PENDAHULUAN
1
Abudin Nata, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Hal.89
2
Ramayulis.Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2012. Hal.187
1
Kajian lebih lanjut mengenai psikologi pendidikan Islam, tidak lepas dari
pembahaan IQ, EQ, dan SQ. Kecerdasan merupakan salah satu karunia terbesar dari
Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus
menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin
kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.
Pada hakikat kecerdasan itu di berikan kepada semua makluk namun manusia
lebih unggul dalam mengembangkan kecerdasan hingga eksistensinya ada, bilamana
ketika melihat pada makluk lainnya seperti binatang jaman dulu antara lain
dinasaurus telah punah hal salah satu faktor keterbatasan kecerdasan di milikinya.
IQ atau lebih dikenal dengan Intelektual Question merupakan bagian
terpenting dalam individu seseorang. Intelektual membantu seseorang dalam
menganalisa sesuatu, berfikir secara rasional dan melakukan secara maksimal.
Intelektual sering kali menjadi tolak ukur dalam perencanaan program pembelajaran.
EQ atau biasa disebut Emotional Question adalah bagian yang menjadi identitas
kepribadian seseorang. Emosional yang terjaga baik dan tertata rapi juga akan
menghasilkan pribadi yang baik dan berkualitas. Sehingga dalam pelaksanaan proses
pembelajaran, emosional peserta didik sangat menentukan keberhasilan pencapaian
tujuan yang telah ditetapkan. SQ atau Spiritual Question merupakan bagian terluar
dari individu. Spiritual sering dikaitkan dengan nilai-nilai kepercayaan dan agama
atau dalam Islam dikenal dengan Habluminalloh. Kepercayaan juga menjadi faktor
penentu pelaksanaan pendidikan, karena setiap manusia memiliki kodrat untuk
meyakini sebuah agama. Ketiga elemen diatas terlihat berbeda dan menganalisa
bagian-bagai tertentu dalam individu, namun dalam proses pelaksanaan
pembelajaran, ketiga elemen ini saling berkaitan dan mendukung satu sama lain.
Tidak jarang ditemuka ditengah lapangan, para ilmuwan yang mempunyai pemikiran
brilian, namun terkendala dalam emosinya sehingga sering mengalami gangguan
kejiwaan. Banyak juga para ilmuan yang tidak mengenal agama, sehingga ilmu yang
ia miliki digunakan pada tempat yang tidak semestinya
2
Bicara tentang kecerdasan tentu kita biasanya hanya mengarah
kepada kecerdasan intelektual saja (IQ) karena penerapannya sistem pendidikan kita
saat ini lebih menekankan pengembangan kecerdasan intelektual saja (IQ) saja dan
dimensi kecerdasan yang lain seperti kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spiritual (SQ) di marginalkan. Ketika pendidik hanya menekan kepada kecerdasan
intelektual (IQ) maka akan terjadi ketidak seimbangan antara kecerdasan emosional
(EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) karena hanya tekan logika dan bahasa namun
pada hakikat antara IQ,EQ dan SQ harus seimbang. Berdasarkan paparan yang
dikemukan maka penulis mengemukakan makalah yang berjudul; “Dasar-Dasar
Psikologis Pendidikan Islam: IQ, EQ dan SQ”
3
BAB II
PEMBAHASAN
3
W. J. S. Purwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2001. Hal. 267
4
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Hal. 90
5
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakkir. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media. Hal. 44
6
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Hal. 90
7
W. J. S. Purwadarminta. Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka. 2001. Hal. 63
4
digunakan dalam merumusksan dan melaksanakan ajaran islam. Prinsip-prinsip ini
sifatnya permanen, karena merupakan ajaran, dan karenanya tidak boleh dihilangkan
atau diubah, karena ketika prinsip tersebut dihilangkan atau diubah maka
menghilangkan sifat dan karakter pendidikan islam tersebut.8
Bertolak dari asal kata asas dan dasar yang pada asal katanya adalah semakna,
dimana kata asas merupakan serapan dari bahasa Arab yang maknanya adalah dasar,
akan tetapi berbeda dalam definisi.
Asas adalah kebenaran yang menjadi pokok dasar atau tumpuan berfikir
(berpendapat) sedangkan dasar adalah adalah segala sesuatu yang bersifat konsep,
pemikiran dan gagasan yang mendasari, melandasi dan mengasasi.
Perbedaaan antara asas dasar pendidikan islam dan dasar pendidikan islam
secara gamblang dijelaskan oleh Abudin Nata, beliau menegaskan kata dasar
digunakan sebagai tempat yang dijadikan Sandaran atau pijakan dalam membangun
sesuatu atau sebagai landasan yang digunakan untuk mengembangkan konsep atau
teori. Adapun kata prinsip sama artimya dengan asas, yaitu kebenaran yang dijadikan
pokok dasar dalam berfikir dan bertindak. Kata prinsip atau asas merupakan landasan
operasional atau landasan bertindak.9
8
Abudin Nata. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group. 2012. Hal. 102
9
Ibid, hal. 101
5
dari sebuah kecerdasan seseorang sehingga IQ dianggap menjadi tolak ukur
keberhasilan dan prestasi hidup seseorang. Kecerdasan ini adalah sebuah kecerdasan
yang memberikan orang tersebut kemampuan untuk berhitung, beranalogi,
berimajinasi dan memiliki daya kreasi serta inovasi. Kecerdasan intelektual merupkan
kecerdasan tunggal dari setiap individu yang pada dasarnya hanya bertautan dengan
aspek kognitif dari setiap masing-masing individu tersebut.10
Dalam pengertian lain Kecerdasan Intelektual adalah kemampuan intelektual,
analisa, logika dan rasio, yaitu kecerdasan untuk menerima, menyimpan, dan
mengolah informasi menjadi sebuah fakta. IQ juga merupakan kecerdasan yang
diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak. Orang yang kecerdasan
intelektualnya baik, baginya tidak akan ada informasi yang sulit, semuanya dapat
disimpan, diolah dan diinformasikan kembali pada saat dibutuhkan. Proses dalam
menerima, menyimpan dan mengolah kembali informasi, (baik informasi yang
didapat lewat pendengaran, penglihatan atau penciuman) biasa disebut ‘’berfikir’’.
Berfikir adalah media untuk menambah perbendaharaan/khazanah otak manusia.
Otak manusia adalah alam semesta mini karena di dalam otak terdapat lapisan-lapisan
yang terus berkembang dan bertambahnya pengetahuan dan pengalaman. Pada
dasarnya inti kecerdasan intelektual ialah aktifitas otak. Otak termasuk organ luar
biasa dalam diri kita. Beratnya hanya sekitar 1. 5 kg atau kurang lebih 5% dari total
berat badan kita. Namun demikian, benda kecil ini mengkonsumsi lebih dari 30%
seluruh cadangan kalori yang tersimpan di dalam tubuh. Otak satu-satunya organ
yang terus berkembang sepanjang itu terus diaktifkan, seperti berfikir. Segala sesuatu
yang yang manusia pikirkan tidak hanya dirinya sendiri, melainkan orang-orang
disekitarnya dan alam semesta. Dengan daya pikirnya, manusia berusaha
mensejahterakan diri dan kualitas kehidupannya.
Pentingnya menggunakan akal sangat dianjurkan oleh Islam. Tidak terhitung
banyaknya ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Rasulullah SAW yang mendorong manusia
untuk selalu berfikir. Manusia tidak hanya disuruh memikirkan dirinya, tetapi juga
10
Sholichin mochlis, Psikologi Belajar, (Surabaya : Pena Salsabila, 2013), h. 189.
6
dipanggil untuk memikirkan alam jagad raya. Dalam konteks Islam, memikirkan
alam semesta akan mengantarkan manusia kepada kesadaran akan keMahakuasaan
Sang Pencipta (Allah SWT). Dari pemahaman inilah tumbuh tauhid yang murni,
‘’Agama adalah akal, tak ada agama bagi orang-orang yang tidak berakal’’. 11
Beberapa ayat yang menjadi bukti bahwa Allah sangat menuntut manusia untuk terus
berpikir:
Firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah 164. Sesungguhnya dalam penciptaan
langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut
membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit
berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan
Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang
dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan
kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. Pada ayat ini mendorong manusia
untuk memikirkan kejadian langit dan bumi, pergantian malam dengan siang dan
betapa air hujan mengubah tanah yang tandus menjadi hijau kembali.
Firman-Nya dalam QS. Ar-Ra’du 4. Dan di bumi ini terdapat bagian-bagian
yang berdampingan, dan kebun-kebun anggur, tanaman-tanaman dan pohon korma
yang bercabang dan yang tidak bercabang, disirami dengan air yang sama. Kami
melebihkan sebahagian tanam-tanaman itu atas sebahagian yang lain tentang
rasanya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berfikir. Ayat ini mengajak manusia untuk merenungkan
betapa variatifnya bentuk, rasa dan warna tumbuh-tumbuhan dan buah-buahan,
padahal berasal dari tanah yang sama.
7
keberadaannya dalam diri seseorang. Oleh karena itu EQ lebih tepat di ukur dengan
feeling, sedangkan pengertian sebagai berikut: kecerdasan emosi adalah kemampuan
untuk mengendalilan emosi dan rasional secara bersamaan dengan kondisi yang tepat.
Aristotele pernah mengatakan bahwa semua bisa menjadi marah, namu marah dalam
kondisi yang tepat tidak dilakukan oleh semua orang.12
Sedangkan EQ menurut. Peter Salovey dan John Mayer memberikan defenisi,
sebagai berikut: "emotional Intteligence is the ability to perceive emotion, to access
and generate emotions so as to assist thought..." melihat dari deinisi tersebut, agar
seseorang dapat dikatakan memiliki kecerdasan emo baik, orang itu harus memenuhi
syarat, sebagai berikut:
- mampu memahami emosi-emosi,
- mampu memasuk emosi-emosi
- mampu menarik emosi
- mampu menggunakan emosi-emosi itu untuk membantu pikirannya.13
Seseorang yang memiliki EQ yang baik, baginya informasi tidak hanya
didapat lewat panca indera semata, tetapi ada sumber yang lain, dari dalam dirinya
sendiri yakni suara hati. Malahan sumber informasi yang disebut terakhir akan
menyaring dan memilah informasi yang didapat dari panca indera. Substansi dari
kecerdasan emosional adalah kemampuan ‘menjinakkan’ emosi dan mengarahkannya
kepada hal-hal yang lebih positif. Orang yang EQnya baik, dapat memahami perasaan
orang lain, dapat membaca yang tersurat dan yang tersirat. Semua pemahaman
tersebut akan menuntunnya agar bersikap sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan
lingkungannya. Kenyataannya orang yang EQnya baik, sekaligus kehidupan
sosialnya juga baik, tidak lain karena orang tersebut dapat merespon tuntutan
lingkungannya dengan tepat. Disamping itu, kecerdasan emosional mengajarkan
12
Amaryllia Puspasari, Emotional Intelligent Parenting: Mengukur Emotional Intelligence Anak dan
Membentuk Pola Asuh Berdasarkan Emotional Intelligent Parenting (Jakarta: PT Elex Media
Komputindo, 2009), h. 6.
13
Yacinta Senduk, Mengasah Kecerdasan Emosi Orang Tua Untuk Mendidik Anak, (Jakarta: Elex
Media Komputindo, 2007), h. 9.
8
tentang kejujuran, visi, kreatifitas, ketahanan mental, kebijaksanaan dan penguasaan
diri. Oleh karena itu EQ mengajarkan manusia dalam bersikap:
- Terhadap dirinya (intra personal) seperi self awamess (percaya diri), self
motivation (memotivasi diri), self regulation (mengatur diri)
- Terhadap orang lain (interpersonal seperti empathy, kemampuan memahami
orang lain dan social skill yang memungkinkan setiap orang dapat mengelola
konflik dengan orang lain secara baik.
Daam bahasa agama, EQ adalah keahlian menjalin hablun min al-nass. Pusat
dari EQ adalah qalbu. Hati mengaktifkan nilai-nilai yang tidak dapat diketahui oleh
otak. Hati adalah sumber keberanian dan semangat, integritas dan komitmen. Hati
merupakan sumber energi dan perasaan terdalam yang memberi dorongan untuk
belajar, menciptakan kerja sama, memimpin dan melayani. Keharusan memelihara
hati agar tidak kotor dan rusak, sangat dianjurka oleh Islam.14 Hati ynag tidak
tercemarlah yang dapat memancarkan EQ dengan baik. Diantara hal yang yang dapat
merusak hati adalah dosa. Oleh karena itu ayat-ayat Al-Quran dan Hadist Rasulullah
Saw banyak bicara tentang kesucian hati. Ayat-ayat Al-Quran dan hadist tersebut:
Firman-Nya dalam QS. Al-A’raf 179. Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk
(isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati,
tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka
mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda
kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya
untuk mendengar (ayat-ayat Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan
mereka lebih sesat lagi. mereka Itulah orang-orang yang lalai. Ayat ini menyatakan
bahwa orang yang hatinya tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya disebabkan
kotor, disamakan dengan binatang, malahan lebih hina lagi.
Firman-Nya dalam QS. Al-Hajj 46. Maka Apakah mereka tidak berjalan di
muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami
atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? karena
14
Loc, it.
9
Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di
dalam dada. Ayat ini menegaskan bahwa orang yang tidak mengambil pelajaran dari
perjalanan hidupnya di muka bumi, adalah orang yang buta hatinya.
Firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah 74. Kemudian setelah itu hatimu menjadi
keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh
ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang
terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya sungguh ada yang
meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. dan Allah sekali-sekali tidak lengah dari
apa yang kamu kerjakan. Ayat ini menegaskan bahwa orang yang hatinya tidak
disinari dengan petunjuk Allah SWT diumpamakan lebih keras dari batu.
Hadist Rasululah Saw, artinya: Al-Nu’man bin Basyir berkata, ‘Aku
mendengar Råsulullåh shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya yang
halal itu jelas, dan yang haram itu jelas, tetapi ada di antara keduanya perkara-
perkara yang samar (syubhat) yang kebanyakan manusia tidak mengetahuinya.
Maka barangsiapa yang menjaga dirinya dari perkara yang syubhat itu maka ia
telah membersihkan agama dan kehormatannya, dan barangsiapa yang melakukan
perkara syubhat itu maka ia telah terjatuh dalam perkara yang haram, seperti
penggembala di sekeliling tanah larangan (milik orang lain), yang lambat laun ia
akan masuk juga ke dalamnya. Ingatlah, setiap raja itu memiliki larangan. Ingatlah
bahwa larangan Allåh adalah apa-apa yang diharamkan-Nya. Ingatlah, bahwa
dalam jasad itu ada segumpal daging, jika ia baik maka baiklah keseluruhan
jasadnya, dan jika ia rusak maka rusak pula keseluruhan jasadnya. Segumpal daging
itu adalah hati.” Hadist ini menyatakan bahwa di dalam tubuh manusia ada segumpal
daging, bila ia baik baiklah seluruh tubuh, dan bila ia rusak, rusak pulalah seluruh
tubuh. Segumpal daging itu adalah hati.
10
harvard University dan Oxpord Universty melalui resit yang sangat Komprehensif.
Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spritual yang dipaparkan Zohar Marshall
dalam SQ, Spritual Quotient, The Ultimate Intelegence, dua diantaranya adalah:
Pertama riset ahli Psikologi/syaraf, Michael persinger awal 1990-an, dan lebih
muktahir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V. S Ramachandran dan timnya dari
california university yang menemukan God-Spot dalam otak manusia, ini sudah built-
in sebagai pusat spritual yang terletak pada jaringan otak.15
Spritual intellgence (SQ, Spritual Qutient) adalah paradigma kecerdasan
spritual. Artinya, segi dan ruangan spritual kita bisa memancarkan cahaya spritual
(Spritual light) dalam bentuk kecerdasan spritual. Dr. Marsha Sinetar, yang terkanal
luas sebagai pendidik, penasihat, pengusaha, dan penulis buku-buku bestseller,
menafsirkan kecerdasan speitual sebagai pemikiran yang terilhami. Kata Sinetar,
kecerdasan adalah cahaya, ciuman kehiduapan yang membangunkan keindahan tidur
kita. Kecerdasan spritual membangunkan orang-orang dari segala usia dalam segala
situasi, kecerdasan spritual melibatkan kemampuan menghidupkan kebenaran yang
paling dalam. Itu berati mewujudkan hal yang terbaik, utuh, dan paling manusia
dalam batin. Gagasan energi, nilai, visi, dorongan, dan ara panggilan hidup, mengalir
dari dalam, dari suatu keadaan kesdara yang hidup bersama cinta. Dari sudut pandang
psikologi, kecerdasan spritual justru mengjutkan kita, karean ternyata sudut psikologi
membertitahu kita bahwa ruangan (spritual space) pun memili arti kecerdasan.
Lokikanya sederhanya (common sense): diantara kita bisa saja ada orang tidak cerdas
secara spritual, dengan eksprisi keberagamaan yang monolitik, eksklutif, dan
intoleran, yang sering kali berakibat pada kobaran konflik atas nama agama. Begitu
juga sebaliknya, di antara kita bisa juga ada orang yang cerdas secara spritual sejauh
orang itu mengalir dengan penuh kesadaran, dengan sikap jujur dan terbuka, inklusif,
dan bahkan pluralis dalam beragam di tengah pluralitas agama.16
15
Ary Ginanjar Agustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Spritual ESQ
Emotional Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam, (Jakarta: Arga, 2004),
h. xxxix
11
Danah Zohar dan Ian Marshall mendefenisikan kecerdasan spritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih memakna
di bandingkan dengan yang lain.17
SQ adalah suara hati Ilahiyah yang memotivasi seseorang untuk berbuat atau
tidak berbuat. Kalau EQ berpusat di hati, maka SQ berpusat pada hati-nurani
(Fuad/dhamir). Kebenaran suara hati nurani tidak perlu diragukan Sejak awal
kejadiannya, hati-nurani telah tunduk kepada perjanjian ketuhanan QS. al-A'raaf: 172.
Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
Bukankah aku ini Tuhanmu? mereka menjawab: Betul (Engkau Tuhan kami), Kami
menjadi saksi. (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak
mengatakan: Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah
terhadap ini (keesaan Tuhan).
Agar SQ dapat bekerja optimal, maka Fuad harus sesering mungkin
diaktifkan. Manusia dipanggil untuk setiap saat berkomunikasi dengan hati nuraninya
Untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, tanya dulu pendapat
fuad/dhamir(hati nurani). Dengan cara demikian maka daya kerja SQ akan optimal,
sehingga dapat memandu pola hidup seseorang. Inilah yang dimaksudkan oleh
Rasulullah SAW dengan sabda beliau sal dhamiruka (tanya hati nuranimu). Fuad
ibarat battery, yang kalau jarang dipakai maka daya kerjanya akan lemah, malah
mungkin tidak dapat bekerja sama sekali.18
Dalam kaitan ini lah, agama menyeru manusia agar mengagungkan Allah,
membersihkan pakaian dan meninggalkan perbuatan dosa. (QS. al-Mudatstir, 74:1-5)
1. Hai orang yang berkemul (berselimut),
16
Sukidi, Rahasia Sukses Hidup Bahagia KECERDASAN SPRITUAL Mengapa SQ Lebih Penting
Daripada IQ dan EQ, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 49.
17
Ary Ginanjar Agustian, Op, Cit, h. 57.
18
http://wulandamoslem. blogspot. com/2009/06/apa-itu-iq-eq-sq. html, Loc. It
12
2. bangunlah, lalu berilah peringatan!
3. dan Tuhanmu agungkanlah!
4. dan pakaianmu bersihkanlah,
5. dan perbuatan dosa tinggalkanlah,
Semuanya itu diperintahkan dalam kerangka optimalisasi daya kerja fuad /
mempertinggi SQ seseorang. Mengacu kepada paparan di atas, dapat ditegaskan
bahwa Islam memberikan apresiasi yang tinggi terhadap SQ. Tinggal lagi bagaimana
manusia memelihara SQ-nya agar dapat berfungsi optimal.19
Kisah menarik di dalam Al-Qur’an yang menunjukkan adanya seorang anak
manusia bernama Khidlir ditunjuk menjadi guru spiritual Nabi Musa. Peristiwa ini
terjadi ketika Nabi Musa baru saja mencapai kemenangan dengan tenggelamnya Raja
Fir’an ke dasar laut. Seseorang datang bertanya kepada Nabi Musa, apakah masih ada
orang yang lebih hebat dari anda? Secara spontanitas Nabi Musa menjawab tidak ada.
Seketika itu Allah Swt memerintahkan Nabi Musa untuk berguru kepada seseorang,
sebagaimana disebutkan dalam Q. S. al-Kahfi:65 berikut: Lalu mereka bertemu
dengan seorang hamba di antara hamba-hamba Kami, yang telah Kami berikan
kepadanya rahmat dari sisi Kami, dan yang telah Kami ajarkan kepadanya ilmu dari
sisi Kami[886].20
Ketika Nabi Musa diterima sebagai murid dengan persyaratan Musa harus
bersabar dan tidak diperkenangkan untuk bertanya secara logika, maka setelah
keduanya tiba di suatu tempat, ditemukan sejumlah perahu nelayang yang
ditambatkan di pantai. Sang guru lalu melubangi satu demi satu perahu itu. Nabi
musa tergoda untuk bertanya, apa arti perbuatan gurunya, bukankah perahu nelayan
ini satusatunya alat mata pencaharian nelayan miskin di desa ini? Khidlir
mengingatkan perjanjian yang telah disetujui, Musa belum diperkenankan untuk
bertanya, kemudian Musa minta maaf lalu keduanya melanjutkan perjalanan. Ketika
19
Ibid
20
[886] Menurut ahli tafsir hamba di sini ialah Khidhr, dan yang dimaksud dengan rahmat di sini ialah
wahyu dan kenabian. sedang yang dimaksud dengan ilmu ialah ilmu tentang yang ghaib seperti yang
akan diterangkan dengan ayat-ayat berikut
13
sampai di satu tempat, keduanya menjumpai segerombolan anak-anak kecil sedang
bermain-main lau salah seorang dari anak-anak itu ditangkap lalu dibunuh oleh sang
guru. Nabi Musa kembali mengintrubsi gurunya dengan mengatakan, ini apa artinya?
Bukankah anak ini belum mempunyai dosa? Akhirnya Nabi Musa kembali harus
meminta maaf atas kelancangannya. Setelah tiba di suatu tempat, keduanya
menjumpai tembok tua yang hampir roboh, kemudian keduanya berhari-hari
membangun kembali bangunan tembok tua itu. Setelah selesai dipugar, Khidlir
mengajak Nabi Musa untuk meninggalkan tepat itu. Musa pun kembali bertanya, ini
untuk apa semua dilakukan? Untuk yang ketiga kali ini, Nabi Musa tidak lagi dapat
dianggap sabar untuk menjadi murid dan Musa pun sudah tabah untuk tidak lagi
melanjutkan pelajaran kepada gurunya. Sebelum keduanya berpisah, sang guru tidak
lupa menceritakan pengalaman-pengalaman yang pernah ia lakukan.
Gurunya memberikan penjelasan bahwa para pemilik perahu nelayan itu kini
sedang berutang budi terhadap orang yang pernah melubangi peruhunya. Mereka
bersyukur karena seandainya perahu tidak dilubangi sudah barang tentu perahu itu
ikut dijarah oleh pasukan Raja dlalim yang merayakan hari ulangtahunnya di laut.
Anak itu sengaja dibunuh karena Khidlir diberikan ilmu khusus dari Allah Swt bahwa
anak itu kalau sudah besar akan menjadi racun di dalam masyarakatm termasuk
mengkufurkan kedua orang tuanya, sementara kedua orang tua anak tersebut masih
akan dikaruniai anak-anak yang shaleh. Tembok tua itu dipugar karena di bawah
tembok itu tersimpan harta karun yang luar biasa besarnya, sementara pemiliknya
masih dalam keadaan bayi. Tembok itu akan roboh ketika anak itu sudah besar dan
sudah dapat mendayagunakan hartanya.
Kisah simbolik ini mengisyaratkan adanya tingkatan-tingkatan kecerdasan.
Kecerdasan yang dimiliki Khidlir dapat dikategorikan kecerdasan spiritual.
Sementara model kecerdasan yang ditampilkan Nabi Musa adalah kecerdasan
intelektual. Kisah ini juga mengisyarakan bahwa kecerdasan spiritual tidak hanya
14
dapat diakses oleh para Nabi tetapi manusia yang buka Nabi pun berpotensi untuk
memperolehnya.21
21
Ibid
22
Anonim, http://tekpenikip. wordpress. com.
15
setelah dewasa, namun sekarang ini banya sukses dengan IQ sedang-sedang saja. Hali
ini dikarenak kemampuannya mengolah kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan
spritual (SQ). Sementara itu, Dra. Gustiari Lella, Psi dalam acara yang sama
mengemukakan bawa efek psikologis mempengaruhi IQ, EQ, dan SQ anak.
Penelitain terdahulu menemukan bawa otak bagian kiri manusia merupakan pusat
intelektual, sedangakan otak bagian kanan sebagai pusat emosi, sedangkan
kecerdasan spritual terletak di antara kedua titik tersebut yang disebut God Spot (titik
wilayah ketuhanan) masing-masing bagian tersebut memiliki dan ketiganya perlu di
kembangkan dan diselaraskan untuk menciptakan manusia yang paripurna.23
Bilamana kita melihat dalam Persefiktif Islam mengenai IQ, EQ, dan SQ
dalam hal ini Sentuhan al-Qur'an dan al-Hadis yang begitu halus dan gamblang
terhadap akal, qalbu dan fuad (hati nurani) sebagai pusat IQ, EQ dan SQ
menunjukkan bahwa Islam memberikan apresiasi yang sama terhadap ketiga sistem
kecerdasan tersebut. Hubungan ketiganya dapat dikatakan saling membutuhkan dan
melengkapi. Namun kalau akan dibedakan, maka SQ merupakan Prima Causa dari IQ
dan EQ. SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik, sementara IQ dan EQ
mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di sekitarnya. Tanpa
ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat menggapai statusnya
sebagai Khalifah di muka bumi. Oleh karena Islam memberikan penekanan yang
sama terhadap hablun min Allah dan hablun min al-naas, maka dapat diyakini bahwa
keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran Islam. Jika selama ini
orang Islam sadar atau tidak, turut mengagungkan dan memberi penekanan terhadap
pendidikan akal dengan mengenyampingkan pendidikan hati dan hati nurani berarti
orang Islam telah mengabaikan semangat dan ajaran agamanya. Kondisi yang tidak
ideal tersebut sudah waktunya diakhiri, dengan memberikan pendidikan dan
kepedulian yang sama terhadap IQ, EQ dan SQ.24
23
Dini Kasdu, Anak Cerdas A-Z Panduan Mencetak Kecerdasan Buah Hati Sejak Merencakan
Kehamilan Sampao Balita, (Jakata: Puspa Swara, 2004), h. 7.
24
http://wulandamoslem. blogspot. com/2009/06/apa-itu-iq-eq-sq. html, Loc. It
16
17
BAB III
PENUTUP
3. 1 Simpulan
Di dalam diri manusia terdapat tiga bentuk kecerdasan, yaitu kecerdasan
intelektual (IQ), kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). IQ adalah
kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas akal yang berpusat di otak, EQ adalah
kecerdasan yang yang diperoleh melalui kreatifitas emosional yang berpusat di dalam
jiwa dan SQ adalah kecerdasan yang diperoleh melalui kreatifitas rohani yang
mengambil lokus di sekitar wilayah roh. Di dalam hubungan Presefiktif islam tentang
IQ, EQ dan SQ adalah SQ mengajarkan interaksi manusia dengan al-Khalik,
sementara IQ dan EQ mengajarkan interaksi manusia dengan dirinya dan alam di
sekitarnya. Tanpa ketiganya bekerja proporsional, maka manusia tidak akan dapat
menggapai statusnya sebagai Khalifah di muka bumi. Oleh karena Islam memberikan
penekanan yang sama terhadap hablun min Allah dan hablun min al-naas, maka
dapat diyakini bahwa keseimbangan IQ, EQ dan SQ merupakan substansi dari ajaran
Islam, dan SQ merupakan Prima Causa dari IQ dan EQ.
3. 2 Saran
Idealnya ketiga kecerdasan itu tersebut bekerja sama dan saling mendukung,
otak kita di rancang mampu melakukan hal ini, meskipun demikian IQ, EQ dan SQ
memiliki domain masing dan fungsi masing-masing namun kita harus bisa
mensinergikannya sehingga menjadi manusia paripurna
18
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir. 2002. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana
Prenada Media.
Abudin Nata. 2012. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Amaryllia Puspasari. 2009. Emotional Intelligent Parenting: Mengukur Emotional
Intelligence Anak dan Membentuk Pola Asuh Berdasarkan Emotional
Intelligent Parenting. Jakarta: Elex Media Komputindo.
Anonim, http://tekpenikip. wordpress. com.
Ary Ginanjar Agustian. 2004. Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan
Spritual ESQ Emotional Sripitual Quontient Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5
Rukun Islam. Jakarta: Arga.
Dini Kasdu. 2004. Anak Cerdas A-Z Panduan Mencetak Kecerdasan Buah Hati Sejak
Merencakan Kehamilan Sampao Balita. Jakata: Puspa Swara.
http://wulandamoslem. blogspot. com/2009/06/apa-itu-iq-eq-sq. html.
Sholichin mochlis. 2013. Psikologi Belajar. Surabaya: Pena Salsabila.
Sukidi. 2002. Rahasia Sukses Hidup Bahagia: Kecerdasan Spritual! Mengapa SQ
Lebih Penting Daripada IQ dan EQ. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
W. J. S. Purwadarminta. 2001. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Yacinta Senduk. 2007. Mengasah Kecerdasan Emosi Orang Tua Untuk Mendidik
Anak. Jakarta: Elex Media Komputindo.
19