang
sebanyak 26 perkara, Pemerintah Provinsi
sangat luar biasa. Dan pada abad ke 20, fraud
sebanyak 13 perkara, DPR dan DPRD sebanyak
semakin gencar menjadi pemberitaan media.
11 perkara, dan BUMN/BUMD sebanyak 6
Statement of Auditing Standart No. 99
perkara. Beberapa kasus kecurangan yang
(2002) mendefinisikan fraud sebagai
baru-baru ini terjadi di indonesia yaitu
tindakan kesengajaan untuk menghasilkan
pertama kasus dugaan korupsi
salah saji material dalam laporan keuangan
penggelembungan nilai (mark up) pembebasan
yang merupakan subyek audit. Salah saji
lahan Pasar Jambu Dua, Bogor (06 April 2016).
material dalam laporan keuangan akan
Kejaksaan Negeri Kota Bogor menahan Kepala
menyesatkan stakeholder atau pengguna
Dinas Koperasi dan UMKM Kota Bogor Hidayat
laporan keuangan karena informasi yang ada
Yudha Priyatna atas dugaan tersebut. Yudha
dalam laporan keuangan tersebut tidak
adalah satu dari tiga orang yang telah
mencerminkan kondisi organisasi yang
ditetapkan tersangka oleh Kejari Bogor dalam
sebenarnya (Ahriati, Basuki, Widiyastuty,
kasus dugaan korupsi pembelian lahan seluas
2015).
7.302 meter persegi senilai Rp 43,1 miliar
Indikasi kecurangan selalu ditemukan
tersebut. Yudha ditetapkan sebagai tersangka
dalam berbagai sektor baik sektor publik,
oleh penyidik Kejari Bogor pada 29 Oktober
maupun sektor sosial korporasi. Fraud yang
2015, lalu dua tersangka lain ditetapkan.Yudha
terjadi pada sektor publik membawa dampak
disangka melanggar Pasal 2 ayat 1 jo Pasal 18
yang luas. Hal ini dikarenakan fraud yang
Undang Undang Nomor 31 Tahun 1999 jo UU
terjadi pada sektor tersebut mengakibatkan
Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan
kerugian yang harus diderita masyarakat
Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999
umum dan bukan hanya diderita oleh
tentang Pemberatasan Korupsi jo Pasal 55 ayat
sekelompok orang seperti pemegang saham
1 ke-1 KUHP ( Kompas.com). Yudha Priatna
atau donatur. Umumnya kecurangan akuntansi
divonis 4 tahun penjara denda 200 juta oleh
yang sering terjadi yaitu korupsi. Dalam
majelis hakim Pengadilan Tipikor Bandung,
korupsi, tindakan yang lazim dilakukan
Jumat 30 September 2016. Dalam putusan
diantaranya adalah memanipulasi pencatatan,
yang dibacakan hakim ketua Lince Anapurba
penghilangan dokumen, dan mark-up yang
disebutkan, korupsi yang dilakukan Hidayat
merugikan keuangan negara atau
bersama-sama Wali Kota Bogor Bima Arya dan
perekonomian negara (Kusumastuti, 2012).
Sekda Ade Sarip Hidayat. Selain Hidayat, dua
Kasus kecurangan di Indonesia bukan lah
terdakwa lainnya pada kasus yang sama yakni
hal yang baru. Kasus kecurangan keuangan
mantan Camat Tanah Sereal, Irwan Gumelar
terjadi pada sektor publik maupun sektor
dan mantan Ketua Tim Apraisal, Roni Nasrun
komersial. Krisis ekonomi tahun 1998 dituding
Adnan. Mereka juga divonis 4 tahun penjara
sebagai dampak maraknya praktek-praktek
plus denda Rp 200 juta subsider 4 bulan
fraud dalam pemerintahan. Itu pula yang
kurungan. Vonis majelis hakim terhadap ketiga
mendorong muncul desakan masyarakat luas
terdakwa lebih rendah dibanding tuntutan
untuk penyelenggaraan pemerintahan yang
Jaksa Penuntut Umum (JPU). Sebelumnya JPU
transparansi, akuntabel dan bebas dari
dari Kejari Bogor menuntut ketiga terdakwa,
korupsi. Dan di Indonesia, korupsi merupakan
masing-masing 6 tahun penjara plus denda Rp
istilah asosiasi untuk menggambarkan
200 juta subsider 6 bulan kurungan
praktek-praktek fraud yang dilakukan oleh
(Pikiranrakyat.com).
pejabat dan aparatur pemerintahan. Meskipun
Berdasarkan beberapa kasus diatas
dalam literasi fraud auditing korupsi bukan
kecurangan sering terjadi pada dinas
bersifat umum melainkan hanya salah satu
pemerintahan. Adanya motivasi seseorang
dari bentuk fraud, namun istilah ini sudah
melakukan kecurangan atau fraud relatif
terbakukan secara legal dalam UU No.31 tahun
bermacam-macam. Salah satu teori yang
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 65

menjelaskan tentang motivasi seseorang dari tahun 2004–2016 sebanyak 18 kasus


melakukan fraud adalah fraud triangle theory. (KPK,2016).
Fraud triangle terdiri atas tiga komponen yaitu Sitorus (2008) dengan judul penelitian
opportunity (kesempatan), pressure “The Roles Of Collusion, Organisational
(tekanan), dan rationalization (rasionalisasi) Orientation, Justice Avoidance, And
yang dikemukakan oleh Donald Cressey Rationalisation On Commission Of Fraud: A
(1953). Kesempatan atau opportunity Model Based Test”. Variabel yang digunakan
merupakan suatu kondisi yang memungkinkan yaitu organization, opportunity, rationalization,
seseorang bisa melakukan kecurangan. justice, collusion, dan fraud. Hasil dari
Kondisi tersebut sebenarnya dapat penelitian ini yaitu kolusi dianggap sebagai
dikendalikan oleh perusahaan seperti yang pengaruh langsung terkuat di komisi penipuan
dikemukan oleh Najahningrum (2013), dengan Efek yang lebih rendah yang timbul
Zulkarnain (2013). Sifat kesempatan dirasakan dari kesempatan untuk penipuan dan
bahwa kesempatan tidak harus nyata juga. pengaruh langsung akhir yang timbul dari
Namun, peluang yang ada dalam persepsi dan penghindaran keadilan. Selain itu, orientasi
keyakinan dari pelaku. Dalam kebanyakan organisasi dianggap untuk memberikan
kasus, semakin rendah resiko tertangkap, pengaruh tidak langsung lain dikomisi
semakin besar kemungkinan itu adalah bahwa penipuan.
penipuan akan berlangsung. Rationalization Lou, Wang (2009) dengan judul
terjadi karena seseorang mencari pembenaran penelitian “Fraud Risk Factor Of The Fraud
atas aktivitas yang mengandung kecurangan. Triangle Assessing The Likelihood Of Fraudulent
Para pelaku fraud meyakini atau merasa Financial Reporting”. Variabel yang digunakan
bahwa tindakannya bukan merupakan suatu merupakan proksi dari faktor-faktor yang
fraud tetapi adalah sesuatu hal yang memang mempengaruhi fraud berdasarkan teori fraud
menjadi haknya, bahkan kadang pelaku triangle yaitu pressure, opportunity, dan
merasa telah berjasa karena telah berbuat rationalization. Pressure diproksikan dengan
banyak kepada organisasi, dan menganggap tekanan keuangan dari perusahaan dan
bahwa tindakan tersebut bukanlah tindakan tekanan keuangan dari direktur atau
yang tercela seperti yang dikemukan oleh supervisor dari perusahaan. Opportunity
Najahningrum (2013), Zulkarnain (2013). diproksikan dengan jumlah transaksi yang
Selain itu collusion memiliki pengaruh kompleks dalam perusahaan dan pengendalian
langsung terkuat terhadap kecurangan. internal perusahaan. Rationalization
Berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999 Kolusi diproksikan dengan integritas manajemen dan
adalah permufakatan atau kerja sama secara hubungan dengan auditor. Di samping itu
melawan hukum antar Penyelenggara Negara penelitian tersebut juga menggunakan variabel
atau antara Penyelenggara Negara dan pihak kontrol berupa ukuran perusahaan. Hasil
lain yang merugikan orang lain, masyarakat, penelitian menunjukkan bahwa tekanan
dan atau negara. Misalnya adanya kesepakatan keuangan yang ditanggung perusahaan,
antaran atasan dengan bawahan untuk tekanan keuangan yang ditanggung direktur
melakukan pencurian sejumlah uang, hal ini atau supervisor, jumlah transaksi yang
menyebabkan tingginya potensi untuk kompleks, integritas manajemen, dan
terjadinya kecurangan. hubungan dengan auditor eksternal
Kecurangan (fraud) dalam sektor berkorelasi positif dengan kemungkinan
pemerintahan telah terjadi secara vertikal terjadinya kecurangan. Sementara ukuran
maupun horisontal, yaitu dari struktur perusahaan berkorelasi negatif dengan
pemerintahan pusat sampai pemerintahan kemungkinan terjadinya kecurangan.
daerah kabupaten/kota pada level eksekutif Najahningrum (2013) yang berjudul:
maupun legislatif. Kasus fraud yang sering “Faktor–Faktor yang Mempengaruhi
terjadi di Indonesia adalah korupsi. Apabila Kecenderungan Kecurangan (Fraud): Persepsi
kasus–kasus korupsi yang terjadi di Pegawai Dinas Kota DIY”.Populasi dalam
pemerintah daerah dilihat berdasarkan penelitian ini adalah pegawai negeri sipil yang
sebaran wilayah pulau jawa di Indonesia, dari bekerja pada Sub Bagian Keuangan Dinas
5 wilayah yang ada, Provinsi Jawa Barat Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
menduduki urutan ke 2 dengan jumlah kasus Penelitian ini menggunakan tujuh variabel
independen dan satu variabel dependen.
66 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

Ketujuh variabel independen tersebut terdiri kesempatan. Hasil penelitian menunjukkan


atas: (1) penegakan hukum, (2) keefektifan bahwa kemungkinan penipuan terjadinya
sistem pengendalian internal, (3) asimetri berhubungan positif dengan penjualan yang
informasi, (4) keadilan distributif, (5) keadilan lebih untuk memperhitungkan persentase
prosedural, (6) komitmen organisasi dan (7) piutang dan lebih maksimal. Disarankan
budaya organisasi. Sedangkan variabel bahwa korelasi antara komite audit dan
dependennya yaitu kecenderungan ukuran papan negatif konsisten dengan studi
kecurangan (fraud). Hasil penelitian yang sebelumnya. Keterbatasan penelitian ini
dilakukan oleh Najahningrum (2013) adalah ketidakmampuan untuk
menyatatakan bahwa: terdapat pengaruh mengidentifikasi proxy yang tepat untuk
negatif antara penegakan hukum, keefektifan rasionalisasi sebagai SAS No.99 juga mencatat
sistem pengendalian internal, keadilan tentang kesulitan yang terkait dengan
distributif, keadilan prosedural, dan komitmen mengisolasi karakteristik yang digunakan
organisasi terhadap fraud di sektor sebagai indikator rasionalisasi.
pemerintahan, terdapat pengaruh positif Fraud merupakan masalah klasik dalam
antara asimetri informasi terhadap fraud di sektor pemerintahan dan bisnis, banyak ragam
sektor pemerintahan, dan tidak dapat dan bentuk fraud yang terjadi sejak dahulu
pengaruh antara budaya etis organisasi hingga sekarang, bahkan disadari atau tidak
terhadap fraud di sektor pemerintahan. disadari fraud terjadi pada perusahaan–
Zulkarnain (2013) dengan judul “Analisis perusahaan yang bergerak di bidang jasa audit
Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Fraud dan anti fraud sekalipun. Pada tahun 2002
pada Dinas Kota Surakarta”. Populasi dari Amerika mengeluarkan aturan baru yang
penelitian ini adalah seluruh pegawai yang dikenal dengan Sarbanes Oxley Act (SOA) yang
bekerja pada Dinas di Kota Surakarta. diberlakukan untuk perusahaan yang terdaftar
Penelitian ini menggunakan tujuh variabel di New York Stock Exchange (NYSE) munculnya
independen dan satu variabel dependen. kasus kecurangan tersebut karena adanya
Keenam variabel independen tersebut terdiri beberapa kasus kecurangan yang terjadi pada
atas: (1) keefektifan pengendalian internal, (2) beberapa perusahaan yang ter–listing di NYSE
kepuasan kompensasi, (3) kultur organisasi, (Fitrawansyah, 2014:7). Di Indonesia sendiri,
(4) perilaku tidak etis, (5) gaya kepemimpinan, maraknya kasus fraud menyebabkan
(6) sistem pengendalian internal, dan (7) pemerintah mengeluarkan beberapa
penegakan hukum. Adapun variabel perundang–undangan dan pembentukan
dependenya adalah fraud dalam Sektor komisi add hoch anti fraud. Hal tersebut
Pemerintahan. Dari hasil penelitian yang dilatarbelakangi dengan kasus–kasus fraud
dilakukan oleh Zulkarnain (2013) menyatakan yang secara masif telah mengrogoti keuangan
bahwa terdapat pengaruh negatif antara negara. Joyohadikusumo, (Priantara, 2013:11)
keefektifan sistem pengendalian intern, praktek fraud khususnya korupsi setidaknya
kesesuaian kompensasi, gaya kepemimpinan, membawa 8 dampak buruk, seperti:
dan sistem pengendalian internal terhadap 1. Kualitas pelayanan umum yang rendah,
frauddi sektor pemerintahan, terdapat 2. Fasilitas yang disediakan oleh pemerintah
pengaruh negatif kepuasan kompensasi berkualitas rendah,
terhadap fraud, tidak terdapat pengaruh 3. Meningkatnya beban rakyat karena
antara kultur organisasi, dan penegakan ketidakefektifan dan efisiensi pada
hukum terhadap frauddi sektor pemerintahan, institusi publik yang menyediakan jasa
terdapat pengaruh positif antara perilaku tidak dan supply telekomunikasi, bahan bakar,
etis terhadap fraud di sektor pemerintahan. listrik,dan sebagainya,
Fazli, Iskandar, Mohamed (2014) dengan 4. Meningkatnya kemiskinan dan
judul penelitian “Fraud Risk Factors of Fraud kesengsaraan rakyat,
Triangle and the Likelihood of Fraud 5. Timbul ketidakmerataan dan
Occurrence: Evidence from Malaysia”. Variabel ketidakadilan distribusi ekonomi,
Proxy diteliti dalam penelitian ini meliputi (1) 6. Meningkatnya angka kejahatan dan
penjualan untuk piutang (salar) dan (2) masalah–masalah sosial sebagai dampak
leverage (LEV) untuk tekanan dan (3) jumlah lanjutan dari meningkatnya kemiskinan
anggota komite audit (AUDCSIZE) dan (4) dan kesengsaraan rakyat,
jumlah anggota dewan (BRDSIZE) untuk
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 67

7. Terancamnya kesatuan nasional sebagai tersebut, pada dasarnya dapat dikelompokan


dampak lanjutan dari ketidakmerataaan kedalam tujuh tindak pidana pokok. Ketujuh
dan ketidakadilan distribusi ekonomi, dan tindak pidana pokok menurut Undang–Undang
8. Demokrsai dilanggar dimana hanya No. 31 Tahun 1999 jo Undang–Undang No. 20
segelintir orang tertentu yang mengatur Tahun 2001 terdiri atas: (1) kerugian
kebijakan ekonomi dan politik. keuangan negara, (2) suap–menyuap, (3)
Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) seperti penggelapan dalam jabatan, (4) pemerasan,
yang dikutip oleh Didi (2015), menjelaskan (5) berbuat curang, (6) benturan kepentingan
kecurangan akuntansi sebagai berikut: dalam pengadaan, dan (7) gratifikasi. Selain
a. Salah saji yang timbul dari kecurangan bentuk/jenis tindak pidana korupsi yang
dalam pelaporan keuangan yaitu salah saji sudah dijelaskan, dikenal pula tindak pidana
atau penghilangan secara sengaja jumlah turunan. Tindak pidana turunan merupakan
atau pengungkapan dalam Laporan tindakan yang dapat dikenakan kepada pihak
Keuangan untuk mengelabui pemakai ketiga berkenaan tindakan pidana korupsi
Laporan Keuangan. yang dilakukan oleh seseorang. Jenis/bentuk
b. Salah saji yang timbul dari perlakuan yang korupsi tersebut terdiri atas: (1) merintangi
tidak semestinya terhadap aktiva proses pemeriksaan perkara korupsi, (2) tidak
(seringkali disebutkan dengan memberi keterangan atau memberi
penyalahgunaan atau penggelapan) keterangan yang tidak benar, (3) bank yang
berkaitan dengan pencurian aktiva entitas tidak memberikan keterangan rekening
yang berakibat Laporan Keuangan tidak tersangka, (4) saksi atau saksi ahli yang tidak
disajikan sesuai dengan Prinsip Akuntansi memberi keterangan atau memberi
yang berlaku Umum di Indonesia atau GAAP keterangan palsu, (5) orang yang memegang
(General Accepted Accounting Prinsiples). rahasia jabatan tidak memberikan keterangan
Menurut the Association of Certified atau memberikan keterangan atau memberkan
Fraud Examiners (ACFE), Internal Fraud keterangan palsu,dan (6) saksi yang membuka
(tindakan penyelewengan didalam perusahaan indentitas pelapor.
atau institusi) dikelompokan menjadi 3 (tiga) Pristiyanti (2012) semua jenis fraud
jenis yaitu: (1) penyimpangan atas aset (asset dapat terjadi pada sektor pemerintahan, akan
misappropriation), (2) pernyataan atau tetapi yang paling sering terjadi adalah
pelaporan yang menipu atau dibuat salah korupsi. Korupsi berasal dari bahasa latin,
(fraudulent statement), dan (3) korupsi Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk,
(corruption) (Fitrawansyah 2014:9). ACFE rusak, mengenyahkan, memutarbalik atau
membagi jenis tindakan korupsi menjadi 2 menyogok. Secara harfiah korupsi adalah
kelompok, yaitu : perilaku pejabat publik, baik politisi ataupun
1) Konflik kepentingan (conflict of interest) : pegawai negeri, yang secara tidak wajar dan
ini merupakan benturan kepantingan. tidak legal memperkaya diri atau memperkaya
2) Menyuap atau menerima suap, Imbal-Balik mereka yang dekat dengannya, dengan
(briberies and excoriation)-Suap, apapun menyalahgunakan kekuasaan publik yang
jenisnya dan kepada siapapun, adalah dipercayakan kepada mereka. Fraud pada
tindakan fraud. Menyuap dan menerima sektor pemerintahan merupakan fraud yang
suap, merupakan tindakan fraud. Tindakan dilakukan oleh penyelenggara negara. Dalam
lain yang masuk dalam kelompok fraud ini sistem pemerintahan kita penyelenggara
adalah: menerima komisi, membocorkan negara terdiri atas orang–orang yang berada
rahasiah perusahaan (baik berupa data pada level eksekutif, legislatif, dan yudikatif.
atau dokumen) apapun bentuknya, kolusi Menurut Mahmudi (2011:2) Organisasi sektor
dalam tender tertentu. publik merupakan organisasi dalam bidang
Di Indonesia sendiri fraud khususnya pelayanan publik dan penyelenggara negara
korupsi yang dilakukan oleh para dalam pelaksanaan konsitusi negara.
penyelenggara dalam perspektif hukum yaitu Organisasi sektor publik terdiri atas:
Undang-Undang No. 20 tahun 2001 tentang pemerintahan (baik pemerintah pusat,
Tindak Pidana Korupsi, korupsi dapat provinsi, dan kabupaten/kota), perusahaan
dirumuskan ke dalam 30 bentuk/jenis Tindak negara (Persero/Perum), dan lembaga non
Pidana Korupsi (Ardisasmita, 2006:4). profit milik negara
Ketigapuluh bentuk/jenis Tindak Pidana (MPR,DPR,lembagakehakiman, lembaga
68 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

kejaksaan, dan sebagainya). Pristiyanti setoran hasil menjadi berkurang, (h) kontrak
(2012:2) mengatakan semua jenis fraud dapat pembagian hasil tambang yang merugikan
terjadi pada semua Sektor Pemerintahan, akan negara, (i) penjualan aset pemerintah tidak
tetapi yang paling sering terjadi adalah berdasarkan harga wajar atau harga pasar, (j)
korupsi. Pemerintah melaui Inpres (intruksi pelaksanaan tukar guling (ruislaag) yang
presiden) No. 17 Tahun 2011 telah merugikan negara dan pemanfaatan tanah
menetapkan 10 area rawan terjadinya TPK, negara yang harga sewanya tidak wajar, dan
yaitu: (1) pengadaan barang dan jasa yang (k) penerimaan yang seharusnya masuk ke
menggunakan APBN/APBD, (2) keuangan dan rekening kas negara, namun masuk ke
perbankan, (3) perpajakan, (4) minyak dan gas rekening atas nama pejabat atau perorangan,
(migas), (5) BUMN dan BUMD, (6) kepabeanan meskipun pejabat tersebut pimpinan instansi
dan cukai, (7) penggunaan APBN/APBD, (8) yang bersangkutan namun cara ini berpotensi
aset negara dan daerah, (9) pertambangan dan merugikan keuangan negara. Sedangkan, dari
pekerjaan, dan (10) pelayanan umum. Berbeda segi pengeluaran terdiri atas: (a) pengeluaran
dengan karakteristik korupsi yang terjadi pada belanja barang/jasa atau perjalanan dinas
organisasi publik yang ada di pusat yang lebih fiktif, (b) pembayaran ganda pejabat atau
pada penyalahgunaan kewenangan (abuse pegawai yang diperbantukan, (c)
authority) berhubungan dengan jabatan (white penggelembungan (mark up) harga, atau harga
collar crimes) karakteristik korupsi yang patokan terlalu mahal dibandingkan harga
terjadi di daerah (provinsi dan pasar, (d) pelaksanaan sistem tender,
kota/kabupaten) lebih kepada penyimpangan penunjukan rekanan dan atau konsultan,
pengelolaan APBD. Menurut laporan Bank persyaratan kualifikasi dan lain–lain tidak
Dunia/World Bank (Rinaldi, et al., 2007:VI) ada sesuai standar prosedur, atau sesuai prosedur
beberapa modus operandi korupsi yang tetapi hanya memenuhi syarat formalitas, (e)
dilakukan oleh eksekutif maupun legislatif pemenang tender mensubkontrakan
daerah. Modus operandi tersebut antara lain: pekerjaannya kepada pihak ketiga, sehingga
a. Dilakukan oleh eksekutif : (a) penggunaan posisi rekanan bertindak sebagai broker, (f)
sisa dana tanpa prosedur, (b) rekanan atau konsultan tidak mampu
penyimpangan prosedur penjualan dan melaksanakan pekerjaannya sesuai jadwal
pencairan kas daerah, (c) sisa APBD, dan (d) yang telah ditetapkan, (g) pekerjaan atau
manipulasi dalam proses pengadaan. barang yang dihasilkan tidak sesuai spesifikasi,
b. Dilakukan oleh legislatif : (a) (h) program batuan sosial dan batuan bencana
memperbanyak dan memperbesar mata yang salah sasaran, (i) adanya percaloan dalam
anggaran, (b) menyalurkan dana APBD ke pengurusan alokasi dana, (j) biaya yang terlalu
lembaga atau yayasan fiktif, dan (c) tinggi pada penunjukan konsultan keuangan,
manipulasi perjalanan dinas. akuntan, underwritter, dan penggunaan tenaga
Kasus korupsi yang terjadi di daerah profesional lainnya terkait dengan program
apabila dilihat dari perspektif pendapatan dan pemerintah atau BUMD, (k) privatisasi BUMD
pengeluaran daerah sebagai area kerja BPKP yang merugikan negara, dan (l) biaya
(Badan Pengawasan Keuangan dan restukturisasi, bantuann likuiditas dan biaya-
Pembangunan) dapat dijabarkan sebagai biaya lain yang merugikan negara (BPKP, 2004
berikut,dari segi penerimaan terdiri atas: (a) dalam Najahningrum, 2013).
rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Agency theory atau teori keagenan
bea cukai, retribusi, dan pajak lainnya jika dikembangkan pertama kali oleh Jansen dan
dibandingkan dengan potensi yang tersedia, Meckling (1976). Agency theory
(b) manipulasi restitusi pajak, (c) laporan SPT menggambarkan kondisi yang terjadi pada
pajak bulanan dan tahunan yang tidak sesuai suatu perusahaan dimana pihak manajemen
dengan potensi yang sesungguhnya, (d) sebagai pelaksana yang disebut lebih jauh
kesalahan pengenaan tarif pajak maupun bea, sebagai agen dan pemilik modal (owner)
(e) pembebasan pajak atau bahan baku impor sebagai principal membangun suatu kontrak
tujuan ekspor tidak sesuai dengan data kerja sama yang disebut dengan “nexus of
sesungguhnya, (f) perusahaan yang ditunjuk conduct”, kontrak kerja sama ini berisi
oleh pemerintah daerah memperkecil data kesepakatan–kesepakatan yang menjelaskan
volume produksi pertambangan atau hasil bahwa pihak manajemen perusahaan harus
alam, (g) memperbesar cost recovery, sehingga bekerja secara maksimal untuk memberikan
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 69

kepuasan yang maksimal seperti profit yang bertumpu pada riset Cressey terhadap
tinggi kepada pemilik modal (owner). Dalam narapidana fraud di Amerika. Pada
hubungan keagenan tersebut, memungkinkan penelitiannya Cressey tertarik pada embezzlers
terjadinya sikap opportunistik (opportunistic yang disebutnya “trust violators” atau
behavior) di kalangan manajemen perusahaan “pelanggar kepercayaan” yakni mereka yang
dalam melakukan beberapa tindakan yang melanggar kepercayaan atau amanah yang
sifatnya disengaja seperti: ditipkan kepada mereka. Secara khusus teori
1. Melaporkan piutang tak tertagih (bad debt) ini mengindentifikasi hal–hal yang
yang lebih besar dari kenyataan yang menyebabkan pelaku fraud menyerah kepada
sesungguhnya. godaan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak
2. Melaporkan hasil penjualan dengan menyertakan mereka yang mencari kerja
peningkatan yang tidak terlalu tinggi. untuk tujuan mencuri. Atau dengan kata lain,
3. Melaporkan kepada pihak prinsipal bahwa yang menjadi obyek Cressey adalah pelaku
dibutuhkan dana tambahan untuk fraud yang memiliki kredibilitas dan integritas
menunjang pelaksanaan proyek yang pada waktu ia bekerja pada perusahaan.
sedang dikerjakan jika tidak dibantu maka Cressey mengemukakan 3 faktor yang
proyek akan terhenti. menyebabkan orang melakukan fraud, yaitu
4. Membuat laporan keuangan ganda, yaitu (1) insentif atau tekanan melakukan fraud
laporan keuangan yang datanya diotak– (pressure), (2) peluang atau kesempatan untuk
atik (window dressing) atau sudah dirubah melakukan fraud (opportunity), dan (3) dalih
untuk tujuan tertentu diberikan kepada untuk membenarkan tindakan fraud
pihak komisaris perusahaaan namun yang (rationalization).
sebenarnya hanya diketahui oleh para Montgomery et al., (2002) kesempatan
petinggi di manajemen perusahaan. yaitu peluang yang menyebabkan pelaku
Menurut Jansen dan Meckling (1976), secara leluasa menjalankan aksinya yang
untuk mengeleminasi kondisi–kondisi tersebut disebabkan oleh pengendalian internal yang
dibutuhkan biaya keagenan (agency cost). lemah, ketidakdisiplinan, kelemahan dalam
Jansen dan Meckling (1976), agency cost mengakses informasi, tidak ada mekanisme
terdiri atas: audit, dan sikap apatis. Para pelaku fraud
1. The monitoring expenditure by the percaya bahwa aktifitas mereka tidak akan
principle. Biaya monitoring yang terdeteksi. Pada dasarnya ada 2 faktor yang
dikeluarkan oleh prinsipal untuk dapat meningkatkan adanya peluang atau
memonitor perilaku agen, termasuk juga kesempatan bagi seseorang untuk berbuat
usaha untuk mengendalikan (control) fraud, yaitu:
perilaku agen melalui budget restiction, 1. Sistem pengendalian intern yang lemah,
dan compensation policies. misalnya kurang atau tidak ada audit trail
2. The bonding expenditure by the agen. The (jejak audit) sehingga tidak dapat
bonding cost dikeluarkan oleh agen untuk dilakukan penelusuran, ketidakcukupan,
menjamin bahwa agen tidak menggunakan dan ketidakefektifan aktivitas
tindakan tertentu yang akan merugikan pengendalian pada area dan proses bisnis
prinsipal atau menjamin bahwa prinsipal yang berisiko, sistem dan kompensasi
akan diberikan kompensasi jika ia tidak Sumber Daya Manusia (SDM) tidak
mengambil banyak tindakan. mengimbangi kompleksitas organisasi,
3. The residual loss yang merupakan kebijakan, dan prosedur SDM yang kurang
penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal kondusif. Termasuk ketidakefektifan
ataupun agen setelah adanya agen pengendalian adalah adanya kepercayaan
relationship. yang berlebih yang diterima pelaku fraud
Teori fraud triangle atau segitiga dari atasan atau pemilik perusahaan atau
kecurangan, pertama kali diperkenalkan oleh atasan tidak disiplin dalam menjalankan
psikolog Cressey (1953). Konsep dari teori pengawasan.
fraud triangle digunakan secara luas dalam 2. Tata kelola organisasi buruk seperti tidak
praktek akuntan publik pada Statement of ada komitmen yang tinggi dan suri
Auditing Standar (SAS) No. 99, Consideration of tauladan yang baik dari lapisan
Fraud in a Financial Statement Auditing yang manajemen, sikap manajemen yang lalai,
menggantikan SAS No. 82. Konsep ini apatis, atau acuh tak acuh dan gagal
70 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

mendisplinkan atau memberikan sanksi kecurangan akuntansi yang didasari oleh


pada pelaku fraud atau permbiaran kondisi psikologis pelaku. Dorminey et al.
terhadap pelaku tidak etis atau fraud, tidak (2011) menyatakan bahwa faktor rasionalisasi
mampu menilai kualitas kerja karena tidak dan tekanan merupakan karakteristik pelaku
punya alat atau kriteria pengukuran, kecurangan akuntansi yang tidak dapat
pengawasan dewan komisaris atau komite diobservasi karena mustahil untuk mengetahui
audit tidak berjalan semestinya atau tidak apa yang dipikirkan oleh pelaku ketika akan
independensi atau objektif, kode etik, melakukan kecurangan akuntansi.
regulasi, standar prosedur internal ada Kolusi juga terjadi di berbagai bidang
namun hanya hiasan. yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu
Dari tiga elemen fraud triangle, peluang guna kepentingan mereka bersama. Kolusi
untuk mengendalikan fraud terbesar adalah merupakan sebuah tindakan atau perbuatan
opportunity. Organisasi seharusnya perduli yang dilakukan dengan cara membuat
dan turut serta untuk membangun sebuah kesepakatan tersembunyi tanpa diketahui oleh
proses, prosedur dan kontrol serta tata kelola banyak pihak. Kesepakatan yang dilakukan
yang membuat semua personil dalam kedua pihak dalam bentuk perjanjian tersebut
organisasi tidak memiliki kesempatan biasanya diiringi dengan pemberian sejumlah
melakukan fraud dan yang lebih penting dapat uang, property, fasilitas guna pelincin supaya
mendeteksi fraud jika hal itu terjadi. Namun, semua urusan menjadi lebih lancar. Tindakan
opportunity sangat berkaitan dengan integritas ini juga bersifat melanggar hukum dengan
seseorang. Jika karyawan dalam perusahaan mengorbankan segalanya demi mendapatkan
memiliki integritas yang rendah dan keuntungan bersama. Individu yang tidak
perusahaan tidak menerapkan Sistem bersama, seperti karyawan yang
Pengendalian Internal (SPI) yang kuat melaksanakan suatu pengendalian penting
sehingga memunculkan kesempatan bertindak bersama dengan karyawan lain,
melakukan fraud maka resiko terjadinya fraud konsumen atau pemasok, dapat melakukan
dalam perusahaan tersebut akan semakin sekaligus menutupi kecurangan sehingga tidak
tinggi, begitu pula sebaliknya. dapat terdeteksi oleh pengendalian intern
Norbarani (2012) rasionalisasi (misalnya, kolusi antara tiga karyawan mulai
merupakan sikap, karakter, atau serangkaian dari departemen personel, manufaktur, dan
nilai-nilai etis yang memperbolehkan pihak- penggajian untuk membuat pembayaran
pihak tertentu untuk melakukan tindakan kepada karyawan fiktif) seperti yang
kecurangan, atau orang-orang yang berada dikemukan Najahningrum (2013). Sedangkan
dalam lingkungan yang cukup menekan yang pengertian kolusi berdasarkan UU No. 28
membuat mereka merasionalisasi tindakan Tahun 1999 tentang penyelenggaraan negara-
fraud. Rationalization terjadi karena pelaku negara yang bersih dan bebas dari korupsi,
fraud mencari pembenaran atas aktivitas yang kolusi, dan nepotisme, kolusi adalah
mengandung fraud. Para pelaku fraud pemufakatan kerjasama melawan hukum antar
meyakini atau merasa bahwa tindakannya penyelenggara negara dan pihak lain,
bukan merupkan suatu fraud tetapi adalah masyarakat ataupun negara. Adapun Ciri-ciri
merupakan sesuatu hal yang menjadi haknya. kolusi yaitu sebagai berikut :
Albrecht (2004) menyatakan bahwa 5 faktor 1. Pemberian uang pelicin kepada
integritas personal dalam fraud scale mengacu perusahaan tertentu oleh oknum pejabat
kepada kode etik personal yang dimiliki oleh atau pegawai pemerintahan agar
tiap individu. Studi dari Albrecht ini perusahaan dapat memenangkan tender
memperkuat studi Cressey sebelumnya. pengadaan barang dan jasa tertentu.
Albrecht mengganti faktor rationalization 2. Penggunaan broker (perantara) dalam
dengan personal integrity agar lebih dapat pengadaan barang dan jasa tertentu.
diobservasi. Personal integrity mengacu Padahal, seharusnya dapat dilaksanakan
kepada kode etik personal yang dimiliki melalui mekanisme governance to
individu. Personal integrity dapat diobservasi governance (pemerintah ke pemerintah)
lewat teori perkembangan moral seperti dalam atau governance to producen (pemerintah
penelitian-penelitian etika. Ramamoorti ke produsen), atau dengan kata lain secara
(2008) menyatakan bahwa rasionalisasi dan langsung.
tekanan adalah faktor faktor penyebab
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 71

Factor-faktor penyebab terjadinya Kolusi melakukan kecurangan. Sifat kesempatan


dalam berbagai ruang lingkup: dirasakan bahwa kesempatan tidak harus
1. Dalam masyarakat: Himpitan ekonomi, nyata juga. Namun, peluang yang ada dalam
seperti gaji lebih kecil dari kebutuhan yang persepsi dan keyakinan dari pelaku. Dalam
makin meningkat, latar belakang kebanyakan kasus, semakin rendah resiko
kebudayaan atau kultur kerja atau tertangkap, semakin besar kemungkinan itu
lingkungan tempat tinggal. adalah bahwa penipuan akan berlangsung.
2. Dalam pemerintahan: Monopoli Kekuasaan Abdullah, Mansor (2015) menyatakan
dengan wewenang pejabat yang absolut kesempatan memiliki dua aspek: (i) yang
tanpa adanya mekanisme melekat kerentanan organisasi untuk
pertanggungjawaban, hubungan personal manipulasi, dan (ii) kondisi organisasi yang
antara pemimpin dan bawahan yang tidak dapat menjamin penipuan terjadi. Sebagai
berdasarkan asas persamaan, tidak ada contoh, jika ada pembagian kerja yang tidak
sistem kontrol yang baik, korupsi bagian memadai, pengendalian internal yang lemah,
budaya pejabat local. pemeriksaan tidak teratur, dan sejenisnya,
maka kondisi akan menguntungkan bagi
Pengembangan Hipotesis karyawan untuk melakukan kecurangan
1. Pengaruh Rationalization terhadap Sehingga saat memang peluang/kesempatan
Kecenderungan Kecurangan (Fraud) itu sangat tinggi maka tinngi pula terjadi
Rasionalisasi adalah pembenaran dari kecurangan (fraud).
perilaku penipuan karena kurangnya Ha : Diduga rationalization berpengaruh positif
karyawan dari integritas pribadi, atau terhadap kecenderungan kecurangan
penalaran moral (Rae dan Subramanian, 2008) (frud).
dalam Abdullah, Mansor (2015). Konsep ini
menunjukkan bahwa pelaku harus 3. Pengaruh Collusion terhadap
merumuskan beberapa ide yang dapat Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
diterima secara moral kepadanya sebelum Berdasarkan UU No. 28 Tahun 1999
terlibat dalam perilaku yang tidak etis. Kolusi adalah permufakatan atau kerja sama
Rasionalisasi mengacu pada pembenaran dan secara melawan hukum antar Penyelenggara
alasan bahwa perilaku tidak bermoral yang Negara atau antara Penyelenggara Negara dan
berbeda dari kegiatan kriminal. Jika individu pihak lain yang merugikan orang lain,
tidak dapat membenarkan tindakan tidak masyarakat, dan atau negara. Misalnya adanya
jujur, tidak mungkin bahwa ia akan terlibat kesepakatan antaran atasan dengan bawahan
dalam penipuan. Beberapa contoh untuk melakukan pencurian sejumlah uang,
rasionalisasi perilaku penipuan termasuk hal ini menyebabkan tingginya potensi untuk
"Saya hanya meminjam uang", "Saya berhak terjadinya kecurangan. Jadi bisa di bilang saat
atas uang karena majikan saya adalah kolusi itu sangat kuat, maka potensi terjadinya
kecurangan saya. "Selain itu, beberapa alasan kecurangan akan sangat tinggi.
penipu aksi mereka sebagai" Aku harus Ha : Diduga collusion berpengaruh positif
mencuri untuk menyediakan untuk keluarga terhadap kecenderungan kecurangan
saya "," beberapa orang melakukannya (fraud).
mengapa tidak aku juga "(Cressey, 1953)
dalam Abdullah, Mansor (2015). METODE PENELITIAN
Ha : Diduga opportunity berpengaruh positif Penelitian ini menggunakan objek PNS
terhadap kecenderungan kecurangan (Pegawai Negeri Sipil) yang berdinas di 14
(fraud). Dinas di Kota Bogor. Desain penelitian
(research design) adalah suatu rencana kerja
2. Pengaruh Kesempatan (Opportunity) terstruktur dan komprehensif mengenai
terhadap Kecenderungan Kecurangan hubungan–hubungan antar variabel yang
(Fraud) disusun sedemikian rupa agar hasil risetnya
Opportunity adalah peluang yang dapat memberikan jawaban atas pertanyaan–
memungkinkan terjadinya fraud. Abdulloh, pertanyaan riset (Umar, 2002:36). Selanjutnya,
Mansor (2015) Peluang diciptakan oleh Malhotra (2004) dalam Lianasari (2009:32)
kontrol efektif atau sistem pemerintahan yang mendefenisikan disain penelitian sebagai
memungkinkan seorang individu untuk kerangka atau cetak biru (blue print) dalam
72 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

melaksanakan suatu proyek riset, di mana Sugiyono (2016:147), Kegiatan dalam


didalamnnya terperinci prosedur–prosedur analisis data adalah: mengelompokkan data
yang diperlukan untuk memperoleh informasi berdasarkan variable dan jenis responden,
yang dibutuhkan untuk menstruktur atau mentabulasi data berdasarkan variable dari
memecahkan masalah–masalah penelitian. seluruh responden, menyajikan data tiap
Supardi (2014) Sampel adalah bagian variable yang diteliti, melakukan perhitungan
dari populasi yang mempunyai ciri-ciri atau untuk menjawab rumusan masalah, dan
keadaan tertentu yang akan diteliti. Metode melakukan perhitungan untuk menguji
penarikan sampel dalam penelitian ini dapat hipoptesis yang telah diajukan.
digolongkan non probability sampling dengan 1. Analisis Statistik Deskriptif (Descriptive
teknik sampling kuota. Non probability Statistic)
sampling adalah teknik pengambilan sampel Statistik deskriptif merupakan statistik
yang tidak memberi peluang/kesempatan yang digunakan untuk menganalisis data
sama bagi setiap unsur atau anggota populasi dengan cara mendeskripsikan atau
untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, menggambarkan data yang telah terkumpul
2016). Yang termasuk salah satu jenis teknik sebagaimana adanya tanpa bermaksud
ini adalah sampling kuota. Sampling kuota membuat kesimpulan yang berlaku umum atau
merupakan teknik untuk menentukan sampel generalisasi (Sugiyono, 2016).
dari populasi yang mempunyai ciri–ciri Statistik deskriptif digunakan untuk
tertentu sampai jumlah (kuota) yang memberikan gambaran mengenai variabel–
diinginkan (Sugiyono, 2016). Ukuran sampel variabel penelitian, yaitu: opportunity ,
yang direncanakan dalam penelitian ini adalah Rationaliztion , collusion dan kecenderungan
84 responden. Jumlah responden tersebut kecurangan akuntansi.Variabel–variabel
terdiri atas: pejabat struktural seperti kepala tersebut akan diukur kinerjanya berdasarkan
dan sekretaris, serta PNS yang bekerja pada kreteria yang ditentukan pada masing–masing
bagian atau sub bagian keuangan, rentang skala. Menentukan rentang skala suatu
perbendarahaan dan verifikasi. Data jumlah aspek kinerja dilakukan analisis rentang
PNS diperoleh dari badan kepegawaian dan kriteria (Umar, 2009). Analisis ini digunakan
pelatihan Kota Bogor. untuk mengetahui pada rentang skala
manakah keputusan yang dihasilkan.
Metode Pengujian Data
1. Uji Validitas 2. Analisis Regresi Linear Berganda
Sugiyono (2016:121), valid berarti Analisis regresi linear berganda adalah analisis
instrumen tersebut dapat digunakan untuk untuk mengetahui hubungan secara linear
mengukur apa yang seharusnya diukur. Uji antara dua atau lebih variabel
validitas digunakan untuk menunjukkan independen(X1,X2,X3) dengan variabel
sejauh mana suatu alat ukur atau kuesioner dependen (Y). Dalam uji regresi berganda,
mengukur apa yang akan diukur. Asumsi seluruh variabel prediktor (bebas)
pokok dari uji validitas ini adalah setiap dimasukkan ke dalam perhitungan regresi
pertanyaan/pernyataan berkaitan satu dengan secara serentak.
yang lainnya, dan juga berhubungan dengan
objek yang akan diteliti. 3. Uji asumsi klasik
2. Uji Reliabilitas Uji Normalitas
Sugiyono (2016:121), instrument yang Uji normalitas bertujuan menguji apakah
reliabel adalah instrument yang bila digunakan model regresivariabel terikat dan variabel
beberapa kali untuk mengukur obyek yang bebas keduanya mempunyai distribusi
sama, akan menghasilkan data yang sama. normalatau tidak. Model regresi yang baik
Pengujian realibilitas yang digunakan pada adalah yang memiliki distribusi datanormal
penelitian ini adalah menggunakan rumus atau mendekati normal. Pada penelitian ini
alpha. Nilai rhitung dibandingkan dengan rtabel, dilakukan dua uji normalitas, yaitu: metode
jika rhitung lebih besar dari nilai rtabel maka grafik dan metode One Sample Kolmogorov
dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut Smirnov.
reliabel. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas dilakukan untuk
Metode Analisis Data menunjukkan adanya hubungan linea r antara
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 73

variabel independen. Jika terdapat (15%), 31 sampai 40 tahun sebanyak 26


multikolinearitas sempurna maka akan responden (48%), 41 sampai 50 tahun
berakibat koefisien regresitak hingga, maka sebanyak 16 responden (30%), dan diatas 50
penaksiran lewat kuadran terkecil menjadi tak tahun sebanyak 4 responden (7%). Sebaran
tertentu danvariansi serta standar deviasi responden berdasarkan jabatannya, yang
menjadi tidak terdefenisikan. Metode yang terdiri atas: Kasubbag keuangan dan Staff
digunakan untuk mendeteksi adanya keuangan. Persentase sebaran responden
multikolinearitas adalah dengan menggunakan berdasarkan jabatannya terdiri atas :
nilai Varian Inflation Factor (VIF). Kasubbag Keuangan sebanyak 12 responden
Heterokedastitas (22%) dan Staff Keuangan 42 responden
Asumsi pokok dari model regresi linear (78%). Sebaran responden berdasarkan masa
klasik adalah bahwa gangguan(disturbance) kerjanya, yang terdiri atas : 1 sampai 10 tahun,
yang muncul dalam regresi adalah 11 sampai 20 tahun, 21 sampai 30 tahun, dan
heteroskedastisitas. Uji heterokedastisitas diatas 31 tahun. Persentase sebaran
digunakan untuk menguji apakah dalam model responden berdasarkan masa kerjanya terdiri
regresiterjadi ketidaksamaan varians dari atas: 1 sampai 10 tahun sebanyak 20
residual satu pengamatan ke pengamatanyang responden (37%), 11 sampai 20 tahun
lain. Bila nilai thitung< ttabel maka akan terjadi sebanyak 22 responden (41%), 21 sampai 30
homoskedastisitas yaituvarian variabel tahun sebanyak 12 responden (22%), dan
independen adalah konstan untuk setiap nilai diatas 31 tahun tidak ada (0%). Sebaran
tertentuvariabel independen. Sebaliknya, responden berdasarkan masa kerjanya, yang
apabila nilai thitung> ttabel, berarti terdiri atas: SMA/Sederajat, Diploma 1,
terjadiheteroskedastisitas. Pada penelitian ini, Diploma 2, Diploma 3, Sarjana, dan
akan dilakukan dua uji heterokesdastisitas, Pascasarjana. Persentase sebaran responden
yaitu Metode Scatterplots Regresi dan Metode berdasarkan pendidikan terakhirnya terdiri
Glejser. atas: SMA/Sederajat sebanyak 12 responden
(22%), Diploma 1 sebesar 1 responden (2%),
Metode Pengujian Hipotesis Diploma 2 tidak ada(0%), Diploma 3 sebanyak
1. Uji Simultan (Uji F) 8 responden (15%), Sarjana sebanyak 24
Uji F atau uji koefisien regresi secara responden (44%), dan Pascasarjana 9
serentak digunakan untuk mengetahui responden (17%).
hubungan antara variabel independent
dan variabel dependen, opportunity (X1), Uji Validitas Instrumen
Rationaliztion (X2), collusion (X3) dan Hasil pengujian validitas menunjukan
benar–benar berpengaruh secara bahwa semua item pertanyaan memiliki
simultan (bersama–sama) terhadap validitas di atas 0,2262 dengan taraf signifikasi
variabel dependen kecenderungan semua item petanyaan mencapai 0,000. Untuk
kecurangan (Y). variabel endogen Opportunity diukur dengan
2. Uji t (Uji Parsial) 11 item pertanyaan memiliki nilai pearson
Uji t atau uji parsial digunakan untuk coleration tertinggi 0,863 pada item
menguji berarti atau tidaknya hubungan pertanyaan ke 3 (O3) dan nilai pearson
variabel–variabel independen yang terdiri coleration terendah 0,677 pada item
dari: opportunity (X1), Rationaliztion (X2), pertanyaan ke 10 (O10). Dengan demikian
collusion (X3). semua item pernyaataan Opportunity lolos uji
validitas. Variabel endogen Rationalization
diukur dengan 11 item pertanyaan memiliki
HASIL DAN PEMBAHASAN nilai pearson coleration tertinggi 0,905 pada
item pertanyaan ke 5 (R5) dan nilai pearson
Karakteristik Responden coleration terendah 0,685 pada item
Hasil Sebaran responden berdasarkan pertanyaan ke 1 (R1). Dengan demikian semua
usianya, yang terdiri atas: usia 21 sampai 30 item pernyaataan Rationalization lolos uji
tahun, 31 sampai 40 tahun, 41 sampai 50 validitas. variabel endogen Collusion diukur
tahun, dan diatas 50 tahun. Persentase sebaran dengan 9 item pertanyaan memiliki nilai
responden berdasarkan usia terdiri atas: usia pearson coleration tertinggi 0,912 item
21 sampai 30 tahun sebanyak 8 responden pertanyaan ke 8 dan 9 (C8 & C9) dan nilai
74 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

pearson coleration terendah 0,689 pada item dan ke 3 (F2 & F3) dan nilai pearson coleration
pertanyaan ke 5 (C5). Dengan demikian semua terendah 0,925 pada item pertanyaan ke 6
item pernyaataan Collusion lolos uji validitas. (F6). Dengan demikian semua item
Variabel eksogen Fraud diukur dengan pernyaataan Fraud lolos uji validitas.
6 pada item pertanyaan memiliki nilai pearson
coleration tertinggi 0,984 item pertanyaan ke 2 Uji Reliabilitas Instrumen
Berikut hasil pengujian reliabilitas ditujukan dengan tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 1:Hasil Uji Reliabilitas Instrumen


Variabel Nilai Cronbach's alpha Status Menurut George dan Maller
Opportunity 0,940 Sempurna (Excellent)
Rationalization 0,963 Sempurna (Excellent)
Collusion 0,950 Sempurna (Excellent)
Fraud 0,984 Sempurna (Excellent)
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 1. dapat disimpulkan Hasil pengolahan data variable
bahwa instrumen yang digunakan reliabel atau Opportunity menunjukan bahwa standar
memiliki kehandalan jika pengukuran diulang. deviasi sebesar 7,6175393 lebih kecil dari
Hal ini dibuktikan dengan semua variabel yang mean yang sebesar 41,537037. Hal ini
memiliki predikat sempurna (excellent). menunjukan bahwa nilai sampel dominan
berkumpul disekitar rata-rata hitungnya. Hal
ini dapat dikatakan opportunity masuk
Analisa Deskripsi Variabel Penelitian kedalam kategori berkesempatan.

Tabel 2: Distribusi Kategori Penilaian Responden Untuk Variabel Opportunity


Jumlah
No. Interval Kategori Persentase
Responden
1 11,0 – 19,8 Sangat Tidak berkesempatan 0 0%
2 19,8 – 28,6 Tidak Berkesempatan 5 9%
3 28,6 – 37,4 Cukup Berkesempatan 6 11%
4 37,4 – 46,2 Berkesempatan 35 65%
5 46,2 – 55,0 Sangat Berkesempatan 8 15%
Sumber: Data dan Informasi Diolah (2016)
Berdasarkan tabel 2. menunjukan deviasi sebesar 9,8127116 lebih kecil dari
sebagian besar responden menyatakan mean yang sebesar 29,555556. Hal ini
pendapat pada kategori berkesempatan yaitu menunjukan bahwa nilai sampel dominan
sebanyak 35 responden. Hasil ini menunjukan berkumpul disekitar rata-rata hitungnya. Hasil
kesempatan untuk melakukan kecurangan ini menunjukan dapat dikatakan
yang bisa saja terjadi di masing-masing dinas Rationalization masuk kedalam kategori cukup
se-Kota Bogor. dibenarkan.
Hasil pengolahan data Variabel
Rationalization, menunjukan bahwa standar
Tabel 3: Distribusi Kategori Penilaian Responden Untuk Variabel Rationalization
No. Interval Kategori Jumlah Responden Persentase
1 11,0 – 19,8 Sangat Tidak Dibenarkan 4 7%
2 19,8 – 28,6 Tidak Dibenarkan 26 48%
3 28,6 – 37,4 Cukup Dibenarkan 11 20%
4 37,4 – 46,2 Dibenarkan 12 22%
5 46,2 – 55,0 Sangat Dibenarkan 1 3%
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 3. menunjukan sebanyak 26 responden. Hal ini menunjukan
sebagian besar responden menyatakan bahwa menurut persepsi pegawai dinas se-
pendapat pada kategori tidak dibenarkan yaitu
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 75

Kota Bogor tidak benarkannya suatu ungkapan 29,814815. Hal ini menunjukan bahwa nilai
pembenaran untuk melakukan kecurangan. sampel dominan berkumpul disekitar rata-rata
Hasil pengolahan data Variabel Collusion, hitungnya. Hasil ini menunjukan bahwa dapat
menunjukan bahwa standar deviasi sebesar dikatakan Collusion masuk kedalam kategori
6,7713995 lebih kecil dari mean yang sebesar kadang-kadang berkolusi .

Tabel 4: Distribusi Kategori Penilaian Responden Untuk Variabel Collusion


No. Interval Kategori Jumlah Responden Persentase
1 9,0 – 16,2 Tidak Pernah Berkolusi 0 0%
2 16,2 – 23,4 Tidak Berkolusi 10 19%
3 23,4 – 30,6 Kadang – kadang Berkolusi 13 24%
4 30,6 – 37,8 Berkolusi 28 52%
5 37,8 – 45,0 Sering Berkolusi 3 5%
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 4. menunjukan Hasil pengolahan data Variabel Fraud,
sebagian besar responden menyatakan menunjukan bahwa standar deviasi sebesar
pendapat pada kategori berkolusi yaitu 3,9640682 lebih kecil dari mean yang sebesar
sebanyak 28 responden. Hal ini menunjukan 23,055556. Hal ini menunjukan bahwa nilai
bahwa menurut persepsi pegawai dinas se- sampel dominan berkumpul disekitar rata-rata
Kota Bogor ada kemungkinan melakukan hitungnya. Hasil ini menunjukan bahwa maka
kerjasama (kolusi) dalam melakukan dapat dikatakan Fraud masuk kedalam
kecurangan. kategori sering terjadi.

Tabel 5 : Distribusi Kategori Penilaian Responden Untuk Variabel Fraud


No. Interval Kategori Jumlah Responden Persentase
1 6,0 – 10,8 Sangat Jarang Terjadi 0 6%
2 10,8 – 15,6 Jarang Terjadi 5 9%
3 15,6 – 20,4 Kadang-kadang Terjadi 1 2%
4 20,4 – 25,2 Sering Terjadi 43 80%
5 25,2 - 30,0 Sangat Sering Terjadi 5 9%
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan tabel 5. menunjukan
sebagian besar responden menyatakan Uji Asumsi Klasik
pendapat pada kategori sering terjadi yaitu Hasil uji normalitas dengan metode one
sebanyak 43 responden. Hal ini menunjukan sample kolmogrov smirnov pada penelitian ini
bahwa menurut persepsi pegawai dinas se- ditunjukan dengan Tabel di bawah ini:
Kota Bogor kecenderungan kecurangan sering
terjadi.
Tabel 6 : Hasil Uji Normalitas dengan One Sampel Kolmogrov Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 54

Normal Parametersa,b Mean 0


Std. Deviation 1,9261852
Most Extreme Differences Absolute 0,096
Positive 0,096
Negative -0,063
Kolmogorov-Smirnov Z 0,705
Asymp. Sig. (2-tailed) 0,702
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Sumber : Data Primer Diolah 2017
76 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

Berdasarkan Tabel 6. dapat dilihat nilai Hasil pengujian multikolinearitas dengan


sifinikanis atau asymp.sig. untuk uji 2 arah metode VIF pada penelitian ini, ditunjukan
adalah 0,702 atau lebih besar dari 0,05 (0,702 dengan Tabel di bawah ini:
> 0,05). Dengan demikian dapat dikatakan
model regresi berdistribusi normal.
Tabel 7 : Hasil Uji Multikolinearitas Dengan Metode VIF
Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 Opportunity 0,654 1,530
Rationalization 0,767 1,304
Collusion 0,550 1,819
a. Dependent Variable: Kecenderungan Kecurangan (Fraud)
Berdasarkan Tabel 7. dapat dilihat Uji Glejser dilakukan dengan cara
bahwa ketiga variabel bebas memiliki nilai VIF meregresikan antara variabel independen
yang masing-masing adalah variabel dengan nilai absolut residualnya. Kreteria
Opportunity sebesar 1,530, variabel pengambilan kebuputusan diambil, jika nilai
rationalization sebesar 1,304 dan variabel signifikansi antara variabel independen
collusion sebesar 1,819. Ketiga variabel dengan absolut residual lebih dari 0,05 maka
memiliki nilai VIF lebih kecil dari 5 (VIF<5), tidak terjadi masalah heteroskedastisitas. Hasil
maka dapat dikatakan bahwa model regresi uji Glejser pada penelitian ini ditunjukan
tidak terjadi gejala multikolinearitas atau non dengan Tabel di bawah ini:
multikolinieritas.
Tabel 8:Hasil Uji Heterokesdastistas dengan Uji Glejser
Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Std.
Model B Error Beta T Sig.
1 (Constant) 2,409 ,924 2,608 ,012
X1 ,002 ,026 ,015 ,090 ,929
X2 ,002 ,018 ,018 ,114 ,910
X3 -,035 ,032 -,205 -1,095 ,279
Sumber : Data Primer Diolah 2017
Berdasarkan hasil uji Glesjer pada Tabel prasyarat dalam analisis korelasi atau regresi
8. di atas, dapat diketahui bahwa nilai linear. Pengujian pada SPSS dengan
signifikansi ketiga variabel independen lebih menggunakan test for linearity dengan pada
dari 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan taraf signifikansi 0,05. Dua variabel dikatakan
bahwa tidak terjadi masalah mempunyai hubungan yang linear bila
heteroskedastisitas pada model regresi. signifikansi (linearity) kurang dari 0,05. Hasil
Uji linearitas bertujuan untuk uji linearitas dari ketiga variabel independen
mengetahui apakah 2 variabel mempunyai terhadap variabel dependen pada penelitian
hubungan yang linear atau tidak secara ini ditunjukan dengan Tabel di bawah ini:
signifikan. Uji ini biasanya digunakan sebagai
Tabel 9: Hasil Uji Linearitas
Variabel Independen Nilai Siginifikansi of linearity
Opportunity 0,000
Rationalization 0,012
Collusion 0,000
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 9. di atas Dua signifikansi lineraitas (sig. of linearity) sebesar
variabel independen (Opportunity dan 0,000 dan satu variabel independen
Collsion) secara individual mempunyai nilai (Rationalization) mempunyai nilai signifikansi
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 77

lineraitas (sig. of linearity) sebesar 0,012


dengan variabel dependen kecenderungan Analisa Regresi Linear Berganda
kecurangan mempunyai nilai signifikansi Analisa regresi linear berganda
lineraitas (sig. of linearity) sebesar 0,00. digunakan untuk mengukur pengaruh antara
Dengan demikian karena nilai sig of liniaerity lebih dari 1 variabel prediktor (variabel bebas)
kurang dari 0,05 (sig. of linearity < 0,05) maka terhadap variabel terikat. Pada penelitian ini
dapat dikatakan semua variabel independen digunakan 3 analisa regresi linear berganda,
mempunyai hubungan yang linear terhadap yaitu: persamaan regresi, koefisien kolerasi,
varaiebel kenderungan kecurangan. dan koefisien determinasi.
Tabel 10: Hasil Analisa Regresi Linear Berganda
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3,494 1,584 2,206 0,032
Opportunity 0,387 0,044 0,744 8,751 0,000
Rationalization 0,007 0,032 0,017 0,218 0,828
Collusion 0,110 0,054 0,188 2,027 0,048
a. Dependent Variable: Kecurangan (Fraud)
Sumber: Data Primer Diolah (2017)

Hasil pengolahan data berdasarkan tabel (X2) mengalami kenaikan 1 unit, maka
10. Di atas dapat diperoleh persamaan regresi kecenderungan kecurangan (Y) akan
berganda sebagai berikut : mengalami kenaikan sebesar 0,007 satuan
𝐘 =3,494 +0,387X1 + 0,007X2 +0,110X3 unit. Koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif anatara
Interprestasi persamaan di atas, dapat
Rationalization dengan kecenderungan
dijelaskan sebagai berikut: kecurangan, semakin naik Rationalization
semakin naik kecenderungan kecurangan.
a. Konstanta sebesar 3,494 artinya jika
Koefisien regresi variabel Collusion
Opportunity, Rationalization, dan collusion
sebesar 0,110 artinya jika variabel independen
nilainya adalah 0 maka kecenderungan
lainnya nilainya tetap dan Collusion (X3)
kecurangan sebesar 3,494 unit.
mengalami kenaikan 1 unit, maka
b. Koefisien regresi variabel Opportunity
kecenderungan kecurangan (Y) akan
sebesar 0,387 artinya jika variabel
mengalami kenaikan sebesar 0,110 satuan
independen lainnya nilainya tetap dan
unit. Koefisien bernilai positif artinya terjadi
Opportunity (X1) mengalami kenaikan 1
hubungan positif antara Collusion dengan
unit, maka kecenderungan kecurangan (Y)
kecenderungan kecurangan, semakin naik
akan mengalami kenaikan sebesar 0,387
Collusion semakin naik kecenderungan
satuan unit. Koefisien bernilai positif
kecurangan.
artinya terjadi hubungan positif antara
Opportunity dengan kecenderungan
Koefisien Korelasi dan Determinasi
kecurangan, semakin naik Opportunity
Koefisien korelasi yang dihasilkan dalam
semakin naik kecenderungan kecurangan.
penelitian ini ditujukan dengan Tabel 4.19
c. Koefisien regresi Rationalization sebesar
berikut ini:
0,007 artinya jika variabel independen
lainnya nilainya tetap dan Rationalization
Tabel 11: Hasil Analisa Korelasi Berganda
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,874a ,764 ,750 1,98313
a. Predictors: (Constant), opportunity, rationalization, collusion
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
78 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

Berdasarkan Tabel 11. di atas diperoleh tidak diteliti dalam peneitian ini. Standard
angka R sebesar 0,874. Setelah dilihat dengan Error of the Estimate adalah suatu ukuran
Tabel 3.9 angka ini menunjukan tingkat banyaknya kesalahan model regresi dalam
hubungan yang kuat antara variabel memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi di
Opportunity, Rationalization, dan collusion dapat nilai 1,98313 atau 1,98313 satuan unit,
dengan variabel kecenderungan kecurangan. hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam
Sedangkan koefisien determinasi Berdasarkan prediksi kecurangan sebesar 1,98313 satuan
tabel 11. angka R Square atau koefisien unit.
determinasi adalah 0,764 (berasal dari 0,874 x
0,874). Hal ini berarti 76,4% variasi dari Pengujian Hipotesis
kecurangan (fraud) bisa dijelaskan oleh variasi Uji F
dari ketiga variabel independen, Uji ini digunakan untuk mengetahui
sedangkan sisanya (100% - 76,4% = apakah variabel independen (Opportunity,
23,6%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain atau Rationalization, dan collusion) secara bersama-
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak sama berpengaruh secara signifikan terhadap
dimasukkan dalam model penelitian ini. Nilai variabel dependen (kecenderungan
Adjusted R Square yang telah disesuaikan, nilai kecurangan). Atau untuk mengetahui apakah
ini selalu lebih kecil dari R Square yang model regresi dapat digunakan untuk
bernilai 0,750 yang artinya nilai R2 yang memprediksi variabel dependen atau tidak.
disesuaikan terhadap variabel bebas yang Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat
berarti 75% variabel bebas dapat menjelaskan berlaku untuk populasi. Dari hasil output
variabel terikatnya sedangkan sisa 25% analisa regresi dapat diketahui nilai F seperti
dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang pada tabel 4.21 berikut ini.

Tabel 12: Hasil Uji F (Uji Simultan)


ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 636,193 3 212,064 53,922 ,000b
Residual 196,640 50 3,933
Total 832,833 53
a. Dependent Variable: Kecurangan (Fraud)
b. Predictors: (Constant), opportunity, rationalization, collusion
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
Berdasarkan Tabel 12. hasil ini terdiri dari dimensi opportunity dan
pengolahan data menunjukan ketiga variabel dimensi rationalization, serta adanya kolusi
tersebut berpengaruh terhadap (kongkalikong). Dengan demikian, dapat
kecenderungan kecurangan (fraud). Hal ini disimpulkan bahwa semakian tinggi dimesi
ditunjukan dengan thitung sebesar 53,922 lebih fraud triangle theory yang diikuti dengan
besar dari ttabel 2,79 dan probilitas sebesar adanya kolusi dalam suatu instansi, maka
0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. semakin tinggi kecurangan yang mungkin
Berdasarkan pengolahan data tersebut, dapat terjadi.
disimpulkan terdapat pengaruh yang
signifikan antara opportunity, rationalization, Uji t
dan collusion dengan kecenderungan Uji ini digunakan untuk mengetahui
kecurangan (fraud), sehingga ketiga variabel apakah dalam model regresi variabel
tersebut secara simultan dapat memicu independen (opportunity, rationalization, dan
terjadinya kecuarangan (fraud). Dengan collusion) secara parsial berpengaruh
demikian hipotesis mayor (H4) dapat diterima. signifikan terhadap variabel dependen
Hal tersebut konsisten dengan teori (kecenderungan kecurangan). Hasil analisis
fraud triangle yang membagi faktor-faktor regresi output SPSS ditunjukan dengan Tabel
penyebab fraud ke dalam tiga dimensi. Adapun 4.22 berikut ini:
dua dimensi yang digunakan dalam penelitian
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 79

Tabel 13: Hasi Uji t (Uji Parsial)


Coefficientsa
Unstandardized Standardized
Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 3,494 1,584 2,206 ,032
Opportunity ,387 ,044 ,744 8,751 ,000
Rationalization ,007 ,032 ,017 ,218 ,828
Collusion ,110 ,054 ,188 2,027 ,048
a. Dependent Variable: Kecurangan (Fraud)
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
a. Pengujian koefisien regresi variabel untuk ttabel sebesar 1,67591. Oleh karena
Opportunity nilai thitung≤ttabel (0,218≤1,67591) maka H0
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% (uji 1 diterima, artinya secara parsial tidak ada
sisi) dengan derajat kebebasan (df) n–k–1 pengaruh siginifikan antara rationalization
atau 54-3-1= 50 (n adalah jumlah dengan kecenderungan kecurangan. Maka
responden dan k adalah jumlah variabel dapat disimpulkan bahwa secara parsial
independen). Dengan pengujian 1 sisi rationalization tidak berpengaruh positif
(signifikansi = 0,050) hasil diperoleh untuk terhadap kecenderungan kecurangan.
ttabel sebesar 1,67591.Oleh karena nilai thitung c. Pengujian koefisien regresi variabel
≥ ttabel ((8,751≥1,67591) maka H0 ditolak, Collusion
artinya secara parsial ada pengaruh Tabel distribusi t dicari pada a = 5% (uji 1
siginifikan antara opportunity dengan sisi) dengan derajat kebebasan (df) n–k–1
kecenderungan kecurangan. Maka dapat atau 54-3-1= 50 (n adalah jumlah
disimpulkan bahwa secara parsial responden dan k adalah jumlah variabel
opportunity berpengaruh positif terhadap independen). Dengan pengujian 1 sisi
kecenderungan kecurangan. (signifikansi = 0,050) hasil diperoleh
b. Pengujian koefisien regresi variabel untuk ttabel sebesar 1,67591. Oleh karena
Rationalization nilai thitung ≥ ttabel (2,027≥1,67591) maka H0
Tabel distribusi t dicari pada a = 5% (uji 1 ditolak, artinya secara parsial ada
sisi) dengan derajat kebebasan (df) n–k–1 pengaruh siginifikan antara collusion
atau 54-3-1= 50 (n adalah jumlah dengan kecenderungan kecurangan. Maka
responden dan k adalah jumlah variabel dapat disimpulkan bahwa secara parsial
independen). Dengan pengujian 1 sisi collusion berpengaruh positif terhadap
(signifikansi = 0,050) hasil diperoleh kecenderungan kecurangan.
Tabel 14: Rekapitulasi Pengujian Hipotesis

thitung Probabilitas
Variabel
thitung ttabel Kep. Prob. Sig. Kep.
Opportuniry-> Fraud 8,751 1,67591 H0 ditolak 0,000 0,05 H0 ditolak
Rationalization-> Fraud 0,218 1,67591 H0 diterima 0,828 0,05 H0 diterima
Collusion-> Fraud 2,027 1,67591 H0 ditolak 0,048 0,05 H0 ditolak
Sumber : Data Primer Diolah (2017)

a. H1 = Diduga Opportunity Berpengaruh kecurangan dalam instansi tersebut. Hasil


Positif terhadap Kecenderungan pengolahan data menunjukan opportunity
Kecurangan (Fraud) berpengaruh terhadap kecenderungan
Hipotesis pertama (H1) yang diajukan kecurangan (fraud). Hal ini ditunjukan
dalam penelitian ini adalah bahwa dengan thitung sebesar 8,751 lebih besar
opportunity berpengaruh positif terhadap dari ttabel 1,67951 dan probilitas sebesar
kecenderungan kecurangan (fraud). 0,000 lebih kecil dari taraf signifikansi
Dengan kata lain, semakin tinggi 0,05. Berdasarkan pengolahan data
opportunity pada suatu instansi, maka tersebut, dapat disimpulkan terdapat
semakin tinggi kemungkinan terjadinya pengaruh yang signifikan antara
80 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

opportunity dengan kecenderungan Hipotesis ketiga (H3) yang diajukan dalam


kecurangan (fraud), sehingga opportunity penelitian ini adalah bahwa collusion
dalam instansi dapat memicu terjadinya berpengaruh positif terhadap
kecuarangan (fraud). Dengan demikian kecenderungan kecurangan (fraud).
hipotesis kesatu (H1) diterima. Temauan Dengan kata lain, semakin tinggi tingkat
ini sesuai dengan teori fraud triangel yang collusion pada suatu instansi, maka
menjelaskan bahwa opportunity semakin tinggi kemungkinan terjadinya
merupakan salah satu faktor yang menjadi kecurangan dalam instansi tersebut. Hasil
motivasi terjadinya kecurangan (fraud). pengolahan data menunjukan collusion
Hal ini disebabkan oleh peluang yang ada berpengaruh positif terhadap
dalam persepsi dan keyakinan dari pelaku. kecenderungan kecurangan (fraud). Hal ini
Dalam kebanyakan kasus, semakin rendah ditunjukan dengan thitung sebesar 2,027
resiko tertangkap, semakin besar lebih besar dari ttabel 1,67951 dan
kemungkinan itu adalah bahwa penipuan probilitas sebesar 0,048 lebih kecil dari
akan berlangsung. Dapat disimpulkan, taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan
semakin tinggi tingkat opportunity akan pengolahan data tersebut, dapat
mempengaruhi kecenderungan disimpulkan terdapat pengaruh positif
kecurangan (fraud) yang mungkin terjadi. yang signifikan antara collusion dengan
b. H2 = Diduga Rationalization kecenderungan kecurangan (fraud),
Berpengaruh Positif terhadap sehingga tingkat collusion yang terdapat
Kecenderungan Fraud dalam instansi dapat menekan terjadinya
Hipotesis kedua (H2) yang diajukan dalam kecurangan (fraud). Dengan demikian
penelitian ini adalah bahwa rationalization hipotesis ketiga (H3) dapat diterima. .
berpengaruh positif terhadap Temauan ini sejalan dengan Sitorus (2009)
kecenderungan kecurangan (fraud). yang menjelaskan bahwa collusion
Dengan kata lain, semakin tinggi merupakan salah satu faktor lain yang
rationalization (ungkapan pembenaran) menjadi motivasi terjadinya kecurangan
pada suatu instansi, maka semakin tinggi (fraud). Hal ini dikarenakan dengan
kemungkinan terjadinya kecurangan adanya kolusi (kongkalikong), maka
dalam instansi tersebut. Tetapi, hasil semakin kuat untuk memicu terjadi
pengolahan data menunjukan kecurangan. Sehingga dapat disimpulkan,
rationalization tidak berpengaruh semakin tinggi tingkat collusion akan
terhadap kecenderungan kecurangan mempengaruhi kecenderungan
(fraud). Hal ini ditunjukan dengan thitung kecurangan yang mungkin terjadi.
sebesar 0,215 lebih kecil dari ttabel 1,67951
dan probilitas sebesar 0,828 lebih besar Variabel yang Paling Dominan
dari taraf signifikansi 0,05. Berdasarkan Berpengaruh Terhadap Kecederungan
pengolahan data tersebut, dapat Fraud
disimpulkan tidak terdapat pengaruh yang Berdaasarkan hasil pengolahan data
signifikan antara rationalization dengan variabel yang paling dominan dalam
kecenderungan kecurangan (fraud), memberikan pengaruh terhadap
sehingga rationalization dalam instansi kecenderungan kecurangan ialah varibel
tidak dapat memicu terjadinya opportunity dengan probilitas sebesar 0,000
kecuarangan (fraud). Dengan demikian lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05,
hipotesis kedua (H2) ditolak. Temuan ini dibandingan dengan variabel collusion yang
tidak sesusai dengan teori fraud triangel. memberikan pengaruh dengan probilitas
Hal ini menunjukan bahwa integritas dan sebesar 0,048. Sedangkan variabel
moralitas individu masih sangat baik, serta rationalization tidak memiliki pengaruh
perikalau etis individu yang sangat baik. terhadap kecederungan kecurangan (fraud)
Dapat disimpulkan, semakin tinggi dengan probilitas sebesar 0,828. Artinya
rationalization tidak akan mempengaruhi bahwa adanya peluang (opportunity) dalam
kecenderungan kecurangan yang mungkin suatu instansi sangat mendominasi atau
terjadi. memicu terjadi kecurangan (fraud).
c. H3 = Diduga Collusion Berpengaruh Kesempatan tersebut pada dasarnya ada 2
Positif terhadap Kecenderungan Fraud faktor yang dapat meningkatkan adanya
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 81

peluang atau kesempatan bagi seseorang peluang atau kesempatan bagi seseorang
untuk berbuat fraud seperti sistem untuk berbuat fraud seperti sistem
pengendalian intern yang lemah, tata kelola pengendalian intern yang lemah, tata
organisasi buruk. kelola organisasi buruk

KESIMPULAN
1. Opportunity, rationalization dan DAFTAR PUSTAKA
collusionsecara simulatan berpengaruh
Abdullah, Mansor, 2015, Fraud Triangle
terhadap kecenderungan fraud di dinas
Theory and Fraud Diamond Theory.
daerah Kota Bogor. Artinya semakin tinggi
Understanding the Convergent and
tingka ketiga faktor tersebut, maka akan
Divergent For Future Research,
semakin tinggi tingkat terjadinya fraud di
International Journal of Academic
Dinas Kota Bogor. Hal ini juga
Research in Accounting, Finance and
membuktikan bahwa teori fraud triangle
Management Sciences (Vol 5), E-ISSN:
masih relevan digunakan untuk
2225-8329, P-ISSN: 2308-0337.
mengindentifikasi motivasi seseorang
Albercht, W.S, 2004, Fraud Examination. USA:
melakukan fraud, serta faktor lainnya yaitu
South-Western
kolusi dalam memicu terjadifraud.
Aghghaleh, Iskandar, Mohamed, 2014, Fraud
2. Secara parsial opportunity dan
Risk Factors of Fraud Triangle and
collusionberpengaruh positif terhadap
the Likelihood of Fraud Occurrence:
kecenderungan fraud di Dinas Kota Bogor,
Evidence from Malaysia, Information
sedangkan rationalizationtidak
Management and Business Review.
berpengaruh positif terhadap
Ahriati, Basuki, Widiyastuti, 2015, Analisis
kecenderungan fraud di Dinas Kota Bogor.
Pengaruh Sistem Pengendalian
Berpengaruhnya opportunity dan
Internal, Asimetri Informasi,
collusion,artinya semakin tingginya tingkat
Perilaku Tidak Etis Dan Kesesuaian
kesempatan dalam suatu instansi dapat
Kompensasi Terhadap
menjadi sebuah motivasi untuk melakukan
Kecenderungan Kecurangan
kecenderungan fraud dan semakin
Akuntansi Pada Pemerintah Daerah
tingginya tingkat kolusi dalam suatu
Kabupaten Lombok Timur, Jurnal
instansi dapat menmicu terjadinya
InFestasi (Vol 11), Halaman 41-55.
kecenderungan fraud. Hal ini disebabkan
Azwar, 2008, Sikap Manusia, Teori Dan
oleh peluang yang ada dalam persepsi dan
Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
keyakinan dari pelaku serta
Belajar
adanyamonopoli kekuasaan dengan
Didi, 2014, Analisa Faktor-Faktor yang
wewenang pejabat yang absolut tanpa
Berpengaruh terhadap
adanya mekanisme pertanggungjawaban,
Kencenderungan Kecurangan
hubungan personal antara pemimpin dan
(Fraud): Persepsi Pegawai OPD Kota
bawahan yang tidak berdasarkan asas
Bogor, Accounting Analyisis Journal.
persamaan, tidak ada sistem kontrol yang
Dorminey, J., A. S. Fleming., M.J. Kranacher, and
baik.. Dalam kebanyakan kasus, semakin
R. A. Riley, 2011, Beyond The Fraud
rendah resiko tertangkap, semakin besar
Triangle, Enchancing Deterrence of
kemungkinan itu adalah bahwa penipuan
Economic Crimes, CPA Journal.
akan berlangsung.
Fahmi, Irham, 2013, Pengantar Manajemen
3. Faktor yang berpengaruh dominan
Keuangan, Bandung : Alfabeta
terhadap kecenderungan fraud ialah
Fitrawansyah, 2014, Fraud & Auditing, Edisi
varibel opportunity dengan nilai beta
Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.
sebesar 74,4%, dibandingan dengan
Fitria, Amilin, 2014, Peran Integritas
variabel collusion yang memberikan
Personal sebagai Pemediasi pada
pengaruh dengan nilai beta sebesar 18,8%.
Pengaruh Lingkungan Etika
Artinya bahwa adanya peluang
Organisasi, Kualitas Pengendalian
(opportunity) dalam suatu instansi sangat
Internal dan Keadilan Organisasi
mendominasi atau memicu terjadi fraud.
terhadap Terjadinya Fraud, Jurnal
Kesempatan tersebut pada dasarnya ada 2
Riset Akuntansi dan Perpajakan (Vol
faktor yang dapat meningkatkan adanya
82 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud

1), ISSN 2339 – 1545, Halaman 109 – Konteks Pemerintahan Daerah,


119. Universitas Gadjah Mada - Yogyakarta.
George, D dan Mallery, 2003, SPSS for Pristiyanti, Ika R., 2012, Persepsi Pegawai
windows step by step: Asimple Guide Instansi Pemerintahan Mengenai
and reference. 11.0 Update .Allyn and Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Bacon. Boston. Fraud di Sektor Pemerintahan, AAJ
Jensen, M. C and Meckling, W.H, 1976, Theory 12012, ISSN 2252-6765, Halaman 1-13.
of the Firm : Managerial Behavior, Ramamoorti, S, 2008, The Psychology and
Agency Costs and Ownership Sosiology of Fraud: Integrating the
Structure, Journal of Financial Behavioral Sciences Component Into
Ekonomic, Oktober, 1976, V. 3, No. 4, Fraud and Forensic Accounting
pp. Curricula. Issues In Accounting
Kulsum, Umi & Jauhar, Mohammad, (2014), Education Vol. 23.
Penghantar Psikologi Sosial. Jakarta : Sitorus, 2008, The Roles Of Collusion,
Prestasi Pustaka Organisational Orientation, Justice
Kumaat, Valery G.,2011, Internal Audit, Avoidance, And Rationalisation On
Erlangga, Jakarta. Commission Of Fraud: A Model Based
Kusumastuti, Nur Ratri, 2012, Analisis Test, Review of Business Research, Vol.
Faktor-Faktor yang Berpengaruh 8, No.1, pp. 132-147
terhadap Kecenderungan Supardi, 2013, Aplikasi Statistika dalam
Kecurangan Akuntansi Dengan Penelitian Konsep Statistika yang
Perilaku Tidak Etis sebagai Variabel Lebih Komprehensif, Jakarta: Change
Intervening, Accounting Analysis Publication.
Journal. Sugiyono, 2016, Metode Penelitian
Lianasari, Dwi, 2009, Sumber Stress pada Kuantitatif Kualitatif dan R&B.
Karyawan Lini Depan Perbankan : Bandung: Alfabeta.
Studi Kasus PT.Bank Rakyat Sembiring, Masana, 2011, Budaya & Kinerja:
Indonesia (Persero) tbk Kantor Perspektif Organisasi Pemerintah,
Cabang Jakarta Pasar Minggu dan Cetakan Pertama, Fokus Media,
Depok, Skripsi Sarjana, Fakultas Bandung.
Ekonomi Universitas Indonesia Depok. Tim Penyusun KBBI, 2014, Kamus Besar
Lou, Wang, 2009, Fraud Risk Factor Of The Bahasa Indonesia Edisi Baru,
Fraud Triangle Assessing The Cetakan Keenam, PT. Media Pustaka
Likelihood Of Fraudulent Financial Phionex, Jakarta.
Reporting, Jounal of Business & Umar, Husein, 2002, Metode Riset Bisnis,
Economic Research. PT.Gramedia, Jakarta.
Mahmudi, 2011, Akuntansi Sektor Publik, Umar, Husein, 2009, Metode Penelitian
Yogyakarta: UII Press untuk Skripsi Dan Tesis Bisnis, Edisi
Najahningrum, Anik F., 2013, Faktor-Faktor kedua, Rajagrafindo Persada Jakarta.
yang Mempengaruhi Fraud: Undang-undang Republik Indonesia, Nomor
Persepsi Pegawai Dinas Provinsi 28 tahun 1999 tentang
DIY, Accounting Analyisis Journal, AAJ Penyelenggara Negara Yang Bersih
2 (3) (2013), ISSN 2252-6765, dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan
Halaman 259267. Nepotisme, Jakarta.
Norbarani, Listiana, 2012, Pendeteksian Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor
Kecurangan Laporan Keuangan 20 tahun 2001 tentang Tindak
dengan Analisis Fraud Triangel yang Pidana Korupsi, Jakarta.
diadopsi dalam SAS No.99. Zulkarnain, Rifqi M.,2013, Analisis Faktor
Universitas Dipenogoro, Semarang. yang Mempengaruhi Terjadinya
Puspasari, Suwardi, 2012, Pengaruh Fraud pada Dinas Kota Surakarta,
Moralitas Individu Dan Accounting Analysis Journal, AAJ 2 (2)
Pengendalian Internal Terhadap (2013), ISSN 2252-6765.
Kecenderungan Kecurangan Anti Coruption Clearing House, 2016,
Akuntansi: Studi Eksperimen Pada http://acch.kpk.go.id/statistik-korsup.
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 83

Duggar, E. & Duggar, M, 2004, ‘Corruption,


culture and organizational form’.
Available at SSRN:
http://ssrn.com/abstract=770889.
Info Korupsi.com,2016, http://infokorupsi
.com/id/geo-korupsi.php?ac=351&l=
kota-bogor
Kompas.com:http://regional.kompas.com/rea
d/2016/04/06/23173541/Kepala.Din
as.Koperasi dan UMKM.Kota.Bogor.
Ditahan.atas.Dugaan.Korupsi
Liputan6.com :
http://news.liputan6.com/read/26654
72/kpk-periksa-istri-akil-mochtar-di-
kasus-suap-pilkada-buton
http://news.liputan6.com/read/2664624/sua
p-ijon-proyek-kpk-periksa
kadisdikpora-kebumen

Anda mungkin juga menyukai