Anda di halaman 1dari 11

TUGAS MANDIRI 3

DISUSUN OLEH :

NAMA : CALVIN NATANA ELI HAREFA (2013363032)

DOSEN PENGAJAR : Dr. Yanda Ardanta, M. Kes

MATA KULIAH : Kodefikasi Sistem Pecernaan dan Endokrin

PROGRAM STUDI D-IV MANAJEMEN INFORMASI KESEHATAN

UNIVERSITAS IMELDA

TAHUN AJARAN 2020-2021


Studi Kasus : Seorang ibu bernama Siniwati Lase mengalami gangguan pada pencernaan
yang dimana asam lambung yang naik. Awalnya ibu Siniwati merasakan nyeri pada dada,
sulit untuk menelan, perasaan seperti ada ganjalan pada kerongkongan dan keluarnya cairan
pada saat sendawa. Kemudian Bu Siniwati melakukan medical check up dipuskesmas.
Setelah diselidiki tidak diketahui oleh pihak puskesmas, oleh karena itu Bu Siniwati
melakukan check up dirumah sakit dan pihak rumah sakit menyimpulkan bahwa Bu Siniwati
mengidap penyakit GERD dan segera dilakukan pengobatan.
Analisa Kasus :
Gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah penyakit kronik pada sistem pencernaan.
GERD terjadi ketika asam lambung naik kembali ke esofagus (kerongkongan). Hal ini dapat
menyebabkan terjadinya iritasi pada esofagus.

Dalam keadaan normal, makanan seharusnya masuk ke mulut menuju sfingter esofagus
bagian bawah, dan menutup saat makanan sudah masuk ke lambung untuk mencegah naiknya
makanan atau asam lambung kembali ke esofagus. Di sana makanan umumnya bertahan
selama tiga hingga empat jam untuk dicerna.

Namun pada kasus GERD terdapat kelainan berupa terlalu kendur (relaksasi) atau lemahnya
sfingter esofagus bagian bawah sehingga makanan yang sudah ditampung di lambung naik
kembali ke kerongkongan –atau bisa saja hanya berupa cairan asam lambungnya.

Ketika asam lambung atau makanan naik kembali ke kerongkongan, umumnya penderita
mengalami sensasi terbakar atau panas di dadanya. Seseorang dapat mengalami GERD ringan
setidaknya 2 kali dalam seminggu dan GERD sedang sampai berat setidaknya 1 kali dalam
seminggu.

Gangguan yang cukup berat dan mengganggu aktivitas serta tidur juga bisa menjadi indikasi
GERD. Jika tidak ditangani dengan baik, maka dapat timbul komplikasi yang bisa merugikan
Anda. Misalnya peradangan pada esofagus (esofagitis) yang dapat menyebabkan perdarahan,
luka, tukak, hingga jaringan parut pada esofagus.

Jaringan parut ini dapat membuat esofagus menjadi lebih sempit yang selanjutnya akan
mengganggu proses menelan. Di antara 10-15% penderita GERD yang berkepanjangan dapat
memicu masalah kesehatan yang lebih serius. Salah satunya adalah Barrett’s esofagus yang
bisa menjadi kanker esofagus di kemudian hari.
Penyebab Gerd

GERD disebabkan karena kelemahan atau kegagalan relaksasi dari cincin yang bertugas
mengatur proses buka-tutup pintu/klep yang menghubungkan esofagus bawah dengan
lambung. Kelemahan dari sfingter ini bisa terjadi dengan sendirinya pada wanita hamil atau
orang yang obesitas.

Selain itu mereka yang menderita asma, diabetes, skleroderma, dan penyakit hiatus hernia
juga rentan terkena GERD. Ada beberapa makanan yang dapat menjadi faktor yang memicu
Anda terkena GERD, antara lain kopi, alkohol, cokelat, makanan yang digoreng, saus tomat,
bawang putih dan bawang merah.

Hal lain yang juga dapat meningkatkan risiko GERD adalah kebiasaan buruk yang dilakukan
seseorang –baik secara sadar maupun tidak, seperti merokok, kebiasaan mengonsumsi
makanan dalam waktu tiga jam sebelum tidur dan mengurangi porsi makan yang akan
dikonsumsi. Selain itu, jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tertentu, seperti aspirin,
hal ini dapat meningkatkan risiko terkena GERD.
Gejala Gerd

GERD biasanya memiliki gejala yang mirip dengan penyakit mag. Meski demikian, berikut
ini beberapa tanda-tanda GERD yang perlu Anda waspadai:

 Sensasi terbakar di dada yang terkadang menjalar ke kerongkongan. Rasa terbakar ini
dapat berlangsung selama 2 jam, dan umumnya memberat setelah makan. Berbaring juga
dapat memperberat gejala.
 Sensasi tersebut bisa juga disertai dengan rasa asam atau pahit di mulut
 Nyeri dada
 Sulit menelan
 Batuk kering
 Nyeri tenggorokan dan suara serak
Diagnosis Gerd

Untuk mendiagnosis GERD, dokter akan melakukan pengumpulan informasi dari Anda.
Tujuannya adalah untuk mengetahui gejala yang Anda rasakan. Selain itu, pemeriksaan
jumlah asam lambung (Ambulatory Acid (pH) Test) selama 24 jam juga dapat dilakukan
untuk mengetahui seberapa sering dan seberapa lama proses naiknya asam lambung terjadi.

Untuk melihat keadaan selaput lendir esofagus dan lambung, dokter dapat melakukan
pemeriksaan radiologi barrium meal. Sebelum difoto, Anda akan diminta untuk meminum
cairan barium. Setelah itu barulah dilakukan foto dengan sinar X.

Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan endoskopi, yaitu alat berkamera yang
dapat memantau keadaan langsung dari kerongkongan dan lambung Anda. Luka dan tukak –
jika ada– dapat terlihat dengan jelas lewat pemeriksaan ini.

Dokter akan menyarankan Esophageal Manometry  yaitu pemeriksaan untuk melihat


bagaimana ritme otot esofagus berkontraksi saat menelan. Pemeriksaan ini dilakukan untuk
melihat kesinambungan kontraksi otot-otot esofagus Anda.
Pengobatan Gerd

Dokter biasanya akan merekomendasikan terapi modifikasi gaya hidup dan penggunaan obat
bebas. Bila dalam waktu 2 minggu muncul keluhan lain, maka dokter akan
merekomendasikan pengobatan obat paten dan pembedahan.

Terapi GERD dapat dilakukan dengan mengonsumsi obat penekan asam lambung –


seperti omeprazole, lansoprazole, pantoprazole. Obat ini dikonsumsi sebelum
makan. Baclofen merupakan obat untuk memperkuat sfingter yang dapat diberikan. Namun
obat ini memiliki efek samping sakit kepala dan mual.
Sfingter itu sendiri merupakan cincin serat otot yang terletak di sekitar permukaan dalam
tubuh. Fungsinya adalah untuk mengatur pejalanan zat yang dibutuhkan oleh tubuh.

Selain itu, diberikan juga obat untuk memperlancar pergerakan saluran cerna juga terkadang
diberikan –seperti domperidon. Namun semua obat-obatan tersebut harus dikonsumsi atas
petunjuk dokter.

Bila diperlukan, dokter akan merekomendasikan penggunaan obat untuk mengurangi


produksi asam lambung yang dikenal dengan proton pump inhibitors serta membantu
jaringan esofagus yang rusak untuk pulih. Tujuannya adalah agar GERD tidak terjadi lagi.

Apabila Anda mencurigai adanya gangguan GERD, ada beberapa tindakan yang bisa Anda
lakukan. Menempatkan bantal kepala sedikit lebih tinggi akan meminimalkan gejala yang
Anda rasakan.

Anda juga dapat mengatasi gejala GERD sementara dengan mengonsumsi obat lambung
yang dijual bebas (antasida). Jika tidak berhasil, segera berkonsultasi pada dokter.
Jika dengan pengobatan konvensional GERD masih tidak dapat dapat diatasi, maka
diperlukan adanya tindakan pembedahan. Metode bedah yang digunakan bertujuan untuk
memperkuat sfingter esofagus agar lebih kuat. Ada beberapa metode yang direkomendasikan
oleh dokter.

1. Fundoplication

Dokter bedah Anda akan melilitkan dan mengencangkan area sfingter esofagus bawah Anda
untuk mencegah refluks terjadi. Biasanya dilakukan dengan prosedur minimal invasive
(laparoskopi).

2. LINX Device

Dokter akan memasang gelang kecil magnet di sekitar area sfingter esofagus bawah dan
kerongkongan. Efek yang ditimbulkan dari magnet akan membuat celah daerah diantara
sfingter esofagus dan lambung tertutup untuk asam refluks, tetapi memungkinkan makanan
melewati celah tersebut.

3. Transoral incisionless fundoplication (TIF)

Prosedur ini dilakukan dengan melakukan pengencangan sfingter esofagus bagian bawah
dengan membuat semacam kantung di sekitar esofagus bagian bawah menggunakan
pengencang polipropilen. Jika Anda memiliki hernia hiatal yang besar, TIF saja bukan
pilihan. Namun, dimungkinkan jika TIF dikombinasikan dengan perbaikan hernia hiatal
laparoskopi.
Selain itu, GERD dapat dicegah dengan menyantap makan malam terakhir 3 jam sebelum
pergi tidur. Hindari juga konsumsi makanan dan minuman yang dapat memicu GERD.
Misalnya makanan pedas, asam, berminyak serta minuman bersoda

Selain itu, berhentilah merokok dan jaga agar berat badan tetap ideal. Jika Anda memiliki
masalah dengan kelebihan berat badan, lakukan diet sehat agar Anda terhindar dari GERD.
Bila perlu, berkonsultasilah pada ahli gizi. Mengonsumsi makanan dengan porsi yang kecil
namun sering juga dapat membantu.

Hindari menggunakan pakaian yang terlalu ketat. Pakaian tersebut dapat menekan perut dan
sfingter esofagus, sehingga memudahkan terjadinya GERD. Hal ini memang terlihat sepele,
namun dapat membantu menghindarkan Anda dari gangguan kesehatan yang bisa merugikan
Anda.

Namun perlu diingat, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan dokter terlebih dahulu untuk
mendapatkan pengobatan yang tepat. Bagi Anda yang punya pertanyaan seputar GERD atau
penyakit lainnya, dapat bertanya langsung kepada dokter kami. 

Cara Mengatasi GERD


Guna mengatasi gejala GERD, Anda bisa mengonsumsi obat-obatan golongan berikut ini:

 Antasida.
 H-2 receptor blockers, seperti cimetidine, famotidine, dan ranitidine.
 Proton pump inhibitors (PPIs), seperti lansoprazole dan omeprazole.

Untuk menentukan jenis obat mana yang cocok dan tepat digunakan untuk mengobati
penyakit GERD, Anda perlu berkonsultasi ke dokter terlebih dahulu.
Di samping mengonsumsi beberapa obat di atas, melakukan perubahan gaya hidup juga
penting dilakukan supaya gejala GERD tidak kambuh kembali. Perubahan yang dimaksud
adalah:

 Menurunkan berat badan, jika memiliki berat badan yang berlebih.


 Tidak merokok.
 Meninggikan kepala saat tidur.
 Tidak berbaring atau tidur setidaknya dalam waktu 2 hingga 3 jam setelah makan.
 Menghindari makanan atau minuman yang memicu asam lambung naik, seperti
alkohol, susu, makanan yang pedas dan berlemak, cokelat, mint, dan kopi.
 Tidak mengenakan pakaian yang terlalu ketat.

Sebenarnya, setiap orang bisa mengalami gejala asam lambung naik, terutama setelah makan
dalam jumlah yang banyak, makan pada larut malam, atau mengonsumsi makanan yang
memicu produksi asam lambung. Asam lambung naik baru dikatakan sebagai penyakit jika
gejala tersebut muncul paling tidak 2 kali dalam seminggu.
Agar tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah, penting untuk mengenali gejala
GERD dan lakukan langkah penanganan sejak dini untuk mengatasinya. Namun Anda perlu
segera berkonsultasi ke dokter jika gejala GERD terjadi secara terus menerus dan tidak
kunjung membaik.
Selain itu, bila nyeri dada atau nyeri ulu hati yang dirasakan menyebar hingga ke rahang dan
lengan disertai dengan sesak napas dan keringat dingin, segeralah pergi ke IGD untuk
mendapatkan penanganan lebih lanjut. Bisa jadi gejala tersebut menandakan serangan
jantung.
4 Fakta terkait GERD
1. GERD dan maag, samakah?
Menurut dr Rabbinu, banyak masyarakat yang mengira bahwa maag dan GERD merupakan
hal yang sama. Padahal faktanya, keduanya merupakan hal yang berbeda. GERD merupakan
keadaan asam lambung naik ke kerongkongan, sedangkan maag dalam pengertian awam
adalah penyakit radang pada lambung.

Maag sendiri merupakan serapan dari bahasa Belanda yang artinya lambung. Dalam bahasa
Indonesia, ejaan bakunya adalah 'mag'.

"Faktanya adalah keduanya tidak sama. Dua-duanya memang terkait asam lambung, tetapi
bisa berbeda antara GERD dan sakit maag. Kalo GERD itu asam lambungnya naik ke
kerongkongan, jadi gejalanya tidak ada itu heartburn, gejala mulut asam. Kalo sakit maag itu
radang di lambung, biasanya gejalanya, ya, nyeri ulu hati," ujar dr Rabbinu.

2. GERD bisa berkembang menjadi kanker kerongkongan?


Banyak yang masyarakat yang mengira bahwa GERD dapat berkembang menjadi kanker
kerongkongan. Meski asam lambung yang naik ke kerongkongan dapat menyebabkan iritasi
dalam jangka panjang, GERD yang berkembang menjadi kanker hanya terjadi jika GERD
tidak ditangani dengan benar. Persentase terjadinya pun kurang dari 1 persen.

"Bukti-bukti dari kedokteran sebenarnya ada. Tapi kalo GERD jangka panjang, ya. Kalau gak
diobati dengan benar, nih, bisa jadi kanker. Tapi itu kecil sekali sebenarnya, di bawah 1
persen dan cukup jarang di Indonesia," jelasnya.

3. GERD adalah penyakit keturunan?


Mitos lain mengenai GERD adalah bahwa GERD merupakan penyakit keturunan. Menurut dr
Rabbinu, terdapat penelitian yang menyatakan bahwa memang terdapat faktor genetik yang
menyebabkan terjadinya GERD. Akan tetapi, perlu diingat bahwa faktor lain, seperti gaya
hidup, juga memiliki peran yang penting terkait risiko GERD.

"Tidak besar sih kontribusinya, tapi ternyata ada dari penelitian bahwa ada faktor genetik.
Jadi kalau ayah ibunya ada GERD, kita juga bisa kena," tutur dr Rabbinu.

4. GERD dapat menyebabkan kematian?


Banyak masyarakat yang sering salah mengira bahwa nyeri dada pada serangan jantung
merupakan gejala GERD, sehingga mereka beranggapan bahwa GERD dapat menyebabkan
kematian. Padahal faktanya, GERD tidak menyebabkan kematian.

"Gejala GERD itu kan asam lambung yang naik, artinya tidak menimbulkan kematian.
Walaupun memang mengganggu aktivitas. Nah, ini suka saru, suka mirip, gejala GERD sama
serangan jantung," pungkas dr Rabbinu.
Apa tanda-tanda dan gejala penyakit GERD?

Tanda utama dari penyakit GERD adalah ketika asam lambung yang seharusnya tetap berada
di dasar lambung dan justru naik kembali ke atas. Ini terjadi akibat terbukanya otot-otot
pembatas antara lambung dan kerongkongan.

Kebocoran asam menimbulkan sensasi terbakar pada ulu hati dan dada (heartburn) yang bisa
menjalar ke perut dan punggung. Hal ini biasanya bisa semakin memburuk ketika Anda
selesai makan, sedang berbaring, atau membungkuk.

Secara garis besar, gejala gastroesophageal reflux disease (GERD) adalah sebagai berikut.

 Merasa seperti ada makanan yang tersangkut di dalam kerongkongan, sulit menelan,
serta cegukan.
 Mengalami sensasi panas seolah terbakar di dada (heartburn), yang bisa menyebar
sampai ke leher.
 Sakit atau nyeri pada ulu hati.
 Timbul rasa asam atau pahit di mulut.
 Ada cairan atau makanan yang naik dari dalam perut ke bagian mulut.
 Masalah pernapasan, seperti batuk kronis dan asma.
 Suara serak.
 Sakit tenggorokan.
Kemungkinan masih ada tanda-tanda dan gejala penyakit GERD lainnya yang tidak
disebutkan di atas. Bila Anda khawatir akan sebuah gejala tertentu, konsultasikanlah segera
kepada dokter Anda.

Kapan harus periksa ke dokter?

Segera konsultasikan ke dokter jika Anda mengalami gejala seperti sesak napas dan nyeri
pada dada. Apalagi jika gejala penyakit ini sering muncul atau bahkan semakin bertambah
buruk setiap hari.

Kondisi tubuh setiap orang sangat berbeda. Inilah yang membuat gejala yang dialami setiap
orang tidak sama. Selalu konsultasikan gejala yang Anda alami kepada dokter untuk
mendapatkan penanganan terbaik terkait kondisi kesehatan Anda.

Penyebab dan faktor risiko

Apa penyebab penyakit GERD?

Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, kenaikan asam dari lambung sebenarnya umum
terjadi. Kondisi ini paling sering dipicu oleh kebiasaan makan dalam porsi yang banyak,
langsung berbaring setelah makan, atau konsumsi jenis makanan tertentu.

Bedanya, kenaikan asam lambung yang tergolong sebagai penyakit GERD memiliki
penyebab tersendiri. Penyebab GERD yang utama adalah melemahnya sfingter kardia, yaitu
otot-otot berbentuk cincin yang membatasi lambung dan kerongkongan.
Sfingter kardia seharusnya selalu dalam posisi tertutup untuk mencegah naiknya asam
lambung dan makanan yang sedang dicerna kembali menuju kerongkongan. Katup ini baru
akan terbuka ketika makanan di mulut akan masuk ke dalam perut.

Pada penderita GERD, yang terjadi justru sebaliknya. Otot-otot sfingter kardia menjadi lemah
sehingga sfingter dapat membuka meski tidak ada makanan yang bergerak dari
kerongkongan. Akibatnya, asam lambung bisa naik sewaktu-waktu.

Jika kondisi ini terjadi terus-menerus, asam lambung dapat menyebabkan peradangan dan
iritasi pada dinding kerongkongan (esofagitis). Ini karena asam lambung termasuk jenis asam
kuat yang bersifat mengikis.

Apa yang meningkatkan risiko seseorang terkena refluks asam lambung?

Penyakit GERD dapat menyerang siapa dan biasanya lebih banyak ditemukan pada orang
dewasa. Namun, ada beberapa faktor yang membuat seseorang menjadi rentan dengan
penyakit ini.

Berbagai faktor risiko yang meningkatkan risiko Anda untuk terkena penyakit GERD adalah
sebagai berikut.

 Memiliki berat badan berlebih atau obesitas.


 Memiliki tonjolan pada perut bagian atas yang bisa naik sampai ke diafragma (hernia
hiatal).
 Mengalami masalah pada jaringan ikat, contohnya scleroderma.
 Mengosongkan perut dalam waktu yang lama.
Selain itu, di bawah ini adalah beberapa faktor lainnya yang bisa turut memperburuk gejala
GERD.

 Kebiasaan merokok.
 Makan makanan dalam jumlah banyak dalam satu waktu.
 Waktu makan yang terlalu dekat dengan waktu tidur.
 Terlalu banyak makan makanan pemicu asam lambung, seperti makanan pedas, asam,
berlemak, dan digoreng.
 Minum kopi atau teh.
 Minum alkohol.
 Mengonsumsi obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti aspirin, ibuprofen, atau
naproxen.

Anda mungkin juga menyukai