EKSPERIMEN FISIKA 1
Kecepatan Cahaya di Udara
diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Eksperimen Fisika 1
Dosen pengampu: Drs. Parlindungan Sinaga, M.Si
Dr. Moh. Arifin, M.Sc.
Oleh :
Anti Haryanti
(1404176)
(1400538)
A. Tujuan Percobaan
Menentukan Kecepatan Cahaya di Udara
1.
2.
3.
4.
5.
6.
pengamatannya
pada
salah
satu
satelit
planet
Jupiter,
memperoleh
bukti
definitif
bahwa
berhingga.
mempunyai
12
Planet
Jupiter
satelit,
empat
teleskop
sederhana
atau
sebagian
waktu
tiap
kali
gerak
edar.
Roemer mengukur lamanya waktu edar salah satu satelit tersebut berdasarkan
selang waktu antara dua gerhana yang berturut-turut (kira-kira 42 jam). Dengan
membandingkan hasil-hasil yang diperoleh dalam waktu yang cukup lama,
didapatinya bahwa waktu bumi bergerak menjauhi Jupiter, periode selang waktu
tersebut lebih lama daripada harga rata-ratanya, dan waktu bumi mendekati Jupiter,
periode tersebut lebih pendek. Dengan tepat ia mengambil kesimpulan bahwa
sebab perbedaan ini adalah berubah-ubahnya jarak antara Jupiter dan bumi. Dari
hasil pengamatan, Roemer mengambil kesimpulan bahwa cahaya memerlukan
waktu kira-kira 22 menit untuk menempuh jarak yang sama dengan diameter orbit
bumi. Angka terbaik untuk jarak ini, pada zaman Roemer ialah kira-kira
172.000.000 mil. Meskipun tidak ada catatan bahwa Roemer betul-betul melakukan
penghitungan ini, tapi sekiranya ia dapat melakukan berdasarkan data tersebut di
atas, denagan hasil penghitungan kecepatan cahaya sebesar 130.000 mil/s atau
2,1108 m/s.
Pada
Newton juga
Pada
Bradley mengatakan,
cahaya bintang yang tiba di Bumi akan nampak seakan-akan berasal dari sudut
yang kecil, dan dapat dikalkulasi dengan membandingkan kecepatan Bumi pada
orbitnya dengan kecepatan cahaya. Kalkulasi laju cahaya oleh Bradley adalah
sekitar 298.000 kilometer/detik (186.000 mil/detik). Teori Bradley dikenal
sebagai stellar aberration. Sinar cahaya yang datang bintang 1 membutuhkan
waktu untuk mencapai bumi, dan pada saat sinar tersebut tiba, bumi telah
bergeser pada orbitnya, sehingga seolah-olah kita melihat sinar cahaya tersebut
datang dari bintang di lokasi
Kemudian, di tahun 1849 Hippolyte Louis Fizeau (1819-1896) seorang
fisikawan Prancis. Fizeau menggunakan sebuah roda gigi yang dapat diputar
dengan kecepatan tinggi. Jika roda dalam keadaan diam, cahaya dapat melewati
celah di antara gigi dan mengenai cermin. Cahaya itu memantul dari cermin
menempuh kembali tempuhannya semula, sebagian cahaya terus kesumber
cahaya dan sebagian dipantulkan ke pengamat. Bila roda dalam keadaan
berputar, cahaya yang melewatinya menjadi seurutan rentetan gelombang yang
panjangnya tertentu. Pada dua kali lipat kecepatan sudut, cahaya yang melewati
suatu celah menuju cermin dipantulkan kembali melewati celah berikutnya dan
titik cahayanya dapat terlihat jelas oleh pengamat. Dengan diketahuinya
kecepatan sudut, radius roda, jarak antara celah, dan jarak antara roda ke cermin,
maka kecepatan cahaya dapat dihitung. Hasil pengukuran kecepatan cahaya oleh
Fizeau dengan metode ini adalah 3,13108 m/s. Foucault (1819-1898)
memperbaiki
sebagai pengganti roda gigi. Sejak itu digunakan metode tersebut pada
percobaan ini kemudian akan didiskusikan secara mendetail dalam buku
pedoman yang telah disebutkan. Metode Foucault digunakan Michelson untuk
menghasilkan beberapa pengukuran yang akurat dari kecepatan cahaya, dari
L1
jarak tempuh
waktu tempuh
Jarak tempuh diukur dengan menggunakan mistar secara langsung dan waktu tempuh
menggunkan beda fase yang ditunjukan oleh dua gelombang cahaya laser pada
osiloskop.
L2
Emmiter
Osiloskop
Receptor
t
t
= 2 1
T2 T1
karena T 1 =T 2=T
maka
1
= (t 2t 1 )
T
=
1
t
T
t= .T
dengan jarak total yang ditempuh oleh cahaya adalah
Keterangan:
x=L1+ L2
Secara bersamaan, gelombang pertama dibentuk ketika cahaya laser dipancarkan oleh
emitter, gelombang kedua dibentuk beberapa saat setelah cahaya laser berjalan
melalui lintasan optiknya, yaitu dari emitter ke cermin pemantul dan diterima
receiver. Dua gelombang yang dibentuk pada waktu yang tidak bersamaan ini
ditampilkan oleh osiloskop dengan beda fase tertentu, yang bergantung pada panjang
lintasan optik cahaya laser tadi.
D.
Prosedur Percobaan
1. Mengukur suhu awal ruangan percobaan.
2. Menyiapkan alat dan bahan.
3. Menyusun alat percobaan seperti pada gambar berikut
wire.
Menghubungkan channel 1 osiloskop pada terminal keluaran emitter.
Menghubungkan channel 2 osiloskop pada terminal keluaran receiver.
Menyalakan emitter dan receiver menunggu sampai modulasinya tetap.
Mengatur fokus laser.
Mengatur cermin pemantul agar sinar yang berasal dari emitter tepat berada
F.
Data Percobaan
Suhu awal = (23,50 0,05)oC
Suhu akhir = (23,50 0,05)oC
No.
t (ns)
l 1 (cm)
cm
l2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
5.8
6.0
6.0
6.40
6.60
6.60
6.80
7.00
7.00
7.00
77.1
81.5
82.4
86.2
88.6
89.7
91.8
94.1
95.2
94.3
78.8
82.8
83.2
87.6
89.3
90.1
92.5
95.3
96
94.9
Pengolahan Data
1. Menggunakan Metode Statistik
l 1 (m)
l 2 (m)
l=l 1 +l 2 (m)
x 10
m
( 8 )
s
l
c=
t
Percobaa
n ke t ( x 109 s)
5.80
0.771
0.788
1.559
2.69
6.00
0.815
0.828
1.643
2.74
6.00
0.824
0.832
1.656
2.76
6.40
0.862
0.876
1.738
2.72
6.60
0.886
0.893
1.779
2.70
6.60
0.897
0.901
1.798
2.72
6.80
0.918
0.925
1.843
2.71
7.00
0.941
0.953
1.894
2.71
7.00
0.952
0.960
1.912
2.73
10
7.00
0.943
0.949
1.892
2.70
Jumlah ( c
9
2.72 x 10
c
Rata Rata
8
2.72 x 10
Standar Deviasi ( c )
6
2.17 x 10
l 1+l 2
x
atauc=
t
t
c
n
9
8 m
c = 2.72 x 10 = 2.72 x 10
s
10
c ( 10
m
)
s
( cc ) (
m
)
s
( cc )2 (
2.69
6
-2.93 10
2.74
2.11 10
m
)
s
12
8.56 10
12
4.47 10
2.76
6
4.28 10
13
1.83 10
2.72
5
-1.56 10
2.44 10
2.70
6
-2.17 10
12
4.72 10
2.72
7.0544 10
11
4.98 10
2.71
5
-6.8939 10
12
4.75 10
2.71
-1.1474 10
12
1.32 10
2.73
6
1.4241 10
2.03 10
6
-1.4331 10
12
2.05 10
2.70
12
( c c )2
didapat, c=
( c c )2 =
(n1)
13
4.25 10
=2.17 106 m/s
101
m
s
c
0.0217
x 100 =
x 100 =0.80
c
2.72
x 100 =
=9,03
cliteratur
2,99 x 10 8
13
= 4.25 10
10
Berdasarkan grafik hubungan jarak tempuh (x) terhadap waktu (t), didapat
persamaan berikut
2.72351 x 10
m/s yang
merupakan nilai cepat rambat cahaya. y pada persamaan di atas adalah 1/t (s-1) dan x
di dalam persamaan tersebut adalah 1/L (m-1).
Dari grafik tersebut diketahui bahwa ketidakpastiannya adalah SD yaitu sebesar
0,01548 x 108 m/s .
Jadi, dengan menggunakan grafik origin di dapat kecepatan cahaya di udara sebesar
c=c c
c=( 2.723 0.015 ) x 108 m/s
c 0,015
=
100 =0.55
c 2,723
G. Analisis
Sebelumnya, telah kita ketaehui bahwa kecepatan cahaya di udara adalah
8
2.99 x 10 m/s
..
kesalahan
c
0.0217
x 100 =
x 100 =0.80
c
2.72
jika
dibandingkan
8
dengan
literatur
adalah
2.72 x 10 2.99 x 10
ccliteratur
x 100 =
=9,03
cliteratur
2,99 x 10 8
c 0,015
=
100 =0.55
c 2,723
dan
Persentase
dibandingkan
literatur
kesalahan
ccliteratur
jika
dengan
adalah
x 100 =
=9.17
cliteratur
2.99 x 10 8
Dalam melakukan perhitungan berdasarkan data yang telah di dapat, digunakan rumus
gerak lurus beraturan (GLB)
v=
x
t . Hal ini dikarenakan berkas sinar laser tidak
emitter ke cermin (L1) dan jarak yang ditempuh cahaya dari cermin ke receiver (L 2).
Selain itu, kecepatan cahaya juga dipengaruhi oleh waktu tempuh sinar ( t .
Perbedaan antara nilai kecepatan cahaya di literatur dan kecepatan cahaya yang di
dapatkan melalui percobaan memiliki nilai yang berbeda, hal tersebut disebabkan oleh
beberapa sebab, diantaranya:
1. Sulitnya mengarahkan cahaya pantulan dari emitter ke cermin sehingga
cahaya pantulan dari cermin yang diterima oleh receiver pun tidak selalu
fokus, yang kemudian menyebabkan grafik yang terbaca pada osiloskop
terkadang gambarnya kabur.
2. Ketidaktelitian menetapkan garis puncak kedua gelombang pada tampilan
osiloskop.
Untuk mempermudah percobaan dan mengurangi perbedaan yang cukup jauh dengan
literatur, hendaknya dalam percobaan membandingkan lebih akurat mana hasil
perhitungan antara pada jarak yang jauh dengan jarak yang pendek. Pada percobaan
ini, kami mencoba jarak paling jauh L 1 dan L2 adalah 109 cm, hasil yang di dapat
masih cukup baik. Dan jarak terpendek adalah 69 cm. Tetapi untuk 10 data yang kami
lampirkan untuk percobaan ini, kami tidak menyantumkan dengan jarak terjauh dan
jarak terpendek karena kami mengambil data yang terbaik ketika sudah diolah.
1
o
nilai kecepatan cahaya yang diukur. Kecepatan cahaya dalam suatu medium
berbanding terbaik dengan nilai indeks biasnya. Jika indeks bias semakin besar, maka
kecepatan cahaya semakin kecil dan begitu pula sebaiknya. Maka, pada ruang hampa
cahaya akan lebih cepat merambat dibandingkan di udara karena pada ruang hampa
indeks biasnya lebih kecil dibandingkan dengan indeks bias di udara.
Alat set yang digunakan untuk mengukur kecepatan cahaya di udara seperti yang
digunakan pada percobaan ini tidak akan bisa digunakan untuk menetukan kecepatan
cahaya di medium lain seperti gelas/kaca, air danmedium lainnya karena, medium
medium tersebut memiliki kerapatan dan indeks bias yang berbeda.
Oleh sebab itu, untuk percobaan berikutnya hendaklah dipastikan bahwa berkas sinar
laser sudah fokus serta sudah terarahkan dahulu dengan baik ke cermin pemantul, lalu
dari cermin pemantulkan usahakan agar berkas sinar tepat jatuh di receiver sehingga
garfik yang terbaca pada osiloskop pun lebih jelas dan tidak berubah ubah.
H. Kesimpulan
Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis dapat disimpulkan bahwa nilai
kecepatan cahaya di udara yang didapat dari hasil percobaan yaitu:
1. Besar kecepatan cahaya yang diperoleh dari hasil perhitungan dengan
8
menggunakan metode statistika yaitu c=( 2.72 0.0217 ) x 10 m/s
I. Daftar Pustaka
Anonim. 2012. Apa itu Kecepatan Cahaya (Light Speed) [online]. Tersedia:
http://blendedlearning.itb.ac.id/web5/index.php/forum/detail/10495
diakses