Anda di halaman 1dari 16

Nama : Yudha Rehata Sukmana Jaya

Nim : 4180180103
Kls : 3B
Resume Keperawatan Keluarga & Masyarakat
A. Konsep Dasar Keperawatan Keluarga

a) Pengertian Keluarga

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan
keterikatan aturan dan emosional dimana individu mempunyai peran masing-
masing yang merupakan bagian dari keluarga (Marilyn M. Friedman).

Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan


perkawinan, adopsi, kelahiran dan mempertahankan budaya yang umum.
Meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosialdari tiap anggota
(Duvall)

Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang bergabung karena
hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, hidup dalam satu rumah tangga, saling
berinteraksi satu sama lainnya dalam perannya dan mempertahankan suatu
budaya (Bailon dan Maglaya).

b) Tipe Keluarga

Menurut Sussman dan maclin dalam effendi, terbagi kepada :

1. Tradisional

- Kelurga inti / nuclear family (ayah, ibu dan anak)

- Pasangan inti (suami dan istri saja)

- Keluarga dengan orang tua tunggal


- Kelurga besar yang mencakup tiga generasi

- Pasangan usia pertengahan atau pasangan lanjut usia

- Jaringan keluarga besar

2. Non Tradisional

- Pasangan yang memiliki anak tanpa menikah

- Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah

- Keluarga homoseksual

- Keluarga komuni ( keluarga dengan lebih dari 1 pasang monogamy


dengan anak – anak secara bersama –sama menggunakan fasilitas serta
sumber – sumber yang ada)

c) Peran Formal Kelarga (Efendi, 2009)

1. Peran sebagai ayah

Ayah sebagai suami dan ayah dari anak –anak berperan mencari nafkah,
pendidikan, pelindung, dan memberi rasa aman, sebagai kepala keluarga,
anggota kelompok sosial, serta anggoat masyarakat danlingkungan.

2. Peran sebagai ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak – anaknya berperan untuk mengurus
rumah tangga, sebagai pengasuh, pendidik, pelindung dan salah satu anggota
keluarga sosial serta sebagai masyarakat dan lingkungan. Disamping itu
dapat berperan pula sebagai pencari nafkah tambahan keluarga.

3. Peran sebagai anak


Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan tingkat
perkembangannya baik fisisk, mental, sosial dan spiritual.

d) Fungsi Keluarga

Menurut friedmen (1999) dalam effendi (2009), fungsi keluarga tebagi kepada
:

1. Fungsi Agama

Keluarga menjadi tempat dimana nilai agama di berikan, di ajarkan, dan di


praktikan. Di sini, orangtua berperan menanamkan nilai agama sekaligus
memberi identitas agama kepada anak. Keluarga yang berhasil
menerapkan nila-nilai agama melalui contoh dalam kehidupan sehari-hari
mampu memberikan fondasi yang kuat bagi setiap anggota keluarganya.
2. Fungsi Kasih Sayang
Sejak bayi dilahirkan, sejak itu pula ia mengenal kasih sayang. Perasaan
disayangi sangat penting bagi seorang anak, karena kelak ia akan tumbuh
menjadi seseorang yang mampu menyayangi pula. Hal ini akan menjadi
modal bagi semua anggota keluarga untuk menumbuhkan rasa kasih
sayang dalam konteks yang lebih luas dan mampu mengurangi munculnya
bibit permusuhan dan anarkisme dalam masyarakat.
3. Fungsi Perlindungan
Idealnya, keluarga mampu menjadi tempat yang membuat anggotanya
merasa aman dan tentram. Karena itu, seburuk apapun konflik yang terjadi
di dalam keluarga, hindari terjadinya tindak kekerasan verbal maupun
fisik, diskriminasi, dan pemaksaan kehendak.
4. Fungsi Sosial Budaya
Keluarga juga punya peran penting dalam memperkenalkan anak kepada
nilai-nilai sosial budaya yang ada di masyarakat. Terlebih lagi di
Indonesia, sopan santun sangat dijunjung tinggi, dengan berbagai macam
norma, adat istiadat, dan budi pekerti yang berlaku di masyarakat. Dari
anggota keluarga yang lebih tua lah anak bisa belajar bagaimana harus
bersikap terhadap orang yang lebih tua dan mempelajari hal-hal yang
pantas dan tidak pantas dalam budayanya.
5. Fungsi Reproduksi
Salah satu tujuan sebagian besar umat manusia untuk berkeluarga adalah
untuk mendapatkan keturunan. Melalui pernikahan yang sah, keluarga
menjadi entitas yang mampu menghasilkan generasi penerus bangsa.
Pendidikan seks sejak dini dan sikap menghargai lawan jenis perlu
ditanamkan dalam keluarga.
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Keluarga menjadi tempat pertama seorang anak belajar bersosialisasi
dengan orang lain, yaitu orangtua dan saudara-saudaranya. Di dalam
keluarga pula proses pendidikan untuk pertama kalinya diterima oleh
anak.
Semua ini disebabkan oleh interaksi intensif yang terjadi sehingga proses
pendidikan terjadi secara natural dan efektif.
7. Fungsi Ekonomi
Kondisi ekonomi sebuah keluarga biasanya mempengaruhi keharmonisan
keluarga. Karena itu, mengajarkan anak untuk berhemat dan
menumbuhkan jiwa wirausaha akan membuat mereka kelak dapat cerdas
secara finansial.
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan

Gaya hidup ramah lingkungan dapat terwujud jika ditanamkan sejak dini
dalam keluarga. Begitu juga dengan kebiasaan peduli dengan lingkungan
sekitar seperti tetangga dan masyarakat secara umum
Tanamkan sifat cinta lingkungan, tidak memboroskan listrik, air bersih,
makanan, juga membiasakan untuk membuang sampah pada tempatnya
sedari dini, karena hanya dari alam lah kita dapat hidup.

Menjalankan keseluruhan fungsi tersebut dengan baik tentu membutuhkan


usaha yang tidak mudah. Karena itu, sebaiknya setiap pasangan baik yang
berencana untuk menikah maupun yang sudah berumah tangga perlu
menentukan visi dan misi keluarga.

Visi dan misi tidak hanya menyangkut masalah keuangan, namun juga
meliputi pembagian peran dalam keluarga, nilai-nilai yang dianut, maupun
aturan yang harus ditaati.

e) Struktur Keluarga

1. Dominasi Jalur Hubungan

- Patrilineal

- Matrilineal

2. Dominasi keberadaan tempat tinggai

- Patrilokal

- Matrilokal

3. Dominasi pengambila keputusan

- Patriakal

- Matriaka

f) Tahapan Keluarga
1. Tahap I. Pasangan Baru (Keluarga Baru)

- Membina hubungan intim yang memuaskan

- Membiana hubungan dengan keluarga lain, teman, kelompok sosial.

- Mendiskusikan rencana memilki anak

2. Tahap II. Keluarga “Child bearing” (Kelahiran anak Pertama)

- Persiapan menjadi orang tua

- Adaptasi dengan perubahan anggota keluarga : peran, interaksi,


hubungan seksual dan kegiatan

- Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.

3. Tahap III. Kelurga dengan anak Prasekolah

- Memenuhi kebutuhan anggota keluarga seperti kebutuhan tempat tinggal,


privasi dan rasa aman.

- Membantu anak untuk bersosialisasi

- Beradaptasi dengan anak yang baru lahir sementara kebutuhan anak yang
lain juga harus terpenuhi.

- Mempertahankan hubungan yang sehat baik di dalam maupun diluar


keluarga (keluarga lain dan lingkungan sekitar).

- Pembagian waktu untuk individu, pasangan dan anak (tahap paling


repot).

- Pembagian tanggung jawab anggota keluarga kegiatan dan waktu untuk


stimulasi tumbuh dan kembang anak.
4. Tahap IV. Keluarga Dengan Anak Sekolah

- Membantu sosialisasi anak : tetangga, sekoalah dan lingkungan.

- Mempertahankan keintiman pasangan

- Memenuhi kebutuhan dan biaya kehidupan yang semakin meningkat,


termasuk kebutuhan untuk meningkatkan kesehatan anggota keluarga.

5. Tahap V. Keluarga Dengan Anak Remaja

- Memberikan kebebasan yang seimbang dengan tanggung jawab


mengingat remaja yang sudah bertambah dewasa dan meningkat
otonominya

- Mempertahankan hubungan yang intim dalam keluarga

- Mempertahankan komunikasi terbuka antara anak dan orang. Hindari


perdebatan, permusuhan dan kecurigaan.

- Perubahan system peran dan peraturan untuk tumbuh kembang keluarga

6. Tahap VI. Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

- Memperluas keluarga inti menjasi keluarga besar

- Mempertahankan keintiman pasangan

- Membantu orang tua suami / istri yang sedang sakit dan memasuki masa
tua

- Membantu anak untuk mandiri di masyarakat

- Penataan kembali peran dan kegiatan rumah tangga

7. Tahap VII. Keluarga Usia Lanjut


- Mempertahankan suasana rumah yang menyenangkan

- Adaptasi dengan perubahan kehilangan pasangan, teman, kekuatan fisik


dan pendapatan

- Mempertahankan keakraban suami istri dan saling merawat

- Mempertahankan hubungan dengan anak dan sosial masyarakat

- Melakukan life review

B. Keluarga Sejahtera

Keluarga Pra-Sejahtera adalah keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan


dasar secara minimal kebutuhan :
- Pengajaran agama
- Pangan
- Sandang
- Papan
- Kesehatan

a) Indikator Keluarga Sejahtera I (KS I) atau indikator ”kebutuhan dasar keluarga”


(basic needs) :

1. Pada umumnya anggota keluarga makan dua kali sehari atau lebih.

2. Anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda untuk di rumah,


bekerja/sekolah dan bepergian.

3. Rumah yang ditempati keluarga mempunyai atap, lantai dan dinding yang
baik.

4. Bila ada anggota keluarga sakit dibawa ke sarana kesehatan.


5. Bila pasangan usia subur ingin ber KB pergi ke sarana pelayanan

6. kontrasepsi.

7. Semua anak umur 7-15 tahun dalam keluarga bersekolah.

b) Indikator Keluarga Sejahtera II (KS II) atau indikator ”kebutuhan psikologis”


(psychological needs) keluarga, yaitu :

8. Pada umumnya anggota keluarga melaksanakan ibadah sesuai dengan


agama dan kepercayaan masing-masing.

9. Paling kurang sekali seminggu seluruh anggota keluarga makan


daging/ikan/telur.

10. Seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel pakaian baru
dalam setahun.

11. Luas lantai rumah paling kurang 8 m2 untuk setiap penghuni rumah.

12. Tiga bulan terakhir keluarga dalam keadaan sehat sehingga dapat
melaksanakan tugas/fungsi masing-masing.

13. Ada seorang atau lebih anggota keluarga yang bekerja untuk memperoleh
penghasilan.

14. Seluruh anggota keluarga umur 10 - 60 tahun bisa baca tulisan latin.

15. Pasangan usia subur dengan anak dua atau lebih menggunakan alat/obat
kontrasepsi.

c) Indikator Keluarga Sejahtera III (KS III) atau indikator ”memenuhi kebutuhan
dasar” (psychological needs) keluarga, yaitu
16. Ikut serta dalam kegiatan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya.
17. Mengandung rekreasi bersama di luar rumah paling kurang sekali dalam
enam bulan
18. Memperoleh berita dengan membaca surat kabar, majalah, mendengarkan
radio atau menonton televise
19. Anggota keluarga mampu mempergunakan sarana transportasi
C. Keluarga Miskin

Secara harfiah, kemiskinan berasal dari kata dasar miskin yang artinya tidak
berharta-benda (Poerwadarminta, 1976). Dalam pengertian yang lebih luas,
kemiskinan dapat dikonotasikan sebagai suatu kondisi ketidakmampuan baik secara
individu, keluarga, maupun kelompok sehingga kondisi ini rentan terhadap
timbulnya permasalahan sosial yang lain.

Kemiskinan dipandang sebagai kondisi seseorang atau sekelompok orang, laki-


laki dan perempuan yang tidak terpenuhi hak-hak dasarnya secara layak untuk
menempuh dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Dengan demikian,
kemiskinan tidak lagi dipahami hanya sebatas ketidak mampuan ekonomi, tetapi juga
kegagalan pemenuhan hak-hak dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau
sekelompok orang, dalam menjalani kehidupan secara bermartabat.

Hidup miskin bukan hanya berarti hidup di dalam kondisi kekurangan sandang
pangan, dan papan. Akan tetapi, kemiskinan juga berarti akses yang rendah dalam
sumber daya dan aset produktif untuk memperoleh kebutuhan-kebutuhan hidup,
antara lain: ilmu pengetahuan, informasi, teknologi, dan modal.

Kriteria Gakin menurut BKKBN :keluarga yang tidak dapat memenuhi salah
satu atau lebih dari enam indikator penentu kemiskinan alasan ekonomi. Enam
indikator penentu kemiskinan tersebut adalah:Pada umumnya seluruh anggota
keluarga makan dua kali sehari atau lebih Anggota keluarga memiliki pakaian
berbeda untuk dirumah, bekerja/sekolah dan bepergian Bagian lantai yang terluas
bukan dari tanah Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging/ikan/telor
Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang satu stel
pakaian baru Luas lantai rumah paling kurang delapan meter persegi untuk tiap
penghuni

Sedangkan kriteria keluarga miskin menurut BPS menggunakan pendekatan


basic needs, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk
memenuhi kebutuhan makanan maupun non makanan yang bersifat mendasar. Batas
kecukupan pangan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk makanan
yang memenuhi kebutuhan minimum energi 2100 kalori perkapita perhari. Batas
kecukupan non makanan dihitung dari besarnya rupiah yang dikeluarkan untuk non
makanan yang memenuhi kebutuhan minimumseperti perumahan, sandang,
kesehatan, pendidikan, transportasi, dll.

D. Keluarga Mandiri

Kriteria keluarga mandiri terdiri dari 3 bagian, yaitu :


1. Keluarga mengetahui masalah kesehatan, dengan kriteria :
1) Keluarga dapat menyebutkan pengertian, tanda, dan gejala dari masalah
kesehatan yang ada
2) Keluarga dapat menyebutkan penyebab masalah kesehatan
3) Keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi masalah
kesehatan
4) Keluarga memiliki persepsi yang positif terhadap masalah
2. Keluarga mau mengambil keputusan untuk mengatasi masalah, dengan
kriteria :
5) Masalah kesehatan dirasakan oleh keluarga
6) Keluarga dapat mengungkapkan/ menyebut akibat dari masalah kesehatan
tersebut.
7) Keluarga mampu membuat keputusan yang tepat tentang penaganan
masalah kesehatan tersebut
3. Keluarga mampu merawat anggota keluarga dengan masalah kesehatan,
dengan kriteria :
8) Keluarga mampu menggali dan memamfaatkan sumber daya dan fasilitas
yang di perlukan untuk perawatan. (sumber daya dapat berupa
pembiayaan untuk kesehatan, alat P3K, KMS, dan kartu kesehatan
keluarga, dll)
9) Keluarga tampil melaksanakan perawatan sederhana pada anggota
keluarga (preventif, promotive, creative)
10) Keluarga mampu memodifikasi lingkungn yang mendukung kesehatan
Untuk kategori keluarga mandiri/simpulan di buat berdasarkan penjumlahan
kriteria di atas, masing-masing kriteria memiliki nilai satu. Pembagian kategori
berdasarkan pengelompokkan sebagai berikut :
- Keluarga mandiri I (KM I) : skornya 1-4
- Keluarga mandiri II (KM II) : skornya 5-7
- Keluarga mandiri III (KM III) : skornya 8-10
E. Keluarga Sehat

Keluarga sehat dapat di definisikan sebagai suatu atau kondisi atau keadaan yang
sejahtera baik dari segi dari fisik, mental, dan sosial yang kemudian
memungkinkan sebuah keluarga yang utuh (terdiri dari individu-individu yang
dipimpin oleh seorang kepala keluarga yang tinggal dalam satu lingkungan) agar
dapat hidup normal secara sosial dan ekonomi.
F. Peran Perawat

Pembinaan keluarga terutama ditujukan pada keluarga prasejahtera dan sejahtera


tahap I. Di dalam pembinaan terhadap keluarga tersebut, perawat mempunyai
beberapa peran antara lain :

a) Pendidik
Tujuan utama dari pembangunan kesehatan adalah membantu individu,
keluarga dan masyarakat untuk berperilaku hidup sehat sehingga dapat
memenuhi kebutuhan hidupnya secara mandiri. Untuk mencapai tujuan
tersebut perawat harus mendidik keluarga agar berperilaku sehat dan selalu
memberikan contoh yang positif tentang kesehatan. Fokus pengajaran perawat
dalam mendidik keluarga adalah sbb :

1. Penanaman perilaku hidup sehat

2. Peningkatan nutrisi dan pengaturan diet

3. Olahraga

4. Pengelolaan atau manajemen stress

5. Pendidikan tentang proses penyakit dan pengobatannya

6. Pendidikan tentang penggunaan obat

7. Pendidikan tentang perawatan mandiri.

b) Konsultan dan Kolaborasi

Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah


keamanan keluarga. Agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat
maka hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya. Perawat juga harus bekerja sama
dengan lintas program maupun secara lintas sektoral dalam pemenuhan
kebutuhan keamanan keluarga untuk mencapai kesehatan dan keamanan
keluarga yang optimal.

c) Pemberi pelayanan kesehatan/peaksana kesehatan


Sesuai dengan tugas perawat yaitu memberi Asuhan Keperawatan yang
professional kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pelayanan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbataan
pengetahuan, serta kurangnya keamanan menuju kemampuan melaksanakan
kegiatan sehari-hari secara mandiri. Kegiatan yang dilakukan bersifat
"promotif', `preventif', "curatif' serta "rehabilitatif' melalui proses keperawatan
yaitu metodologi pendekatan pemecahan masalah secara ilmiah dan terdiri
dari langkah-langkah sebagai subproses. Kegiatan tersebut dilaksanakan
secara profesional, artinya tindakan, pelayanan, tingkah laku serta penampilan
dilakukan secara sungguh-sungguh dan bertanggung jawab atas pekerjaan,
jabatan, bekerja keras dalam penampilan dan mendemontrasikan "SENCE OF
ETHICS ".

Peranan sebagai pelaksana dapat berupa Clinical Nurse Specialist (CNS) dan
Family Nurse Practitioner ( FNP ). CNS atau perawat spesialis klinik
memberikan pelayanan pada tingkat individu , keluarga, kelompok dan bentuk
tanggungjawab peran ini adalah melalui upaya promotif dan preventiv dalam
kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat. perawat spesialis
klinik memberikan perawatan kesehatan pada klien, biasanya di unit rawat
jalan atau tempat praktek komunitas dengan masalah yang kompleks dan
memberikan perhatian pada gejala non patologis, kenyamanan dan perawatan
komprehensif. Sementara FNP memberikan perawatan ambulasi untuk
keluarga biasanya berkolaborasi dengan dokter keluarga. perawat dalam
kelompok memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum, mengatasi
masalah kesehatan dengan memberikan perawatan langsung dan memberi
bimbingan atau konseling kepada keluarga

d) Pengawas kesehatan
Perawat harus melakukan ”home visit” atau kunjungan rumah yang teratur
untuk mengidentifikasi atau melakukan pengkajian tentang kebutuhan
keamanan klien dan keluarga.

e) Role Model

Perilaku yg ditampilkan perawat dpt dijadikan panutan. Panutan ini


digunakan pd semua tingkt pencegahan terutama PHBS. Menampilkan
profesionalisme dlm bekerja.

f) Fasilitator

Perawat harus mampu menjembatani dengan baik terhadap pemenuhan


kebutuhan keamanan klien dan keuarga sehingga faktor risiko dalam
ketidakpemenuhan kebutuhan keamanan dapat diatasi.

g) Modifikasi lingkungan

Perawat harus dapat memodifikasi lingkungan baik lingkungan rumah


maupun lingkungan masyarakat agar tercipta lingkungan yang sehat dalam
menunjang pemenuhan kebutuhan keamanan.

h) Manajer

Perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam mengelola pelayan,


maupun pendidikan keperawatan yang berada dibawah tanggung jawabnya
sesuai dengan konsep managemen keperawatan dalam kerangka paradigma
keperawatan. Sebagai pengelola perawt berperan dalam memantau dan
menjamin kualitas asuhan keperawatan serta organisasi dan mengendalikan
system yankes .

i) Penemu Kasus
Perawat melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di masyarakat
dan dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan, bahkan mengancam
kesehatan. Selanjutnya penelitian dilaksanakan untuk menemukan faktor yang
menjadi pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui
kegiatan penelitian dan hasilnya akan diaplikasikan dalam praktek
keperawatan

Anda mungkin juga menyukai