Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN

KLASIFIKASI BINTANG MELALUI KELAS SPEKTRUM


MEGGUNAKAN HUKUM PERGESERAN WIEN BERBANTU APLIKASI
LOGER PRO 3

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Astronomi dan Astrofisika
dengan dosen pengampu Dr. Judhistira Aria Utama, M.Si.

Oleh:
Muhammad Rifqi Yudi Hidayat
NIM. 1908337

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Astronomi dan astrofisika adalah dua cabang ilmu yang memberikan
pemahaman mendalam tentang alam semesta yang luas ini. Astronomi berkaitan
dengan pengamatan dan studi tentang benda-benda langit seperti bintang, bintang,
galaksi, dan fenomena alam semesta lainnya. Di sisi lain, astrofisika lebih
menekankan pada pemahaman ilmiah tentang sifat fisika benda-benda langit
tersebut, seperti komposisi, massa, suhu, dan evolusinya. Kedua bidang ini saling
melengkapi, membantu kita memahami asal-usul alam semesta, struktur galaksi,
dan peran bintang dan bintang dalam kerja sama besar Tata Surya.
Astronomi adalah cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari objek-objek
langit seperti bintang, bintang, galaksi, dan fenomena alam semesta lainnya.
Pentingnya astronomi tidak dapat diabaikan karena memberikan pemahaman
mendalam tentang alam semesta yang luas ini. Dengan astronomi, kita dapat
menjawab pertanyaan mendasar tentang asal usul, struktur, dan evolusi alam
semesta. Informasi yang ditemukan dalam bidang ini membantu kita memahami
tempat kita dalam kosmos dan dampaknya terhadap kehidupan di Bumi.
Astrofisika adalah cabang astronomi yang mempelajari sifat fisik objek
langit menggunakan prinsip-prinsip fisika. Dalam astrofisika, kita memahami
fenomena-fenomena alam semesta seperti gravitasi, elektromagnetisme, dan
relativitas untuk menjelaskan perilaku bintang, galaksi, dan objek langit lainnya.
Ini memungkinkan kita untuk memahami sifat-sifat fisik bintang, termasuk suhu,
ukuran, usia, dan komposisi kimianya.
Dalam penelitian astronomi dan astrofisika, spektrum cahaya bintang
menjadi alat yang sangat penting. Spektrum cahaya bintang adalah gambaran
visual dari cahaya yang dipancarkan atau diserap oleh sebuah objek ketika cahaya
tersebut melewati suatu medium. Ketika cahaya bintang dianalisis, ia terurai
menjadi serangkaian garis spektrum yang mengungkapkan informasi penting
tentang sifat fisik dan kimia bintang tersebut. Salah satu konsep penting dalam
analisis spektrum cahaya bintang adalah hukum pergeseran Wien, yang
memberikan hubungan antara suhu bintang dan panjang gelombang maksimum
radiasi yang dipancarkannya.
1.2. Tujuan
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka tujuan dari penelitian ini adalah
melakukan penghitungan suhu suatu bintang dari data panjang gelombangnya
untuk menentukan karakteristik dan kelas spektrum bintang tersebut.
1.3. Pembatasan Masalah
Pembahasan dalam laporan ini hanya membahas klasifikasi bintang melalui
kelas spektrum menggunakan hukum pergeseran Wien berbantu aplikasi logger
pro.
1.4. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikemukakan dalam laporan ini diperolah dari hasil analisis data
menggunakan aplikasi LoggerPro dan Microsoft Excel dan rujukan yang disajikan
diambil dari jurnal-jurnal relevan yang terkait.
1.5. Sistematika Penulisan
Makalah ini tersusun secara umum mencakup tiga bab dengan urutan sebagai
berikut: 1) BAB I, merupakan pendahuluan yang menjelaskan latar belakang,
tujuan, pembatasan masalah, metode pengumpulan data, dan sistematika
penulisan. 2) BAB II, merupakan pembahasan masalah bersumber pada data yang
diperoleh. 3) BAB III, merupakan penutup memuat simpulan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Garis kontinu, garis emisi, dan garis serapan


Pavia et al, (2012) mengemukakan bahwa spektroskopi adalah studi tentang
menganalisis "jenis-jenis" cahaya yang kita lihat dari suatu objek karena
kandungan unsur didalamnya dengan melakukan pengukuran dari jumlah setiap
warna cahaya (atau lebih spesifik lagi, jumlah setiap panjang gelombang cahaya).
Spektroskopi merupakan metode yang sangat kuat dalam astronomi. Sebagian
besar dari apa yang kita ketahui dalam astronomi adalah hasil dari spektroskopi
seperti bagaimana suhu, kecepatan, dan komposisi suatu objek bintang serta
digunakan untuk menyimpulkan massa, jarak, dan banyak informasi lainnya
(Yuliana dkk. 2019). Spektroskopi dilakukan pada semua panjang gelombang dari
spektrum elektromagnetik, mulai dari gelombang radio hingga sinar gamma; tapi
di sini kita akan fokus pada cahaya optik.
Spektrum suatu bintang terbagi menjadi tiga kategori garis yaitu garis
kontinu, garis emisi, dan garis absorpsi karena kaidahnya sama dengan metode
spektrofotometri serapan Atom (AAS) adalah suatu metode analisis yang
didasarkan pada proses penyerapan energi radiasi oleh atom-atom yang berada
pada tingkat energi dasar (Nasri, 2020). Penyerapan tersebut menyebabkan ter
eksitasinya elektron. Spektrum kontinu mencakup semua panjang gelombang
cahaya atau menunjukkan semua warna pelangi yang diproduksi oleh objek yang
padat yang panas, baik gas padat, cair atau padat (Hookway et al). Spektrum garis
emisi terdiri dari cahaya hanya pada beberapa panjang gelombang pada beberapa
warna diskrit dimana spektrum garis emisi adalah jenis spektrum yang terdiri dari
cahaya pada hanya beberapa panjang gelombang, yaitu, hanya pada beberapa
warna diskrit (Marschall, 1988). Menurut Idris (2022) mengemukakan bahwa
garis emisi terbentuk ketika gas panas dan langka (densitas rendah) memancarkan
cahaya pada panjang gelombang tertentu. Dalam spektrum ini, garis-garis terang
atau "garis emisi" terlihat pada posisi panjang gelombang yang spesifik (Idris,
2022). Menurut Suryadharma (unk) bahwa setiap garis emisi ini sesuai dengan
transisi atom dalam gas tersebut, saat elektron di atom melompat dari level energi
yang lebih tinggi ke level energi yang lebih rendah, melepaskan energi dalam
bentuk cahaya. Spektrum garis emisi memberikan informasi tentang komposisi
kimia dari gas tersebut, karena panjang gelombang garis emisi bergantung pada
jenis atom atau molekul yang terlibat dalam transisi energi tersebut (Nazar, 2018).
Garis absorpsi adalah jenis spektrum yang terbentuk ketika cahaya pada panjang
gelombang tertentu diserap oleh gas yang dingin yang berada di antara sumber
cahaya dan pengamat (Sani, 2018). Dalam spektrum ini, terlihat garis-garis gelap
atau "garis absorpsi" pada posisi panjang gelombang yang spesifik, yang
menunjukkan panjang gelombang di mana cahaya telah diserap oleh gas tersebut
(Hookway et al). Garis-garis ini muncul sebagai "lubang" dalam spektrum
kontinu, yang dihasilkan oleh sumber cahaya yang panas (Howell et al, 2013).
Garis absorpsi memberikan informasi tentang jenis dan komposisi gas yang
menyerap cahaya, karena panjang gelombang garis absorpsi bergantung pada jenis
atom atau molekul dalam gas tersebut.
Sekali lagi kebalikan dari garis emisi, garis absorpsi diproduksi oleh gas
yang dingin. Secara alami harus ada beberapa cahaya untuk dikurangkan, jadi
garis absorpsi hanya dapat dilihat ketika ditimpa pada spektrum kontinu. Jadi,
untuk melihat garis absorpsi, gas dingin harus berada di antara pengamat dan
sumber panas. Gas dingin menyerap cahaya dari sumber panas sebelum mencapai
pengamat.
Menurut Travis (unk) Ketika gas suatu unsur menyerap panjang gelombang
cahaya yang sama dengan yang dipancarkan. Garis emisi dan absorpsi dinamai
sesuai dengan unsur yang bertanggung jawab atas garis tersebut (gas yang berbeda
menghasilkan garis yang berbeda) dan keadaan ionisasi gas tersebut. Jika gas
dipanaskan cukup panas, atomnya akan mulai kehilangan elektronnya, baik
dengan menyerap foton (partikel cahaya) atau oleh tumbukan dengan partikel lain.
Ketika sebuah atom kehilangan satu atau lebih elektronnya itu terionisasi.
Kehilangan elektron mengubah panjang gelombang dari garis emisi dan absorpsi
yang dihasilkan oleh atom, oleh karena itu penting untuk mengetahui keadaan
ionisasinya.
Angka Romawi pada tabel unsur menunjukkan keadaan ionisasi, di mana
angka yang lebih tinggi menunjukkan keadaan ionisasi yang lebih tinggi;
misalnya, "Na I" adalah Natrium netral (tidak terionisasi), "Ca II" adalah Kalsium
satu kali terionisasi, dll. Secara umum, gas yang lebih panas lebih banyak
terionisasi. Beberapa garis umum memiliki nama khusus untuk alasan sejarah.
Karena Hidrogen jauh lebih umum dalam Alam Semesta, banyak garisnya diberi
nama khusus; misalnya, "Ly α" adalah garis ultraviolet yang sangat kuat yang
dihasilkan oleh hidrogen netral (H I); itu adalah bagian dari seri Lyman garis
Hidrogen ("Hα", "Hβ", "Hγ", dll). Yang dikategorikan sebagai seri Balmer.
2.2. Analisis menggunakan LoggerPro 3
Analisis dilakukan dengan mencocokkan nilai panjang gelombang pada garis
serapan yang terdeteksi. Cara mengetahui garis serapannya adalah dengan
membuat garis kontinu menggunakan fungsi Planck sebagai garis patokan yang
menunjukkan batas garis emisi dan garis serapan pada gelombang yang dianalisis.

Seperti yang ditunjukkan pada gelombang dari bintang 41 Cygnus, dapat


dilihat bahwa garis kontinu bahwa semua garis tajam ke bawah yang menyimpang
dari garis kontinu dinyatakan sebagai garis serapan dari bintang tersebut. Untuk
menentukan unsur apa yang mengakibatkan garis serapan tersebut maka kita dapat
menganalisis panjang gelombangnya pada titi serapan paling ujung dengan
menganalisis semua garis serapan yang ada.
Kemudian didapat bahwa pada garis serapan pertama panjang gelombangnya
adalah 3935 Å dimana ini adalah garis spektrum logam dengan unsur logam Ca II.
Untuk garis serapan yang lain ditunjukkan oleh gambar di bawah ini.

Karena garis serapan yang paling banyak di dekat puncak gelombang atau
puncak garis kontinu (juga menyatakan sebagai puncak fluks atau energi tertinggi
yang dihasilkan bintang 41 Cygnus) adalah dominasi unsur Hidrogen (
H δ , H γ , H β ) dimana merupakan garis spektrum Barmer. Kemudian kita akan
mengklasifikasikan kelas bintang tersebut berdasarkan spektrumnya dengan cara
mencari tahu perkiraan nilai suhunya dengan menggunakan persamaan Wien:
7
2.897 ×10 KÅ
T=
λmax
Puncak gelombang garis kontinu merupakan batas puncak gelombang tertinggi
yang bisa digunakan untuk memperkirakan suhu bintang tersebut, maka kita harus
menganalisis dipanjang gelombang berapa puncak garis kontinu tersebut sebagai
berikut.

Didapatkan bahwa puncak garis kontinu berapa pada panjang gelombang 4369 Å
kemudian kita akan mencoba menghitung suhu menggunakan persamaan Wien
dengan bantuan Microsoft Excel dan mengklasifikasikan bintang tersebut ke
dalam kelas spektrumnya.

Maka bisa kita perkirakan bahwa bintang 41 Cygnus merupakan bintang pada
kelas spektrum F 5 dengan suhu permukaan ± 6630 Kelvin dengan unsur
pembentuk adalah Hidrogen (H).
Percobaan pada bintang 52 Cygnus:

Ca II Ca II
Ca II Ca II Ca II Ca II
Ca II Ca II
Ca II

Ca II

Ca II
1.

2.

3.
4.

5.

6.
7.

8.

9.
10.

11.
Berikut hasil analisis yang disajikan dalam bentuk tabel:
Serapa
Panjang gelombang Unsur
n
1 3830, 3862, 3935, 3969 H9, H8, Ca II, Ca II
4144, 4154, 4174, 4200, 4227, 4273, Fe, Fe, Fe, CN, Ca I, C II,
2
4305, 4383 He I
3 4861 Hβ
4 5168 Mg I
5 5268, 5407, 5431 Mg I, He II, Hg
6 5592, 5658, 5707, 5785 O V, C 2, C III, Hg
7 5892 Na I
8 6136, 6282 C 2, Te
9 6279, 6562 Te, Hα
10 6869 Te
11 7186 Te
Puncak garis kontinum berada pada urutan garis serapan 3 – 9 dimana unsur yang
mendominasi adalah unsur metal diantaranya Mg I , Hg, C III, O V, Na I. Sekrang
kita akan mencoba menghitung suhu pada bintang 52 Cygnus. Dengan mencari
terlebih dahulu puncak garis kontinu berada pada panjang gelombang berapa.

Dapat kita lihat bahwa panjang gelombang puncak kontinu adalah 5582 Å .
Selanjutnya kita akan menghitung suhu menggunakan persamaan Wien dengan
bantuan Microsoft Excel sebagai berikut.

Maka bisa kita perkirakan bahwa bintang 52 Cygnus merupakan bintang pada
kelas spektrum G8 dengan suhu permukaan ± 5189 Kelvin dengan unsur
pembentuk adalah logam ( Mg I , Hg, C III, O V, Na I).
BAB III
SIMPULAN

3.1. Simpulan
Kesimpulan yang didapatkan adalah bahwa upaya menghitung perkiraan
suhu bisa sangat dilakukan jika ada data panjang gelombang dengan garis serapan
yang jelas. Karena terkadang ada kalanya nilai panjang gelombang unsur yang
satu dengan lainnya memiliki persamaan yang cukup dekat. Jadi pertimbangan
peneliti penting dalam memilih unsur mana yang akan dikategorikan kedalam
panjang gelombang tersebut. Tidak jarang ada juga panjang gelombang yang tidak
mendekati nilai panjang gelombang unsur mana pun.
Namun bagaimanapun manusia hanya harus mencoba dan berusaha dan
kesalahan bisa saja terjadi karena faktor -faktor tertentu yang bisa saja disengaja
maupun tidak. Alat bantu seperti LoggerPro 3 dan Microsoft Excel bisa sangat
membantu untuk mengambil keputusan dengan memperkecil tingkat kesalahan
perhitungan yang bisa saja terjadi lebih menyimpang tanpa alat bantu tersebut.
.
3.2.
DAFTAR PUSTAKA

Hookway, E., Hookway, E., & Hi, C. The Message of Starlight: Stellar Spectroscopy. The
RBSE JOURNAL.
Howell, S. B., Rector, T. A., & Walter, D. (2013). Optical Spectroscopy at Deep Light.
Idris, N. (2022). Spektroskopi Plasma Laser: Prinsip dan Aplikasi. Syiah Kuala
University Press.
Marschall, L. A. (1988). Messages in Starlight. In The Supernova Story (pp. 19-39).
Boston, MA: Springer US.
Nasir, M. (2020). Spektrometri Serapan Atom. Syiah Kuala University Press.
Nazar, M. (2018). Spektroskopi molekul. Syiah Kuala University Press.
Pavia, D. L., Lampman, G. M., Kriz, G. S., & Vyvyan, J. R. (2012). Introduction to
spectroscopy 4th edition. Cram 101 Learning system.
Sani, R. A. (2016). Persiapan Olimpiade Astronomi. Tirasmart.
Suryadharma, I. B. Simetri Molekul, Dasar-dasar Spektroskopi, dan Mekanika Kuantum.
Yuliana, F., Zulkarnain, Z., & Malasan, H. L. (2019). Penentuan komposisi kimiawi
atmosfer dan temperatur efektif pada bintang Vega (α Lyr) dengan menggunakan
metode spektroskopi absorpsi. Indonesian Physics Communication, 16(2), 96-102.
Lampiran 1: Tabel bantu kelas dan sub divisi bintang berdasarkan
spektrumnya
Kelas Bintang Sub divisi Rentang Suhu [Kelvin (K)]
O0 T > 57000
O1 54000<T ≤57000
O2 51000<T ≤54000
O3 48000 <T ≤ 51000
O4 45000 <T ≤ 48000
O
O5 42000 <T ≤ 45000
O6 39000<T ≤ 42000
O7 36000<T ≤39000
O8 33000<T ≤36000
O9 30000<T ≤33000
B0 28000<T ≤30000
B1 26000<T ≤28000
B2 24000<T ≤26000
B3 22000<T ≤24000
B4 20000<T ≤22000
B
B5 18000<T ≤20000
B6 16000<T ≤18000
B7 14000<T ≤16000
B8 12000<T ≤14000
B9 10000<T ≤12000
A A0 9750< T ≤10000
A1 9500< T ≤ 9750
A2 9250< T ≤ 9500
A3 9000< T ≤ 9250
A4 8750<T ≤ 9000
A5 8500<T ≤ 8750
A6 8250<T ≤ 8500
A7 8000<T ≤ 8250
A8 7750<T ≤8000
Kelas Bintang Sub divisi Rentang Suhu [Kelvin (K)]
A9 7500<T ≤7750
F0 7350<T ≤7500
F1 7200<T ≤7350
F2 7050<T ≤7200
F3 6900<T ≤7050
F4 6750<T ≤6900
F
F5 6600<T ≤6750
F6 6450<T ≤6600
F7 6300<T ≤6450
F8 6150<T ≤6300
F9 6000<T ≤6150
G0 5900<T ≤6000
G1 5800<T ≤5900
G2 5700<T ≤5800
G3 5600<T ≤5700
G4 5500<T ≤5600
G
G5 5400<T ≤5500
G6 5300<T ≤5400
G7 5200<T ≤5300
G8 5100<T ≤5200
G9 5000<T ≤5100
K0 4850 <T ≤ 5000
K1 4700 <T ≤ 4850
K2 4550 <T ≤ 4700
K3 4400 <T ≤ 4550
K4 4250 <T ≤ 4400
K
K5 4100 <T ≤ 4250
K6 3950<T ≤ 4100
K7 3800<T ≤3950
K8 3650<T ≤3800
K9 3500<T ≤3650
Kelas Bintang Sub divisi Rentang Suhu [Kelvin (K)]
M0 3350<T ≤3500
M1 3200<T ≤3350
M2 3050<T ≤3200
M3 2900<T ≤3050
M4 2750<T ≤2900
M
M5 2600<T ≤2750
M6 2450<T ≤2600
M7 2300<T ≤2450
M8 2150<T ≤2300
M9 T ≤ 2150
Lampiran 2: unsur berdasarkan panjang gelombang secara umum
Lampiran 3: Tabel perhitungan Ms. Excel
Nama Panjang gelombang pada Garis Perkiraan Kelas
Bintang fluks tertinggi spektrum suhu (K) bintang
Cygnus 41 4369 Balmers 6630,81 F5
Cygnus 52 5582 Metals 5189,90 G8
#DIV/0!
#DIV/0!

Anda mungkin juga menyukai