1402 4291 2 PB
1402 4291 2 PB
ANALYSIS FACTORS INFLUENCING TENDENCY OF FRAUD THERE IS SET OF JOB PERIPHERAL OF AREA
( SKPD) IN TOWN OF BOGOR.
F. Susandra, S. Hartina
Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Djuanda Bogor
Jl. Tol Ciawi No. 1, Kotak Pos 35, Kode Pos 16720, Telp/Fax : (0251) 8245155
Email : farizka.susandra, @unida.ac.id, Siti.Hartina@unida.ac.id
ABSTRACT
The purpose of this study was to examine the effect of the opportunity, rationalization, and collusion
for the tense of fraud. The population in this study are the department in Bogor City. The sampling
method used in this research quota sampling that employees have responsibility to managing finance
in the either government. The datas in this research is obtained by distributing questionnaires to 84
respondents on 14 government in Bogor City. For the testing research hypotheses and instrumen using
multiple regression. The results of this study prove that: opportunity and collusion had effect on tense
of fraud. While rationalization had not effect on tense of fraud.
Key Word : opportunity, rationalization, collusion, and fraud.
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh opportunity, rationalization, dan collusion
terhadap kecenderungan fraud. Populasi dalam penelitian ini adalah Dinas di Kota Bogor.
Pengambilan sampel penelitian ini menggunakan metode quota sampling dengan criteria pegawai
yang berada pada subbagian keuangan atau yang bertanggungjawab terhadap pengelolaan
keuangan pada masing – masing dinas. Data dalam penelitian ini diperoleh dengan cara
menyebarkan kuesioner kepada 84 responden di 14 Dinas di Kota Bogor. Pengujian hipotesis dan
instrument penelitian menggunakan alat analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian ini
membuktikan bahwa: opportunity dan collusion berpengaruh terhadap kecenderungan fraud.
Sedangkan rationalization tidak berpengaruh terhadap kecenderungan fraud.
Kata Kunci : opportunity, rationalization, collusion, dan fraud
64 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud
kejaksaan, dan sebagainya). Pristiyanti setoran hasil menjadi berkurang, (h) kontrak
(2012:2) mengatakan semua jenis fraud dapat pembagian hasil tambang yang merugikan
terjadi pada semua Sektor Pemerintahan, akan negara, (i) penjualan aset pemerintah tidak
tetapi yang paling sering terjadi adalah berdasarkan harga wajar atau harga pasar, (j)
korupsi. Pemerintah melaui Inpres (intruksi pelaksanaan tukar guling (ruislaag) yang
presiden) No. 17 Tahun 2011 telah merugikan negara dan pemanfaatan tanah
menetapkan 10 area rawan terjadinya TPK, negara yang harga sewanya tidak wajar, dan
yaitu: (1) pengadaan barang dan jasa yang (k) penerimaan yang seharusnya masuk ke
menggunakan APBN/APBD, (2) keuangan dan rekening kas negara, namun masuk ke
perbankan, (3) perpajakan, (4) minyak dan gas rekening atas nama pejabat atau perorangan,
(migas), (5) BUMN dan BUMD, (6) kepabeanan meskipun pejabat tersebut pimpinan instansi
dan cukai, (7) penggunaan APBN/APBD, (8) yang bersangkutan namun cara ini berpotensi
aset negara dan daerah, (9) pertambangan dan merugikan keuangan negara. Sedangkan, dari
pekerjaan, dan (10) pelayanan umum. Berbeda segi pengeluaran terdiri atas: (a) pengeluaran
dengan karakteristik korupsi yang terjadi pada belanja barang/jasa atau perjalanan dinas
organisasi publik yang ada di pusat yang lebih fiktif, (b) pembayaran ganda pejabat atau
pada penyalahgunaan kewenangan (abuse pegawai yang diperbantukan, (c)
authority) berhubungan dengan jabatan (white penggelembungan (mark up) harga, atau harga
collar crimes) karakteristik korupsi yang patokan terlalu mahal dibandingkan harga
terjadi di daerah (provinsi dan pasar, (d) pelaksanaan sistem tender,
kota/kabupaten) lebih kepada penyimpangan penunjukan rekanan dan atau konsultan,
pengelolaan APBD. Menurut laporan Bank persyaratan kualifikasi dan lain–lain tidak
Dunia/World Bank (Rinaldi, et al., 2007:VI) ada sesuai standar prosedur, atau sesuai prosedur
beberapa modus operandi korupsi yang tetapi hanya memenuhi syarat formalitas, (e)
dilakukan oleh eksekutif maupun legislatif pemenang tender mensubkontrakan
daerah. Modus operandi tersebut antara lain: pekerjaannya kepada pihak ketiga, sehingga
a. Dilakukan oleh eksekutif : (a) penggunaan posisi rekanan bertindak sebagai broker, (f)
sisa dana tanpa prosedur, (b) rekanan atau konsultan tidak mampu
penyimpangan prosedur penjualan dan melaksanakan pekerjaannya sesuai jadwal
pencairan kas daerah, (c) sisa APBD, dan (d) yang telah ditetapkan, (g) pekerjaan atau
manipulasi dalam proses pengadaan. barang yang dihasilkan tidak sesuai spesifikasi,
b. Dilakukan oleh legislatif : (a) (h) program batuan sosial dan batuan bencana
memperbanyak dan memperbesar mata yang salah sasaran, (i) adanya percaloan dalam
anggaran, (b) menyalurkan dana APBD ke pengurusan alokasi dana, (j) biaya yang terlalu
lembaga atau yayasan fiktif, dan (c) tinggi pada penunjukan konsultan keuangan,
manipulasi perjalanan dinas. akuntan, underwritter, dan penggunaan tenaga
Kasus korupsi yang terjadi di daerah profesional lainnya terkait dengan program
apabila dilihat dari perspektif pendapatan dan pemerintah atau BUMD, (k) privatisasi BUMD
pengeluaran daerah sebagai area kerja BPKP yang merugikan negara, dan (l) biaya
(Badan Pengawasan Keuangan dan restukturisasi, bantuann likuiditas dan biaya-
Pembangunan) dapat dijabarkan sebagai biaya lain yang merugikan negara (BPKP, 2004
berikut,dari segi penerimaan terdiri atas: (a) dalam Najahningrum, 2013).
rendahnya anggaran penerimaan pajak, PBB, Agency theory atau teori keagenan
bea cukai, retribusi, dan pajak lainnya jika dikembangkan pertama kali oleh Jansen dan
dibandingkan dengan potensi yang tersedia, Meckling (1976). Agency theory
(b) manipulasi restitusi pajak, (c) laporan SPT menggambarkan kondisi yang terjadi pada
pajak bulanan dan tahunan yang tidak sesuai suatu perusahaan dimana pihak manajemen
dengan potensi yang sesungguhnya, (d) sebagai pelaksana yang disebut lebih jauh
kesalahan pengenaan tarif pajak maupun bea, sebagai agen dan pemilik modal (owner)
(e) pembebasan pajak atau bahan baku impor sebagai principal membangun suatu kontrak
tujuan ekspor tidak sesuai dengan data kerja sama yang disebut dengan “nexus of
sesungguhnya, (f) perusahaan yang ditunjuk conduct”, kontrak kerja sama ini berisi
oleh pemerintah daerah memperkecil data kesepakatan–kesepakatan yang menjelaskan
volume produksi pertambangan atau hasil bahwa pihak manajemen perusahaan harus
alam, (g) memperbesar cost recovery, sehingga bekerja secara maksimal untuk memberikan
JURNAL AKUNIDA ISSN 2442-3033 Volume 3 Nomor 2, Desember 2017 69
kepuasan yang maksimal seperti profit yang bertumpu pada riset Cressey terhadap
tinggi kepada pemilik modal (owner). Dalam narapidana fraud di Amerika. Pada
hubungan keagenan tersebut, memungkinkan penelitiannya Cressey tertarik pada embezzlers
terjadinya sikap opportunistik (opportunistic yang disebutnya “trust violators” atau
behavior) di kalangan manajemen perusahaan “pelanggar kepercayaan” yakni mereka yang
dalam melakukan beberapa tindakan yang melanggar kepercayaan atau amanah yang
sifatnya disengaja seperti: ditipkan kepada mereka. Secara khusus teori
1. Melaporkan piutang tak tertagih (bad debt) ini mengindentifikasi hal–hal yang
yang lebih besar dari kenyataan yang menyebabkan pelaku fraud menyerah kepada
sesungguhnya. godaan. Oleh karena itu, penelitian ini tidak
2. Melaporkan hasil penjualan dengan menyertakan mereka yang mencari kerja
peningkatan yang tidak terlalu tinggi. untuk tujuan mencuri. Atau dengan kata lain,
3. Melaporkan kepada pihak prinsipal bahwa yang menjadi obyek Cressey adalah pelaku
dibutuhkan dana tambahan untuk fraud yang memiliki kredibilitas dan integritas
menunjang pelaksanaan proyek yang pada waktu ia bekerja pada perusahaan.
sedang dikerjakan jika tidak dibantu maka Cressey mengemukakan 3 faktor yang
proyek akan terhenti. menyebabkan orang melakukan fraud, yaitu
4. Membuat laporan keuangan ganda, yaitu (1) insentif atau tekanan melakukan fraud
laporan keuangan yang datanya diotak– (pressure), (2) peluang atau kesempatan untuk
atik (window dressing) atau sudah dirubah melakukan fraud (opportunity), dan (3) dalih
untuk tujuan tertentu diberikan kepada untuk membenarkan tindakan fraud
pihak komisaris perusahaaan namun yang (rationalization).
sebenarnya hanya diketahui oleh para Montgomery et al., (2002) kesempatan
petinggi di manajemen perusahaan. yaitu peluang yang menyebabkan pelaku
Menurut Jansen dan Meckling (1976), secara leluasa menjalankan aksinya yang
untuk mengeleminasi kondisi–kondisi tersebut disebabkan oleh pengendalian internal yang
dibutuhkan biaya keagenan (agency cost). lemah, ketidakdisiplinan, kelemahan dalam
Jansen dan Meckling (1976), agency cost mengakses informasi, tidak ada mekanisme
terdiri atas: audit, dan sikap apatis. Para pelaku fraud
1. The monitoring expenditure by the percaya bahwa aktifitas mereka tidak akan
principle. Biaya monitoring yang terdeteksi. Pada dasarnya ada 2 faktor yang
dikeluarkan oleh prinsipal untuk dapat meningkatkan adanya peluang atau
memonitor perilaku agen, termasuk juga kesempatan bagi seseorang untuk berbuat
usaha untuk mengendalikan (control) fraud, yaitu:
perilaku agen melalui budget restiction, 1. Sistem pengendalian intern yang lemah,
dan compensation policies. misalnya kurang atau tidak ada audit trail
2. The bonding expenditure by the agen. The (jejak audit) sehingga tidak dapat
bonding cost dikeluarkan oleh agen untuk dilakukan penelusuran, ketidakcukupan,
menjamin bahwa agen tidak menggunakan dan ketidakefektifan aktivitas
tindakan tertentu yang akan merugikan pengendalian pada area dan proses bisnis
prinsipal atau menjamin bahwa prinsipal yang berisiko, sistem dan kompensasi
akan diberikan kompensasi jika ia tidak Sumber Daya Manusia (SDM) tidak
mengambil banyak tindakan. mengimbangi kompleksitas organisasi,
3. The residual loss yang merupakan kebijakan, dan prosedur SDM yang kurang
penurunan tingkat kesejahteraan prinsipal kondusif. Termasuk ketidakefektifan
ataupun agen setelah adanya agen pengendalian adalah adanya kepercayaan
relationship. yang berlebih yang diterima pelaku fraud
Teori fraud triangle atau segitiga dari atasan atau pemilik perusahaan atau
kecurangan, pertama kali diperkenalkan oleh atasan tidak disiplin dalam menjalankan
psikolog Cressey (1953). Konsep dari teori pengawasan.
fraud triangle digunakan secara luas dalam 2. Tata kelola organisasi buruk seperti tidak
praktek akuntan publik pada Statement of ada komitmen yang tinggi dan suri
Auditing Standar (SAS) No. 99, Consideration of tauladan yang baik dari lapisan
Fraud in a Financial Statement Auditing yang manajemen, sikap manajemen yang lalai,
menggantikan SAS No. 82. Konsep ini apatis, atau acuh tak acuh dan gagal
70 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud
pearson coleration terendah 0,689 pada item dan ke 3 (F2 & F3) dan nilai pearson coleration
pertanyaan ke 5 (C5). Dengan demikian semua terendah 0,925 pada item pertanyaan ke 6
item pernyaataan Collusion lolos uji validitas. (F6). Dengan demikian semua item
Variabel eksogen Fraud diukur dengan pernyaataan Fraud lolos uji validitas.
6 pada item pertanyaan memiliki nilai pearson
coleration tertinggi 0,984 item pertanyaan ke 2 Uji Reliabilitas Instrumen
Berikut hasil pengujian reliabilitas ditujukan dengan tabel 4.4 dibawah ini :
Kota Bogor tidak benarkannya suatu ungkapan 29,814815. Hal ini menunjukan bahwa nilai
pembenaran untuk melakukan kecurangan. sampel dominan berkumpul disekitar rata-rata
Hasil pengolahan data Variabel Collusion, hitungnya. Hasil ini menunjukan bahwa dapat
menunjukan bahwa standar deviasi sebesar dikatakan Collusion masuk kedalam kategori
6,7713995 lebih kecil dari mean yang sebesar kadang-kadang berkolusi .
Hasil pengolahan data berdasarkan tabel (X2) mengalami kenaikan 1 unit, maka
10. Di atas dapat diperoleh persamaan regresi kecenderungan kecurangan (Y) akan
berganda sebagai berikut : mengalami kenaikan sebesar 0,007 satuan
𝐘 =3,494 +0,387X1 + 0,007X2 +0,110X3 unit. Koefisien bernilai positif artinya
terjadi hubungan positif anatara
Interprestasi persamaan di atas, dapat
Rationalization dengan kecenderungan
dijelaskan sebagai berikut: kecurangan, semakin naik Rationalization
semakin naik kecenderungan kecurangan.
a. Konstanta sebesar 3,494 artinya jika
Koefisien regresi variabel Collusion
Opportunity, Rationalization, dan collusion
sebesar 0,110 artinya jika variabel independen
nilainya adalah 0 maka kecenderungan
lainnya nilainya tetap dan Collusion (X3)
kecurangan sebesar 3,494 unit.
mengalami kenaikan 1 unit, maka
b. Koefisien regresi variabel Opportunity
kecenderungan kecurangan (Y) akan
sebesar 0,387 artinya jika variabel
mengalami kenaikan sebesar 0,110 satuan
independen lainnya nilainya tetap dan
unit. Koefisien bernilai positif artinya terjadi
Opportunity (X1) mengalami kenaikan 1
hubungan positif antara Collusion dengan
unit, maka kecenderungan kecurangan (Y)
kecenderungan kecurangan, semakin naik
akan mengalami kenaikan sebesar 0,387
Collusion semakin naik kecenderungan
satuan unit. Koefisien bernilai positif
kecurangan.
artinya terjadi hubungan positif antara
Opportunity dengan kecenderungan
Koefisien Korelasi dan Determinasi
kecurangan, semakin naik Opportunity
Koefisien korelasi yang dihasilkan dalam
semakin naik kecenderungan kecurangan.
penelitian ini ditujukan dengan Tabel 4.19
c. Koefisien regresi Rationalization sebesar
berikut ini:
0,007 artinya jika variabel independen
lainnya nilainya tetap dan Rationalization
Tabel 11: Hasil Analisa Korelasi Berganda
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of the
Model R R Square Square Estimate
1 ,874a ,764 ,750 1,98313
a. Predictors: (Constant), opportunity, rationalization, collusion
Sumber: Data Primer Diolah (2017)
78 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud
Berdasarkan Tabel 11. di atas diperoleh tidak diteliti dalam peneitian ini. Standard
angka R sebesar 0,874. Setelah dilihat dengan Error of the Estimate adalah suatu ukuran
Tabel 3.9 angka ini menunjukan tingkat banyaknya kesalahan model regresi dalam
hubungan yang kuat antara variabel memprediksikan nilai Y. Dari hasil regresi di
Opportunity, Rationalization, dan collusion dapat nilai 1,98313 atau 1,98313 satuan unit,
dengan variabel kecenderungan kecurangan. hal ini berarti banyaknya kesalahan dalam
Sedangkan koefisien determinasi Berdasarkan prediksi kecurangan sebesar 1,98313 satuan
tabel 11. angka R Square atau koefisien unit.
determinasi adalah 0,764 (berasal dari 0,874 x
0,874). Hal ini berarti 76,4% variasi dari Pengujian Hipotesis
kecurangan (fraud) bisa dijelaskan oleh variasi Uji F
dari ketiga variabel independen, Uji ini digunakan untuk mengetahui
sedangkan sisanya (100% - 76,4% = apakah variabel independen (Opportunity,
23,6%) dijelaskan oleh sebab-sebab lain atau Rationalization, dan collusion) secara bersama-
dijelaskan oleh variabel lain yang tidak sama berpengaruh secara signifikan terhadap
dimasukkan dalam model penelitian ini. Nilai variabel dependen (kecenderungan
Adjusted R Square yang telah disesuaikan, nilai kecurangan). Atau untuk mengetahui apakah
ini selalu lebih kecil dari R Square yang model regresi dapat digunakan untuk
bernilai 0,750 yang artinya nilai R2 yang memprediksi variabel dependen atau tidak.
disesuaikan terhadap variabel bebas yang Signifikan berarti hubungan yang terjadi dapat
berarti 75% variabel bebas dapat menjelaskan berlaku untuk populasi. Dari hasil output
variabel terikatnya sedangkan sisa 25% analisa regresi dapat diketahui nilai F seperti
dijelaskan oleh variabel lain diluar model yang pada tabel 4.21 berikut ini.
thitung Probabilitas
Variabel
thitung ttabel Kep. Prob. Sig. Kep.
Opportuniry-> Fraud 8,751 1,67591 H0 ditolak 0,000 0,05 H0 ditolak
Rationalization-> Fraud 0,218 1,67591 H0 diterima 0,828 0,05 H0 diterima
Collusion-> Fraud 2,027 1,67591 H0 ditolak 0,048 0,05 H0 ditolak
Sumber : Data Primer Diolah (2017)
peluang atau kesempatan bagi seseorang peluang atau kesempatan bagi seseorang
untuk berbuat fraud seperti sistem untuk berbuat fraud seperti sistem
pengendalian intern yang lemah, tata kelola pengendalian intern yang lemah, tata
organisasi buruk. kelola organisasi buruk
KESIMPULAN
1. Opportunity, rationalization dan DAFTAR PUSTAKA
collusionsecara simulatan berpengaruh
Abdullah, Mansor, 2015, Fraud Triangle
terhadap kecenderungan fraud di dinas
Theory and Fraud Diamond Theory.
daerah Kota Bogor. Artinya semakin tinggi
Understanding the Convergent and
tingka ketiga faktor tersebut, maka akan
Divergent For Future Research,
semakin tinggi tingkat terjadinya fraud di
International Journal of Academic
Dinas Kota Bogor. Hal ini juga
Research in Accounting, Finance and
membuktikan bahwa teori fraud triangle
Management Sciences (Vol 5), E-ISSN:
masih relevan digunakan untuk
2225-8329, P-ISSN: 2308-0337.
mengindentifikasi motivasi seseorang
Albercht, W.S, 2004, Fraud Examination. USA:
melakukan fraud, serta faktor lainnya yaitu
South-Western
kolusi dalam memicu terjadifraud.
Aghghaleh, Iskandar, Mohamed, 2014, Fraud
2. Secara parsial opportunity dan
Risk Factors of Fraud Triangle and
collusionberpengaruh positif terhadap
the Likelihood of Fraud Occurrence:
kecenderungan fraud di Dinas Kota Bogor,
Evidence from Malaysia, Information
sedangkan rationalizationtidak
Management and Business Review.
berpengaruh positif terhadap
Ahriati, Basuki, Widiyastuti, 2015, Analisis
kecenderungan fraud di Dinas Kota Bogor.
Pengaruh Sistem Pengendalian
Berpengaruhnya opportunity dan
Internal, Asimetri Informasi,
collusion,artinya semakin tingginya tingkat
Perilaku Tidak Etis Dan Kesesuaian
kesempatan dalam suatu instansi dapat
Kompensasi Terhadap
menjadi sebuah motivasi untuk melakukan
Kecenderungan Kecurangan
kecenderungan fraud dan semakin
Akuntansi Pada Pemerintah Daerah
tingginya tingkat kolusi dalam suatu
Kabupaten Lombok Timur, Jurnal
instansi dapat menmicu terjadinya
InFestasi (Vol 11), Halaman 41-55.
kecenderungan fraud. Hal ini disebabkan
Azwar, 2008, Sikap Manusia, Teori Dan
oleh peluang yang ada dalam persepsi dan
Pengukurannya, Yogyakarta: Pustaka
keyakinan dari pelaku serta
Belajar
adanyamonopoli kekuasaan dengan
Didi, 2014, Analisa Faktor-Faktor yang
wewenang pejabat yang absolut tanpa
Berpengaruh terhadap
adanya mekanisme pertanggungjawaban,
Kencenderungan Kecurangan
hubungan personal antara pemimpin dan
(Fraud): Persepsi Pegawai OPD Kota
bawahan yang tidak berdasarkan asas
Bogor, Accounting Analyisis Journal.
persamaan, tidak ada sistem kontrol yang
Dorminey, J., A. S. Fleming., M.J. Kranacher, and
baik.. Dalam kebanyakan kasus, semakin
R. A. Riley, 2011, Beyond The Fraud
rendah resiko tertangkap, semakin besar
Triangle, Enchancing Deterrence of
kemungkinan itu adalah bahwa penipuan
Economic Crimes, CPA Journal.
akan berlangsung.
Fahmi, Irham, 2013, Pengantar Manajemen
3. Faktor yang berpengaruh dominan
Keuangan, Bandung : Alfabeta
terhadap kecenderungan fraud ialah
Fitrawansyah, 2014, Fraud & Auditing, Edisi
varibel opportunity dengan nilai beta
Pertama, Mitra Wacana Media, Jakarta.
sebesar 74,4%, dibandingan dengan
Fitria, Amilin, 2014, Peran Integritas
variabel collusion yang memberikan
Personal sebagai Pemediasi pada
pengaruh dengan nilai beta sebesar 18,8%.
Pengaruh Lingkungan Etika
Artinya bahwa adanya peluang
Organisasi, Kualitas Pengendalian
(opportunity) dalam suatu instansi sangat
Internal dan Keadilan Organisasi
mendominasi atau memicu terjadi fraud.
terhadap Terjadinya Fraud, Jurnal
Kesempatan tersebut pada dasarnya ada 2
Riset Akuntansi dan Perpajakan (Vol
faktor yang dapat meningkatkan adanya
82 F. Susandra, S. Hartina Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Kecenderungan fraud