Anda di halaman 1dari 96

REVISI 2016

BUKU AJAR

AGROGEOLOGI DAN LINGKUNGAN

Disusun kembali oleh:


TATI BUDI KUSMIYARTI

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOGI


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2016
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ………………………………………………………………………… 2


DAFTAR TABEL …………………………………………………………………… 4
DAFTAR GAMBAR ………………………………………………………………... 5
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….. 6
PRAKATA …………………………………………………………………………... 7
UCAPAN TERIMA KASIH ………………………………………………………. 8
I. PENDAHULUAN …………………………………………………………… 9
1.1 Pengertian Geologi ……………………………………………………. 9
1.2 Hubungan Ilmu Geologi dengan ilmu Pertanian……………................ 11
1.3 Hubungan geologi dengan ilmu lain ………………………………… 15
1.4 Hubungan bumi dan lingkungan ……………………………………… 16
II BUMI DAN GAYA-GAYA GEOLOGI ……………………………………. 18
2.1 Struktur Lapisan Bumi ……………………………………………….. 18
2.2 Konsep Isostasi ………………………………………………………. 21
2.3 Gaya-gaya Geologi …………………………………………………… 23
III STRUKTUR GEOLOGI ……………………………………………………. 27
3.1 Bekerjanya Gaya tektonik …………………………………………….. 27
3.2 Struktur Diastropik …………………………………………………… 28
3.3 Pergerakan Lempeng Tektonik ………………………………………. 29
3.4 Pelipatan ………………………………………………………………. 30
3.5 Patahan ………………………………………………………………… 30
3.6 Struktur Dome dan cekungan ………………………………………… 33
3.7 Struktur geologi Vulkanik …………………………………………….. 33
IV BATUAN …………………………………………………………………….. 35
4.1 Magma ………………………………………………………………… 35
4.2 Pengertian Batuan ……………………………………………………... 36
4.3 Pembagian Batuan …………………………………………………….. 37
4.4 Mineral-mineral Penting dan Cara Identifikasinya ………………… 53
V MINERAL …………………………………………………………………… 66
5.1 Kimia Mineral …………………………………………………………. 67
5.2 Struktur Mineral Batuan ……………………………………………. 69
5.3 Grup Orthosilikat ……………………………………………………. 71
5.4 Grup Inosilikat Tunggal …………………………………………….. 71
5.5 Grup Inosilikat Ganda ………………………………………………. 72
5.6 Grup Filosilikat ……………………………………………………… 73
5.7 Grup Tektosilikat …………………………………………………… 74
VI PELAPUKAN BATUAN DAN MINERAL ……………………………….. 77
6.1 Proses Pelapukan ……………………………………………………… 77
6.2 Pelapukan Batuan/mineral …………………………………………….. 78
6.3 Pelapukan Fisik, Kimia dan Biologi ………………………………… 79
6.4 Pelarutan Mineral oleh Asam-asam Organik ………………………. 81
6.5 Faktor-faktor Pelapukan Batuan ……………………………………. 84
VII MINERALOGI TANAH …………………………………………………….. 89
2
7.1 Pengertian Mineralogi Tanah …………………………………………. 89
7.2 Mineral Pasir …………………………………………………………... 90
7.3 Mineral Liat …………………………………………………………… 90
7.4 Identifikasi Mineral dalam tanah ……………………………………… 91

3
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Kandungan hara dalam batuan/mineral Primer ……………….. 13

Tabel 2.1 Pembagian struktur lapisan bumi ……………………………... 19

Tabel 4.1 Daftar Batuan Sedimen ……………………………………….. 42

Tabel 4.2 Klasifikasi Batuan Metamorfik …...…………………………... 45

Tabel 4.3 Metamorfic derivates of common rock ……………………….. 47

Tabel 4.4 Tahap-tahap Pengkristalan Mineral .......................................... 51

Tabel 4.5 Mineral dalam Batuan Beku ............................. ………………. 55

Tabel 4.6 Mineral utama pada beberapa batuan Sedimen ………………. 57

Tabel 4.7 Mineral Utama pada Batuan Metamorf .................................... 57

Tabel 4.8 Skala kekerasan Mineral MOHS ……………………………… 61

Table 5.1 Beberapa Sifat Mineral Silikat Pembentuk Batuan …………… 70

Tabel 6.1 Sifat Fisik dan Struktur Mineral ................................................. 78

4
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Penampang Skematik Bumi ………………………………….. 21

Gambar 2. Penampang Kulit Bumi dengan Bentuk-bentuk Batuan Beku .. 38

Gambar 3. Siklus Batuan ………………………………………………… 48

Gambar 4. Fibrous asbestos on Muscovite ……………………………….. 67

Gambar 5. Octahedral Shape of Diamond ………………………………... 68

Gambar 6. Baltic amber necklace with trapped insect ……………………. 69

5
KATA PENGANTAR

Perkuliahan akan berjalan baik dan lancar, bila sarana dan prasarana tersedia sesuai

dengan kebutuhan. Salah satu diantaranya adalah Buku Ajar yang sebaiknya tersedia untuk

setiap mata kuliah.

Penyusunan Buku Ajar ini merupakan penyempurnaan dari diktat yang telah disusun

sebelumnya dan telah disesuaikan dengan kurikulum yang terbaru.

Semoga Buku Ajar ini dapat membantu mahasiswa dalam memahami mata kuliah

Agrogeologi sehingga dapat memberikan kontribusi yang berarti dalam meningkatkan

kualitas proses pembelajaran di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian

Universitas Udayana.

Denpasar, Maret 2016

Ketua Prodi Agroekoteknologi

6
PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat

rahmatNya, Buku Ajar Agrogeologi dan Lingkungan ini dapat tersusun.

Buku ajar ini dimaksudkan sebagai buku pegangan, sehingga diharapkan dapat

membantu mahasiswa dalam menempuh mata kuliah Agrogeologi dan Lingkungan, dengan

bobot 3 SKS di Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana.

Topik yang disajikan dalam buku ajar ini mengacu pada Silabus Mata Kuliah yang telah

disusun sebelumnya. Dalam buku ajar ini dibahas tentang hubungan Ilmu Geologi dengan ilmu

Pertanian, bumi dan gaya-gaya geologi, struktur geologi, batuan , mineral, pelapukan batuan dan

mineral , mineralogy tanah, pemanfaatan batuan dan mineral, serta keberadaan batuan dan mineral di

Bali. Pada akhir pokok bahasan dilengkapi dengan bahan diskusi, tugas terstruktur atau tugas

mandiri. Buku ajar ini disusun dari beberapa literatur dan hasil-hasil penelitian.

Buku ajar ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat

membangun sangat diharapkan. Semoga buku ajar ini ada manfaatnya.

Denpasar, Maret 2016

Penyusun

7
UCAPAN TERIMA KASIH

Buku ajar ini dapat diselesaikan atas bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena

itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada:

1. Ketua Konsentrasi Tanah PS Agroekoteknologi FP Unud

2. Ketua Program Studi Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Udayana

3. Dekan Fakultas Pertanian Universitas Udayana

4. Semua staf dosen di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Lahan

8
I. PENDAHULUAN

TUJUAN
Bab ini bertujuan untuk membahas ihwal:
1. konsep dan ruang lingkup geologi dan pertanian.
2. peranan ilmu geologi dalam mendukung pemahaman pertanian.

SASARAN
Setelah membaca bab ini mahasiswa dapat:
1. menjelaskan berbagai konsep geologi dan pertanian.
2. menjelaskan hubungan antara ilmu geologi dan ilmu pertanian

1.1 Pengertian Geologi

Batasan mengenai geologi tidak dapat dipisahkan dengan istilah geologi itu sendiri.
Secara harfiah geologi berarti ilmu tentang bumi. Kata itu terbentuk dari dua suku, yakni geo-
yang berarti bumi dan –logos yang berarti ilmu. Dengan demikian, geologi dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari hal ikhwal kebumian, baik menyangkut gejala
atau akibat yang ditimbulkan oleh berbagai proses yang telah dan sedang berlangsung.
Berbagai proses yang berlangsung dalam bumi tidak pernah berhenti, bahkan merupakan
rangkaian peristiwa yang tiada hentinya. Ilmu tentang kebumian ini senantiasa berubah sesuai
dengan perkembangan peristiwa yang terjadi dalam bumi. Pengertian geologi yang terus
berkembang sejak manusia primitif hingga manusia modern merupakan bukti perkembangan
ilmu tentang kebumian tersebut. Berikut ini disampaikan penjelasan tentang pengertian
geologi menurut berbagai versi.

a. Geologi menurut manusia primitif dan modern


Pengertian geologi manusia primitif berkembang sesuai dengan perkembangan alam
pikiran pada saat itu, yang lebih bersandar pada alam gaib sebagai sesuatu kekuatan
diluar kemampuan manusia. Pada waktu itu, peristiwa alam yang berupa gempa,

9
bencana alam, dan sebagainya merupakan perwujudan kemurkaan para Dewa.
Sebaliknya, manusia modern telah mencoba menganalisis kejadian kebumian ini
dengan kewajaran berdasarkan logika, penalaran sesuai dengan tahapan
perkembangan ilmu-ilmu lainnya. Dengan demikian, suatu peristiwa alam disimak
secara hati-hati, dirumuskan, dan dicari hubungan fungsional antara sesamanya
hingga diperoleh berbagai hipotesa. Tentu saja hipotesa ini perlu diuji baik lewat
laboratorium maupun di alam raya. Pada akhirnya, lahirlah berbagai teori tentang
kebumian.
b. Geologi sebagai pengetahuan sejarah
Para sejarahwan dapat menggunakan keahlian untuk mendeteksi berbagai kejadian
kebumian yang telah berlangsung sejak lama. Ahli sejarah dapat merekonstruksi
berbagai kejadian lampau dengan bantuan benda-benda kuno peninggalan peradaban
manusia jaman dahulu, baik berupa senjata, batu,logam, kayu dengan reliefnya. Di
sini diperlukan kemampuan menghayal dan ketepatan interpretasi tentang bahan-
bahan yang diperoleh. Penentuan lapisan bumi secara kasar dilakukan dengan
mengamati berbagai perabotan/ barang yang dijumpai. Sebagai contoh, misalnya pada
lapisan atas ditemukan perabotan jaman sekarang, lapisan dibawahnya dicirikan
dengan peralatan jaman pertengahan dan lapisan terbawah ditandai dengan perabotan
jaman purba.
c. Geologi sebagai ilmu pengetahuan bumi
Menurut ilmu pengetahuan bumi, geologi merupakan ilmu yang mempelajari lapisan
batuan, susunan dan bentuk bumi, serta sejarahperkembangan bumi dan makluk yang
hidup di dalam dan dimuka bumi. Dapatlah dinyatakan disini bahwa geologi menurut
versi ini menyangkut suatu pengetahuan tentang evolusi bahan organik maupun
anorganik yang ada di bumi.

10
1.2. Hubungan Ilmu Geologi dengan Ilmu Pertanian (Agrogeologi)

Semua makhluk hidup di permukaan bumi memerlukan sumber kehidupan dan tempat
hidup agar dapat melakukan aktivitasnya dengan baik. Hampir semua bentuk kehidupan di
permukaan bumi tidak dapat terlepas dari peranan bumi dan pengaruh lingkungan sekitarnya.
Bagian bumi yang berperanan langsung terhadap kehidupan makhluk hidup tersebut adalah
lapisan bumi paling atas (kerak bumi) yang kita sebut tanah. Dibandingkan dengan luas bumi
secara keseluruhan, tanah yang berada pada permukaan bumi ini hanya merupakan lapisan
selaput tipis dari bumi, namun sangat penting karena menyediakan berbagai sumber daya
yang berguna bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya.
Dalam sistem ekologi yang luas, tanah menjalankan 5 (lima) fungsi yang satu sama
lain akan mempengaruhi kehidupan diatas bumi. Fungsi tersebut adalah sebagai media dasar
bagi pertumbuhan tanaman, mendaur ulang berbagai bahan mentah dan hasil-hasil buangan,
menyediakan media bagi para ahli teknik untuk mendirikan bangunan dan tempat tumbuh dan
berkembangnya berbagai jenis makhluk hidup.
Dalam dunia pertanian, ketergantungan terhadap alam sekitar merupakan suatu contoh
ketergantungan yang sulit untuk dihindari. Unsur hara tanaman, air hujan, letak ketinggian
serta sinar matahari merupakan komponen alam yang mutlak diperlukan dalam sistem
budibudaya pertanian. Ilmu pengetahuan dan teknologi belum mampu menciptakan unsur
hara tanaman secara sintetis. Nitrogen, fosfor, kalium, kalsium, magnesium dan unsur hara
lainnya masih diambil dari produk alam baik berupa hasil tambang langsung maupun yang
telah diproduksi oleh pabrik.
Secara alami sistem budidaya pertanian merupakan suatu upaya yang sangat
tergantung kepada kondisi alam dan keadaan spesifik bumi. Pada siang hari, matahari
memancarkan sinarnya dan jatuh di permukaan bumi dan ditangkap oleh permukaan daun
untuk dimanfaatkan dalam proses sintesis karbohidrat yang berasal dari air dan gas asam
arang. Reaksi pembentukan karbohidrat tersebut dapat berlangsung dengan sempurna jika
beberapa persyaratan berikut terpenuhi, yaitu:
 terdapat khlorofil (yang terdapat dalam sistem tanaman),
 tersedia unsur hara yang cukup dalam tanah (tersedia dalam sistem bumi),
11
 terdapat energi matahari sebagai motor penggerak reaksi pembentukan (dalam sistem
atmosfer)
Khlorofil yang terdapat dalam tanaman berfungsi sebagai dapur bagi proses sintesis
karbohidrat dengan bantuan sinar matahari yang merupakan sumberdaya alam yang
berlimpah dan dapat diperoleh pada siang hari. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
memang telah memberi peluang untuk memanfaatkan sinar lampu untuk mengganti sinar
matahari, namun tentu saja memerlukan biaya yang tidak sedikit.
Unsur hara merupakan faktor penunjang dari proses sintesis yang tersedia di dalam
tanah. Sampai saat ini belum ada teknologi untuk mensintesis unsur hara. Kalaupun ada
teknologi hidroponik dan sejenisnya masih memerlukan unsur hara yang berasal dari
tanah/bumi untuk menunjang pertumbuhan tanaman. Tanpa adanya unsur hara, sistem
budidaya dengan hidroponikpun tidak dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik.
Unsur hara diperlukan tanaman dalam jumlah yang berbeda-beda. Unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah banyak disebut unsur hara makro, sedangkan unsur hara yang
diperlukan dalam jumlah sedikit disebut unsur hara mikro. Unsur hara makro dan mikro
berasal dari hancuran bahan induk tanah (batuan), kecuali nitrogen. Semua unsur hara
tersimpan rapi dalam batuan dan dapat terserap oleh tanaman jika unsur tersebut terlepas dari
dalam batuan dan berada dalam bentuk ion. Lepasnya unsur dari dalam batuan disebabkan
oleh pelapukan batuan dan pelarutan oleh air menjadi bentuk yang dapat diserap oleh akar
tanaman. Batuan yang berfungsi sebagai bahan induk tanah sebelumnya mengalami
pelapukan baik secara fisik maupun kimia.
Jenis dan banyaknya kandungan unsur hara yang tersimpan di setiap batuan
berbeda-beda tergantung pada jenis dan macam batuan. Ada kalanya batuan miskin
unsur hara dan ada pula yang kaya unsur hara. Faktor-faktor yang menentukan
kaya/miskinnya unsur hara yang terdapat dalam batuan tergantung antara lain kepada: 1) jenis
pembentukannya, 2) letak geografis, 3) komposisi/susunan batuan, 4) sifat fisik, 5) kecepatan
pelapukan, dan 6) warna batuan. Berdasarkan faktor-faktor tersebut dapat diketahui dengan
tepat potensi unsur hara yang terdapat di dalam batuan.

12
Berdasarkan uraian diatas di atas, fungsi dan peranan batuan terhadap penyediaan
unsur hara bagi tanaman dapat dijadikan bahan evaluasi dini terhadap tingkat
kesuburan tanah untuk pertanian.
Tabel 1.1 menunjukkan berbagai unsur hara yang terkandung dalam setiap jenis
batuan. Dari Tabel 1.1 tampak bahwa setiap jenis batuan mengandung unsur hara yang
berbeda. Pada batuan tertentu kaya unsur hara kalium maupun magnesium, sedangkan pada
batuan lainnya tidak dijumpai adanya unsur hara yang esensial bagi tanaman, misalnya pada
kuarsa, sehingga ada/tidaknya kuarsa tidak mempengaruhi tingkat kesuburan tanah. Batuan
yang banyak mengandung kuarsa akan sedikit mengandung unsur hara yang dibutuhkan
tanaman, sehingga tanah yang banyak mengandung kuarsa tidak cocok untuk lahan pertanian.
Lahan tersebut lebih baik digunakan sebagai lahan pertambangan pasir kuarsa untuk bahan
baku pabrik gelas atau bahan campuran industri semen.
Dengan mengetahui sifat dan ciri setiap batuan/mineral di lapangan, dapat menduga
dengan mudah kandungan unsur hara yang dominan, sekaligus pupuk apa yang harus
ditambahkan dan apa yang tidak diperlukan dalam tanah tersebut. Mengingat pentingnya
batuan/mineral dalam menunjang sistem kehidupan, maka pengetahuan tentang
batuan/mineral menjadi sangat penting. Dalam cakupan yang lebih luas dapat dikatakan
bahwa dunia pertanian yang menyangkut aspek biologi maupun aktivitas manusia
lainnya sangat berkaitan erat dengan bumi. Pengetahuan tentang bumi baik dari aspek
proses pembentukannya, susunan, bentuk permukaan, susunan batuan/mineral dan beberapa
cabang ilmu lainnya sangat penting untuk diketahui. Tujuannya agar dapat mengetahui secara
umum apa dan bagaimana bumi serta peranannya dalam dunia pertanian baik dari aspek
teknis maupun aspek lainnya.
Tabel 1.1. Kandungan Hara dalam Batuan/Mineral Primer
No. Jenis Bahan Tambang/Batuan/Mineral Kandungan Unsur Hara
1. Kuarsa (pasir) Tidak mengandung unsur hara
2. Kalsit Ca
3. Dolomit Ca, Mg
4. Felspar
- Orthoklas K
- Plagioklas Na, Ca
13
5. Mika
- Muskovit K
- Biotit K, Mg dan Fe
6. Amfibol/Hornblende Ca, Fe, Mg dan Na
7. Piroksin (Hiperstin dan Augit) Ca, Mg dan Fe
8. Leusit K
9. Apatit P
10. Olivin K, Ca, Mg, Na, dan Fe
11. Bauksit Al
12. Gabro
- Labradorit K, Na, Ca
- Bentonit Ca, Mg
13. Basalt
- Plagioklas K, Na, Ca
14. Peridotit
- Labradorit K, Na, Mg
- Plagioklas K
15. Obsidian Si, Al, K, Ca
Sumber: Hazzelton dan Koppi (1995) dan Munir (2006)

14
1.3. Hubungan Geologi dengan Ilmu Lain

Berdasarkan uraian sebelumnya, maka menjadi semakin jelas keeratan hubungan


antara bumi dengan budidaya pertanian. Geologi merupakan suatu cabang ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang gejala-gejala yang berkaitan dengan proses terbentuknya bumi,
keberadaan bumi, serta fenomena lain yang berkaitan dengan bentukan-bentukan alam.
Pengertian keberadaan tersebut menyangkut aspek proses terbentuknya dan susunannya
sekaligus fungsi dan dan peranannya bagi kehidupan manusia. Mengingat geologi
mempelajari berbagai aspek yang berkaitan dengan kebumian, materi bahasannya menjadi
sangat kompleks dan luas. Pemilahan menurut konteks bahasan biasanya dilakukan para
pakar untuk dapat mempelajarinya secara lebih rinci dan fokus, yang biasa digolongkan
menjadi cabang keilmuan. Beberapa cabang ilmu geologi yang berkaitan dengan pertanian
antara lain:
a. Mineralogi : karena mineral merupakan penyusun utama dari batuan-batuan yang
terdapat di dalam kerak bumi.
b. Petrologi : yakni pengetahuan yang berurusan dengan bumi khususnya menyangkut
batuan dan klasifikasinya.
c. Geomorfologi: yakni pengetahuan tentang bentuk-bentuk lahan dengan berbagai
proses yang berlangsung di dalamdan di atas bumi.
d. Geofisika : yakni pengetahuan yang berhubungan dengan bumi, khususnya dari segak
fisik antara lain gravitasi, gaya magnetis dan sebagainya.
e. Geokimia: pengetahuan tentang susunan bumi dilihat dari aspek kimia seperti
kelarutan unsur dan karakteristik unsur dalam tanah.
f. Geologi struktur: pengetahuan tentang susunan bumi serta hubungannya dengan jenis-
jenis batuan yang terbentuk di kerak bumi.
g. Vulkanologi: pengetahuan tentang sifat, ciri dan pembentukan gunung berapi serta
pengaruhnya terhadap tata kehidupan manusia, tanaman dan hewan.

15
h. Geologi sejarah: pengetahuan yang mempelajari tentang evolusi kehidupan di
permukaan bumi yang meliputi peradaban manusia dan pengaruh evolusi terhadap
peradaban manusia.

1.4. Hubungan Bumi dan lingkungan

Akhir-akhir ini berkembang cabang ilmu geologi baru yang bahasannya


menitikberatkan kepada hubungan antara bumi dengan lingkungannya yang berkaitan dengan
perencanaan pembangunan dan pengembangan wilayah yaitu geologi lingkungan. Dalam
geologi lingkungan hubungan antara kebumian dan lingkungan tidak terbatas pada fenomena
yang berkaitan dengan tatanan kehidupan, melainkakn terkait pula dengan aspek kelestarian
lingkungan. Konsep-konsep yang terkait dengan geologi lingkungan antara lain: tata ruang,
perencanaan pemukiman, kesesuaian wilayah, kemampuan wilayah, kelas kesesuaian lahan,
klasifikasi kemampuan wilayah, perwilayahan komooditas, kawasan lindung (konservasi),
kawasan rawan bencana, kawasan budidaya, kawasan terbuka (open space), kawasan resapan,
kawasan sempadan sungai dan lain-lain. Informasi kebumian yang diperlukan dalam
pengembangan wilayah antara lain: letak lintang, derajad kelerengan, tingkat kesuburan
tanah, jenis batuan, kemampuan resapan tanah, tata letak, sumber air, letak strategis dan lain-
lain.

16
Bahan Diskusi

a. Daerah di sekitar gunung yang masih aktif umumnya memiliki kesuburan


tanah yang tinggi jika dibandingkan dengan daerah yang berupa bentukan
lahan tuau dan telah mengalami berbagai proses geologi karena gaya
geologi asal luar. Mengapa demikian?

b. Bagaimana jenis batuan mempengaruhi sifat tanah yang terbentuk pada


suatu daerah?

Latihan Terstruktur

Mahasiswa mengumpulkan berbagai artikel tentang pemanfaatan batuan/mineral


dalam dunia pertanian, industri, kesehatan , peternakan.

Daftar Pustaka

Billing, A. 1982. Geology Structure. McGraw Hill. New York. 678p.


Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova. Jakarta. 354h.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta. 315h.
Hazzelton and Koppi. 1995..........
Katilli.1974. Geologi. Dept. Urusan Research Nasional. Jakarta. 458h.
Munir, M. 2006. Geologi Lingkungan. Bayumedia Publ. Malang. 446h.
Soetoto. 1988. Geologi I, Materi Penyusun Bumi. Fak. Teknik UGM. Yogyakarta. 60h.

17
II. BUMI DAN GAYA-GAYA GEOLOGI

TUJUAN
Bab ini membahas ihwal :
1. berbagai konsep tentang proses pembentukan bumi dan susunan kerak
bumi, dan
2. konsep tentang berbagai gaya geologi
SASARAN
Setelah membaca bab ini, mahasiswa mampu:
1. menjelaskan berbagai konsep tentang proses pembentukan bumi dan
susunan kerak bumi.
2. menjelaskan konsep tentangberbagai gaya geologi

2.1 Struktur Lapisan Bumi

Bentuk bumi tidak benar-benar bulat dan pula tidak pipih. Hal ini dapat diketahui dari
perbandingan antara diameter Kutub Utara-Selatan yang panjangnya ± 12.714 km dan garis
garis khatulistiwa yang panjangnya ± 12.756 km. Data selengkapnya tentang bumi seperti
yang telah dikemukakan oleh Sawkins dkk. (1974) adalah sebagai berikut ini:
Radius rata-rata : 6.371 km
Radius Operator : 6.375 km
Radius Kutub : 6.357 km
Keliling equator : 40.077 km
Luas : 5,10 x 105 km2
Volume : 1,083 x 1012 km 3 = 1.083 x 1027 cm3
Massa : 5, 977 x 1027 gr
Berat jenis rata-rata : 5,517 gr/cm3
Perihal susunan bumi banyak para ahli telah menyatakan pendapatnya. Kendati dalam
beberapa hal sering dijumpai tak adanya kesesuaian pendapat, umumnya disepakati bahwa
bumi terdiri atas materi yang tidak homogen dan berdiferensiasi dari luar menuju ke dalam
inti bumi. Pembagian susunan bumi ditunjukkan dalam Tabel 1.
18
Inti bumi merupakan suat lapisan yang terdiri atas nikel dan besi cair, yang suhunya
sangat tinggi. Dari penyelidikan yang telah dilakukan dengan pengeboran beberapa puluh km
menuju inti bumi, diperkirakan bahwa kenaikan suhu sebesar 1° C dicapai setiap
pertambahan kedalaman 30 km. Dengan demikian, dapatlah kiranya dihitung suhu dari setiap
lapisan bumi tersebut.
Tabel 2.1. : Pembagian Struktur Lapisan Bumi
Nama Tebal Densitas Keterangan
Lapisan (km)
Inti Bumi Dalam 5150 – 6371 13.30 – 13.60 Logam padat Fe + Ni
Inti Bumi Luar 2900 – 5150 10.10 – 12.30 Logam cair Fe + Ni
ditambah materi mampat
silikat
Mantel Bumi Bawah 700 – 2900 4.30 – 5.50 Oksida-oksida partikel
MgO, Stishovit, SiO2
Mantel Bumi Atas 30 - 700 3.30 – 4.30 Batuan ultra basa, olivin
dan piroksin
Kulit Bumi 0 - 70 2.90 – 3.30 Batuan beku, sedimen
dan metamorfosis

Demikian selanjutnya dapat pula diyakini bahwa magma merupakan batuan cair yang
mempunyai suhu yang amat tinggi dan berada di dalam perut bumi. Sebagai zat penyusun inti
bumi adalah hidrogen. Adanya hidrogen, suhu yang sangat tinggi, dan tekanan yang sangat
besar akan mengakibatkan massa jenis inti bumi menjadi tinggi. Inti bumi juga disebut
barisfer.
Ihwal mantel bumi tidak banyak diulas. Hanya dinyatakan bahwa mantel bumi
memiliki atau kaya dengan oksida-oksida dan sulfida. Mantel bumi juga disebut kalkosfera.
Sesuai dengan namanya lapisan ini bersifat melindungi bagian inti bumi. Selimut bumi
terbagi atas 3 (tiga) bagian yaitu litosfer, astenosfer dan mesosfer. Litosfer merupakan
material padat yang bersama-sama dengan kerak bumi mengapung di atas materi agak kental
(astenosfer). Litosfer sering dikenal sebagai lempeng tektonik yang dapat bergeser secara
horisontal. Astenosfer yang berada lebih dalam dari litosfer merupakan material yang agak
kental sehingga para ahli menduga bahwa lapisan ini sebagai tempat formasi magma dan juga
terjadinya sintesis batuan dan mineral. Lapisan di bawah astenosfer dan berbatasan dengan
19
inti luar bumi adalah mesosfer. Diduga materi penyusun lapisan ini jauh lebih berat,
kemungkinan berupa mineral peridotit dan pallasit dengan densitas sekitar 3,0 di bagian atas
dan 8,0 di bagian bawah.
Kerak bumi terdiri atas dua lapisan yang tebal, yakni lapisan sima (lapisan basaltik) di
bagian bawah dan lapisan sial (lapisan granitis) dibagian atasnya. Berbeda dengan lapisan
sima yang merupakan lapisan kerak bumi yang tersusun dari silikat dan mangan, lapisan sial
tersusun dari silikat dan alumunium. Batuan granit mendominasi lapisan sial sebagai materi
penyusunnya, sedangkan pada lapisan sima didominasi oleh materi basalt yang bersifat basa
dengan densitas yang lebih besar. Berdasarkan hasil pengujian gelombang seismik diketahui
kecepatan gelombang primer pada lapisan sial mencapai 6,5 km/detik, dan pada lapisan sima
mencapai 6,5 km/detik di bagian atas dan 8,0 km/detik di bagian bawah.
Kerak bumi/ kulit bumi berasal dari pembekuan magma. Kulit bumi selain terdiri atas
batuan yang membeku dari magma, juga tersusun dari batuan sedimen dan batuan
metamorfik. Batuan sedimen dan batuan metamorfik semuanya berasal dari batuan beku.
Batuan beku tersusun dari beberapa mineral. Jenis dan perbandingan jumlah mineral
penyusun batuan tidak tentu. Berdasarkan kandungan dan jenis mineral, dikenal berbagai
jenis batuan beku dengan nama masing-masing. Batuan beku yang telah terbentuk, bila
diterobos oleh magma akan lebur dan bercampur dengan magma kembali.
Berdasarkan penyelidikan geokimia dapat dianalisis komposisi batuan, mineral, air
laut dan sebagainya. Melalui pengetahuan tersebut akhirnya dapat diperkirakan bagaimana
batuan terbentuk, berapa densitasnya, bagaimana sifat-sifatnya dan sebagainya. Pengetahuan
tentang unsur penyusun materi bumi terutama tentang jenis batuan, sifat batuan serta proses
pembentukan batuan sangat bermanfaat bagi para pakar tanah/pertanian terutama untuk
membahas masalah-masalah pertanian seperti kesuburan tanah, pupuk dan pemupukan,
perencanaan pengembangan wilayah dan juga ilmu-ilmu lain seperti bidang keteknikan dan
perminyakan.
Macam-macam batuan yang dapat diketemukan dalam kerak bumi sering mempunyai
arti ekonomis tinggi baik untuk jenis batuan beku, batuan sedimen maupun batuan
metamorfik. Beberapa batuan yang mempunyai nilai ekonomis tinggi diantaranya granit

20
(batuan beku plutonik asam). Peridotit ( batuan beku plutonik ultra basa), kuarsit, batu
lempung, dan batu gamping (batuan sedimen).

Gambar 1. Penampang Skematik Bumi


2.2. Konsep Isostasi
Dengan asumsi bahwa volume (massa) bumi besarnya tetap, maka dengan adanya
bagian bumi yang rendah seperti halnya lautan atau lembah akan diseimbangkan oleh adanya
benua atau pegunungan agar volume bumi tetap. Perbedaan ketinggian antara daratan dan
lautan adalah karena perbedaan kepadatan batuan yang menyusun kerak bumi di kedua
bagian bumi tersebut. Densitas batuan yang menyusun daratan lebih kecil daripada densitas
batuan yang menyusun dasar lautan.
Menurut Pratt, pada keadaan topografi yang bagaimanapun, baik pegunungan atau
lautan, keseimbangan isostasinya akan tercapai. Pada kepadatan normal dari lapisan sial
adalah 2,67, maka kepadatan pegunungan setinggi 6 km adalah 2,52 dan pada kedalaman
dasar laut sedalam 5 km adalah 2,76. Menurut Airy, kepadatan kulit sial semuanya sama,
setiap unsur topografi sudah dikompensasikan oleh keseluruhan unsur yang ada di bawahnya.
Dengan demikian setiap saat terjadi sudah dalam keadaan keseimbangan. Kepadatan sial 2,67
letaknya diatas sima yang lebih berat dengan kepadatan 3,27. Di bawah pegunungan terdapat
akar yang menunjam ke dalam sima, sehingga gaya beratnya seimbang.. Pegunungan setinggi
6 km, akarnya mencapai 26,7 km. Dasar laut sedalam 5 km, lapisan sialnya akan lebih tipis,
kira-kira lebih tipis 13,7 km daripada tebal lapisan sial benua di atas permukaan air laut.
Apabila kita amati globe, terlihat bahwa belahan bumi utara yang kebanyakan berupa
daratan diimbangi oleh lautan di belahan bumi selatan. Selanjutnya juga akan terjadi pada

21
barisan pegunungan pada jalur pegunungan tinggi akan diimbangi oleh adanya jalur palung
laut yang dalam didekatnya, Menurut perhitungan Guttenberg, tebal sial di bawah Erasia dan
Amerika antara 40-50 km, sedangkan di Samudera Atlantik dan Pasifik hanya 5 km.

22
2.3. Gaya-gaya Geologi
Bumi tidak berada dalam keadaan statis. Bumi mengalami suatu dinamika yang
terjadi dari suatu periode ke periode berikutnya. Dari waktu ke waktu bumi selalu mengalami
perubahan, baik perubahan bentuk permukaan bumi, susunan, lapisan bumi maupun
perubahan-perubahan yang terjadi di dalam bumi itu sendiri.
Secara umum dapat dikatakan bahwa proses-proses perubahan di dalam tubuh bumi
dalam rangka menuju keseimbangan, baik secara isostatik maupun hidrostatik. Semuanya ini
dipengaruhi oleh keragaman berat jenis materi penyusunnya dan juga aklibat perputaran
bumi. Selama belum tercapai keseimbangan atau kedudukan isostasi, kerak bumi akan
bergerak terus mencari keseimbangannya.
Keseimbangan dalam tubuh bumi tidak pernah tercapai, meskipun sudah 3 milyar
tahun berlangsungnya evolusi geologi. Hal ini disebabkan oleh persediaan energi di dalam
tubuh bumi belum habis. Energi dalam bumi berupa panas, proses kimia dan penyimpangan
keseimbangan gaya berat. Energi bumi menyebabkan timbulnya proses tektonik, volkanik
dan juga timbulnya perubahan medan gaya berat serta medan magnet.
Berbagai gerakan yang dapat mempengaruhi bumi, baik yang berasal dari dalam
maupun luar bumi disebut dengan gaya geologi.. Gaya asal dalam bumi (endogen) antara lain
gempa bumi, gunung api, dan pembentukan pegunungan. Sebaliknya gaya asal luar bumi
(eksogen) disebabkan oleh hidrosfer, biosfer dan atmosfer.

Gaya asal dalam (endogen)


Gerakan bumi yang disebabkan gaya asal dalam ini dapat mempengaruhi keadaan
permukaan bumi. Adanya tanah-tanah yang longsor, reruntuhan batu-batuan, terowongan dan
sejenisnya dapat mengakibatkan timbulnya getaran-getaran yang bersifat lokal maupun lebih
luas dipermukaan bumi. Tentunya semakin kerasnya getaran tersebut akan dapat
menimbulkan goncangan dan pergeseran muka bumi yang semakin hebat.
Namun, gempa bumi yang disebabkan oleh aktivitas gunung berapi disisi lain
disamping mengakibatkan reruntuhan dan dislokasi di permukaan bumi, juga dapat
membentuk bangunan baru baik yang disebabkan oleh hasil erupsi berupa eflata maupun

23
lava. Erupsi gunung berapi telah mengubah wujud muka bumi dengan timbunan batuan yang
berasal dari perut bumi yang menutup jurang atau lembah yang dilaluinya, bahkan pula
menambah luas daratan.
Gerakan pembentukan pegunungan (diastrophisma) mampu merubah roman muka
bumi dan membentuk bentang alam (land form) yang baru. Gerakan ini diperkirakan dapat
mengangkat sabuk pegunungan yang melintang dari pegunungan Alphina di Eropa,
pegunungan Himalaya di India, dan pegunungan Andes di Amerika. Deretan pegunungan
Bukit Barisan, pegunungan di Jawa sampai di Nusa Tenggara merupakan hasil kerja dari
gerakan pembentukan pegunungan. Penyelidikan terhadap Mt. Everest di pegunungan
Himalaya telah membuktikan betapa besar kekuatan mengangkat suatu wilayah dari dasar
samudra hingga menjadi puncak gunung. Bekas-bekas binatang laut yang hidupnya
diperkirakan 3000 m dibawah di bawah muka laut, kini berada di puncak gunung tersebut
dengan ketinggian mencapai 900 m.
Selain kekuatan diatas, kekuatan lain mempengaruhi/membatasi kemunculan muka
bumi. Kekuatan asal luar juga akan bekerja keras menghancurkan pegunungan yang telah
terbentuk hingga menjadi lebih rendah atau bahkan rata sama sekali baik dengan pengikisan,
transportasi, maupun deflasi bahan secara bergantian.

Gaya asal luar (Eksogen)


Ada tiga kekuatan luar yang bekerja atas permukaan bumi. Pertama, hidrosfer oleh
kekuatan air. Kekuatan ini dapat mengangkut bahan-bahan/material dari tempat yang tinggi
ke tempat yang lebih rendah. Dalam proses ini, air berperan penting disamping gaya lainnya.
Proses pergerakan ini dikenal dengan erosi.
Erosi mampu mengikis pegunungan menjadi lebih rendah dan membawa hasil kikisan
itu ke tempat-tempat yang lebih rendah. Material yang dibawa itu kemudian ditimbun
(deposisi) ke tempat tertentu sehingga muncul tempat-tempat baru yang merupakan daerah
pengendapan (proses sedimentasi). Menurut hasil penyelidikan, diperkirakan sungai Serayu
dan sungai Brantas di Jawa telah mampu menguras dan mengangkut bahan-bahan masing-
masing sebanyak 7.10.000 m3 dan 4.300.000 m3 lumpur per tahun.

24
Kekuatan kedua adalah biosfer (kekuatan organis), seperti tumbuh-tumbuhan dan
binatang. Mereka mempunyai kekuatan yang tidak kecil untuk mengubah roman muka bumi.
Akar yang menembus batu-batuan lambat laun dapat memecahkan batuan tersebut sehingga
menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Jenis ganggang tertentu juga dapat
menghancurkan batuan yang ditumbuhinya. Binatang yang lebih besar sampai dengan
manusia, karena ulahny dapat mempengaruhi bentuk muka bumi secara cepat maupun
lambat. Disisi lain binatang karang di laut akan membentuk bangunan-bangunan kapur
sebagai rumahnya sehingga akhirnya dapat membentuk pulau karang yang membentang
panjang, contohnya tembok karang GreatBarrier di bagian timur Australia.
Gaya eksogen yang ketiga adalah atmosfer (kekuatan angin). Di gurun pasir, kejadian
seperti berikut masih tetap berlangsung. Udara yang masuk ke pori-pori batuan yang besar
pada malam hari karena penurunan suhu akan berubah menjadi uap air dan akhirnya menjadi
es. Akibat perubahan tersebut volume air akan bertambah besar sehingga mendesak massa
batuan dan akhirnya batuan pecah menjadi kepingan-kepingan yang lebih kecil. Kekuatan
angin juga secara langsung dapat memindahkan material-material ringan seperti pasir halus,
debu ke tempat tertentu dan mengendapkannya (deflasi)
Berdasarkan uraian diatas, dapat dimengerti bahwa proses kerja berbagai gaya geologi
tampaknya merupakan suau siklus tang tiada henti. Selama jutaan tahun berbagai gaya diatas
bekerja baik sendiri – sendiri maupun bersama-sama membentuk, menghancurkan, dan
membangun kembali relief bumi. Inilah yang disebut sebagai daur geologi. Orogenesis
(pembentukan pegunungan-pegunungan), glyptogenesis (penghancuran relief), dan
lithogenesis (pembentukan kembali batuan endapan) merupakan contoh berbagai proses
dalam daur geologi.

Bahan Diskusi
Erosi sebagai salah satu bentuk kegiatan geologi akan mempengaruhi kesuburan
tanah. Mengapa demikian?

25
Daftar Pustaka

Billing, A. 1982. Geology Structure. McGraw Hill. New York. 678p.


Katili. 1974. Geologi. Dept. Urusan Research Nasional. Jakarta.458h.
Soetoto.1988. Geologi I, Materi Penyusun Bumi. Fak. Teknik Univ.Gajah Mada.
Yogyakarta.60h

26
III. STRUKTUR GEOLOGI

TUJUAN
Setelah membaca bab ini, mahasiswa akan mengenal struktur geologi

SASARAN
Setelah membaca bab ini, mahasiswa mampu:
1. menjelaskan konsep struktur geologi.
2. menjelaskan berbagai bentuk struktur geologi
3. menjelaskan proses pembentukan struktur geologi

Struktur geologi merupakan salah satu cabang ilmu geologi yang mempelajari tentang
bentuk, susunan atau tata letak, hubungan dari unit-unit bedrock serta gaya yang
mengerjakannya. Cabang ilmu ini bermanfaat untuk : (1) membantu mengenal struktur
geologi, (2) memahami kekuatan/gaya yang menyebabkannya, (3) memperkirakan sejarah
geologi suatu area.
Apresiasi tentang bagaimana deretan gunung-gunung utama dan benua
memperkembangkannya memerlukan pemahaman tentang patahan (faulting) dan lipatan
(folding). Demikian juga pemahaman tentang teori lempeng tektonik secara keseluruhan
memerlukan pengetahuan tentang struktur feologi.

3.1. Bekerjanya Gaya Tektonik

Gaya tektonik merupakan salah satu bentuk gaya yang ditimbulkan dari dalam bumi.
Gaya tektonik menggerakkan dan merusak bagian-bagian dari kerak bumi. Proses
pergerakandi dalam kerak bumi akan diikuti oleh terjadinya kerusakan batuan dan mengubah
bentuk maupun volume batuan penyusun kerak bumi. Gerakannya bisa ke arah vertikal (ke
atas), miring atau horisontal (mendatar). Proses pergerakannya bisa terjadi dalam tempo yang
sangat lambat sehingga sulit diamati atau sangat cepat dan mudah untuk diamati.
Energi yang dikandung dalam gaya tektonik digunakan untuk merusak bentuk
(deformasi), melipat atau membengkokkan (bedding) dan memecah (breaking) batuan.
27
Bekerjanya gaya tektonik disamping menghasilkan gaya mekanik, juga akan melibatkan
perubahan tekanan maupun temperatur. Energi mekanik ini kadang diubah menjadi energi
panas yang menyebabkan batuan meleleh atau mendidih dan menghasilkan letusan gunung.
Berbagai macam gaya tektonik yang bekerja di dalam kerak bumi dan mengakibatkan
terjadinya deformasi batuan disebut diastropisme. Proses ini akan menghasilkan berbagai
bentuk struktur diastropik

3.2. Struktur Diastropik


Struktur perlapisan batuan yang disebabkan oleh gaya tektonik, dikelompokkan
menjadi:
a. pelengkungan (warping)
b. pelipatan (folding)
c. retakan (jointing)
d. patahan (faulting)
Pelengkungan terjadi akibat adanya gerak vertikal yang tidak merata di suatu daerah.
Proses ini menghasilkan perubahan struktur lapisan yang semula horisontal menjadi
melengkung. Arah pelengkungan bisa ke atas membentuk dome, atau ke bawah membentuk
lembah/cekungan
Proses pelengkungan terjadi karena struktur batuan mendapat tekanan lemah dalam
waktu lama. Besarnya tekanan masih di bawah titik patah batuan, sehingga masih dapat
dinetraliskan oleh keplastisan batuan.
Retakan terjadi karena pengaruh gaya regangan, sehingga batuan retak-retak tapi
masih bersambung. Biasanya terjadi pada batuan yang rapuh, sehingga dengan tenaga kecil
sudah membuatnya retak-retak.
Patahan terjadi karena tekanan yang kuat dan gerakannya berlangsung sangat cepat.
Keadaan ini menyebabkan batuan mendapat tekanan yang melampaui titik patah batuan,
akibatnya batuan tidak hanya retak-retak tetapi sudah terpisah (displacement)

28
3.3. Pergerakan Lempeng Tektonik

Kerak bumi mengapung diatas lapisan astenosfer, dianggap satu lempeng yang saling
berhubungan. Lempeng kerak bumi ini dapat di bagi-bagi atas beberapa lempeng dengan
perbatasan berupa tranfonn fault dan rangkaian punggungan dasar laut. Ada 6-7 lempeng
besar antara lain : lempeng Eurasia, Afrika, Amerika, Pasifik, Australia- Hindia dan
Antartika. Pergerakan dua lempen tektonik ada tiga kemungkinan, yaitu:
a. kecepatan sama tinggi
b. satu berkecepatan tinggi dan yang satu lambat
c. kecepatan sama lambat
Hasil pergerakan lempeng akan membentuk :
1. batas menyebar (divergent boundaries)
2. batas terpusat ( convergent boundaries)
Bentuk permukaan bumi merupakan perbatasan lempeng yang ditimbulkan oleh
lempeng yang bergerak ke arah yang saling menjauh. Biasanya merupakan rangkaian
punggungan dasar laut. Batas terpusat merupakan perbatasan lempeng yang geraknya
memusat, sehingga lempeng saling bertumbukan. Proses ini menyebabkan terjadinya
patahan-patahan yang memudahkan terjadinya gunung api, palung laut yang posisinya sama
dengan perbatasan tersebut. Salah satu lempeng akan menjorok ka dalam, daerah ini
merupakan daerah pusat gempa karena selalu mengalami pergeseran.

3.4. Pelipatan (Folding)

Akibat sebuah tekanan/pemempatan yang kuat, batuan yang tersusun berlapis-lapis


dapat membentuk lipatan. Lapisan-lapisan sedimen yang letaknya mendatar mengalami
tekanan tangensial maka biasanya pada stadium awal akan terbentuk sebuah lipatan.
Daerah pegunungan lipatan besar biasanya dihasilkan oleh tekanan horisontal dari
arah yang berlawanan. Bagian puncak pegunungan akan mengalami pelipatan kecil-kecil,
demikian juga di bagian lembah. Pegunungan lipatan terjadi karena tekanan tangensial yang

29
ditimbulkan oleh pengaruh gaya tektonik. Lipatan yang terjadi dapat mempunyai bentuk yang
bermacam-macam, seperti lipatan tegak, lipatan miring, lipatan menggantung, lipatan rebah,
dan lipatan isoklin terganttung pada besarnya tekanan tangensial yang bekerja. Punggung
lipatan disebut antilkin dan lembah lipatan disebut sinklin. Bagian-bagian lain dari antiklin
dan sinklin adalah sayap antiklin, sayap sinklin dan sayap tengah. Bagian tengah dari sinklin
disebut inti sinklin dan bagian tengah dari antiklin disebut inti antiklin. Pada penampang
sebuah lipatan tegak maka bidang porosan (bidang simetri) merupakan garis tegak lurus yang
membagi sebuah antiklin atau sinklin dalam bagian-bagian yang sama besar. Bidang porosan
itu adalah bidang yang membelah sudut antara sayap lipatan menjadi dua, sehingga garis
potong antara bidang porosan dengan permukaan lapisan tersebut merupakan poros lipatan
dari perlapisan tersebut.
Poros lipatan tidak selalu tegak lurus dengan garis horisontal. Tekanan yang terus
menerus mengenai batuan sedimen akan membentuk lipatan miring, sehingga bidang porosan
juga akan miring letaknya. Semakin besar tekanan yang bekerja pada batuan akan
membentuk lipatan isoklin serta lipatan rebah.
Ada beberapa tipe dasar dalam lipatan, yang dihubungkan dengan sumbu lipatannya.
Peipatan simetris, yaitu lipatan yang antiklin dan sinklinnya setangkup (simetris), sebaliknya
ada pula yang tidak setangkup. Lipatan setangkup biasanya dihasilkan oleh gaya horisontal
dari dua arah yang berlawanan yang sama besar, sedang asimetris karena gayanya tidak
seimbang. Lipatan jungkir balik/lipatan miring, adalah lipatan yang dihasilkan oleh gaya
horisontal dari satu arah saja atau dua arah tetapi tidak seimbang, atau mungkin juga
horisontal dan vertikal. Dengan demikian lipatannya menjadi asimetris dan condong. Lipatan
rebah, bila gaya horisontal lebih kuat lagi sehingga lipatannya sejajar dengan bidang
horisontal.

3.5. Patahan (Faulting)

Patahan merupakan gejala yang sangatumum pada batuan. Patahan merupakan posisi
batuan sepanjang bidang patahan dan menyebabkan terpisahnya bagian kerak bumi. Patahan

30
terjadi akibat adanya tekanan yang kuat dan berlangsung sangat cepat dari dalam perut bumi.
Besarnya tekanan yang bekerja melampaui titik patah batuan sehingga batuan tidak hanya
retak-retak tetapi terpisah/displacement. Patahan ini biasanya diikuti oleh perpindahan bagian
kerak bumi sepanjang bidang patahan (slip).
Pembentukan patahan pada umumnya tidak hanya berlaku pada sebuah bidang tetapi
berlangsung pada suatu daerah yang disebut zona patahan. Patahan ini dapat membagi kerak
bumi dalam bentuk bonglah-bongkah atau bentuk menyerupai tangga. Patahan demikian
disebut dengan patahan jenjang.
Dalam zona patahan ditemukan batuan-batuan yang telah hancur, menyerupai tepung
dan disebut milonit. Timbulnya panas selama terjadi gesekan, menyebabkan milonit mencair
dan membentuk batuan yang menyerupai batuan vulkanik dengan struktur gelas.
Bidang-bidang patahan diduga merupakan tempat-tempat lemah dan keras dari kerak
bumi, sehingga daerah disepanjang patahan umumnya merupakan daerah pusat gempa bumi
karena selalu mengalami pergeseran batuan kerak bumi disepanjang bidang patahan.
Posisi bidang patahan yang miring memudahkan untuk membedakan bagian atas dan
bagian bawah dari sebuah patahan. Maka akan terbentuk Sesar naik ditunjukkan oleh bagian
atas yang terlihat seakan-akan bergerak ke atas. Biasanya agak sukar untuk menetapkan
bagian mana yang naik dan bagian mana yang turun. Sebuah Sesar naik disebut sesar
sungkup jikalau pergeseran ini berlaku pada jarak yang panjang, beberapa km atau lebih,
sehingga bagian yang satu menutup bagian yang lain. Jikalau jarak pergeseran sangat kecil
sehingga belum terjadi patahan maka akan terbentuk sebuah keadaan yang disebut fleksur.
Sesar mendatar adalah sebuah patahan yang tegak lurus, dengan pergeseran
transversal mendatar dapat memotong berkas lipatan suatu pegunungan. Gejala demikian
mudah dipelajari dalam sebuah peta sebuah punggung lipatan atau antiklin beralih menjadi
sinklin atau sebaliknya.
Patahan transversal adalah patahan yang memotong tegak lurus jurus lipatan. Contoh
pegunungan lipatan adalah perbukitan Druwo dan Kidul disebelah utara Jawa Tengah.
Patahan dapat dibedakan atas beberapa tipe dasar berdasarkan arah gerakannya:

31
1. Transcurrent Fault/ Srike-slip fault, yaitu patahan dimana arah gerakan
horisontal dalam arah yang berlawanan.
2. Dip-slip Fault, yaitu patahan dengan arah miring ke bawah. Nornal
fault/gravity fault merupakan gerakan ke bawah mengikuti bidang miring
patahan menurut gaya beratnya.
- Reserve Fault/thrust fault : arah gerakannya terbalik/ ke atas pada
bidang patahan.
3. Oblique-slip Fault, yaitu patahan yang gerakannya saling mejauhi. Jenis
patahanini membentuk jurang yang lebih lebar.
4. Rotation Fault, yaitu patahan yang gerakannya memutar pada bidang patahan.
Istilah-istilah yang berkenaan dengan bentukan-bentukan patahan, antara lain:
Graben : berupa tanah turun, yaitu suatu depresi yang terbentuk antara dua
patahan, dimana blok batua di tengah kedua patahan mengalami
penurunan/slenk
Horst : berupa tanah naik, bila bagian diantara 2 patahan mengalami
pengangkatan menjadi lebih tinggi dari sekitarnya.
Fault Scaip : kedua dinding tebal (cliff), dimana patahan dari salah satu
blok bergeser ke atas menjadi lebih tinggi. Sering kali Fault
Scarp ini tidak nampak lagi karena sudah mengalami erosi

Ada juga patahan yang sudah bertangga karena terdiri dari serangkaian patahan-
patahan yang tidak sama tinggi. Bentuk ini dikenal dengan nama Drift Valley, yaitu suatu
graben yang memanjang seperti halnya Lembah Semangka ataupun patahan di Afrika Timur.
Bentuk-bentuk ini sering pula disebut depresi tektonik. Bidang-bidang patahan kebanyakan
adalah bidang miring. Dinding patahan yang kebanyakan letaknya di atas bidang patahan
disebut Hanging Wall dan yang letaknya dibawah disebut Foot Wall. Blok batuan yang
bergerak ke atas disebut Upthrow-side dari patahan dan yang bergerak ke bawah disebut
Downthrow-side.

32
Sering kali kita menjumpai istilah overthrust fault, suatu patahan terbalik yang gerak
pemisahan batuan arahnya sudah hampir horisontal dan menghasilkan jurang pemisah cukup
besar.
Tanda-tanda patahan adalah adanya cermin gesekan, tepung milonit, breksi
pergeseran (fault breccia), terjadinya jurang, perubahan letak. Bidang patahan biasanya
merupakan tebing yang terjal dan disebut scrap/escarpment.

3.6. Struktur Dome dan Cekungan


Dome atau kubah adalah bentuk lipatan yang lapisan-lapisannya menunjukkan
kemiringan menurun ke segala arah, sedangkan cekungan adalah kebalikan dari kubah
dimana kemiringan perlapisan menurun menuju satu titik. Dome Sangiran dan Nanggulan di
Jawa Tengah merupakan contoh dome di Indonesia. Dome dan cekungan berbeda dengan
bukit dan lembah erosi.

3.7. Struktur Geologi Vulkanisme


Bumi adalah suatu figur yang padat dengan keseimbangan thermodinamik.
Keseimbangan ini terjadi akibat dari perkembangan bumi. Gangguan terhadap keseimbangan
thermodinamik ini dimanapun di bumi, misal turunnya tekanan atau naiknya temperatur,
dengan cepat mentransformasikan massa bumi di tempat yang terkena gangguan, dari padat
menjadi cair. Transformasi ini disertai dengan pertambahan besar volume secara kolosal dan
karena mengalirnya massa silikat (magma) yang panas ke daerah kerak bumi yang lemah,
maka permukaan daerah tersebut kadang-kadang menjadi tinggi. Magma tersebut di desak
menuju ke permukaan, lalu karena tekanan berkurang unsur-unsur gas dalam magma secara
tetap tentu dilepaskan melalui suatu rangkaian letupan-letupan. Proses keluarnya magma
mencapai permukan bumi disebut vulkanisme. Selama perjalanan magma dapat membeku di
dalam bumi pada saat terjadi perambatan menuju permukaan bumi membentuk struktur
intrusi, atau membeku setelah keluar dari dalam bumi dan membentuk struktur ekstrusi.

33
Bentuk struktur ekstrusi dapat berupa plateau basalt, aliran lava dan sebagainya.
Sedangkan struktur intrusi dapat berupa pipih intrusi, lakilit, batolit, pakolit, lapolit, vulkanik
neck, sill dan lainnya.

BAHAN DISKUSI

Indonesia terletak diantara 3 lempeng dunia, bagaimana hubungan dari


keadaan ini dengan:
a. Keberadaan gunung api
b. Keragaman flora dan fauna
c. Keberadaan terumbu karang

Daftar Pustaka

Billing, A. 1982. Geology Structure. McGraw Hill. New York. 678p.


Katili. 1974. Geologi. Dept. Urusan Research Nasional. Jakarta.458h.
Soetoto.1988. Geologi I, Materi Penyusun Bumi. Fak. Teknik Univ.Gajah Mada.
Yogyakarta.60h

34
IV. BATUAN

TUJUAN
Bab ini bertujuan untuk membahas ihwal:
1. berbagai konsep tentang proses pembentukan batuan dan mineral
2. berbagai konsep tentang klasifikasi batuan dan mineral

SASARAN
Setelah membaca bab ini mahasiswa dapat:
1. menjelaskan berbagai konsep tentang proses pembentukan batuan dan
mineral
2. menjelaskan berbagai konsep tentang klasifikasi batuan dan mineral

4.1. Magma
Magma merupakan asal mula dari terbentuknya semua batuan dan mineral. Suhu
magma dibagian teratas antara 700° C sampai 1200° C. Hal ini bisa diketahui bila terjadi
letusan gunung berapi yang mengeluarkan lava yang berasal dari dalam litosfera. Magma
tidaklah hanya berupa benda yang cair pijar yang ada didalam tubuh bumi, tetapi secara tidak
langsung di dalam magma itu sendiri terjadi proses pencairan.
Proses pembekuan yang terjadi di dalam dapur magma, dimulai dari bagian atas ke
arah bawah, sebab pendinginannya dimulai dari bagian atas. Proses pembekuan magma ada
beberapa taraf, yaitu:
1. Taraf Magmatik (paragenesa), artinya batuan atau mineral membeku pada waktu
magma masih berwujud cairan yang panas dan liat.
2. Taraf pneumatolitik dan pagmatik, yaitu batuan atau mineral membeku atau
mengkristal sewaktu berwujud uap magma yang panas.
3. Taraf hidrotermal, artinya batuan dan minral membeku atau mengkristal sewaktu
berwujud cairan magma.
Di dalam dapur magma kristal yang terbentuk besar-besar. Selama terjadinya proses
kristalisasi di dalam dapur magma akan terjadi pelepasan gas dan gas ini akan berada di
dalam magma yang belum mengkristal yang disebut dengan magma sisa. Magma sisa dari

35
proses kristalisasi ini makin lama makin sedikit jumlahnya, sehingga tekanan gas nya selalu
bertambah. Akhirnya tekanan gas makin membesar, melebihi tekanan batuan yang ada di
dalam dapur magma. Gas tersebut akhirnya menerobos keluar, membawa serta magma, dan
membentuk intrusi di dalam kerak bumi di atas dapur magma. Atau juga membentuk ekstrusi
lava dan volkan. Jadi volkanisma adalah kelanjutan dari proses kristalisasi di dalam dapur
magma. Paragenesa magma cair membentuk batuan beku dalam, dan juga batuan beku gang
dan batuan beku ekstrusi.
Berdasarkan penyelidikan mikroskopik dari sejumlah batuan, menunjukkan bahwa
sebagian pengkristalan magma mempunyai bentuk-bentuk tertentu. Susunan atau urutan
pengkristalannya adalah sebagai berikut:
1. Mineral aksesori atau pengiring, yang terdiri dari : Apatit, Zirkon, Magnetik, dan
Hematit.
2. Silikat yang kaya akan magnesium dan besi, yang merupakan mineral esensial, yaitu
piroksin, amfibol, olivin dan biotit.
3. Silikat yang kaya akan kalsium yaitu anortit dan plagioklas.
4. Silikat yang kaya akan alkali, yaitu ortoklas, albit, plagioklas, leusit dan nefelin.
5. Dan mungkin kuarsa, bila didalam magma masih terdapat sisa asam kersik.
Mineral esensial selalu memiliki bentuknya sendiri yang disebut idiomorf (bentuk
bagus). Mineral yang bentuknya menjadi kristal lebih dulu, dapat menghalangi pertumbuhan
mineral lain untuk mengkristal. Kristal yang terbentuk kemudian ini dinamai xenomorf
(bentuk tidak bagus) atau alotriomorf. Mineral yang terbentuk demikian kebanyakan mineral
kuarsa yang kristalnya mengisi sela-sela kristal yang telah ada di dalam batuan beku.

4.2. Pengertian Batuan


Yang dimaksun batuan adalah suatu benda tersusun dari muneral-mineral yang sama
atau tidak sama jenisnya. Mineral batuan tidaklah mesti besar atau kekar, akan tetapi lumpur,
liat dan pasir juga termasuk ke dalam istilah batuan.
Batuan sebagai bagian dari pada kulit bumi dapat digolongkan menjadi 3 baian,
yakni:

36
1. Batuan beku (igneous rock) yaitu batuan langsung yang terjadi dari pembekuan
magma.
2. Batuan sedimen (sedimentary rock) yaitu batuan hasil pengendapan dari bahan
rombakan, pelarutan atau unsur organis.
3. Batuan metamorfik (metamorphic rock) yaitu merupakan batuan hasil ubahan dari
batuan terdahulu karena pengaruh suhu da tekanan yang tinggi.
4.3. Pembagian Batuan
a. Batuan beku:
Menurut tempat membekunya magma dapat dibagi ke dalam batuan beku dalam
(instrusive) dan batuan beku luar (extrusive)
a.1. Batuan beku dalam
Menurut tempat pembekuan di dalam bumi, maka batuan beku dapat dibagi atas : 1)
batuan beku plutonik yakni batuan yang dihasilkan oleh magma yang membeku ditempat
yang dalam sekali di kulit bumi, 2) batuan beku hipobisal jika magma membeku pada
kedalaman dibawah permukaan kulit bumi dan dangkal, srta 3) batuan beku effusive jika
magma yang membeku berada dipermukaan bumi (lava)
Selama penerobosan magma menuju kepermukaan kulit bumi jika membeku, akan
dipengaruhi oleh proses-proses dan keadaan sekitarnya seperti macam dan struktur batuan
yang dilaluinya sehingga bantuk-bentuk batuannya berbeda. Adapun bentuk-bentuk yang
dimaksud adalah konkordan (selaras) dan diskordan (terputus, memotong).
Selanjutnya beberapa bentuk batuan beku diantaranya:
Batolit : plitonik berdimensi besar dengan bidang kontak yang meninjau keluar dan . dasar
yang tak pernah ditemukan, letaknya diperkirakan 3-8 km dari mika bumi. Umumnya
terbentuk pada jalur orogenetik (Bangka, Malaya dsb). Stock dan bass merupakan
opofisa dari batolit.
Lakolit : hipo bisal yang berdimensi lebih kecil, konkordan dengan dasar rata dan tetap
cembung, letaknya lebih dekat dengan permukaan bumi ± 1-3 km.

37
Sill : konkordan dengan bentuk tipis tapi luas. Kadang-kadang hanya beberapa dm dan
panjangnya beberapa ratus meter, terletak mendatar berupa lembaran diantara dua
lapisan sedimen.
Dike : diskordan, tipis dan luas. Letaknya dekat atau sampai dipermukaan bumi.
Menyusup diantara dua batuan berupa celah tegak atau miring. Lebarnya bisa
puluhan meter dan panjangnya beberapa km.
Diatrema : umumnya memanjang, terbentuk silindris dan membeku pada cerobong.

Gambar2. Penampang kulit bumi dengan bentuk-bentuk batuan beku.

a.2 Batuan beku luar (Extrusive)


Magma yang menerobos kepermukaan bumi dan membeku disana akan membentuk
batuan beku luar. Berdasarkan struktur, lava yang terbentuk dapat dibagi kedalam :
1. lava blok (bongkah) yaitu lava yang mempunyai permukaan kasar terdiri dari
berbagai ukuran.
2. lava tali adalah lava yang permukaannya licin berkerut-kerut, kadang-kadang mirip
bentuk tali.
3. lava berstruktur bantal berbentukgumpalan-gumpalan lonjong dengan retakan radier
dengan permukaan licin juga berlubang-lubang (vesikuler)
38
Tentang macam-macam batuan beku luar ini beberapa ahli telah menulis, misalnya
Hamblin dan Howard (1971) dan Soetoto (1981) menyebutkan contoh-contoh batuan beku
luar adalah :
Obsidian : merupakan gelas fulkanikyang masif, berwarna cerah dan mengkilap jika
banyak magnetik sedang mineral lainnya hitam, kadang-kadang kuning,
merah atau coklat karena magnetik dan hematit.
Pumice : berupa gelas vulkanik yang sangat porous berstruktur pumiceous.
Tuff : merupakan fragmen gunung berapi dengan ukuran butir kurang dari
seperempat inci.
Vulcanic brecia : fragmen yang berbentuk runcing, dengan ukuran seperempat sampai dua
inci.
Agglomerates : berupa bongkah-bongkah vulcanic yang runcing maupun bulat berukuran
kurang dari dua inci.

Selanjutnya Wentworth dan Williams (1932 dalam Soetoto, 1981) mambagi batuan beku luar
menjadi :
Volcanic breccia : batuan vulcanic dengan fragmen berukuran lebih dari 32 mm berbentuk
runcing-runcing.
Agglomerates : batuan vulkanik dengan fragmen berukuran lebih besar dari 32 mm
berbentuk bulat-bulat.
Lapillituff : batuan vulkanik yang fragmen-fragmennya berukuran antara 4- 32 mm

Tuff : batuan vulkanik yang fragmennya berukuran antara 0,25 – 4 mm


Fine tuff : batuan vulkank yang mempunyai partikel halus, berukuran kurang dari
¼ mm.

Struktur dan tekstur batuan beku


Struktur batuan menunjukkan ciri batuan dalam skala yang besar, antara lain
menyangkut kekar, gambaran aliran, blok-blok dan lain-lain. Sedangkan tekstur batuan

39
menggambarkan hubungan antara mineral atau antar mineral dan kaca dalam batuan sebagai
suatu agragat yang uniform.
Struktur batuan beku ditentukan oleh adanya perbedaan lubang-lubang vesikul yang
terarah, letak mineral dan letak pengotoran yang terarah.

Menurut Russel B Travis (dalam Soetoto, 1981) ada beberapa struktur batuan beku, yakni :
Vesikuler : batuan beku yang mempunyai lubang-lubang sejajar satu sama lain akibat
gas yang menggelembung sebelumnya.
Scoriaceous : vesikuler yang memiliki lubang-lubang tidak terarah/tidak teratur
Amigdaloid : apabila vesikul terisi oleh moneral-mineral skunder sesudah pembekuan
magma.
Flow : bauan beku yang memiliki kenampakan mineral sejajar satu sama lain.
Pumiceous : batuan beku yang berlubang-lubang halus sangat banyak tubular dan teratur.

Tekstur batuan sangat dipengaruhi oleh pembekuan magma yang tergantung pada kondisi
fisiko kimianya. Tekstur batuan merupakan fungsi dari pada 1) sifat kristal, atau derajat
kristalisasi, 2) ukuran absolut kristal (granularity), 3) bentuk kristal (form), 4) hubungan
antara kristal dengan massa kaca.
Pada umumnya tekstur batuan beku sebagai berikut:
- Faneritik ( granular) : jika ukuran butiran mineral hampir sama dan dapat dilihat dengan
mata telanjang. Tekstur berbutir kasar jika ukurannya 5 mm ke atas
(lebih besar dari 5 mm), berbutir sedang ukurannya 1-5 mm, dan
berbutir halus ukurannya lebih kecil dari 1 mm.
- porfiritik : ukuran butiran mineral berbeda satu sama lain. Paneroporfiritikjika
massa dasar mineral yang berukuran kecil diselingi mineral yang
lebih besar. Apanitikporfiritik jika massa dasar pada paneroporfiritik

40
tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, sedangkan mineral yang
lebih besar nampak.
- Afanitik/felsitik : apabila ukuran butiran mineral sangat halus hingga sulit dibedakan
dengan mata telanjang.
- Glassy : massa batuan yang hanya terdiri dari glass.
- Fragmental : batuan yang terdiri dari fragmen runcing-runcing

Menurut Williams (1954) batuan beku dilihat dari susunan kimianya dapat dibagi
atas:
1. Batuan beku asam (acidic/sueous rocks) mengandung kadar silika ± 66 %, kadar
kuarsa lebih dari 10 %, kadar ortoklas (potasium feldspar) sedikitnya ½ total feldspar,
warna cerah.
2. Batuan beku intermedier (intermediare igneous rocks), batuan ini mengandung kadar
silika 52-66%, kemungkinan ada kuarsa, warna agak gelap. Contoh : diorite,andesite.
3. Batuan beku basa (basic igneous rocks) mengandung 45-52% silika, berwarna gelap
sampai hitam. Contoh: gabro, basalt
4. Batuan beku ultra basa (ultra basic igneous rocks), mengandung kadar silika kurang
dari 45%. Tanpa feldspar berwarna gelap sekali. Contoh : dunite, peridotit.
Sedangkan Iras, Allison at. al. (1967) membagi kedalam batuan beku asam
(kandungan silika lebih dari 66%-72%), batuan beku intermedier (kadar silika 57%), batuan
beku basa (kadar silika 48%) dan batuan beku ultra basa (kadar silika 41%)
b. Batuan Sedimen
Batuan sedimen adalah batuan yang terbentuk karena adanya penyatuan dan
pembatuan dari hancuran batuan-batuan sebelumnya (litifikasi). Kebanyakan batuan sedimen
hasil dari proses pelapukan dan erosi dari batuan sebelumnya dan sebagian kecil merupakan
timbunan dari bahan-bahan organis, abu vulkanis, meteroit dan mineral-mineral yang terbawa
air.
Budi Santoso (1985) menjabarkan proses pembentukan batuan sedimen sebagai
berikut: 1) pelapukan fisika dan kimia dari bahan induk, 2) transportasi hasil-hasil pelapukan

41
oleh air, es, angin ataupun gravitasi, 3) deposisi bahan tersebut pada basin sedimen, dan 4)
pemadatan dan sementasi menjadi batuan yang padat.
Menurut Soetoto (1981) lithifikasi dapat disebabkan oleh proses-proses: 1) sementasi
atau perekatan (comentation) oleh SiO2, Fe2O3 atau CaCO3. 2) pemadatan (compaction). 3)
desikasi (desication), keluarnya air dari pori-pori dan 4) kristalisasi (crystalization). Lebi
lanjut dinyatakan bahwa berdasarkan atas asal dan cara terjadinya batuan sedimen dibagi
kedalam dua tekstur yakni:
1. tekstur klastik : sedimen yang tersusun oleh hasil hancuran batuan lain yang
sudah ada terlebih dahulu.
2. tekstur non klastik : sedimen yang tersusun oleh hasil reaksi kimia tertentu secara
anorganis maupun organis
Dalam hubungan ini Katili (1963) menulis klasifikasi batuan sedimen eperti pada
Tabel 2.
Dilihat dari cara dan tempat pengendapan itu berada mka dibedakan:
1. Mornil sediments, dibagi kedalam:
- ferrigen : sedimen dilautkan yang berasal dari hasil pelapukan dan
transportasi daratan.
- pelagie : sedimen dilautkan yang bersal dari organisme yang sudah mati
dilaut.
Tabel 4.1. Daftar Batuan Sedimen
Dibentuk secara Sifat Utama Batuan Lepas Batuan Padat
Batuan Psefitik talus Breksi
bersifat Bt. Gulin kerikil Konglomerat
(2mm)
Batu Psimitik Pasir (butir kasar, Graywacke, arkose,
Mekanik bersifat pasir (2 menengah, butir Bt.pasir, flagstone
mm-0,05 mm) halus)
Batu Pelitikbersifat lempung Batuan lempung
lempung (<0,01) shale (serpih)
Mengandung Batuan koral pasir Batuan gamping
gamping globigerina
Mengandung Lumpur radiolaria. Batuan
silisium Tanah Diatomea mengandung
Radioralit
42
Mengandung Gambut Batu bara muda
Organik karbon (lignit), batu bara
anthrasit
Mengandung besi Bijih besi Limonit
Mengandung fosfat Guano tulang- Fosforit
tulang Breksi tulang
Mangandung CaCO3 yang Batuan gamping
gamping mengendap dolomit
CaCO3, MgCO3
Mengandung Gel sillisium Batu api, sinter,
Kimia silisium yasper
Mengandung besi Hidrosol Fe2O3 batu besi lempung

2. Costal sediment : pengendapan yang terdapat dipantai yang terbentuk dari


campurandaratan maupun lautan, mengendap berupa delta,
lagoria dan esturia
3. Fluvial sediment : pengendapan air di sungai oleh aliran air sungai. Disini
akan terbentuk endapan aluvium (alluvial fan)
4. Aeolian sediment : pengendapan didarat oleh angin terutama di gurun-gurun
5. Lacustrine sediment : pengendapan di danau

Struktur batuan sedimen


Struktur batuan sedimen tersusun dari perbedaan ukuran dan ineraloginya. Struktur
batuan ini dapat terbentuk pada saat deposisi atau berkembang sesudah deposisi terjadi.
Soetoto (1981) membagi struktur batuan sedimen klastik dan non klastik sebagai
berikut:
1. Struktur batuan sedimen klastik
a. Struktur berlapis yang merupakan ciri khas dari batuan sedimen klastik,
terbagi dalam:
Pelapukan paralel : bila tiap-tiap lapisan sejajar satu sama lain

43
Cross bedding: jika arah lapisan berganti-ganti karena arah arus air yang
berganti-ganti juga
Gradded bedding: jika tiap-tiap lapisan tidak jelas batas-batasnya karena
gradasi ukuran butir dari kasar ke halus.
b. Struktur berfosil, dicirikan oleh adanya fosil-fosil sebagai penyusun batuan
2. Struktur batuan sedimen non klastik sebagai berikut;
a. strukur berfosil
b. Oolites : fragmen-fragmen klastik diselubungi mineral-mineral antigenic
dengan ukuran butir kurang dari 2 mm bentuknya bulat-bulat.
c. Pisolites : seperti oolites, tetapi ukurannya lebih dari 2 mm.
d. Concration : material ini diselubungi oleh larutan semen SiO2, Fe2O3 dan
CaCO3 yang memadat
Struktur luar meliputi
a. Bioherm : terdiri dari bentuk-bentuk beutonis yang massive dan biasanya
berbentuk lensa yang dikelilingi oleh sedimen lain
b. Biostone : merupakan hasil kegiatan jasad-jasad pelagie yang biasanya berlapis
dan sering interbeded dengan calcilutite yakni batu gamping klastik berukuran
lempung

c. Batuan metamorfik
Merupakan batuan yang terbentukakibat alterasi fisik dan kimia dari batua yang keras
yang berubah dalam hal tekstur, struktur dan komposisi mineral yang disebabkan oleh
pengaruh lingkungan.
Allison dkk. (1967) dan Katili (1963) menyatakan sebagai batuan yang berubah
karena pengaruh tekanan dan temperatur yang tinggi.
Macam-macam Metamofisme (Soetoto, 1981)
1. Metamorfise termal/kontak, terjadi pada zone-zone kontak dengan tubuh magma,
intrusi maupun ekstrusi dengan tekanan 1000-3000 atmosfir dan suhu 300°- 800° C.

44
2. Metamorfisme dinamik : terjadi pada zone-zone yang mengalami dislokasi intensif
ditempat-tempat yang sempit, misalnya sesar/patahan.
3. Metamorfise regional: terjadi pada zone yang sangat luas akibat gerak-gerak
orogenesa (pembentukan pegunungan)
Disini pengaruh suhu dan tekanan bersamaan.
Allington (1967) mengklasifikasikan batuan metamorfosa berdasarkan tekstur (Tabel 3)
Tabel 4.2. Klasifikasi Batuan Metamorfik
Tekstur Rock name Compisition Parent rock Metamorphic
process
Foliated - slate Abundat of Shale, tuff
- phyllite dark flaky and/ Shale, tuff
- schiest or prismatic Shale, Increase
(mica silicate mineral intermediate regional
schist, (micas, tomafic
chlorite chlorite, talc, igneous rocks
schist, serpentine,
amphibol hornblende,
schist quartz)
Feldspar
abundant:
- gneiss varying
(gabnet amounts at
gneiss, quartz and Acidic to
granite dark silicates intermediate
gneiss) minerals (such igneous rocks,
as amphiboles, arkose
pyroxeness, graywacke, regional
micas, garnet micaschist
Non foliated Metaquartzite Quartz greatly Normal and Regional or
predominant quartzose contact
sandstone
Marble Calcite and/or Limestone or Regional or
dolomite with dolomite with contact
or without Ca- or without
Mg silicate impuritie
Hornfels Shale, slate Contact
intermediate to
Dark silicate mafic extrusive
mineral rock
Anthrucite coal predominant Peat, lignin, Regional or

45
coal contact

92-98 %
karbon

Menurut Turner (1960) dalam Soetoto (1974) klasifikasi batuan metamorfik


disamping berdasarkan tekstur juga berdasarkan kandungan kimianya sebagai berikut:
a. klasifikasi berdasarkan tekstur:
1. Hornfels atau grawblastik, tidak punya schistosity terdiri dari mineral
equidimensional yang tidak terorientasi hasil metamorfisma termal.
2. Slate: berbutir sangat halus, memperlihatkan slaty cleavage dan tanpa lapisan
segregasi, hasil metamorfisma regional dari mudstone, silt stone dan batuan
sedimen klastik berbutir halus.
3. Phyllite: berbutir halus, memperlihatkan schistocity, mulai kelihatan lapisan
segregasi, pada bidang foliasi ada kilap dari muskovit atau chlorit yang berasal
dari batuan yang sama dengan slate tetapi butir-butirnya lebih besar. Hasil
metamorfisme regional tingkat tinggi.
4. Schiest : schistocity jelas sekali, terdiri dari lapisan-lapisan segregasi kuarsa-
felspar dan mineral pipih seperti biotit atau mika lain hasil dari metamorfisme
regional tingkat tinggi
5. Amphibolite: berbutir sedang hingga kasar, terdiri terutama dari mineral-mineral
hornblende dan plagioklas. Schistocity baik karena mineral-mineral hornblende
yang prismatik tetapi kurang jelas dibandingkan dengan schist. Hasil
metamorfisme regional tingkat sedang-tinggi.
6. Gneiss: tekstur gneistik, berbutir kasar, schistocity lebih baik karena kaya kuarsa
dan feldspar dan sedikit mika. Hasil metamorfisme regional tingkat tinggi.
7. Granulite: berbutir seragam, tanpa mika dan amphibol. Schistocity tidak jelas, bila
ada foliasi disebabkan karena mineral-mineral kuarsa dan feldspar berbentuk lensa
pipih. Hasil metamorfisme regional tingkat tinggi.

46
8. Marble: terdiri dari mineral-mineral kalsit/dolomit. Umumnya tidak ada
schistocity dan bertekstur granoblastik hasil metamorfisme regional tingkat tinggi.
9. Mylonite: berbutir halus, hasil hancuran mekanis dari batuan yang berbutir lebih
kasar, tekanan searah. Biasanya memperlihatkan orientasi seperti breksi. Hasil
metamorfisme dinamis.
10. Cataclasite: seperti mylonite, tetapi deformasi tidak seberapa.
11. Phyllonite: schistocity jelas, sukar dibedakan dengan phyllite, tetapi seperti
myllonite oleh granulasi dari batuan asal yang lebih kasar, sudah ada kristalisasi,
berwarna abu-abu hitam mengkilap karena adanya mika.
b. Klasifikasi berdasarkan kandungan kimianya:
1. Pelitik: baeasal dari pelitik (Aluminium)sedimen, misal : lempung,serpih dan
mudstone.
2. Quartz feldspar : berasal dari batun yang banyak kuarsa dan feldspar, misalnay
batu pasir, batuan beku asam.
3. Celcaceorus: berasal dari sedimen gamping seperti dolomite, batu gamping tidak
murni mengandung kuarsa dan mineral-mineral lempung.
4. Magnesium : berasal dari bauan yang kaya Mg misalnya seperti serpentine,
chlorite atau batuan kaya Mg dan Fe.
Anonimus (1979) menyatakan bahwa kulit bumi terbentuk dari batuan beku sebanyak
± 85 % volume kulit bumi, batuan sedimen ± 8 % dan selebihnya batuan metamorfosa.
Seperti dinyatakan bahwa, batuan metamorfik terbentuk dari dua batuan sebelumnya yang
mengalami perubahan. Alliason (1974) merinci lebih detail perubahan dari tiap-tiap batuan
asal ke batuan metamorfik ebagai berikut:
Tabel 4.3. Metamorphic Derivates of Common Rock
ORIGINAL ROCKS RESULT OF METAMORPHISM
a. Sedimentary Slate, phyllite, schist
shale Quartz-mica schist
sandstone quartzite
conglemerate Conglameratec quartzite, quartzite schist,
gneiss (if feldsptthic)
Limestone Marble
Shaly limestone Slaty marble, calcoreous schist
47
Coal Anthracite
b. Igneous
Granite, diorite, gabbro gneiss
Peridotite Serpentinite, sorpstone, folcschist,
chlorite schist, hornblende or biotite
schist
Basalt Chlorrite, hornblende, or biottite schist
Andesite Hornblende schist
Volcanic tuff Slate, phylitte, schist

Siklus Batuan

Gambar 3. Siklus Batuan

48
Pengertian Mineral
Mineral adalah sebagian zat-zat hablur /kristal yang ada di dalam kerak bumi serta
bersifat homogen, fisik, maupun kimiawi. Mineral merupakan persenyawaan anorganik asli,
serat mempunyai susunan kimia yang tetap. Persenyawaan kimia yang asli maksudnya adalah
bahwa mineral itu terbentuk dari alam. Mineral dari alam bebas tumbuh oleh proses alam
sesuai dengan lingkungan tempatnya berada. Ada zat-zat yang mempunyai sifat-sifat yang
sama dengan mineral, tetapi dibuat di laboratorium. Sebagai contoh SiO2. Mineral ini yang
terbentuk dari alam disebut dengan kuarsa, tetapi yang dibuat di laboratoriun disebut silium
dioksida, sedang yang terdapat di dalam tumbuhan Graminae, mineral ini disebut asam
kersik. Sebagian besar mineral terdapat dalam keadaan padat, tetapi ada juga yang dalam
keadaan setengah padat, gas ataupun cair. Jadi yang dinamakan mineral adalah bahan alam
yang memiliki susunan tertentu, bersifat homogen, anisotrop dan dapat berupa bahan padat,
gas maupun cair. Dewasa ini diperkirakan ada sebanyak 2000 jenis mineral yang telah
dikenal di alam raya ini, sehingga bentuk persenyawaannya ada dalam jumlah yang cukup
banyak.
Mineral terbentuk bersamaan dengan terbentuknya batuan. Pengkristalan mineral dari
cairan magma adalah dengan urutan tertentu tergantung dari titik pengkristalan masing-
masing mineral, demikian juga dengan mineral bijih. Sebagai contoh mineral Sn (timah) titik
pengkristalannya lebih tinggi dari Pb (timbal), atau dengan kata lain, Sn mengkristal lebih
dahulu dari pada Pb. Selainitu kristalisasi mineral di dalam magma juga ada yang
berdasarkan Hukum Eutektik ialah bila ada dua atau lebih mineral yang berbeda titik
pengkristalannya kemudian bercampur, maka titik pengkristalannya akan lebih rendah.
Pembentukan atau pengkristalan mineral ditentukan oleh kondisi kimia dan fisik.
Tahap-tahap pengkristalan adalah sebagai berikut:
1. Tahap magmatik, ialah mineral yang langsung mengkristal dari magma yang masih
mencair.
2. Tahap pneumatolitik, mineral mengkristal sewaktu dalam ujud cairan yang panas.

49
3. Tahap hipergene,ialah terjadi pada proses pelapukan, mineral yang ada didalam
larutan air mengendap atau mengkristal. Pelarutan dipercepat karena adanya air,
oksigen dan karbon dioksida.

50
Magmatik Pneumatolitik Hidrotermal Hipergene

Olivin
Piroksin
Amfibol

Biotit
Plagioklas
Ortoklas

Kuarsa
Serisit

Epidot
Klorit

Kaolin
Limonit

Gambar 4.4.. Tahap-tahap Pengkristalan Mineral


Proses hidrotermal antara lain terjadi pada kaolonisasi yang menghasilkan mineral liat yang
menyusun tanah kaolin. Tanah ini berasal dari larutan feldspar dari granit. Reaksinya sebagai
berikut :
K2O.Al2O3.6SiO2+CO2+H2O > K2CO3+ Al2O3.2SiO2. 2H2O+ 4SiO2
Feldspar larut kaolin
Sistem Pengkristalan
Tiap-tiap mineral yang mengkristal akan mempunyai bentuk atau sistem pengkristalan
tertentu. Ada enam sistem sumbu pengkristalan pokok yang membentuk mineral. Dari
keenam sistem pokok ini dapat berkembang menjadi bentuk-bentuk kristal yang banyak

51
macamnya. Tiap sistem mempunyai aturan kristal tertentu baik mengenai panjang sumbu-
sumbunya maupun besar sudut-sudutnya.
Sistem sumbu pada Pembentukan Kristal Mineral;
1. Sistem sumbu isometrik
Ketiga sumbu kristal terletak tegak lurus satu dengan yang lain serta mempunyai
panjang yang sama. Contoh dari mineral yang mempunyai sistem koordinat
demikian, adalah : granit, magnetit, garam dapur, pirit dan lain-lain.
2. Sisten simbu tetragonal
Jumlah sumbu adalah tiga buah. Dua buah sumbu mendatar sama panjang sedangkan
yang satu tegak lurus semuanya. Contoh mineral-mineral yang terhablur dalam sistem
ini adalah : sirkon, kasiterit, idokras adan lain-lain.
3. Sistem sumbu Orthorombik
Tiga buah sumbu terletak tegak lurus sesamanya. Panjang ketiganuya berbeda.
Contoh mineral-mineral demikian adalah : enstatit, olivin, topas dan lain-lain.
4. Sistem sumbu Miniklin
Ketiga buah sumbu panjangnya tidak sama. Salah satu diantara ketiga sumbu biasanya
yang tegak terletak tegak lurus pada sebuah sumbu mendatar, sedangkan sumbu
ketiga yang bersudut lebih besar dari 90° tertuju pada kita. Contoh dari mineral
demikin adalah: orthoklas, hornblende, mika angit dan gips.
5. Sisten sumbu Triklin
Tiga sumbu yang sama panjangnya terletak tidak tegak lurus sesamanya. Kedudukan
salib sumbu depilih sedemikian rupa sehingga sumbu dengan sudut lebih dari 90°
besarnya mengarah pada jurusan kita. Contoh dari mineral dari sistem ini adalah:
plagioklas, aksinit dan lain-lain.

6. Sistem sumbu Heksagonal


Jumlah suhu adalh empat buah. Tiga buah sumbu horisontal yang bersamaan
panjangnya membuat sudut-sudut yang sama. Sumbu vertikal mempunyai kesatuan

52
panjang yang berlainan. Contoh mineral yang termasuk ini adalah: kalsit, kuarsa,
apatit dan lain-lain.

4.4. Mineral-mineral Penting dan Cara Identifikasinya


Batuan dan mineral digunakan sebagai salah satu cara untuk menelusuri bagaimana
proses-proses geologi telah berlangsung atas batuan tersebut. Disamping itu mengingat
batuan dan mineral yang penting jumlahnya semakin menurun, maka dapatlah dipahami akan
mempunyai nilai ekonomis yang tinggi.
Berdasarkan dari strukturnya maka silikat menempati 25 % dari mineral-mineral
penting yang telah dikenal. Lebih jauh H.Strunz (1941) membagi silikat-silikat kedalam:
1. Neso silikat (Independent tretraeder structure)
Silikat ini mempunyai tetrahedral SiO2 tunggal dan pada ujung-ujungnya
dihubungkana dengan kation-kation. Contoh mineralnya Olivine (Mg, Fe)2 SiO4 ;
Zircon Zr SiO4 ; Willemite ZnSiO4 ; Sphene Ca Ti SiO5 ; Andalusit Al2SiO55 ; Topaz
Al2SiO4 (FeOH)2 ; Staurolite Fe (OH) Al4 (AlSi2)O12 ; dan lain-lain
2. Soro silikat ( Double Tetrahedral structure)
, dimana gugus tetraeder SiO4 dihubungkan oleh kation satu dengan yang lain.
Terdapat macam-macam gugusan kompleks. Contoh-contoh mineral: Beryl Be3Al2
(SiO3)6 ; Bentonit BaTiSi3O9 dan lain-lain.
3. Ino silikat (Chain structure)
, disini tetraeder-tertraeder SiO4 menbentuk rantai yang rendah dan tak terbatas
panjangnya Rantai SiO4 dapat tunggal dan jamak. Contoh dari golongan Amphibol
Ca (Mg, Fe)5 Si8 O22(OH)2 yakni Anthophylitte, fremolit, Actinolit, Hornblende ; dari
golongan piroksin (Mg, Fe)SiO3 ; Enstatit Mg2SiO6 , Hiperstene, diopsit, Augit, dan
lain-lain
4. Phyllo silikat ( sheet stucture)
, dimana tetraeder-tertaeder SiO4 membentuk permukaan yang terbatas luasnya.
Struktur ini banyak terdapat pada golongan mika. Contohnya : Pyrophyllit, Talc Mg3

53
(OH)2Si4O10, Muscovit KAL3SiO10, Biotit K (Mg, Fe)3SiO10 (OH)2, mineral-mineral
lempung kaolinit, Montmorrillonit, Halloysit dan lain-lain.
5. Tekto silikat (Three dimensional Network)
Tetraeder-tetraeder SiO4 membentuk bangunan yang berdimensi tiga dan saling
berhubungan satu dengan yang lainnya. Contoh mineral : Analcine NaAlSiO6. H2O.
Leet dan Judson (1969) dalam Soetoto (1981) membagi mineral dalam 2 bagian
kategori yakni:
a) Mineral bebas (murni) : Cu, Au, Fe, Pt, Ag, S, dll
b) Mineral sebagai persenyawaan dapat dibagi kedalam:
1. Persenyawaan oksida
Contohnya : Casiterit SnO2, Ice H2O, Corundum Al2O3, Hematit Fe2O3
2. Persenyawaan Sulfida
Contohnya : Pyrit FeS2, Chalcocite Cu2S, Galena PbS, Spharelite ZnS
3. Persenyawaan karbonat
Calcite CaCO3, Dolomite CaMg (CO3)2, Magnesite MgCO3
4. Persenyawaan Sulfat
Anhydrite CaSO4, Gypsum CaSO4, 2H2O
5. Non Ferro Magnesian Silicates
Contohnya: Quartz SiO2, Ortoclase KAlSi3O10 (OH)3
6. Ferro Magnesian Silicates
, contohnya Piroksin (Mg, Fe) SiO3, Olivine (Mg, Fe)2 SiO4, Biotite K(Mg,
Fe)3Si4O10 (OH)2, Amphibole Ca2(Mg, Fe)5Si8O22 (OH)2.
Sawkins et al. (1974) menyatakan mineral-mineral diatas khususnya mineral persenyawaan
merupakan unsur pembentuk batuan yang umum terdapat.

Kandungan Mineral dari Batuan


Mineral-mineral yang lazim sebagai penyusun suatu batuan disebut dengan mineral
pembentuk batuan. Dalam hal ini dikenal adanya istilah mineral utama yakni jika jumlahnya

54
melebihi 5% total penyusutan batuan dan mineral tambahan yaitu bilamana jumlahnya
kurang dari 5% toal penyusutan batuan.
Aninumus (1979) menyebutkan prosentase mineral pembentuk pada batuan beku
tergantung pada komposisi magmanya.
Selanjutnya Soetoto (1981) mengemukakan, berdasarkan jenis mineralnya, maka
mineral-mineral penyusun batuan beku dapat bersifat asam dan basis. Adapun contoh-contoh
mineral tersebut, antara lain:
a. Mineral asam (Non Ferro Magnesian Minerals)
-Quartz : jernih, tak berwarna, kadang-kadang putih susu atau lelabu
- Feldspar-plagioklas : abu-abu, putih susu, terdapat pada batuan intermedier-basis
- Feldspar-ortoklas : putih kemerah-merahan, terdapat dalam batuan beku asam.
- Muscovit : jernih sampai cokelat muda, berupa lempeng-lempeng tipis, terdapat
pada batuan beku asam.
b. Mineral Basis (Ferro Magnesian Minerals)
- Biotit: : coklat ta sampai hitam, berupa lempeng tipis.
- Pyroxene(augite) : hitam, hijau tua, pendek-pendek kristal bersisi 8
- Amphibol (Hornblende) : hijau, hitam, bentuk memanjang, kristal bersisi 6

Berdasarkan kandungan mineralnya, maka baik batuan beku, sedimen maupun


metamorfik mempunyai komposisi yang berbeda-beda tergantung pada lingkungan
pembentukannya serat-proses-proses yang dilaluinya. Dengan demikian, pengenalan terhadap
beberapa mineral yang umum dijumpai pada tiap-tiap batuan sangatlah bermanfaat.
Beberapa mineral tersebut antara lain disajikan pada Tabel-tabel dibawah ini:
Tabel 4.5. Mineral dalam Batuan Beku
Batuan beku Contoh batuan Mineral utama
Batuan beku luar Andesit Kwarsa, plagioklas
Basalt Plagioklas,mika
hornblende
Liparit Kwarsa, ortol, as, mika,

55
hornblende
Trachit Ortoklas, mika,
hornblende
Batu apung Gelas vulcan
Batuan beku dalam Gabroit Plagioklas, mika, apatit,
amphibol
Granit Kwarsa, feldspar, mika
Diorit Plagioklas, mika,
hornblende
Sienit feldspar

56
Tabel 4.6. Mineral Utama pada Beberapa Batuan Sedimen
Batuan sedimen Mineral Utama
Batu pasir Kuarsa
Batu liat Liat
Batu kapur Kalsit
Konglomerat Macam-macam minral
Napal/ mergel Kalsit liat
Breksi Macam- macam minral

Tabel 4.7. Mineral Utama pada Batuan Metamorfik


Batuan metamorfik Asal batuan
Kuarsit Batu kapur
Batu tulis (pilit) Batu liat
Gneis dan skis Granit
Batu kapur kristalin Batu pasir kuarsa
Sumber : Saifudin Sarief (1985)

Cara Identifikasi Mineral


Untuk mengetahui sesuatu mineral maka perlu terlebih dahulu diketahui sifat-sifat
mineralnya. Metode-metode yang digunakan untuk mempelajari/mengetahui sifat-sifat
mineral ini, antara lain :
1. Analisa kimia mineral
2. Analisa fisik mineral
3. Analisa sinar X
4. Analisa Petrografis

1. Analisa kimia mineral

57
Analisa ini bertujuan untuk membedakan antara mineral yang satu dengan yang lain.
Penyelidikan secara kimia dapat dilakukan dengan dua cara, yakni :
a. Analisa kuantitatif : menentukan jenis unsur-unsur yang terdapat pada
mineral. Cara ini dapat dilakukan dengan penggunaan asam-asam tertentu,
seperti HCI2, HNO3, H2SO4, dll, serta penggunaan analisa dengan pipa peniup
(blow pipe analysis)
b. Analisa kuantitatif : menentukan kadar nisbi tiap-tiap unsur yang terdapat pada
mineral
Contoh analisa mineral sebagai berikut :
- Terjadinya pengeluaran H2S bilamana sulfida-sulfida ditetesi dengan HCI seperti :
FeS2 + 2HCI ----------------------- FeCL2 + H2S +S (phyrite)
- Terbentuk gas/buih bilamana kalsit ditetesi dengan HCI
CaCO3 + 2HCI -----------------------CaCL2 +H2O + CO2 (calcite)
2. Analisa Fisik Mineral
Analisa fisik mineral bertujuan untuk mengenal sifat-sifat fisik mineral guna
mengidentifikasikan lebih lanjut. Umumnya, untuk menentukan sesuatu mineral
tidaklah cukup dilakukan dengan mengetahui satu sufat fisik saja, melainkan beberapa
sifatnya digabungkan kemudian diidentifikasi.
3. Analisa Sinar X
Analisa mineral ini menggunakan sinar X. Prinsip kerjanya adalah seberkas
sinar X sesudah melalui lubang kecil pada lempeng timbal (Pb) dikenakan pada
mineral yang hendak diselidiki. Gambar yang diperoleh dari foto ini akan
menggambarkan suasana geometris atom-atom mineral tersebut.
4. Analisa Petrografis
Prinsip kerjanya sebagai berikut mineral yang diteliti disayat ipis dengan
ukuran ± 0,03 mm, dijepit antara dua kaca dengan perekat Canada Balsam, kemudian
diamati sifat-sifat optiknya dibawah mikroskop yang khusus (petografi)

58
Untuk analisa sinar-X dan petografi ini dibutuhkan alat khusus di laboratorium,
sehingga saat ini yang mungkin dilaksanakan adalah analisa kimia maupun fisik
mineral.

Sifat-sifat Mineral
Mineral dikenal menurut sifat fisik dan sifat kimianya. Ada hubungan antara
struktur mineral dengan sifat fisik mineral. Sifat fisik mineral adalah kenampakan
atau sifat-sifat mengenai sifat fisik mineralnya. Misalnya sifat-sifat berdasarkan
penglihatan dan berdasarkan perasaan. Berdasarkan penglihatan, mineral dapat dilihat
mengenai belahan, pecahan, kekerasan, warna, cerat, kilap, transparansi, dan
translusennya. Sedang berdasarkan perasaan, mineral dapat kita raba atau rasakan
tentang berat atau jenis berat, bau, rasa rabaan, rasa lidah dan sebagainya. Adapun
sifat kimia mineral terutama dikenali dari senyawa pembentukannya berdasarkan
kelompok unsur-unsur atau senyawa tertentu.

Sifat Fisik Mineral


Umumnya untuk menentukan sesuatu mineral tidaklah cukup dilakukan hanya dengan
mengetahui satu sifat fisik saja, melainkan beberapa sifatnya digabungkan kemudian
barulah diidentifikasi. Sifat-sifat fisik mineral yang dapat dikenali adalah sebagai berikut:
a. Belahan (cleavage)
Yang dimaksud belahan adalah sama dengan pecahan, tetapi bidang pecahan
menurutkan lembaran permukaan kristal. Belahan disebabkan karena adanya kekuatan
pengikat antara atom-atom atau bidang-bidang dari atom-atom. Belahan cenderung
untuk terbelah disepanjang bidang yang sejajar. Berdasarkan kemudahan memebelah,
maka ada:
 belahan utama (eminen cleavage), ialah bila mineral mudah sekali membelah menjadi
lembaran-lembaran yang halus dengan permukaan yang sejajar seperti mika.
 Belahan sempurna (perfect cleavage), ialah bila mineral mudah pecah sesuai dengan
bidang-bidang tertentu, misalnya kalsit dan halit.

59
 Belahan sedang (medium cleavage), ialah bila mineral karena pukulan dapat
membelah sesuai dengan bidang belahannya yang menyerupai pecahan (feldspar)
 Belahan tak sempurna (imperfect cleavage), ialah bila belahan berbentuk faset kecil-
kecil yang tampak sebagai pecahan kasar, seperti apatit dan belerang murni.
 Belahan sangat tak sempurna (higly imperfect cleavage), atau dikatakan mineral yang
tidak mempunyai belahan, jadi bidang belahannya sulit diketahui , seperti terdapat
pada kuarsa.
Disamping adanya tingkatan belahan, terdapat pula perbedaan yang lain.
Misalnya, mineral mika belahannya hanya ke satu arah, sedang feldspar berbelah dua
arah dengan tingkatan belahan yang berbeda. Feldspar ini berbelah sempurna pada satu
bidang tetapi pada bidang lain dengan belahan sedang. Halit membelah sempurna
dengan bidang belahab tiga arah.
b. Pecahan (fracture)
Bila beberapa mineral dipecah, kita peroleh pecahan yang dengan berbagai
kemanpakan. Biasanya pecahan itu ada yang tampak seperti:
 bentuk kerang (conchoidal), ialah pecahan yang mempunyai permukaan cekung atau
cembung yang halus dengan susunan garis-garis yang konsentris. Hal ini
mengingatkan kita pada bentuk kulit kerang, seperti pada pecahan obsidian, kuarsa
dan rutil.
 Bentuk serpih ( splintery), permukaan pecahan tampak seperti serpih atau dengan
struktur serat-serat, seperti terdapat pada pecahan amfibol dan serpentin.
 Bentuk tanah (earthy fracture), permukaan pecahan seperti liat yang dipecah,
contohnya pada mineral kaolinit, bauksit dan kapur.
 Bentuk kasar (aneven fracture), permukaan pecahan sangat kasar. Contoh: kalsit dan
orthoklas.

c. Kekerasan (hardness)
Kekerasan adalah ketahanan mineral bila ia digores atau digosok. Sifat ini sangat
penting bagi kita untuk mengidentifikasi mineral. Penentuan kekerasan ini dapat diukur

60
dengan memperbandingkan suatu mineral dengan urutan mineral sebagai standart.
Standart disini menggunakan skala kekerasan Mohs yang terdiri atas 10 macam mineral
secara berurutan. Bilamana suatu mineral dapat digores dengan salah satu skala
kekerasan tersebut maka kekerasannya tidak melebihi mineral penggoresnya. Disini
penggoresannya diusahakan sependek mungkin (o,5 cm) searah.
d. Sifat dalam (tenacity)
Sifat dalam yang dimaksud adalah semua pensifatan mineral jika dipotong,
dibengkokkan dan lain-lain. Mineral yang berwujud kristal merupakan kumpulan atau
persenyawaan dari unsur-unsur. Riap-tiap unsur terdiri dari atom-atom. Tiap mineral
mempunyai atom tertentu dan kekuatan kohesi dari tiap-tiap atomnya tidak sama. Maka
mineral yng dapat dipukul dapat menjadi pipih sekali dan tidak pecah, atau dapat diulur
menjadi seperti benang. Ada mineral yang elastis dan fleksibel.

Tabel 4.8. Skala Kekerasan Mineral MOHS


Skala kekerasan Mineral Rumus
1 Talc
2 Gypsum H2Mg3 (SiO3)4
3 Calcite CaSO4. 2H2O
4 Fluorite CaCO3
5 Apatit CaF2CO3 (PO4)2
6 Ortoklas KAISi3O3
7 Quartz SiO2
8 Topaz Al2SiO4 (F, OH)2
9 Corundum Al2O3
10 Diamond C
- Elastis : jika keping mineral dapat dibengkokkan tanpa patah/rusak dam kembali seperti
sediakala jika dilepas. Contoh : mika.
- Fleksibel : dapat dibengkokkan tetapi tidak rusak/patah sekalipun bila dilepas tidak
kembali. Contoh: talk

61
- Rapuh: mineral yang mudah dihancurkan tetapi tidak bisa diiris-iris. Contoh: kuarsa.
- Mudah dibentuk: mineral yang gampang ditempa menjadi aneka bentuk. Contoh: emas.
e. Warna (color)
Sifat fisik yang mudah dilihat dengan mengenal warnanya. Mineral dapat mimiliki
warna yang tetap (idiochromatis ) contohnya pyrite, magnetit,dll, dan warna yang
berubah-ubah (allochromatis) contoh kuarsadapat berwarna hitam, merah muda, dll.
Warna mineral adalah akibat dari seleksi sinar dari spektrum yang diserap oleh
benda itu. Warna yang telah banyak dimiliki oleh mineral, ditolaknya, sehingga warna
mineral seperti warna yang ditolaknya. Biasanya mineral tidak hanya terdiri dari satu
warna. Warna itu kadang-kadang disebabkan oleh adanya unsur-unsur kimia tertentu.
Beberapa contoh warna mineral sebagaia berikut:
- putih : kaolinit Al2O3. 2SiO2
Gypsum CaSO4. 2 H2O
- kuning: Belerang S; Auripigment As2S3
- hijau : Malachit CuCO3. Cu (OH)2
Serpentin 2MgO. 2SiO2. 2H2O
- biru : Beryl Be3Al2Si6O18
- hitam : Magnetit Fe3O4 ; Augite
- merah : Hematit Fe2O3 ; Limonit Fe2O3. nH2O
- coklat : Biotit. PbS; Grafit C
- tak berwarna: Quartz ; Muscovit

f. Kilap
Kilap adalah kenampakan permukaan mineral karena pemantulan cahaya yang
diterima mineral. Kilap tidak tergantung dari warna mineral itu sendiri.
Kilap mineral dibedakan atas:
-Kilap logam: yang ditunjukkan oleh mineral yang tidak tembus cahaya dan umumnya
berat, contoh Galena, Pyrit

62
- Kilap setengahlogam : ditunjukkan oleh mineral yang setengah logam. Contohnya;
Selenium, Bismuth
- Kilap bukan logam : diantaranya kilap intan(Intan), kilap kaca (kalsit), kilab sutra
(absestos), kilap damar (sphalerit), kilap mutiara(dolomit), kilap lemak (talk)

g. Cerat (streak)
Cerat adalah warna mineral dalam bentuk bubuk, jika mineral tersebut dicerat,
dihancurkan, dll. Biasanya warna cerat mineral akan selalu sama kendatipun warna
mineralnya bervariasi. Kegunaan mengetahui cerat suatu mineral adalah: bila ada dua
mineral yang warnanya sama, maka dengan melihat cermat akan diketahui jenis mineral
tersebut karena cerat berbeda.
Contoh: Hematit dan dijumpai dengan warna yang sama yaitu hitam, maka apabila kita
lihat ceratnya, hematit akan berwarna merah, sedang magnetit berwarna hitam.
h. Berat jenis atau kepadatan relatif
Dapat digunakan untuk mengenal/identifikasi mineral lebih jauh, olek karena banyak
mineral dapat dibedakan melalui berat jenisnya. Berat jenis mineral ditentukan oleh
berat atom-atomnya. Untuk menentukan BJ mineral secara pasti hanya dapat
diketahui di laboratorium.
Berat jenis mineral nonmetalik dibedakan menjadi:
1. Mineral dengan kepadatan rendah dengan Berat Jenis kurang dari 2,5 , misalnya:
belerang ( 2,05); garam dapur( 2,1) dan gips (2,3)
2. Mineral dengan kepadatan sedang dimana Berat Jenis 2,6-3, misalnya kuarsa
(2,66); kalsit(2,7); talk (2,8) dan mika (2,9)
3. Mineral dengan kepadatan tinggi, dengan Berat Jenis lebih dari 3,5. Misalnya:
topas (3,5); korundum( 4); intan (3,5); dan zirkon (4,7)
Mineral yang berkilap metalik, umumnya BJ nya sekitar 5; seperti pirit dan hematit. Yang BJ
nya kurang dari 4 misalnya grafit( 2); sedang gelena mencapai 7,5.
i. Sifat tembus cahaya (transparancy)

63
Transparansi mineral tergantung pada kemempuan untuk meneruskan menembuskan
sinar cahaya. Berdasarkan macam mineral, maka dapat dibedakan :
 nontransparansi, ialah mineral yang tidak tembus cahaya, meskipun keadaannya
dibuat tipis sekali. Mineral ini berkilap logam dan meninggalkan cerat. Misalnya
logam murni, beberapa sulfida, oksida besi dan lain-lain.
 Tranparansi, mineral yang dapat ditembus cahaya seperti gelas. Misalnya kristal kapur
(Iceland spar = CaCO3)dan topaz.
 Jernih (translucent), dapat tembus cahaya seperti kaca baur. Seperti pada kalsedon,
gips, dan kadang-kadang opal, emerals, spalerit dan cinabar
j. Sifat-sifat mineral yang lain:
 bau (odor), bila mineral dipatahkan maka akan timbul bau, seperti: arsen murni
berbau warangan, gas bumi berbau sulfida.
 Rasa/raba (touch and feel), talk terasa seperti lemak.
 Rasa lidah (taste), halit terasa asin.
 Kelistrikan (electricity), ada beberapa mineral yang mempunyai sifat listrik.
Misalnya: belerang, berlian, topas. Mineral-mineral ini akan bersifat listrik bila
digosok dengan kain sutera, sehingga ia dapat menarik kertas yang disobek kecil-
kecil.
 Kemagnetan (magnetism), ada mineral yang mempunyai sifat magnet, seperti
magnetit, plesit dan feroplatimum.
 Radioaktif(radioactivity), mineral yang bersifat radioaktif adalah uraniu, radium,
thorium dan lain-lain.

Sifat Kimia Mineral.


Berdasarkan unsur-unsur pembentukannya, mineral dapat dibedakan atas:
1. unsur murni
2. sulfida
3. halida
4. oksida dan hidroksida

64
5. karbonat
6. sulfat
7. fosfat
8. silikat
Penggolongan mineral menjadi delapan kelompok tersebut atas susunan
persenyawaan dari unsur-unsurnya. Ada yang tidak dapat bersenyawan dengan mineral lain,
adapula mineral yang bisa bersenyawaan dengan logam atau bukan logam seperti oksigen,
belerang, silikat dan lain-lain.
Dari uraian tentang mineral diatas, ada mineral yang sudah diketahui tetapi ada yang
belum kita ketahui tentang kegunaannya.

65
BAB V. MINERAL

TUJUAN
Bab ini bertujuan untuk membahas ihwal:
3. berbagai konsep tentang proses pembentukan mineral
4. berbagai konsep tentang sifat dan ciri mineral

SASARAN
Setelah membaca bab ini mahasiswa dapat:
4. menjelaskan berbagai konsep tentang proses pembentukan
mineral
5. menjelaskan berbagai konsep tentang sifat dan ciri mineral

Pengertian dan Ruang Lingkup


Mineral adalah senyawa alami yang terbentuk melalui proses geologis. Mineral
termasuk dalam komposisi unsur murni dan garam sederhana sampai silikat yang sangat
kompleks dengan ribuan bentuk yang telah diketahui. Senyawa an-organik biasanya tidak
termasuk, namun tahun 1995 The International Mineralogical Association telah mengajukan
definisi baru tentang mineral. Mineral didefinisikan sebagai suatu unsur atau senyawa yang
dalam keadaan normalnya memiliki struktur kristal dan terbentuk dari hasil proses geologi.
Klasifikasi modern telah mengikutsertakan kelas organik ke dalam daftar mineral, seperti
skema klasifikasi yang diajukan oleh Dana dan Strunz.
Batu permata kalau ditelaah adalah merupakan campuran dari unsur-unsur mineral.
Setiap mineral yang dapat membesar tanpa gangguan akan memperkembangkan bentuk
kristalnya yang khas. Ada mineral dalam keadaan amorf, yang artinya tidak mempunyai
bangunan dan struktur kristal sendiri, misal kaca dan opal. Tiap-tiap penkristalan akan makin
bagus hasilnya jika berlangsungnya proses itu makin tenang dan lambat. Suatu mineral dapat
diklasifikasikan sebagai mineral sejati apabila senyawa tersebut berupa padatan dan memiliki
struktur kristal. Senyawa ini juga harus terbentuk secara alami dan memiliki komposisi kimia
tertentu.

66
Mineralogi adalah bagian dari ilmu kebumian yang mempelajari sifat-sifat kimiawi,
srtuktur kristal, sifat fisik termasuk juga sifat optik dari mineral. Pengkajian yang lebih
khusus dalam mineralogi adalah termasuk proses-proses yang terlibat dalam pembentukan,
asal usul, dan klasifikasi mineral, distribusinya secara geografik, dan juga nilai guna mineral.

Gambar 4. Fibrous asbestos on muscovite

5.1. Kimia Mineral


Kimia mineral mempelajari tentang komposisi kimia mineral agar dapat
mengidentifikasi, mengklasifikasi dan mengelompokkan mineral sekaligus mengetahui
keuntungan pemanfaatan mineral.
Komposisi kimia suatu mineral merupakan hal yang sangat mendasar, karena
beberapa sifat mineral/kristal tergantung kepadanya. Sifat-sifat mineral/kristal tidak hanya
tergantung kepada komposisi tetapi juga kepada susunan keruangan dari atom-atom penyusun
dan ikatan antar atom-atom penyusun kristal/mineral.
Daya yang mengikat atom (atau ion, atau grup ion) dari zat pada kristal adalah
bersifat listrik di alam. Tipe dan intensitasnya sangat berkaitan dengan sifat-sifat fisik dan
kimia dari mineral. Kekerasan, belahan, daya lebur, kelistrikan dan konduktivitas mineral
termal serta koefisien ekspansi termal berhubungan secara langsung terhadap daya ikat.

67
Gambar. 5, Octahedral shape of diamond

Kimia mineral merupakan suatu ilmu yang dimunculkan pada awal abad ke 19,
setelah dikemukakannya “hukum komposisi tetap” oleh Proust pada tahun 1799, teori atom
Dalton pada tahun 1805, dan pengembangan metode analisis kimia kuantitatif yang akurat.
Karena ilmu kimia mineral didasarkan pada pengetahuan tentang komposisi mineral,
kemungkinan dan keterbatasan analisis kimia mineral harus diketahui dengan baik.
Prinsip-prinsip kimia yang berhubungan dengan kimia mineral:
1. Hukum komposisi tetap (The Law of Constant Composition) oleh Proust (1799):
Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap senyawa adalah tetap
2. Teori atom Dalton (1805): Setiap unsur tersusun oleh partikel yang sangat kecil dan
berbentuk seperti bola yang disebut atom. Atom dari unsur yang sama bersifat sama
sedangkan dari unsur yang berbeda bersifat berbeda pula. Atom dapat berikatan secara
kimiawi menjadi molekul.

68
Gambar 6, Baltic amber necklace with trapped
insects

Mineral diklasifikasikan berdasarkan komposisi kimia dengan grup anion. Berikut


klasifikasinya menurut Dana:

5.2. Struktur Mineral Batuan

Mineral pembentuk batuan terdiri dari delapan grup mineral yaitu Ortoklas (K-
feldspar), Plagioklas (Na-Ca-Feldspar), Kuarsa, Amfibol, Piroksin, Biotit dan Muskovit,
Olivin dan Feldspatoid. Kedelapan grup mineral ini termasuk dalam kelas mineral Silikat,
yang mempunyai satuan dasar yang sama yaitu satuan tetrahedron-SiO4. Satuan dasar ini
saling bergabung dengan satuan dasar yang lain membuat rangkaian (kerangka) yang berpola
tergantung dari genetiknya.
Berdasarkan pola penyusunan satuan dasar tetrahedron-SiO4 tersebut, mineral silikat
digolongkan menjadi enam grup, tetapi grup silikat yang penting yang erat kaitannya dengan
tanah ada empat grup silikat, yaitu orthosilikat (nesosilikat), inosilikat (tunggal dan ganda),
filosilikat dan tektosilikat (Tabel 5.1)

69
Tabel 5.1: Beberapa Sifat Mineral Silikat Pembentuk Batuan
SIFAT GRUP SILIKAT
MINERAL Orthosilikat Inosilikat Inosilikat Filosilikat Tektosilikat Tektosilikat
Tunggal Ganda
Pola Susunan Tetrahedron Rantai Rantai Lembaran Tenunan Tenunan
SiO4 terpisah tunggal ganda
(pita)
Nisbah Si/O1 0.25 0.33 0.36 0.40 0.50 0.50
EPI1 3.142 3.131 3.127 3.110 3.110 3.110
EIT1 78.500 104.366 113.823 124.920 155.500 155.500
Kekerasan3 7.0 5-6 5-6 2-3 6-7 7
Ion Fe/Mg Ca/Mg/ Mg/Fe/ Al/Fe/Mg Na, K, Ca Tidak ada
Penyeimbang1 Fe2+/Fe3+ OH/K K

pH Abrasi2 10-11 8-10 8-10 5-6 7-9 7.0


Penggantian Tdk ada Si oleh Al Si oleh Al Si oleh Al Si oleh Al Tidak ada
Isomorfis1 Al/Fe oleh
Mg
BJ3 3.3-3.4 3.0-3.5 3.0-3.5 2.7-3.1 <2.6 <2.6
Contoh Olivin Piroksin Amfibol Mika Talk Feldspar, Kuarsa
Zeolit
Keterangan:
EPI=energi pembentukan ikatan (kgcal/mol); EIT=energi ikatan total (kgcal/mol); BJ=berat
jenis (g/cm-3)
Sumber: 1.:Paton (1978); 2:Birkeland (1974); 3: Best (1982)

Pelapukan dan genesis tanah menyebabkan batuan lapuk, mineral yang terdapat dalam
batuan hancur. Hancurnya mineral tersebut membentuk zarah yang ukurannya beragam,
mulai dari ukuran pasir (2.00-0.05 mm), debu (0.05-0.02 mm), sampai liat (<0.02 mm).
Umumnya mineral pada fraksi pasir dan debu didominasi oleh grup orthosilikat, inosilikat
dan tektosilikat, sedangkan pada fraksi liat didominasi oleh grup filosilikat. Namun, tidak
selamanya demikian, karena pada fraksi pasir terdapat juga grup filosilikat, dan juga pada
fraksi liat ditemukan Feldspar yang tektosilikat. Pola susunan antar satuan tetrahedron
(kerangka) ini yang menyebabkan perbedaan ketahanan terhadap pelarutan. Selain itu,
ketahanan mineral terhadap pelarutan juga ditentukan oleh ikatan antar kerangka. Ikatan antar
satuan dan antar kerangka dapat dicerminkan dari energi pembentukan, dan untuk melihat
ketahananya secara kasar dapat mengukur pH abrasinya.

70
5.3. Grup Orthosilikat (Nesosilikat)
Satuan tetrahedron-SiO4 pada keadaan bebas, sehingga dalam satu satuan sel (cell unit) terdiri
dari satu satuan tetrahedron-SiO4 yang terdapat empat muatan negatif di keempat ujungnya,
[SiO4]4-. Dalam grup mineral ini satuan tetrahedron-SiO4 tersebut saling bergabung dengan
membentuk polimer, karena satuan itu bermuatan sejenis (negatif), maka untuk membentuk
polimer membutuhkan penghubung. Penghubung ini mestinya unsur yang bermuatan positif
lebih dari satu, serta ukuran diameternya tepat atau sesuai dengan ruangan antar satuan
tetrahedron-SiO4. Umumnya unsur penghubung ini adalah logam Mg dan atau Fe. Contoh
mineral pada grup ini adalah Fayalit (Mg2SiO4) dan Fosterit (Fe2SiO4). Susunan antar satuan
tetrahedron-SiO4 pada grup ini adalah susunan yang sangat rapat, sehingga menyebabkan
grup silikat ini mempunyai berat jenis yang tinggi diantara grup silikat. Pada grup ini tidak
terjadi penggantian isomorfis atom Si oleh Al, sehingga kekuatan ikatan antar satuan
tetrahedron-SiO4 hanya ditentukan oleh ikatan O-Fe-O dan O-Mg-O. Energi pembentukan
polimer orthosilikat ini sebesar 78.550 kgcal/mole (Paton, 1978). Grup mineral ini
mempunyai pH abrasi 10-11 (Birkeland, 1974) dan kekerasan menurut skala Mohs (Best,
1982).

5.4. Grup Inosilikat Tunggal:


Satuan tetrahedron-SiO4 membentuk rantai tunggal dengan cara membuat hubungan
antar satuan dasarnya melalui dua oksigen bersama yang sebidang pada setiap satuan
tetrahedron-SiO4. Hubungan antar satuan ini, menyebabkan kerangka silikat ini dapat
diformulasikan sebagai (SiO3)2- atau (Si2O6)4, Untuk membentuk polimer yang lebih besar,
rantai tetrahedron-SiO4 tidak terjadi hubungan langsung antar rantai tetrahedron-SiO4 karena,
masing-masing rantai itu bermuatan sejenis, maka untuk membentuk polimer membutuhkan
penghubung yang berupa unsur yang bermuatan positif, bermuatannya lebih dari satu, serta
ukuran diameternya tepat atau sesuai dengan ruangan antar rantai tetrahedron-SiO4. Susunan
antar satuan tetrahedron-SiO4 ini adalah susunan yang kurang rapat sehingga menyebabkan
grup silikat ini mempunyai berat jenis yang lebih rendah daripada grup orthosilikat.
Umumnya unsur penghubung adalah logam Fe2+, Fe3+, Ca3+, Mg2+ dan Al3+. Contoh mineral

71
pada grup ini adalah Hypersten [(Mg,Fe)SiO3]. Umumnya mineral grup ini berwarna kelam,
dan banyak dijumpai pada batuan basa dan ultra basa. Oleh karena itu, batuan yang tersusun
atas mineral ini juga mempunyai warna yang kelam. Energi pembentukan polimer inosilikat
tunggal sebesar 104.366 kgcal/mole (Paton, 1978).
Selain itu, grup ini dalam rantai tetrahedron-SiO4 terjadi penggantian isomorfis atom
Si oleh Al, sehingga kekuatan ikatan dalam mineral ini selain ditentukan oleh ikatan antar
rantai yang ditentukan oleh kation penghubung, juga ditentuka oleh ikatan dalam rantai yang
ditentukan oleh ikatan O-Al-O dan O-Si-O. Contoh mineral pada grup ini adalah Augit
[(Ca,Na)(Mg.Fe,Al)(Si,Al)2O6]. Munculnya ikatan O-Al-O mengganti ikatan O-Si-O
menyebabkan jumlah ikatan O-Si-O dalam rantai tetrahedron berkurang, sehingga ketahanan
terhadap degradasi pada grup inosilikat dengan penggantian isomorfis lebih kecil daripada
grup inosilikat yang tanpa penggantian isomorfis. Grup mineral ini mempunyai pH abrasi 8-
10 (Birkeland, 1974) dan kekerasan menurut skala Mohs 5-6 (Best, 1982).

5.5. Grup Inosilikat Ganda


Dalam satu satuan sel merupakan gabungan dari dua inosilikat tunggal, sehingga
membentuk seperti pita. Hubungan antar satuan dasar ini, menyebabkan kerangka silikat ini
dapat diformulasikan sebagai (Si4O11)6-. Untuk menyusun polimer pita tetrahedron-SiO4
membutuhkan penghubung yang berupa unsur yang bermuatan positif lebih dari satu, serta
ukuran diameternya sesuai dengan ruangan antar oksigen apikal (ujung) dan ruang antar
oksigen rantai tetrahedron-SiO4 basal. Susunan antar satuan tetrahedron-SiO4 ini adalah
susunan yang kurang rapat, seperti pada inosilikat tunggal’ Umumnya penghubung antar pita
tetrahedron-SiO4 adalah logam Fe2+, Fe3+, Ca3+, Mg2+ dan Al3+. Energi pembentukan polimer
inosilikat ganda sebesar 113.823 kgcal/mole (Paton, 1978). Umumnya mineral grup ini
berwarna kelam yang banyak dijumpai pada batuan basa dan ultra basa. Pada grup ini terjadi
penggantian isomorfis Si oleh Al dalam pita tetrahedron-SiO4, sehingga kekuatan ikatan
dalam mineral ini selain ditentukan oleh ikatan antar pita, juga ditentukan oleh ikatan dalam
rantai ganda yaitu ikatan O-Al-O dan O-Si-O. Contoh mineral grup ini adalah Hornblende
[(Ca,Na)2-3(Mg,Fe,Al)5Si6(Si,Al)2(OH)2].

72
Munculnya ikatan O-Al-O mengganti sebagian ikatan O-Si-O menyebabkan jumlah
ikatan O-Si-O dalam rantai tetrahedron berkurang, sehingga ketahanan terhadap pelarutan
pada grup inosilikat tanpa penggantian isomorfis lebih besar daripada grup inosilikat dengan
penggantian isomorfis. Grup mineral ini mempunyai pH abrasi 10 (Birkeland, 1974) dan
kekerasan menurut skala Mohs adalah 5-6 (Best, 1982).

5.6. Grup Filosilikat


Dalam satu satuan sel merupakan pengembangan inosilikat ganda ke arah lateral
(menyamping menurut sumbu a dan b), sehingga membentuk seperti lembaran. Hubungan
antar satuan dasar pada grup ini, menyebabkan kerangka lembaran silikat ini dapat
diformulasikan sebagai (Si2O5)2- atau (Si4O10)4. Apabila dalam lembaran terdiri dari n buah
satuan tetrahedron maka dalam satu lembaran terdapat 2 n muatan negatif. Di alam, antar
lembaran bergabung dengan lembaran yang lain, tetapi penggabungannya tidak acak.
Ujung apikal bergabung dengan cara saling berhadapan dengan ujung apikal lembar
yang lain, sedangkan bidang basal berhadapan engan bidang basal lain dari lembaran yang
lain, sehingga dalam satua satuan sel terdapat dua ruangan, yaitu (1) ruang antar ujung apikal
dan (2) ruang antar bidang basal. Untuk membentuk satu satuan sel filosilikat pada ruang
antar ujung apikal dihubungkan oleh kation basa seperti pada amfibol, yaitu Mg, Fe, Al, dan
OH, sedangkan pada ruang antar bidang basal ditempati oleh kation yang berukuran besar,
sebesar ukuran ruangan yang dibentuk oleh enam atom oksigen (lubang rangkaian oksigen =
perforated oxygen). Kation yang sebesar ini hanyalah K, namun karena K ini bermuatan satu
positif (kation monovalen), maka ikatan antar bidang basal lemah. Ikatan yang lemah ini
yang menyebabkan grup ini mudah membelah dan dan mempunyai belahan dua arah.
Kekuatan ikatan dalam mineral ini selain ditentukan oleh ikatan antar lembaran yang
ditentukan oleh kation penghubung, juga ditentukan oleh ikatan dalam lembaran yang
ditentukan oleh ikatan O-Al-O dan O-Si-O.
Seperti grup yang lain pada grup ini, terjadi penggantian isomorfis Si oleh Al.
Peristiwa ini mengakibatkan ikatan antar lembaran dalam ruangan antar ujung apikal makin
kuat. Apabila dalam ruang antar ujung apikal ditempati oleh Al maka terbentuk muskovit

73
(dioktahedral), dan apabila ditempati oleh Fe terbentuk mineral biotit (trioktahedral). Susunan
antar satuan tetrahedron-SiO4 dalam lembaran dan susunan antar lembaran adalah susunan
yang kurang rapat sehingga berat jenisnya lebih kecil, daripada susunan grup silikat
sebelumnya. Energi pembentukan polimer filosilikat sebesar 124.920 kgcal/mole (Paton,
1978). Mineral ini termasuk dalam mineral felsik dan banyak dijumpai pada batu tengahan
(intermediate) dan masam. Grup mineral ini mempunyai pH abrasi 7-9 (Birkeland, 1974) dan
kekerasan menurut skala Mohs 2-3 (Best, 1982).

5.7. Grup Tektosilikat


Pola susunan satuan dasarnya berkebalikan dengan grup orthosilikat, karena pada
tektosilikat setiap satu satuan tetrahedron-SiO4 tidak ada oksigen yang bebas. Artinya semua
oksigen dalam setiap sudut satuan tetrahedron-SiO4 berhubungan dengan Si dari satuan
tetrahedron tetangganya, sehingga dalam struktur ini hanya ada ikatan O-Si-O. Secara
kelistrikan dalam satu satuan tetrahedron-SiO4 adalah bermuatan nol, sehingga dalam skala
apapun, (SiO2)0 atau (Si4O8)0, tektosilikat adalah tidak bermuatan atau netral. Secara
keruangan, satu satuan sel tektosilikat biasanya terdiri dari empat satuan tetrahedron-SiO4,
maka ruangan yang terbentuk oleh ikatan antara satuan tetrahedron-SiO4 sangat rapat. Contoh
mineral grup ini adalah Kuarsa.
Kekuatan ikatan dalam grup ini ditentukan oleh ikatan O-Si-O. Tetapi umumnya
tektosilikat lebih terbuka dari kuarsa. Contohnya Feldspar adalah tektosilikat yang dalam satu
satuan selnya terdiri dari empat satuan dasar tetrahedron-SiO4. Dua satuan dasar terdapat di
bagian atas, sedangkan dua satuan dasar yang lain ada di bagian bawah, sehingga membentuk
struktur seperti cincin dengan empat atom Si. Pada Feldspar ini mungkin terjadi panggantian
isomorfis 1 sampai 2 atom Si oleh Al, sehingga Feldspar ini menjadi bermuatan negatif
antara 1 sampai 2. Untuk menstabilkan muatan dan keruangan diperlukan kation yang
bermuatan dan berukuran sesuai. Bila terjadi penggantian 1 Si oleh 1 Al, terbentuk satu
muatan negatif, maka kation yang dibutuhkan untuk kestabilan muatan dan ruangan adalah
K+, sehingga tersusunlah Orthoklas.

74
Apabila 2 atom Si diganti oleh 2 atom Al, terbentuk 2 muatan negatif, maka kation
yang dibutuhkan untuk menstabilkan muatan dan ruangan adalah kation Na+ dan atau Ca2+,
sehingga yang terbentuk adalah seri Plagioklas yang tersusun atas Albit dan Anortit. Energi
pembentukan polimer tektosilikat paling besar yaitu 155.500 kgcal/mole (Paton, 1978). Grup
mineral ini mempunyai pH abrasi 7-9 (Birkeland, 1974) dan kekerasan menurut skala Mohs
adalah 6-7 (Best, 1982).
Apabila kita meninjau energi ikatan total kelima grup silikat (Tabel 1) menunjukkan
berturutan meningkat dari grup orthosilikat (78.500 kgcal/mol), inosilikat tunggal (104.366
kgcal/mol), inosilikat ganda (113.823 kgcal/mol), filosilikat (124.920 kgcal/mol), dan
tektosilikat (155.500 kgcal/mol). Nilai ini menunjukkan makin meningkat energi itu makin
tahan terhadap pelapukan termasuk dalam hidrolisis oleh air maupun larutan asam.
Selain itu bila dilihat pH abrasinya (tabel 1) menunjukkan berturutan menurun dari 11 sampai
7.0. Nilai ini menunjukkan makin rendah pH abrasi makin tahan terhadap pelapukan
termasuk dalam hidrolisis oleh air maupun larutan asam. Kedua macam nilai tersebut di atas
oleh para ahli mineral dinyatakan sebagai perwujudan yang disebabkan oleh adanya ion
penyeimbang atau penghubung antar kerangka mineral silikat. Perwujudan ini bersumber
adanya perubahan muatan negatif akibat terjadinya penggantian isomorfis. Kedua macam
nilai tersebut ternyata ada kesesuaian dengan seri reaksi Bown yang mengurutkan
berdasarkan seri pengkristalan mineral pembentuk batuan dari magma.

BAHAN DISKUSI

1. Bagaimana perbedaan mendasar kondisi iklim terhadap pembentukan


mineral liat

2. Mengapa jenis batuan menentukan jenis tanah pada keadaan tanah


belum mengalami perkembangan lanjut/masih muda

Daftar Pustaka

75
Billing, A. 1982. Geology Structure. McGraw Hill. New York. 678p.
Graha, D. S. 1987. Batuan dan Mineral. Penerbit Nova. Jakarta. 354h.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Akapress. Jakarta. 315h.
Hazzelton and Koppi. 1995..........
Katilli.1974. Geologi. Dept. Urusan Research Nasional. Jakarta. 458h.
Munir, M. 2006. Geologi Lingkungan. Bayumedia Publ. Malang. 446h.
Soetoto. 1988. Geologi I, Materi Penyusun Bumi. Fak. Teknik UGM. Yogyakarta. 60h.

76
VI. PELAPUKAN BATUAN/MINERAL

TUJUAN
Bab ini bertujuan untuk membahas ihwal:
1. berbagai konsep tentang proses pelapukan batuan dan mineral
2. berbagai konsep tentang factor-faktor yang mempengaruhi proses
pelapukan

SASARAN
Setelah membaca bab ini mahasiswa dapat:
1. menjelaskan berbagai konsep tentang tentang proses pelapukan batuan
dan mineral
2. menjelaskan berbagai konsep tentang factor-faktor yang mempengaruhi
proses pelapukan
3.

6.1. Proses Pelapukan


Pelapukan mengunjuk pada disintegrasi dan perubahan batuan/mineral oleh proses-
proses fisik dan kimia. Penghancuran dan stabilitas mineral cukup rumit dan memerlukan
suatu pemahaman yang lengkap mengenai kimia kristal. Ketahanan nisbi suatu mineral
terhadap proses pelapukan ditentukan oleh struktur internal kristal mineral, yang tergantung
pada kekuatan pengikatan atom atau ion terhadap ion-ion tetangganya dalam kisi kristal
mineral.Empat tipe utama gaya ikatan antar atom dalam kristal adalah gaya-gaya ionik,
homopolar, metalik dan Van der Waals. Kebanyakan ikatan dalam struktur kristal mineral
tanah umumnya bersifat ionik.
Tabel ... menunjukkan sejumlah sifat mineral yang dipengaruhi oleh tipe ikatan dalam
struktur kristal. Ikatan-ikatan ionik dan homopolar antara atom-atom menghasilkan kristal
yang keras dengan titik lebur yang tinggi, sedangkan gaya tarik Van der Waals hanya
menghasilkan ikatan yang lemah dan kristal yang relatif lunak dengan titik lebur rendah.
Struktur mineral tanah terbentuk oleh pengelompokan yang teratur dari anion yang
tersusunrapat di sekeliling kation. Oleh karena kebanyakan mineral tanah adalah dalam
bentuk oksida, anion tersebut biasanya adalah atom oksigen

77
Tabel 6.1 Sifat Fisik dan Struktur Mineral
Sifat Tipe Ikatan
Mineral Ionik Homopolar Metalik Van der
Waals
Mekanik Kuat, keras Kuat, keras Beragam Lemah, lunak
Termal Titik cair Titik cair Titik cair Titik cair
tinggi tinggi beragam rendah
Pemuaian Ekspansi - Pemuaian
termal rendah termal rendah termal tinggi
Elektrik Bukan Bukan penghantar Bukan
penghantar penghantar penghantar
Optik Beragam Indeks bias buram transparan
tinggi
Struktural Koordinasi Koordinasi Koordinasi Koordinasi
tinggi rendah sangat tinggi sangat tinggi
Kerapatan Kerapatan Kerapatan
agak tinggi rendah tinggi

6.2.Pelapukan Batuan
Pelapukan merupakan suatu proses yang terjadi atau yang mengakibatkan
perubahan-perubahan baik batuan maupun mineral menjadi bahan yang lepas yang
akhirnya membentuk tanah. Proses ini dapat terjadi di bawah solum dan proses
tersebut terjadi secara bersamaan.
Proses pelapukan dapat terjadi secara fisika, kimia, maupun karena pengaruh
biologi. Meskipun demikian, untuk melihat perbedaan diantara ketiga proses tersebut
di alam sangat sulit karena proses pelapukan secar fisika, kimia dan biologi terjadi
secara simultan

78
6.3. Pelapukan Fisik, Kimia dan Biologis
Pelapukan fisik (Mekanik)
Pelapukan fisik (= desintegrasi) merupakan proses penghancuran batuan secar
fisik tanpa merubah susunan maupun komposisi kimia batuan. Hal ini terutama
disebabkan adanya perubahan temperatur mineral-mineral dan batu-batu. Mineral dan
batu akan memuai kalau terkena panas dan menciut atau menyusut kalau temperatur
mengalami penurunan. Pemuaian dan penyusutan itu sendiri sebenarnya tidaklah
terlalu berarti , tetapi kalu hal ini secara konstan terjadi berulang-ulang dalam kurun
waktu ratusan atau bahkan ribuan tahun, tentu dampaknya akan terlihat nyata.
Oemanasan di siang hari setelah pendinginan di malam hari mulai menimbulkan
suatu proses desquamasi, sementara pendinginan menyebabkan batu-batu menjadi
retak. Dalam kurun waktu berabad-abad, pemuaian dan penyusutan yang terjadi silih
berganti menyebabkan keretakan-keretakan
Dibawah pengaruh pemuaian dan penyusutan yang berulang-ulang ini, ikatan
antarmolekul-molekul dalam mineral atau batuan secara bertahap menjadi rapuh.
Semakin besar molekul akan semakin cepat ikatan antar molekul merapuh, karena
molekul-molekul yang lebih halus pemuaian dan penyusutannya tidaklah sebesar
molekul yang besar. Warna batuan juga menentukan cepat tidaknya batuan merapuh.
Batuan dan mineral yang berwarna gelap dan merah lebih cepat menyerap panas yang
berakibat volumenya bertambah lebih besar dengan cepat dibanding mineral atau
batuan yang berwarna terang.
Air juga merupakan sarana bagi berlangsungnya aksi panas dan dingin. Pada
musim hujan batu-batu menjadi basah dan kering silih berganti. Pembasahan dan
pengeringan yang berulang-ulang ini memperlemah ikatan antara partikel-partikel
yang terkandung di dalam batu-batu tersebut. Air juga membeku didalam pori-pori
dan retakan batu-batu bahkan memainkan peranan yang lebih besar lagi.

79
Pelapukan Kimia
Pelapukan kimia (=dekomposisi) merupakan proses penghancuran batuan
melalui proses kimiawi. Pada proses ini terjadi perubahan susunan maupun
komposisi mineral yang menyusun batuan atau mineral.
Yang berperan dalam pelapukan kimia adalah perisriwa-peristiwa yang disebut:
a) Pelarutan batuan-batuan/bahan-bahan yang mudah larut dalam cairan akan
melarut dan terbawa oleh air juga akan terjadi dekomposisi
b) Hidrasi: mineral (batuan) yang terendam oleh air, maka permukaan
mineral/batuan di jenuhi oleh air membentuk mantel hidrat dan akhirnya
batuan/mineral hancur.
c) Hidrolisis: perisriwa dimana air yang terurai menjadi ion H+ dan OH
menyebabkan reaksi asam/basa pada suatu mineral.
d) Oksidasi: suatu proses pelapukan kikia dalam suasana aerasi yang baik.
Disini diakibatkan oleh adanya oksigen yang cukup baik untuk menunjang
proses pelapukan. Sebaliknya, apbila oksigen yang kurang maka peristiwa
reduksi yang terjadi.

Pelapukan Pelapukan Biologis


Pelapukan biologis merupakan proses penghancuran batuan karena pengaruh
biologi/organik (makhluk hidup). Pada proses pelapukan ini dapat terjadi proses
pelapukan secara fisik juga secara kimia.
Lichens dan lumut-lumut hidup dipermukaan batu-batu, mengambil unsur-
unsur sari makanan dari permukaan batuan tersebut, tanaman juga merusak lapisan
tanah dan batuan secara mekanik dan secara kimia. Demikian juga dengan semut-
semut dan cacing-cacing tanah.

80
6.4. Pelarutan Mineral oleh Asam-asam Organik
Pelarutan adalah proses terbaginya suatu zat secara halus ke dalam zat lain. Umumnya
zat yang terbagi secara halus adalah zat padat dan zat lain berupa air. Hasilnya adalah larutan
yang di dalamnya terdapat butiran dan butiran tersebut tidak kelihatan, dapat melalui kertas
saring maupun membran, sehingga dalam larutan hanya ada satu fase. Dengan demikian
pelarutan adalah peristiwa yang berlangsung pada permukaan zat padat. Oleh sebab itu,
ukuran zat padat sangat menentukan pelarutan. Makin halus butir zat padat makin luas
permukaan dan makin cepat pelarutannya. Proses pelarutan dimulai dari menempelkan salah
satu dwikutub air pada kation dalam jaringan kristal mineral hingga kation terlepas dari
permukaan kristal dan masuk ke dalam air sebagai larutan. Proses ini diyakini disebabkan
oleh peran ion H dan OH yang berasal dari disosiasi air. Ion H dapat juga dihasilkan dari
disosiasi asam-asam organik.
H2O  H+ + OH- (1)
HOOC-COOH  HOOC-COO- + H+ (2a)
HOOC-COOH  -OOC-COO- (2b)
Ion H, karena ukurannya yang kecil (r = 0.3Å) dan potensial ionnya (q/r) yang besar
dapat masuk ke dalam kisi-kisi kristal dan mampu menggantikan kedudukan kation
penyeimbang yang ada di dalam kristal. Reaksi ini dikenal sebagai hidrolisis.
Ion OH mempunyai ukuran yang sama dengan atom oksigen, sehingga ion ini mudah
menggantikan kedudukan atom O dalam mineral. Akibatnya kesetimbangan mineral
terganggu dan mineral mudah lapuk. Namun, karena di permukaan bumi air banyak
bersitindak dengan biosfer dan antroposfer, maka pada umumnya air banyak bercampur
dengan asam-asam organik. Adanya asam organik, misalnya asam oksalat, asam sitrat, dan
senyawa fenolat, reaksi hidrolisis tersebut dipercepat dengan adanya ion H yang berasal dari
disosiasi asam. Reaksi ini dikenal sebagai asidolisis. Selain menghidrolisis, asam-asam
organik melalui anionnya, COO-, juga dapat membentuk ikatan kompleks dengan logam-
logam penghubung kerangka mineral, seperti Fe, Al, Ca, dan Mg. Logam-logam yang
terlepas dari jaringan kristal yang berbentuk kation ini juga dapat membentuk senyawa
kompleks dengan anion organik.

81
Air atau air yang mengandung asam apabila bercampur dengan mineral silikat dan
atau aluminosilikat maka terjadi reaksi sebagai berikut:
Silikat + H2O + H2CO3  Kation + OH- + HCO3- + H4SiO4 (3)
Aluminosilikat + H2O + H2CO3  Liat + kation + OH- + HCO3- + H4SiO4 (4)
Hasil utama dari reaksi tersebut adalah kation, dan hasil sampingannya adalah: H2SiO4,
HCO3-, liat, dan OH-.

Reaksi hidrolisis pada Orthoklas dan Albit sbb:


2KAlSi3O8 + 2H+ + 9H2O  H4Al2Si2O9 + 4H4SiO4 +2K+ (5)
Orthoklas Kaolinit

3KASi3O8 + 2H+ + 12H2O  KAl3Si3O10 + 6H4SiO4 +2K+ (6)


Orthoklas Illit

2NaAlSi3O8 + 2H+ + 9H2O  H4Al2Si2O9 + 4H4SiO4 +2Na+ (7)


Albit Kaolinit

8NaAlSi3O8 +6H+ + 28H2O 3NaO,66Al,66Si3,3O10(OH)2 + 4H4SiO4 +6Na+ (8)


Albit Monmorilonit
NaAlSi3O8 + 8H2O  Na+ + Al(OH)2+ + 3 Si(OH)40 + 2OH- (9)
NaAlSi3O8 + 8H2O  Na+ + Al(OH)3 + 3 Si(OH)40 + OH- (10)

Reaksi hidrolisis pada Olivin:


Fe2SiO4 + 2H2CO3 + 2H2O  2Fe + 2HCO3- + H4SiO4 + 2OH- (11)
2 Fe2+ + 4 HCO3 + 0.5 O2  Fe2O3 +4H2CO3 (12)
MgFeSiO4 + 8H2O + 3O2  4H4Mg3Si2O9 + 4HSiO4 + 6Fe2O3 (13)
Kation-kation yang terlepas mungkin ada dalam larutan tanah, masuk dalam kisi-kisi
mineral liat atau terjerap oleh permukaan partikel koloid. Bagaimana terjadinya hidrolisis
pada keempat grup silikat, Frederivkson (1951 dalam Paton, 1978), menjelaskan pelarutan
Feldspar oleh air sebagai berikut. Pada setiap permukaan kristal Feldspar (tektosilikat)
mempunyai muatan neto negatif. Air yang mempunyai dwikutub, maka air pada permukaan

82
kristal itu terorientasi, sedemikian, kutub positif air berhadapan dengan permukaan kristal
Feldspar. Hasil orientasi air dengan permukaan kristal itu membentuk selubung yang
bermuatan negatif. Lapisan inipun menarik lagi molekul air tetangganya, maka pada kondisi
ini terjadi kelebihan muatan positif yang diagihkan pada permukaan kristal Feldspar.
Kelebihan muatan ini diimbangi dengan penetrasi ion H dari air yang terorientasi ke dalam
kisi-kisi kristal. Penetrasi ion H masuk ke dalam ruangan yang ditempati oleh K, atau Na,
atau Ca. Ion H yang masuk ini bersaing dengan K, atau Na, atau Ca dalam menggunakan
atom O untuk membentuk koordinasi. Koordinasi ion H adalah dua, sedangkan K membentuk
koordinasi 12. Padahal ikatan antara O dan H lebih kuat daripada ikatan O dengan K, atau Ca
atau Na, maka sisa atom oksigen akan saling menolak. Persaingan ini yang menyebabkan
goyah dan lepasnya K, atau Ca atau Na dari kisi-kisi Feldspar.
Pada grup Orthosilikat juga terjadi peristiwa yang sama, yaitu terjadi persaingan
penggunaan atom O dengan kation yang mempunyai energi ikatan lemah Mg atau Fe,
sehingga Mg dan Fe dalam Olivin adalah ikatan yang paling peka terhadap hidrolisis dan
mudah diserang oleh ion H, akibatnya Mg dan Fe terlepas dari satuan tetrahedron-SiO4. Pada
Piroksin dan Amfibol (inosilikat tunggal dan ganda), kation-kation yang menggabungkan
antar rantai atau rantai ganda yang paling mudah diserang oleh proton, maka kation
penghubung itu ikatannya goyah dan kation terlepas dari jaringan kristal. Pada Filosilikat
yang pada interlayernya terisi K-terkoordinasi 12 adalah paling mudah diserang oleh proton.
Pada tektosilikat titik lemah ikatan terdapat pada loka penggantian isomorfis yang diimbangi
oleh kation K, atau Ca, atau Na, Ca dan Na. Tetapi pada Kuarsa (yang tektosilikat yang tidak
ada penggantian isomorfis) tidak terdapat kation yang mudah terhidrolisis, maka Kuarsa tidak
terhidrolisis. Apabila Kuarsa diserbukkan dan ditetapkan pH abrasinya, maka pH yang
ditunjukkan hanyalah pH air, sedangkan pada mineral yang lainnya pH abrasinya merupakan
hasil hidrolisis kation-kation penghubung antar kerangkanya.
Anion asam, terutama asam organik dapat berinteraksi dengan logam yang dilepaskan
oleh reaksi pengasaman maupun logam yang ada pada permukaan kristal mineral. Sebagai
contoh reaksi antara asam oksalat dengan Muskovit seperti pada reaksi (14):
K2(Si6Al2)Al4O20(OH)4 + 9HOOC-COOH + 4H2O  2K+ + 9[-OOC-COO-]Al6 + 9Si(OH)40 + 8OH- (14)

83
6.5. Faktor-faktor pelapukan batuan
Dari keterangan di atas, pelaku utama pelarutan adalah ion H, oleh karena itu proses
apapun yang menyebabkan perubahan konsentrasi ion H, dapat menyebabkan perubahan
kecepatan pelarutan mineral. Peningkatan konsentrasi ion H dimungkinkan oleh makin
meningkatnya konsentrasi asam ataupun keadaan yang menyebabkan makin kuatnya disosiasi
asam menghasilkan ion H. Demikian juga suhu dapat berpengaruh pada reaksi hidrolisis.
Pengaruhnya, adalah karena suhu mampu meningkatkan disosiasi air sehingga dapat
meningkatkan konsentrasi ion H+. Dengan demikian pelapukan mineral dipercepat dengan
meningkatnya suhu.
Hasil Pelarutan Mineral
Hasil pelarutan (hidrolisis) mineral dapat dilihat melalui (a) bahan yang dilepas dan
juga (b) sisa yang ada dalam butir mineral. Untuk membuktikan kedua hal ini dapat
dilakukan analisis kimia menggunakan metode Spektrofotometri dan mikroskopi. Secara
spektroskopi, Spektrofotometer Serapan Atom (SSA), mengukur kation-kation basa dan yang
lainnya, yang dilepas pada pelarutan oleh asam. Selain itu juga menetapkan Al, Fe, dan Si.
Pelarutan melepaskan kation-kation basa, dengan demikian pH di sekitar Zona
pelarutan bersifat basa. Keadaan ini berpengaruh pada kelarutan Al, Fe dan Si. Pada Al dan
Fe tidak larut, sedangkan Si agak larut, sehingga Al dan Fe hasil pelarutan ini berada di zona
pelarutan. Sebagai contoh, mineral olivin, Augit, Muskovit, labradorit dan mikrolin, masing-
masing digojog selama 21 hari dengan larutan 0.1 Molar asam asetat, atau asam aspartat, atau
asam salisilat, atau asam tartrat dan setiap jam ditetapkan kandungan Si, Al, Fe, Mg, Ca, K
dan Na. Hasilnya, pada 24 jam pertama kandungan Si, Al, Fe, Mg, Ca, K dan Na meningkat
dengan cepat dam jam berikutnya peningkatan kandungan unsur-unsur itu melambat dan
setelah 5-21 hari menunjukkan kandungan yang tetap. Dari kenyataan ini, unsur alkali, alkali
tan dan Si dalam jumlah lebih banyak dari yang lain, karena unsur alkali dan alkali tanah ini
merupakan penghubung antar kerangkan grup silikat dan mempunyai kepekaan terhadap
serangan ion H. Si banyak melarut karena pada pelarutan ini menyebabkan pH di zona
pelarutan meningkat padahal kelarutan Si terjadi pada pH tinggi. Makin lama kontak antara
larutan asam dan mineral, makin banyak mineral yang mengalami hidrolisis, maka makin

84
tebal zona pelarutannya. Makin tebal zona pelarutan makin banyak Al dan Fe amorf yang
tertumpuk pada zona pelarutan maka makin menurun kation-kation basa yang dilepaskan.
Huang dan Keller (1970 dalam Tan, 1986), mengukur ketebalan zona pelarutan oleh larutan
asam organik beberapa mineral antara 4 dan 900 nm. Lebih lanjut, pada mikrolin (seri
orthoklas) dan Augit (Piroksin) menghasilkan zona pelarutan yang tipis dibandingkan olinin
(Orthoklas) dan Labradorit (seri Plagioklas). Hal ini disimpulkan bahwa mikrolin dan Augit
lebih tahan terhadap asam organik daripada Olivin dan Labradorit.
Pelarutan mineral oleh asam organik yang telah terhumuskan (AH dan AF)
mempunyai mekanisme yang sama dengan asam organik yang belum terhumuskan, yaitu
melalui mekanisme hidroliisis, yang disebabkan oleh ion H yang berasal dari disosiasi gugus
karboksilnya. Hasil pelarutannya mempunyai pola yang sama. Khusus untuk pelepasan Si
dan Al ternyata asam Humat lebih besar daripada asam Fulfat pada pH 7.0. Padahal apabila
dilihat kemasaman total asam Fulfat (12.4 me/g) lebih tinggi dari asam Humat (6.6 me/g).
Hal ini terjadi karena asam Fulfat pada pH 7 disosiasinya tidak sempurna, sehingga pelepasan
ion H menjadi menurun, akibatnya hidrolisisnya menurun (Tan, 1986)( ada gambar grafiknya
lo di mklh dan di bukunya.).
Pelarutan sendiri merupakan peristiwa yang terjadi pada permukaan zat padat, maka
sebagai bukti adanya pelarutan adalah munculnya lapisan pelarutan yang dapat dilihat dengan
mikroskop polarisasi dan mikroskop elektron scanning. Di bawah mikroskop polarisasi
lapisan pada permukaan kristal yang mengalami pelarutan pada awalnya mineral berbentuk
kristalin, ternyata setelah mengalami pelarutan menjadi amorf yang bersusunan kompleks
dengan asam organik.
Dengan demikian lapisan ini berfungsi juga sebagai pembungkus mineral yang masih
segar. Lapisan inilah salah satu penyebab terjadinya penurunan laju pelarutan oleh ion H
ataupun anion organik. Apa dan bagaimana komposisi kimia pada lapisan ini belum banyak
diketahui. Lebih lanjut, hasil pengamatan sayatan tipis mineral Hornblende segar melalui
mikroskop polarisasi, menunjukkan warna hijau yang seragam, tetapi pada perlakuan asam
Humat menunjukkan warna hijau di dalamnya yang dikelilingi oleh warna coklat berkarat.
Hal ini menunjukkan terjadi perubahan komposisi kimia pada tepian kristal mineral karena

85
kontak dengan asam humat. Hal yang sama diperlihatkan oleh mineral Orthoklas, Apatit,
Khlorit dan Muskovit. Mikroskop elektron juga membuktikan adanya lapisan pelarutan. Pada
Orthoklas segar tampak bersih, tetapi Orthoklas yang diperlakukan dengan asam humat
menunjukkan ada penumpukan kerak pada permukaan kristal yang ketebalannya antara 100
dan 400 nm (Tan, 1986).
Mineral sekunder pun dapat mengalami pelarutan oleh asam-asam organik. Mineral
sekunder yang disoroti adalah mineral grup filosilikat. Pada sub bab sebelumnya, pada grup
filosilikat terdapat ikatan lemah pada ruang antar lembaran tetrahedron SiO4 (lapisan
oktahedron). Ion H+ (proton) yang berasal dari air dan asam-asam organik mampu
menghidrolisis dengan cara menyusup ke dalam ikatan antar lembaran silikat tadi, maka
dengan serta merta mineral filosilikat larut (Huang dan Keller , 1972 dalam Tan, 1986. Bolt
et al., (1978), ion H yang berasal dari asam dapat menembus ke ruang oktahedron
menggantikan menggantikan Al (dioktahedral) dan Mg (trioktahedral). Asam organik yang
mempunyai kemampuan mengkomplekskan kuat menyerang mineral filosilikat melalui
erangan proton dan pengkelatan kation penyusun kristal. Telah dibuktikan bahwa asam
organik yang berkemampuan mengkomplekskan lebih kuat melarutkan mineral filosilikat
lebih banyak daripada asam organik berkemampuan pengompleks lebih rendah. Laju
pelarutan mineral sekunder mirip dengan laju pelarutan pada mineral primer. Tan (1986),
menyatakan atas dasar pelepasan kation, pada 24 jam pertama laju pelarutannya cepat,
kemudian menurun dan mencapai keadaan tetap pada hari ke 45. Dan atas dasar pengamatan
ketebalan lapisan pelarutan oleh asam organik diurutkan makin menebal dari
IllitMonmorilonitKaolinit GeorgiaKaolinit Keokuk.
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan mineral batuan adalah
sebagai berikut:
a) Temperatur : pengaruh temperatur yang menentukan adalah fluktuasi/perbedaan
tinggi rendahnya temperatur serta lamanya batuan menerima panas.
b) Air dan angin: secara fisik air mempengaruhi kondidi basah kering da panas
maupun dingin serta, sedang secara kimia air merupakan agen terjadinya proses-

86
proses kimiawi seperti pelarutan, hidrolisi dan hidrasi. Angin dengan kecepatan
besar akan mampumengangkut batuan serta mengikisnya.
c) Makhluk hidup: juga berpengaruh terhadap pelapukan secara fisik maupun
kimiawi. Pengaruh ini terutama berasal dari mikro organism, tumbuhan, dan
hewan-hewan kecil.
d) Jenis batuan: masing-masing batuan akan mempengaruhi kecepatan proses
pelapukan tergantung dari kandungan dan jenis mineral yang menyusun batuan.

BAHAN DISKUSI
Mana pernyataan yang benar:
a. Iklim menentukan jenis mineral liat yang terbentuk
b. Jenis batuan induk menentukan jenis mineral liat yang terbentuk
Berikan penjelasan pada jawaban saudara

TUGAS TERSTRUKTUR
Masing-masing mahasiswa mencari contoh mineral liat disekitar tempat
tinggal/yang dijumpai, kemudian berikan kajian tentang factor-faktor
pembentuk mineral liat tersebut yang mempengaruhi.

DAFTAR PUSTAKA
Best, M.G. 1982. Igneous and Metamorphic Petrology. W.H. Freeman and Company, San
Fransisco. 630p.
Birkeland, P.W. 1974. Pedology, Weathering, and Geomorphological Research. Oxford
University Press. Toronto, 285 p.
Hanudin, E., N. Matsue, T. Hemni. 2002. Reaction of Some Short-range Ordered
Aluminosilicates with Selected Organic Ligands. In A. Violante, P. M. Huang, J. M.
Bollag and L. Gianfreda (eds): Soil Mineral-Organic Matter-Microorganism
Interactions and Ecosystem Health. Volume 28A: 319-332 p. Elsevier, Amsterdam.
Johanes, H. 1974. Kimia Koloida dan Kimia Permukaan. Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta. 203 hal.
Klein, C. And C. S. Huribut J. 1993.. Manual of Mineralogy (after James D. Dana). John
Wiley and Sons Inc., New York.681 p.
Paton, T. R. 1978. The Formation of Soil Material. George Allen and Unwin., xiii + 143 p.

87
Schnitzer, M. 1991. Soil Organik matter-The next 75 years. Soil Science, January Vol. 151,
No. 1:41-58.
Sposito, G. 1989. The Chemistry of Soil. Oxford University Press, New York. Xii + 277 p.
Stum, W. And J. J. Morgan. 1981. Aquatic Chemistry, An Introduction Empazing Chemical
Equilibria in Natural Waters., 2nd Edition. John Wiley and Sons. New York. 780 p.
Tan, K. H. 1986. Degradasi Mineral Tanah oleh Asam Organik. Dalam P.M. Huang, M.
Schnitzer, R.S. Adam, Jr. G. Sposito, and J. L. White (eds): Interaksi Mineral Tanah
dengan Organik Alami dan Mikroba. Terjemahan oleh D. H. Goenadi. 1997. Gadjah
Mada University Press. Hal: 1 – 40.
Tan, K. H. 1994. Environmental Soil Science. Marcel Dekker, Inc. New York. Xiv + 304 p.

88
VII. MINERALOGI TANAH

TUJUAN
Bab ini bertujuan untuk membahas ihwal:
1. berbagai konsep tentang mineral fraksi pasir dan fraksi liat tanah
2. berbagai konsep tentang sifat dan cirri mineral fraksi pasir dan
fraksi liat
3. berbagai konsep tentang identifikasi mineral

SASARAN
Setelah membaca bab ini mahasiswa dapat:
1. menjelaskan berbagai konsep tentang mineral fraksi pasir dan
fraksi liat tanah
2. menjelaskan berbagai konsep tentang sifat dan cirri mineral fraksi
pasir dan fraksi liat
3. menjelaskan berbagai konsep tentang identifikasi mineral

7.1. Pengertian Mineralogi Tanah


Tanah merupakan akumulasi tubuh alam bebas, menduduki sebagian besar
permukaan bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman, dan memiliki sifat sebagai
akibat pengaruh iklim dan jasad hidup yang bertindak terhadap bahan induk dalam
keadaan relief tertentu selama waktu tertentu pula. Komponen anorganik tanah terdiri
atas fragmen-fragmen batuan dan mineral dalam berbagai ukuran dan komposisi.
Berdasarkan ukurannya, dikenal tiga fraksi utama, yaitu: 1) fraksi kasar (2-0,050 mm)
yang disebut pasir, 2) fraksi halus (0,050-0,002 mm) yang disebut debu, dan 3) fraksi
sangat halus (, 0,002 mm) yang dinamakan liat.
Fraksi pasir dan debu didominasi oleh mineral-mineral primer, sedangkan
fraksi liat didomonasi oleh mineral sekunder. Mineral primer adaah mineral yang
langsung terbentuk dari pengkristalan beberapa senyaawa di dalam magma akibat
menurunnya suhu, sedang mineral sekunder adalah mineral yang terbentuk dari
beberapa senyawa hasil pelapukan mineral primer. Selanjutnya mineral primer
diistilahkan dengan mineral pasir dan mineral sekunder merupakan mineral liat.
89
7.2. Mineral Pasir
Fraksi pasir dan debu merupakan penyusun kerangka tanah. Oleh keran kedua
fraksi berukuran kasar, maka mereka mempunyai luas permukaan spesifik yang
rendah dan tidak menunjukkan sifat-sifat koloidal. Nmun demikian, meskipun tidak
begitu aktif dalam reaksi kimia, mereka terlibat dalam sejumlah reaksi dan
menunjukkan suatu fenomena jerapan.
Jenis mineral dalam fraksi pasir dapat digunakan untuk menduga atau
menaksir : jenis bahan induk tanah, tingkat perkembangan tanah, cadangan mineral
dalam tanah sebagai cadangan unsur hara bagi tanaman, tingkat kesuburan tanah, dan
asal dari mineral liat.
Sebagian besar mineral pasir tergolong dalam mineral silikat. Adapun mineral-
mineral tersebut: olivin, piroksin, amfibol, biotit, feldspar, muskovit dan kuarsa.
Mineral feldspar dan kuarsa merupakan jumlah mineral terbanyak (82%) sebagai
penyusun batuan dalam kerak bumi. Selanjutnya mineral-mineral penyusun batuan
tersebut merupakan mineral utama dalam tanah.

7.3.Mineral Liat
Fraksi liat tanah menunjukkan sifat-sifat limbak (bulk) yang berbeda dari
kerikil, pasir atau debu. Banyak diantara mineral-mineral dalam liat tanah berstruktur
kristalin, sedang yang lainnya dapat menunjukkan kekristalan yang kurang sempurna
atau strukturnya tidak teratur dan juga dapat bersifat amorf. Komposisi fraksi
anorganik tanag beraneka ragam, meskipun sebagian besar berupa silikat dan oksida.
Kimia Struktur Mineral Liat
Komposisi fraksi anorganik tanah beraneka ragam, mrskipun sebagian besar
berupa silikat dan oksida. Silikat dibangun melingkari suatu tetrahedron-silika,
dengan tiap atom oksigen menerima satu valensi dari atom silikon. Untuk memenuhi
persyaratan divalennya, atom oksigen dapat disambungkan ke kation lain atau ke
atom silikon dari tetrahedra-silika yang teedekat. Mineral liat silikat dicirikan oleh

90
struktur lembar. Sebagai kontras terhadap silikat lainnya, struktur liat tidak berupa
jaringan tiga dimensi dari rangkaian sederhana dari unit-unit silikon-oksigen, tetapi
terbentuk dari lapisan yang bertumpuk dari lembar-lembar tetrahedra silika dan
oktahedra Al (Mg). Lembar-lembar tersebut dikembangkan memelalui jalinan tiga
oksigen dalam tiap tetrahedron dengan unit-unit tetrahedra silika terdekat, seperti
dijelaskan diatas. Tetrahedra silika disusun dalam cincin heksagonal dan lembarnya
dapat meluas tanpa batas dalam arah dua dimensi, yang merupakan penyebab bagi
bentuknya yang mirip lempeng (plate)
Dalam jaringan tetrahedra silika seperti itu, satu oksigen dalam tiap
tetrahedron tetap tidak terimbangi secara listrik. Untuk memenuhi persyaratan
divalennya, oksigen dari tetrahedron tersebut dihubungkan dengan Al dalam
koordinasi oktahedra. Melalui penumpukan lembar-lembar tetrahedron silika dan
oktahedron alumunium semacan ini terbentuklah struktur liat yang berlapis.
Berdasarkan jumlah lembar tetrahedra dan oktahedra dalam satu lapisan, dikenal tipe-
tipe struktur sebagai berikut:
a) Tipe 1:1 (dimorfik) yang diwakili oleh kelompok kaolinit, karena
komposisinya terdiri dari satu lembar tetrahedra dan satu lembar
tetrahedra.
b) Tipe 2:1 (trimorfik) yang diwakili oleh kelompok monmorilonit,
karena strukturnya dibangun oleh dua lembar tetrahedra dan satu
lembar oktahedra.
c) Tipe 2:2 adalah klorit, dan yang termasuk tipe 2 : 1 : 1 adalah
paligorskit dan sepiolit.

7.4. Identifikasi Mineral Dalam Tanah


Sebelum mengidentifikasi mineral yang terdapat dalam tanah, maka dilakukan
preparasi masing-masing fraksi tanah tersebut dengan melakukan pemisahan fraksi-frakksi
tersebut. Metode yang sering digunakan adalah pengayakan, penyaringan dan pemipetan.

91
Identifikasi mineral pasir dapat menggunakan mikroskop polarisasi dengan
determinasi dengan sifat-sifat fisik seperti belahan, kilap, bentuk, warna dan sifat optiknya.
Identifikasi mineral liat dapat menggunakan beberapa metode analisi antara lain:
gejala pengeringan dan indikator, DTA (differential thermal analysis), X-RD (X-Ray
Diffraction), mikroskop elektron dan metode analisi kimia

Analisis Differensial Thermal


Metode DTA merupakan teknik yang digunakan secara luas dan sangat bermanfaat
terutama dalam identifikasi bahan amorf bila analisis difraksi sinar-X hanya menghasilkan
kurva tanpa pola. Analisis DTA mengukur perbedaan temperatur yang timbul antara contoh
tak dikenal dan contoh baku, sebagai akibat dari pemanasan bersamaan pada laju pemanasan
yang dikendalikan dari 0 hingga 1000° C. Selama proses pemanasan, contoh tak dikenal
mengalami reaksi termal dan transformasi. Reaksi transformasi dicerminkan perbedaan
temperatur antara contoh tak dikenal dan contoh standart. Perbedaan temperatur ini
digambarkan dalam suatu grafik. Jika temperatur dari bahan tak dikenal menjadi lebih rendah
dari bahan standart, akan menghasilkan suatu puncak endotermik. Apabila temperatur contoh
tersebut menjadi lebih tinggi dari contoh standart, maka akan terbentuk puncak eksotermik.
Bagian dari kurva dimana tidak ada perbedaan temperatur antara contoh tak dikenal dan
contoh standart, dianggap sebagai garis dasar kurva. Secara ideal, garis besar ini erupa suatu
garis lurus.
Suatu mineral yang diperlakukan dengan analisis DTA ini akan mengalami beberapa
reaksi termal, yang memuncak dalam satu atau suatu seri puncak endo- dan/atau eksotermik,
yang dapat bertindak sebagai sidik jari dari mineral, sedang temperatur spesifik terbentuknya
puncak suatu kurva merupakan penciri dalam identifikasi suatu mineral. Disamping itu,
tinggi puncak atau luas area puncak kurva dari reaksi endotermik utama dapat digunakan
untuk penetapan kuantitatif.
Identifikasi kualitatif mineral dapat dilakukan dengan menggunakan kurva DTA
sebagai sidik jari dan membandingkannya atau mencocokkannya dengan kurva DTA dari
mineral standart, atau dengan kurva dari mineral yang telah diketahui. Tiap mineral

92
menampakkan ciri-ciri reaksi termal yang spesifik. Sebagai contoh, kurva DTA kaolinit
dicirikan oleh suatu puncak kurva endotermik kuat pada 450-600° C dan oleh suatu kurva
eksotermik kuat pada 900-1000° C. Puncak endotermik tersebut disebabkan oleh
dehidroksilasi, sedangkan puncak eksotermik diakibatkan oleh pembentukan alumina
dan/atau mulit. Kurva haloisit hampir sama dengan kaolinit, tetapi sebagai tembahan terdapat
puncak kurva endotermik pada temperatur rendah (100-200° C) dengan intensitas sedang
hingga kuat sebagai akibat hilangnya air yang terjerap antar kisi. Montmorillonit
menampakkan suatu kurva DTA yang dicirikan oleh suatu puncak kurva endotermik pada
temperatur rendah (100-200° C), suatu puncak endotermik antara 600-700° C, dan satu
cekungan kecil antara 800 dan 900° C yang diikuti oleh puncak kurva endotermik lemah
antara 900 dan 1000° C.

Analisis Difraksi Sinar X


Metode ini mungkin merupakan metode yang paling luas digunakan dalam
identifikasi liat. Pada dasarnya metode ini hanya digunakan untuk analisis kualitatif,
walaupun penetapan semi kuantitatif dari liat telah sering dilakukan. Analisis difraksi sinar X
merupakan metode yang serimg tidak merusak, yang berarti bahwa contoh tidak dipengaruhi
oleh analisis dan masih dapat digunakan untuk analisis lain. Akan tetapi, metode ini tidak
dapat diterapkan untuk analisis bahan yang bersifat amorf atau non kristalin.
Dasar penggunaan sinar x dalam pengujian mineral liat tanah adalah susunan
sistematik atom-atom atau ion-ion dalambidang kristal. Setiap spesies mineral dicirikan oleh
susunan atom yang spesifik, yang menciptakan bidang atom penciri yang dapat memantulkan
sinar X.
Contoh untuk analisis difraksi sinar-X dapat disiapkan sebagai contoh serbuk acak
atau terrorientasikan. Dalam suatu contoh serbuk acak kristal-krostal terletak pada posisi acak
satu terhadap yang lain. Dengan bantuan glyserol dan suatu perekat contoh liat dibuat
menjadi pasta dan digulung sehingga membentuk suatu batang dengan tebal 0,3-0,5 mm.

93
Contoh serbuk dapat juga disiapkan dengan menekan pasta tersebut ke dalam bak pemegang
contoh yang dirancamg secar khusus. Contoh serbuk acak tersebut biasanya dianalisis
dengan perangkat kamera sinar-X untuk serbuk. Sinar-X yang terdifraksi menghasilkan
garis-garis atau pita-pita pada film fotografi. Posisi garis-garis tersebut bersesuaian dengan
jarak dari bidang krstal mineral.
Metode lain dalam penyusunan contoh untuk analisis sinar-X adalah dengan
penyiapan contoh teroprientasikan pada slide gelas mikroskopik, atau pada lempeng keramik
berpori. Suspensi liat dibuat secara benar dan dipipet ke atas slide, sehingga sekitar 15-25 mg
liat dipindahkan per 10 cm2. Setelah contoh dibiarkan mengering pada suhu kamar, contoh
tersebut siap untuk dianalisis dengan spektrometer sinar-X pencatat langsung, yang akan
mencatat pola difraksi sinar-X pada kertas grafik.
Dalam pembacaan grafik yang dihasilkandari pola difraksi sering ditemukan sejumlah
mineral mempunyai puncak difraksi yang serupa atau saling tindih. Dalam kasus seperti ini,
diperlukan perlakuan pendahuluan terhadap contoh untuk membedakannya. Ada empat
metode utama yang sering digunakan dalam perlakuan pendahuluan contoh sebelum
dianalisis, yaitu: 1) penjenuhan K, 2) penjenuhan Mg, 3) solvasi dari contoh jenuh Mg, dan 4)
pemanasan pada 500° C.

94
BAHAN DISKUSI

Untuk mineral-mineral amorf, mengapa analisis dengan metode difraksi sinar –


X tidak bisa dilakukan

TUGAS TERSTRUKTUR

Bandingkan kurva berbagai jenis mineral liat hasil analisis dengan difraksi
sinar-x, kaji bagaimana hubungan kurva dengan struktur kristal.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimous (?). Kumpulan Edaran Geologi Dasar. Penataran Asisten Soil Surveyor I. IPLPP-
LP Tanah
Anonimous (?). Kumpulan Edaran Kuliah Mineralogi-Petrologi. Penataran Asisten Soil
Surveyor I. IPLPP-LP Tanah
Allison I.S., et. al. (1974). Geology : The Science Of A Changing Earth. McGraw-Hill Book
Company.New York-St.Louis-San Fransisco
Azwar, M. dkk. (1981). Vulkanologi Umum. Laboratorium Vulkanologi Fakultas Teknik
Geologi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Dalem Sudarsana A.A.G. (1982). Geologi. Fakultas Pertanian Universitas Udayana.
Denpasar
Isbandi, D. (?). Mineralogi. Diperbanyak oleh Bagian Mineralogi Fakultas Pertanian
Universitas Udayana Denpasar.
Katili, J.A. and S.P. Marks. (1963). Geologi. Departemen Urusan Research National
Djakarta.

95
Kerrod, R. (1977). Rocks and Minerals. Terjemahan P.E. Hehanusa. PT. Widyadara Jakarta
Ong. H.L. dkk. (1972). Mineralogi. Laboratorium Mineralogi Bagian Teknik Geologi. Institut
Teknologi Bandung.
Pearl, R.M. (1955). How To Know The Minerals And Rocks. MsGraw-Hill Book Company,
Inc. New York Toronto London.
Sewkins, et al. (1974). The Elvoving Earth : A Text in Physical Geolog. MacMillan Publising
Co., Inc. New York.
Soetoto (1981). Materi Penyusun Tubuh Bumi. P. Ranggon Studi Haasje Bodni Joosswi.
Yogyakarta

96

Anda mungkin juga menyukai