Anda di halaman 1dari 6

Kasus Ancaman Militer “Serangan bom di tiga gereja Surabaya”

Pelaku bom bunuh diri 'perempuan yang membawa dua anak'

korban tewas terus


bertambah menjadi sembilan orang dan melukai 40 orang lainnya, kata pejabat kepolisian.

Pelaku bom bunuh diri di salah-satu gereja di Surabaya, Jawa Timur, Minggu (13/05),
diduga seorang ibu yang membawa dua anaknya, kata seorang pejabat polisi setempat.

"Ibu dan dua anaknya yang berupaya masuk ruang kebaktian ini sempat dihalau oleh seorang
sekuriti di pintu masuk GKI jalan Diponegoro, Surabaya, sebelum kemudian (ketiganya)
meledakkan diri di halaman gereja," kata Wakapolrestabes Surabaya, Ajun Komisaris Besar
Benny Pramono.

Keterangan kepolisian ini berdasarkan kesaksian seorang satuan pengaman (satpam) gereja
GKI di jalan Diponegoro, Surabaya. Ibu dan dua anak tersebut berupaya masuk ke ruang
kebaktian ini, sempat dihalau oleh seorang satpam di pintu masuk GKI Jalan Diponegoro
Surabaya, sebelum kemudian mereka meledakkan diri di halaman gereja.

"Sekuriti yang menghalaunya adalah salah satu korban yang terluka parah," ucap Benny kepada
wartawan.

Menurut Benny, perempuan dewasa dan dua anak tersebut tewas seketika di lokasi kejadian.
Belum diketahui hubungan antara perempuan dan dua bocah tersebut.

Korban tewas terus bertambah

Sampai sekitar pukul 13.00 WIB, jumlah korban tewas akibat ledakan tiga gereja di Surabaya
dan korban tewas terus bertambah menjadi sepuluh orang dan melukai 40 orang lainnya, kata
pejabat kepolisian.Hasil identifikasi sementara kepolisian, sekitar pukul 13.00 WIB,
menyebutkan, sepuluh orang tewas dan 40 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit terdekat
karena mengalami luka-luka.
INDONESIA
Menurut polisi, bom pertama meledak sekitar pukul 07.30 WIB di Gereja Katolik Santa Maria
Tak Bercela di Jalan Ngagel Madya Utara, Surabaya.Selang sekitar lima menit kemudian bom
kedua meledak di gereja Pantekosta di jalan Arjuno, dan tidak lama kemudian bom meledak di
gereja GKI di jalan Diponegoro, kata polisi.

Empat orang tewas akibat ledakan bom di depan Gereja Santa Maria, dua orang tewas di gereja
Pantekosta serta dua orang tewas lainnya di depan gereja GKI, ungkap Frans Barung.

Polisi masih melakukan identifikasi terhadap korban yang meninggal dunia, dan jubir Polda
Jatim belum dapat memastikan apakah pelaku termasuk korban yang tewas dalam serangan
bom ini. Frans Barung mengatakan, kepolisian akan menyampaikan perkembangan dari waktu
ke waktu setiap jam.

'Saya melihat pelaku perempuan..."

Seorang saksi mata di Gereja Katolik Santa Maria, Lia, mengatakan dirinya hendak menuju
gereja Santa Maria saat bom meledak.
"Sudah dekat di lokasi, sekitar 100 meter, ada kerumunan massa, dan terdengar teriakan
"Pulang! Pulang!" Saya sempat lihat prutulan (potongan) daging di sekitar lokasi. Takut, saya
putar balik ke rumah," ungkapnya kepada wartawan BBC, Jerome Wirawan.
Sementara saksi lainnya, seperti dilaporkan Detik.com, mengaku melihat seorang perempuan
membawa dua anaknnya yang dilihatnya "meledakkan dirinya di depan halaman" Gereja
Katolik Santa Maria di Jalan Ngagel Madya Utara Surabaya .

"Saya sempat melihat dua orang anak dan ibunya datang membawa dua tas," kata satpam,
Antonius kepada wartawan di lokasi, Minggu (13/05).

Awalnya, menurutnya, petugas menghadang perempuan dewasa tersebut di depan pagar


halaman gereja, tetapi ibu itu tetap mencoba masuk. "Tiba-tiba saja ibu itu memeluk petugas,"
ungkapnya.

"Tiba-tiba (bom) meledak," ungkap Antonius.Dimintai konfirmasi atas kesaksian ini, Jubir Polda
Jatim Kombes Frans Barung mengatakan pihaknya belum bisa memastikan karena polisi masih
dilakukan identifikasi terhadap delapan korban yang tewas.

ISIS di balik serangan bom tiga gereja?

Pengamat masalah terorisme dari Universitas Indonesia, Stanislaus Riyanta, mengatakan,


dilihat dari model dan karakteristik serangan bom di tiga gereja di Surabaya, ada indikasi kuat
pelakunya adalah kelompok militan yang menamakan diri Negara Islam atau dulu disebut ISIS.

"Sasaran aksi teror di Indonesia hanya dua, tempat ibadah dan Polisi. Ini gayanya ISIS dan harus
diwaspadai," kata Stanislaus Riyanta kepada BBC Indonesia, Minggu (13/05).

"Saya menduga ini tidak hanya berhenti di sini. Tantangan berat bagi Polri untuk menangani ini,
tapi saya yakin Polri mampu," tambahnya.

Menurutnya, kasus kerusuhan di rumah tahanan teroris di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok,
menjadi alarm bagi kebangkitan sel tidur teroris di Indonesia.

"Dan sekarang mereka sudah bangkit," kata Stanislaus.


Tanggapan mengenai kasus-kasus ancaman militer dan non-militer yang terjadi di
Indonesia:

1. Kasus pertama mengenai Ancaman Militer di Bidang Pertahanan dan Keamanan: Kasus
terorisme dalam segi ancaman militer dibidang pertahanan dan keamanan merupakan
segala bentuk usaha dan upaya guna mengancam, menghambat, serta mengganggu
kedaulatan segenap bangsa dan negara. Peran serta kita sebagai masyarakat dalam
mengatasi ancaman di bidang pertahanan dan keamanan negara sangat penting untuk
mengintergrasi kehidupan bangsa atau bingkai Bhineka Tunggal Ika. Untuk itu kita
perlu dalam meningkatkan pertahanan dan keamanan NKRI dengan cara menjalin
hubungan yang baik terhadap masyarakat yang lain, serta meningkatkan keamanan
dengan cara menumbuhkan rasa nasionalisme dan semangat juang yang tinggi untuk
mempertahankan dari ancaman yang menyerang pertahanan dan keamanan NKRI

Adapun cara kita sebagai warga negara untuk tetap menjaga pertahanan dan keamanan
NKRI sebagai berikut :

a .Menjaga kesatuan dan persatuan bangsa indonesia dengan cara menghormati


perbedaan yang ada dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat lainnya.
Untuk mencegah terjadinya perpecahan bangsa yang dapat berpengaruh bagi
kekokohan suatu negara.
b.Bersedia untuk menjaga keutuhan negara NKRI. Dengan begitu wilayah indonesia
memiliki sistem pertahanan yang kuat dan stabil dan tidak dapat dirobohkan oleh orang
yang tidak bertanggung jawab
c. Bersikap sopan dan ramah serta menjalin hubungan baik terhadap sesama warga
negara indonesia maupun dengan orang asing. Agar kedepannya tidak terjadi
peperangan yang dapat mengancam keamanan negara.

Kasus Ancaman Non-Militer “Kemenhan Sebut Tenaga Kerja Asing Ancaman Nonmiliter”

JAKARTA, KOMPAS. com - Tenaga Kerja Asing dinilai bisa jadi ancaman nonmiliter bagi negara.
Kehadiran mereka harus selalu diawasi.

"Kalau ini sudah tidak terkendali, sudah tidak ada kebijakan yang mengatur bagaimana aspek
ancaman terhadap pertahanan negara, ini bisa dijadikan ancaman baru dari sisi bukan militer,"
kata Kepala Sub Direktorat Bela Negara Direktorat Jenderal Potensi Pertahanan Kementerian
Pertahanan, Kolonel Infantri Sudi Prihatin, di Jakarta, Selasa (2/8/2016).

Dia menjadi pembicara pada Seminar Nasional "Efek Domino Serbuan Tenaga Kerja Asing". Sudi
mengatakan, jika dulu pemerintah Indonesia hanya menghadapi ancaman militer, sekarang
pemerintah menghadapi tantangan dalam pertahanan negara berupa ancaman nonmiliter.

"Namun, ancaman yang sekarang ini sudah masuk ranah ancaman non militer, salah satunya
adalah contoh adalah flu burung, masalah terorisme, dan sebagainya," ujarnya. Dia mengatakan
tenaga kerja asing yang masuk ke Indonesia tentunya harus didata dan diperiksa dengan baik
agar tidak menimbulkan ancaman pertahanan negara di kemudian hari. "Kedatangan tenaga
kerja asing yang banyak secara luar biasa, kita pasti ada kecurigaan dari sisi keamanan," kata
Prihatin.

Berdasarkan data Kemenko Polhukam, jumlah tenaga kerja asing di Indonesia pada tahun 2011
mencapai 77.307 orang. Jumlah ini sempat mengalami penurunan di tahun 2012 sampai 2014
yakni, 72.427, 68.957 dan 68.762 orang. Memasuki tahun 2015, kembali terjadi kenaikan
jumlah tenaga asing yang cukup signifikan yakni sebanyak 79.664 orang. Menurut data
pemerintah, 3 besar negara asal TKA adalah China sebanyak14 ribu-16 ribu orang, Jepang 10-12
ribu orang, dan Korea Selatan sebanyak 7-9 ribu orang.

Tanggapan mengenai kasus Ancaman Non-Militer di Bidang Ekonomi:


Kasus mengenai tenaga kerja asing di Indonesia dalam segi ancaman non-militer dibidang
ekonomi. Dengan datangnya tenaga kerja asing mengakibatkan kehidupan ekonomi bangsa kita
semakin merosot dan jatuh kebawah, karena banyak terdapat orang yang tidak memiliki
pekerjaan atau yang biasa disebut pengangguraan dikarenakan lapangan pekerjaannya diambil
oleh tenaga kerja asing tersebut. Serta banyak sekali warga dan masyarakatnya yang tidak
memiliki kecukupan ekonomi, tidak punya lahan rumah yang tergolong masyarakat miskin.

Kita bisa mencegah sejak dini untuk mengurangi tingkat kemiskinan di wilayah Indonesia dan
meningkatkan tingkat kesejahteraan dengan cara:

1. Memberikan lowongan dan lapangan pekerjaan ke warga dan masyarakat yang masih
nganggur. Tujuannya untuk mencapai indikator keberhasilan berupa memberikan
pekerjaan kepada mereka yang membutuhkan. Serta mengurangi tingkat kemiskinan
karena tidak memiliki pekerjaan.
2. Membuat produk sendiri yang lebih berkualitas dan lebih baik daripada produk asik.
Supaya nanti produk buatan indonesia mampu bersaing dengan produk asing.
3. Memberikan pendidikan yang layak untuk generasi penerus bangsa, serta
menumbuhkan kesadaran akan pendidikan dan ajaran positif di sekolah agar mencetak
sumber daya manusia yang berkualitas.
4. Membayar pajak tepat waktu, untuk mengurangi ketimpangan ekonomi suatu negara.

Nama : Viona Winda Octavia


Kelas : X MIPA 2

Nomor : 34

Anda mungkin juga menyukai