a. Pengertian Kelajuan
Sebuah mobil bergerak dari Serang ke Tangerang dalam waktu 1 jam dan
menempuh jarak 65 km sehingga diperoleh kelajuan mobil tersebut adalah 65 km/jam.
Bandingkan dengan sebuah pesawat yang meninggalkan Bandara Husein Sastranegara di
Bandung dengan kecepatan 250 km/jam ke arah Timur menuju Semarang. Mobil
dikatakan mempunyai kelajuan karena tidak memperhatikan arah gerak mobil sedangkan
pesawat dikatakan mempunyai kecepatan karena pesawat bergerak pada arah tertentu,
yaitu ke arah Timur.
Maka dapat disimpulkan bahwa kelajuan (speed) merupakan besaran besaran
yang hanya memiliki besar tanpa memperhatikan arah gerak benda, atau merupakan
besaran skalar. Berbeda dengan Kecepatan (velocity) yang merupakan besaran vektor,
yaitu besaran yang memperhitungkan arah geraknya.
Dengan kata lain, kelajuan suatu benda hanya ditentukan oleh jarak tempuh
benda dan selang waktu yang dibutuhkan untuk menempuh jarak tersebut tanpa
memperhatikan arah perpindahannya.
Persamaan yang bisa diambil:
jarak
kelajuan =
waktu
Sementara itu, kecepatan tergantung pada arah benda yang bergerak.. Kecepatan
didefinisikan sebagai perbandingan perpindahan benda dengan waktu tempuh.
Persamaan yang dapat diambil:
perpindahan
kecepatan =
waktu
1. Kelajuan Rata-Rata
Kelajuan rata-rata diperoleh dari jarak yang ditempuh benda dibagi
dengan waktu tempuhnya. Secara matematis, kelajuan rata-rata dapat dituliskan
dalam persamaan
s
v=
t
dengan:
v = kelajuan rata−rata (ms−1)
s = jarak tempuh meter
(meter)
t = waktu tempuh sekon
(sekon)
2. Kelajuan Sesaat
Pada saat kendaraan bermotor bergerak, pernahkah kita melihat
spedometer pada kendaraan itu? Selama perjalanan spedometer yang berfungsi
dengan baik akan menunjukan angkaangka yang berbeda pada saat yang berbeda.
Spedometer ialah alat yang menunjukan kelajuan kendaraan. Namun kelajuan
apakah yang ditunjukan alat tersebut?
ΔS
mendekati suatu nilai tertentu. Pada saat selang waktu ∆t mendekati nol, harga
Δt
disebut kelajuan sesaat v di titik A. Besarnya kelajuan sesaat dapat ditulis:
ΔS
ν= , untuk Δt mendekati nol
Δt
Jadi, untuk menghitung kelajuan sesaat sebuah kendaraan pada suatu saat tertentu, kita perlu
mengukur jarak tempuh pada selang waktu yang sangat pendek. Misalnya selang waktu 1/100
sekon atau bahkan jika memungkinkan digunakan selang waktu yang sangat kecil sehingga
mendekati nol. Mengukur jarak tempuh dalam waktu yang sangat singkat tentulah sangat
sulit. Namun di laboratorium hal ini dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut
pewaktu ketik (ticker timer).
Artinya sebuah benda yang sedang bergerak, tidak akan berubah kecepatannya kecuali
ada resultan gaya yang tidak nol bekerja padanya.
Hukum II Newton
Hukum kedua menyatakan bahwa total gaya pada sebuah partikel sama
dengan banyaknya perubahan momentum linier p terhadap waktu:
dp d (mv)
F= =
dt dt
artinya gaya dan kecepatan berbanding lurus, untuk mendapatkan gaya yang besar kita
perlu memberikan kecepatan yang besar pula.
b. Jenis-jenis Kecepatan
1. Kecepatan konstan: adalah kecepatan sebuah benda bergerak dengan
perpindahan yang sama pada waktu yang sama.
2. Kecepatan sesaat: Dapat didefinisikan sebagai kecepatan pada saat tertentu atau
kecepatan konstan selama periode waktu yang sangat singkat.
3. Kecepatan rata-rata: Ini didefinisikan sebagai total jarak yang ditempuh selama
suatu waktu.
b. Rumus Percepatan
Dalam artikel tentang kelajuan dan kecepatan, kedua besaran tersebut
mempunyai dua jenis yaitu kelajuan atau kecepatan rata-rata dan sesaat dimana setiap
besaran memiliki rumus yang berbeda. Begitupun dengan percepatan. Rumus untuk
percepatan rata-rata dengan percepatan sesaat juga berbeda.
1. Rumus Percepatan Rata-Rata
Berdasarkan definisi percepatan rata-rata di atas, maka secara matematis
percepatan rata-rata dapat dituliskan dalam persamaan sebagai berikut:
∆V
á=
∆t
Keterangan :
á = Percepatan rata-rata (m/ s2)
∆ V = Perubahan kecepatan (m/s)
∆ t = Selang waktu (s)
Jika suatu benda yang bergerak mengalami perubahan kecepatan dalam selang
waktu t1, t2, dan t3 maka rumus percepatan rata-rata dapat ditulis sebagai berikut:
v 2−v 1 v −v
á = =¿ 3 2
t 2−t 1 t 3−t 2
Keterangan :
á = Percepatan rata-rata (m/ s2)
v1 = Kecepatan pada t 1(m/s)
v2 = Kecepatan pada t 2(m/s)
v3 = Kecepatan pada t 3(m/s)
c. Grafik Percepatan
Sama halnya dengan kelajuan dan kecepatan, pada besaran percepatan juga
terdapat beberapa jenis grafik gerak suatu benda, yaitu sebagai berikut:
1. Grafik hubungan jarak terhadap waktu (grafik s-t)
E. Hukum Newton
Hukum Newton adalah hukum yang menggambarkan hubungan antara gaya yang
bekerja pada suatu benda dan gerak yang disebabkannya. Hukum gerak ini merupakan dasar
mekanika klasik yang dijabarkan dalam tiga Hukum Fisika.
Sesuai namanya, hukum Newton pertama kali dikemukakan oleh Sir Isaac Newton
(1643 – 1722), seorang ahli fisika, matematika, dan filsafat asal Inggris. Kala itu, ia
menerbitkan sebuah karya berjudul Philosophiæ Naturalis Principia Mathematica, yang
kemudian digunakan untuk menjelaskan dan meneliti gerak dari bermacam-macam benda
fisik maupun sistem.
Suatu benda yang bergerak tidak bisa dijelaskan dengan logika, tetapi jika
menggunakan hukum ini dapat dihitung berapa kecepatan serta jaraknya. Hal yang sama
berlaku ketika benda jatuh dari atas ke bawah, atau benda berpindah dari suatu titik ke titik
lain.
a. Hukum Newton I
“Jika resultan gaya yang bekerja pada benda sama dengan nol, maka benda
yang awalnya diam akan tetap diam. Benda yang awalnya bergerak lurus beraturan
akan tetap lurus beraturan dengan kecepatan tetap.”
Berdasarkan hukum ini, kamu dapat memahami bahwa suatu benda
cenderung mempertahankan keadaannya. Benda yang diam akan cenderung untuk
tetap diam dan benda yang bergerak akan cenderung untuk tetap bergerak. Oleh
karena itu, Hukum Newton I juga disebut sebagai hukum kelembaman atau hukum
inersia (dideskripsikan oleh Galileo).
Galileo penemuannya mengenai hukum kelembaman (inersia). Sebelumnya,
orang percaya bahwa benda bergerak dengan sendirinya cenderung menjadi makin
pelan dan sepenuhnya berhenti kalau saja tidak ada tenaga yang menambah kekuatan
agar terus bergerak. Tetapi percobaan-percobaan Galileo membuktikan bahwa
anggapan itu keliru. Bilamana kekuatan melambat seperti misalnya pergeseran, dapat
dihilangkan, benda bergerak cenderung tetap bergerak tanpa batas. Meskipun
penjelasan di atas belum dapat mendefinisikan secara tepat tentang konsep inersia
pada suatu benda, namun keterangan Galileo ini merupakan prinsip mendasar sebelum
akhirnya diringkas oleh Descartes dan akhirnya diproklamasikan oleh Newton sebagai
Hukum Newton I.
Penemuan Galileo lainnya adalah analisisnya pada masalah gerak peluru. Dia
juga memperlihatkan bagaimana komponen-komponen horisontal dan vertikal dari
gerak peluru bergabung menghasilkan lintasan parabolik. Di samping itu, dia
menganggap bahwa sebuah benda yang menggelinding ke bawah pada suatu bidang
miring adalah dipercepat seragam yaitu, kecepatannya bertambah dengan besar yang
sama dalam tiap interval waktu yang kecil. Dia kemudian menunjukkan bahwa
asumsi ini dapat diuji dengan mengukur jarak yang dilalui, dari pada mencoba
mengukur kecepatan secara langsung.Konsep yang terakhir ini mendasari lahirnya
Hukum Newton II.
b. “Hukum Alam” Descartes
Sebagai ilmuwan yang terlahir di masa Renaisans Eropa, Rene Descartes
(1596–1650) merupakan orang yang beruntung karena sudah banyak ilmu
pengetahuan yang telah dirumuskan dan dibukukan. Selain itu, dia berasal dari
keluarga yang sangat berkecukupan dan memperhatikan pendidikannya, maka tak
mengherankan jika dengan kegigihannya yang luar biasa dia dapat berada di jajaran
ilmuwan besar pada masa Renaisans Eropa, tepatnya pada masa awal perkembangan
Sains.
Meskipun dia lebih berkontribusi besar pada matematika, namun konsep
sederhananya tentang gerak benda harus diakui sebagai kontribusi yang besar dalam
pembangunan fisika klasik. Dengan ketajaman analisis matematikanya, maka dia
membuat penelitian tentang gerak benda dengan menghasilkan beberapa pernyataan
penting berikut:
1. Bila dua benda memiliki massa dan kecepatan yang sama sebelum terjadinya
benturan, maka keduanya akan terpantul karena tumbukkan, dan akan
mendapatkan kecepatan yang sama dengan sebelumnya.
2. Bila dua benda memiliki massa yang sama, maka karena tumbukkan tersebut,
benda yang memiliki massa yang lebih kecil akan terpantul dan menghasilkan
kecepatan yang sama dengan yang memiliki massa yang lebih besar. Sementara,
kecepatan dari benda yang bermassa lebih besar tidak akan berubah.
Descartes telah memunculkan hukum ini berdasarkan pada perhitungan
simetris dan suatu gagasan bahwa sesuatu harus ditinjau dari proses tumbukkan.
Sayangnya, gagasan Descartes memiliki kekurangan yang sama dengan gagasan
Aristoteles yaitu masalah diskontinuitas. Descartes menerima prinsip Galileo bahwa
benda-benda cenderung untuk bergerak dalam garis lurus, dia beranggapan bahwa
tidak pernah ada sembarang ruang di mana sebuah benda dapat bergerak. Secara tidak
langsung, hukum di atas menjadi dasar bagi lahirnya hukum III Newton.
Dalam referensi yang lain, Descartes mengemukakan hukum-hukum alam
yang berkaitan dengan gerak benda dalam bukunya “Principia Philosophiae” yang
diterbitkan tahun 1664, yaitu:
1. Setiap benda sejauh dengan kekuatannya sendiri akan selalu berada pada
kedudukannya. Jika ia bergerak maka ia akan terus bergerak.
2. Setiap gerak yang disebabkan oleh keadannya sendiri akan cenderung pada
lintasan yang lurus.
Kedua hukum di atas merupakan dasar yang nyata bagi terbentuknya Hukum
Newton I. Dengan demikian, sudah cukup bagi Newton yang saat itu baru dilahirkan
untuk kemudian belajar dan mendalami konsep-konsep yang telah diajukan dan
diperdebatkan oleh para ilmuwan sejak zaman dahulu. Dan akhirnya kita semua akan
mendapatkan kata-kata emas Newton terkait gerak yang tertuang dalam tiga hukum
dasar yang sederhana namun sangat panjang penjabarannya.
Contoh penerapan Hukum Newton I
1. Ketika kendaraan yang sedang bergerak berhenti secara tiba-tiba, maka
penumpang yang ada di dalamnya akan terdorong ke depan.
2. Ketika kendaraan yang sedang berhenti tiba-tiba bergerak, secara otomatis
penumpang yang ada di dalamnya akan terdorong ke belakang.
Rumus
c. Hukum Newton II
“Percepatan dari suatu benda akan sebanding dengan jumlah gaya (resultan
gaya) yang bekerja pada benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massanya.”
Pada kenyataannya semua obyek yang kita lihat dipengaruhi oleh kekuatan
luar. Persoalan yang paling penting dalam hal ini adalah bagaimana obyek bergerak
dalam keadaan itu.
Masalah ini dipecahkan oleh Newton dan hukum tentang ini dapat dianggap
sebagai hukum fisika klasik yang paling utama. Hukum kedua menetapkan bahwa
percepatan obyek adalah sama dengan gaya netto dibagi massa benda. Hukum kedua
Newton memiliki bentuk sama seperti hukum dinamika Aristoteles, vk =F/R, dengan
dua perbedaan penting. Yang satu adalah bahwa gaya menghasilkan percepatan dari
pada kecepatan, sehingga dalam ketidakhadiran gaya, kecepatan tetap konstan (hukum
pertama). Perbedaan yang lain adalah bahwa hambatan terhadap gerak adalah
disebabkan oleh massa benda itu sendiri, terhadap medium di mana ia bergerak[
Dalam bahasa ilmiah sekarang, hukum yang dikemukakan Newton diatas
dituliskan oleh Serway “when viewed from an inertial reference frame, the
acceleration of an object is directly proportional to the net force acting on it and
inversely proportional to its mass]. (ketika dipandang dari sebuah kerangka acuan
diam, percepatan sebuah benda berbanding lurus terhadap gaya yang bekerja pada
benda tersebut dan berbanding terbalik dengan massa benda tersebut).
Contoh penerapan hukum Newton II
1. Mobil Truk yang membawa Massa (Benda) sedikit maka bisa mendapatkan
percepatan yang lebih besar, daripada Mobil Truk yang membawa Muatan sangat
banyak.
2. Mengiring bola pada permukaan datar.
Rumus
Dimana F adalah gaya total yang bekerja pada benda (N); m merupakan massa benda
(kg); dan a adalah percepatan benda (m/s2).
d. Hukum Newton III
“Ketika suatu benda memberikan gaya pada benda kedua, benda kedua
tersebut memberikan gaya yang sama besar tetapi berlawanan arah terhadap benda
pertama.”
Terhadap kedua hukum itu Newton menambah hukum ketiganya yang
masyhur tentang gerak. Dia menegaskan bahwa pada tiap aksi, misalnya kekuatan
fisik, terdapat reaksi yang sama dengan yang bertentangan. Dalam notasi matematika
dituliskan , artinya gaya yang dikerjakan oleh benda 1 terhadap benda 2 besarnya
sama dengan gaya yang dikerjakan oleh benda 2 terhadap benda 1 dengan arah yang
berlawanan. Aplikasi hukum ini di kemudian hari adalah untuk pembuatan roket dan
pesawat bermesin jet.
Selain ketiga hukum fundamental tersebut, berikut ada bebarapa karya
Newton yang penting berkaitan tentang gerak benda. Dia membuat definisi berbeda
antara massa dan berat. Massa adalah sifat intrinsik suatu benda yang menentukan
tingkat resistansinya terhadap percepatan, sedangkan berat adalah sesungguhnya
suatu gaya, yaitu gaya berat yang bekerja pada sebuah benda. Jadi berat W sebuah
benda adalah , di mana adalah percepatan yang disebabkan gravitasi. Keempat
perangkat hukum ini, jika digabungkan, akan membentuk suatu kesatuan sistem yang
berlaku buat seluruh makro sistem mekanika, mulai dari ayunan pendulum hingga
gerak planet-planet dalam orbitnya mengelilingi matahari. Newton tidak cuma
menetapkan hukum-hukum mekanika, tetapi dia sendiri juga menggunakan alat
kalkulus matematik, dan menunjukkan bahwa rumus-rumus fundamental ini dapat
dipergunakan bagi pemecahan masalah fisika.
Selanjutnya Newton dapat merumuskan “Hukum Gravitasi”, sebuah hukum
yang diakui kebagusannya oleh para ilmuwan sehingga mendudukkannya pada jajaran
ilmuwan nomor wahid di dunia. Pada penemuan ini, Newton menggunakan dengan
baik penemuan penting sebelumnya tentang pergerakan angkasa yang dibuat oleh
Kepler dan yang lainnya. Gerak sebuah planet mengelilingi matahari adalah suatu
kombinasi gerak garis lurus yang ia harus miliki jika tak ada gaya yang bekerja
kepadanya dan percepatannya karena gaya gravitasi matahari.
Contoh penerapan hukum Newton III
1. Saat kita menekan Hidung, maka hidung juga menekan tangan kita dengan
mendatangkan rasa sakit. Semakin keras kita menekannya, semakin besar sakit
yang kita rasakan.
2. Saat tangan kita memukul meja, maka meja tersebut akan memberikan gaya
kembali kepada tangan kita dengan besar yang sama dan berlawanan arah dengan
arah gaya yang kita berikan. Semakin keras kita memukul meja, maka semakin
sakit juga tangan kita.
Rumus