Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkat stres yang

tergolong tinggi dan bervariasi di berbagai kelompok masyarakat. Berdasarkan

hasil Riset Kesehsatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 mengatakan bahwa

stres bersifat universal, berarti semua orang dapat merasakannya dengan cara

pengungkapan yang berbeda. Legiran (2015) mengatakan bahwa prevalensi stres

cukup tinggi, sekitar 75% orang di Amerika mengalami stres berat dan mengalami

peningkatan dalam satu tahun terakhir, sedangkan di Indonesia diperkirakan

prevalensi stres mencapai 1,33 juta atau sebanyak 14% dari total penduduk

dengan orang yang mengalami stres akut atau stres berat mencapai 1-3%, dan

sebanyak 59 remaja atau sekitar 81% dari 72 remaja mengalami stres (Tentama,

2014).

Menurut Lazarus dan Folkman (dalam Evanjeli, 2012) mengungkapkan

bahwa stres merupakan kondisi seseorang yang dipengaruhi oleh lingkungan yang

terjadi karena ketidakseimbangan antara tekanan yang dihadapi dengan

kemampuan untuk menghadapi tekanan tersebut. Munculnya stres pada seseorang

ketika ia merasakan perbedaan antara tuntutan fisik dan psikologis dari suatu

kondisi dan sumber daya dari sistem biologis, psikologis atau sosialnya (Sarafino,

2012).

1
2

Menurut Santrock (2011), ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi

stres. Pertama, faktor lingkungan, yaitu stres yang muncul pada individu dalam

kehidupan sehari-sehari. Kedua, faktor kognitif dengan stres yang muncul pada

individu tergantung individu membuat penilaian secara kognitif pada suatu

kejadian. Ketiga, faktor kepribadian yang berarti strategi dari individu dalam

mengatasi masalah yang dipengaruhi oleh yang optimis dan pesimis. Dan faktor

sosial-budaya dengan adanya perubahan kebudayaan antara dua kelompok budaya

yang berbeda.

Semua orang bisa mengalami stres dengan berbagai bidang profesi yang

didalaminya, begitu pun dengan mahasiswa. Sebagai seorang mahasiswa, banyak

tuntutan yang muncul, berasal dari organisasi atau akademik, jika tidak dapat

diselesaikan, maka tuntutan tersebut akan menjadi permasalahan yang membuat

mahasiswa tertekan.

Pada umumnya, permasalahan akademik yang dapat membuat mahasiswa

stres adalah skripsi. Karena untuk mendapatkan gelar sarjana bagi mahasiswa,

penyusunan skripsi dapat digunakan sebagai salah satu metodenya yang akan

disidangkan di depan para dosen. Proses tersebut rentan membuat mahasiswa

menjadi stres, karena dituntut untuk lebih mandiri dan disiplin waktu untuk

mencapai target yang berkaitan dengan skripsinya (Fadillah, 2013).

Stres yang umumnya dihadapi oleh mahasiswa tingkat akhir dalam

menyusun skripsi antara lain sulitnya bertemu dengan dosen pembimbing karena

waktu yang tidak cocok antara mahasiswa dan dosen, serta adanya kesulitan

dalam mencari judul skripsi dan mencari literatur (Fadillah, 2013).


3

Dalam beberapa penelitian menjelaskan beberapa tingkatan stres yang

dihadapi oleh mahasiswa, yaitu stres ringan, stres sedang, dan stres berat yang

diklasifikasikan oleh masing-masing penulis.

Pertama, penelitian dari Yikealo (2018) terhadap 123 mahasiswa di

Eritrea Institute of Technology. Hasil penelitian ini menunjukkan mahasiswa

mengalami stres ringan sebanyak oleh 88 mahasiswa (72 %), stres sedang 32

mahasiswa (26 %), dan stres berat 3 mahasiswa (2 %). Dari penelitian di atas,

dapat penulis simpulkan bahwa tingkat stres yang paling tinggi yang dialami oleh

mahasiswa di Eritrea Institute of Technology adalah stres ringan.

Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Dwina (2017) terhadap 188

mahasiswa profesi kedokteran di Universitas Andalas. Hasil penelitian ini

menunjukkan mahasiswa mengalami stres sedang yaitu 91 mahasiswa (48,4%),

stres berat 76 mahasiswa (40,4%), kemudian stres ringan 21 mahasiswa (11,2%),

sedangkan tingkat stres sangat berat secara umum tidak ada mahasiswa yang

mengalaminya. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat stres paling tinggi yang

dialami mahasiswa dalam penelitian tersebut adalah tingkat sedang.

Lalu, ketiga adalah penelitian yang dilakukan oleh Paususeke (2015)

terhadap 83 mahasiswa Fakultas Ilmu Keperawatan UNSRAT Manado. Hasil

penelitian ini menunjukkan mahasiswa mengalami stres sedang sebanyak 47

mahasiswa (56,6%), stres ringan 27 mahasiswa (32,5%), dan stres berat 9

mahasiswa (10,8%). Dalam penelitian tersebut, tingkat stres yang paling tinggi

adalah stres sedang.


4

Dan keempat, penelitian yang dilakukan oleh Nugrahati (2018) terhadap

63 mahasiswa di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Indramayu hasil

menunjukkan mahasiswa mengalami stres berat sebanyak 28 mahasiswa (44.4%),

25 orang (39,4%) mengalami stres sedang dan 10 orang (15,9%) mengalami stres

ringan. Maka didapatkan simpulan dari penelitian tersebut bahwa mahasiswa yang

mengalami stres dalam menyusun skripsi yang paling tinggi pada tingkat stres

berat.

Stres yang dialami oleh mahasiswa ini tidak hanya menimbulkan dampak

negative, tetapi juga menimbulkan dampak positif. Adanya perbedaan dampak

stres ini terjadi karena berbedanya karateristik dari masing-masing mahasiswa

(Ismanda, dkk 2013). Perbedaan karakteristik ini menentukan respon mahasiswa

terhadap stimulus yang menjadi sumber stres. Maka akan ada respon yang

berbeda dari setiap mahasiswa, meski memiliki sumber stres yang sama

(Gunawati, 2010).

Dampak negatif stres yang dialami mahasiswa akan menimbulkan

permasalahan-permasalahan di lingkungan mahasiswa. Fenomena mengenai stres

yang dialami oleh mashasiswa tingkat akhir dalam menyusun skripsi juga terjadi

di Universitas Padjadjaran. Fenomena tersebut mengakibatkan banyak mahasiswa

tingkat akhir tersebut menarik diri dari lingkungannya bahkan ada yang memilih

jalan bunuh diri, seperti beberapa informasi yang beredar di sekitar Jatinangor

beberapa waktu belakang.

Berdasarkan teori dan fenomena yang telah dijabarkan diatas, penulis

tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Gambaran Tingkat Stres


5

Mahasiswa Keperawatan Dalam Menyusun Skripsi di Universitas

Padjadjaran”

1.2 Rumusan Masalah

Mengacu dari latar belakang yang penulis sampaikan, rumusan masalah

yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah “Bagaimana gambaran tingkat

stres mahasiswa keperawatan dalam menyusun skripsi di Universitas Padjadjaran?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah diatas adalah

untuk mengidentifikasi tingkat stres mahasiswa keperawatan dalam menyusun

skripsi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini untuk memberikan gambaran tentang

tingkat stres mahasiswa keperawatan dalam menyusun skripsi di Universitas

Padjadjaran.

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa Tingkat Akhir

Penelitian ini dapat membantu mahasiswa untuk mendapatkan informasi

mengenai gambaran tingkat stres yang sedang dihadapi oleh setiap mahasiswa

dalam menyusun skripsi dan mengetahui gejala yang dirasakan oleh mahasiswa.

b. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan


6

Penulis berharap agar hasil penelitian ini dapat menjadi referensi

mengenai gambaran tingkat stres mahasiswa dalam menyusun skripsi dan dapat

memberikan solusi bagi mahasiswa yang mengalami stres dalam menyusun

skripsi.

1.5. Kerangka Pemikiran

Mahasiswa tingkat akhir merupakan salah satu yang berpeluang

mengalami stres karena mahasiswa memiliki kewajiban untuk menyusun skripsi

sebagai syarat untuk mendapatkan gelar sarjana. Skripsi merupakan salah satu

bukti kemampuan akademik mahasiswa sesuai dengan bidang studi yang dijalani.

Skripsi sampai saat ini masih menjadi kendala utama dalam menyelesaikan studi.

Ketika mahasiswa meiliki kewajiban dalam mengerjakan skripsi melebihi dari

kemampuan yang dimilikinya, maka mahasiswa rentan akan mengalami stres.

Begitu pun dengan mahasiswa tingkat akhir Fakultas Keperawatan Universitas

Padjadjaran. Mahasiswa juga harus menyelesaikan skripsi dengan tepat waktu.

Namun mahasiswa juga memiliki kewajiban lain dalam menyelesaikan mata

kuliah lainnya. Hal ini menyebabkan mahasiswa tidak fokus untuk mengerjakan

salah satunya, ditambah lagi dengan tantangan penyelesaian skripsi yang

membuat mahasiswa tersebut menjadi stres, seperti sulitnya bertemu dengan

dosen pembimbing dikarenakan waktu yang tidak cocok antara mahasiswa dan

dosen, kesulitan mahasiswa dalam mencari judul dan kesulitan mahasiswa dalam

mencari literatur.

Stres dapat terjadi oleh beberapa faktor yang mempengaruhi yaitu faktor

lingkungan, faktor kognitif, faktor kepribadian dan faktor sosial-budaya. Faktor


7

lingkungan adalah stres yang muncul pada mahasiswa dalam kehidupan sehari-

hari. Faktor kognitif adalah stres yang muncul tergantung dari mahasiswa

membuat penilaian secara kognitif pada suatu kejadian. Faktor kepribadian adalah

strategi dari mahasiswa dalam mengatasi masalah yang dipengaruhi oleh

kepribadian yang optimis dan pesimis. Faktor sosial-budaya adalah perubahan

kebudayaan antara dua kelompok budaya yang berbeda (Santrock, 2011).

Mahasiswa tingkat akhir yang mengalami stres dapat dilihat dari beberapa

gejala yang dikemukakan oleh Abdullah, N & Dan, S (2011) yaitu gejala fisik

dan psikis. Gejala fisik seperti merasa lelah atau kehilangan energi, darah tinggi,

sakit kepala, sering buang air kecil, jantung berdebar-debar, rasa mual, nafsu

makan hilang. Gejala psikis yang ditampilkan oleh mahasiswa yang stres seperti

mudah marah, depresi, cemas, merasa murung, mudah sedih, kurang bisa

berkonsentrasi, bersikap agresif, sikap pesimis, malas melakukan hal-hal positif.

Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Keperawatan Universitas Padjadjaran

yang mengalami stres memiliki gejala yang berbeda meskipun dengan masalah

yang sama. Gejala stres yang dialami akan mempengaruhi tingkat stres

mahasiswa. Tingkat stres tersebut menurut Lovibond & Lovibond (dalam

Fendina, 2018) berdasarkan skala pengukuran menggunakan Depression Anxiety

Stres Scale (DASS) diklasifikasikan menjadi lima tingkat yaitu normal apabila

gejala stres yang ada dalam DASS tidak pernah dialami dengan skor 0-7. Stres

ringan apabila gejala stres yang tercantum pada DASS jarang dialami dengan skor

8-9. Selanjutnya, stres sedang dengan gejala stres yang ada dalam DASS

terkadang dialami atau skor dengan rentang 10-12. Lalu, stres berat apabila gejala
8

stres yang ada dalam DASS dialami dengan kapasitas terkadang hingga sedang

dan memiliki skor 13-16. Terakhir, stres sangat berat apabila gejala stres yang ada

dalam DASS sering dialami oleh mahasiswa dengan skor (17+).


9

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Gambaran Tingkat Stres Mahasiswa


Keperawatan Dalam Menyusun Skripsi di Universitas Padjadjaran

Tingkat Stres
Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Stres 1. Tingkat normal (0-7)
Stres Mahasiswa Fakultas
1. Faktor lingkungan Keperawatan Universitas 2. Tingkat ringan (8-9)
2. Faktor kognitif Padjadjaran
3. Tingkat sedang (10-
1. Gejala Fisik 12)
3. Faktor
kepribadian 4. Tingkat berat (13-16)
2. Gejala Psikis
4. Faktor sosial- 5. Tingkat sangat berat
budaya (17+)

Keterangan :

: Tidak diteliti

: Diteliti

Sumber : Abdullah, N & Dan, S (2011) . Fernando Gomez (2012). Santrock


(2011)

Anda mungkin juga menyukai