Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH

APLIKASI SINAR X, EFEK FOTOLISTRIK, DAN DIFRAKSI ELEKTRON

FISIKA MODERN

disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisika Modern dengan dosen pengampu:
Dr. Parlindungan Sinaga, M.Si

Oleh :

Anti Haryanti 1404176

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA


FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2017
EFEK FOTOLISTRIK, SINAR X DAN DIFRAKSI ELEKTRON

A. Efek Fotolistrik dan Aplikasinya


Efek fotolistrik merupakan suatu proses dimana
elektron akan keluar dari permukaan logam ketika
cahaya dengan frekuensi yang cukup tinggi datang
pada permukaan logam tersebut. Elektron yang
dipancarkan ini disebut dengan elektron foton
(fotoelektron). Efek fotolistrik juga dapat diartikan
sebagai pengeluaran elektron dari suatu
permukaan (biasanya logam) ketika dikenai, dan menyerap, radiasi elektromagnetik
(seperti cahaya tampak dan radiasi ultraungu) yang berada di atas frekuensi ambang
tergantung pada jenis permukaan. Fenomena efek foto listrik pertama kali ditemukan
oleh Hertz, ia mengatakan bahwa permukaan logam yang bersih ketika disinari oleh
cahaya ultra violet akan memancarkan partikel bermuatan listrik. Penelitian lebih
mendalam tentang fenomena efek foto listrik dilakukan oleh Philip Lenar.

Hasil percobaan efek fotolistrik yang dilakukan oleh Philip Lenard (1902) adalah
sebagai berikut:
1. Energi kinetik rata rata elektron foto tidak bergantung pada intensitas cahaya yang
digunakan K = eVo ,dengan Vo adalah stopping potensial. Memperbesar
intensitas hanya menyebabkan makin banyaknya elektron foto yang dihasilkan
atau arus yang terukur oleh amperemeter makin besar, namun energi kinetik
elektronfoto tetap sama.
2. Energi kinetik elektron foto akan makin besar bila frekuensi cahaya yang
digunakan untuk menyinari permukaan logam bertambah besar
3. Tiap jenis logam memiliki cut off frekuensi(frekuensi ambang) yang berbeda beda,
bila cahaya yang datang pada permukaan logam frekuensinya lebih kecil dari
frekuensi ambangnya maka tidak akan terjadi efek foto listrik meskipun intensitas
cahayanya cukup besar.

Fakta fakta eksperimen tersebut, tidak bisa dijelaskan secara benar dengan
menggunakan fisika klasik (teori gelombang elektromagnetik), karena penjelasan
teoritisnya tidak sesuai dengan fakta eksperimen, hal itu berarti ada keterbatasan
kemampuan teori teori fisika klasik ketika diterapkan pada fenomena efek foto listrik.
Einstein (1905) mengemukakan teorinya untuk menjelaskan fenomena efek foto listrik,
dia berasumsi bahwa pada peristiwa efek fotolistrik cahaya yang datang pada
permukaan logam tidak berbentuk gelombang elektromagnetik, tetapi berbentuk
partikel partikel yang disebut foton. Tiap foton bervibrasi dengan frekuensi f dan tiap
foton memiliki energi E = nhf. Foton bergerak dengan kecepatan sama dengan cepat
rambat cahaya dan memiliki momentum linier P = E/c . Berbeda dengan gelombang
elektromagnetik, ketika foton bergerak dalam ruang dia tidak menyebar namun tetap
terkonsentrasi dalam paket paket kecil.

Ketika foton foton jatuh pada permukaan logam, maka energi sebuah foton hf akan
diserap oleh sebuah elektron sehingga elektron dapat loncat keluar dari permukaan
logam. Jumlah energi yang diperlukan elektron untuk loncat keluar logam atau untuk
membebaskan diri dari energi ikat terhadap intinya disebut fungsi kerja (work function)
W. Bila energinya masih ada sisa maka energi tersebut akan digunakan oleh elektron
foto untuk bergerak (energi kinetik K) ke keping kolektor. Berdasarkan hukum
kekekalan energi maka,
hf = W + Kmax
dimana W adalah fungsi kerja dari logam, W =hfo, sehingga
Kmax = h(f fo)
Persamaan di atas menyatakan bahwa energi kinetik elektron foto hanya bergantung
pada frekuensi cahaya yang digunakan, dan sama sekali tidak bergantung pada
intensitas cahaya (sesuaidengan fakta eksperimen).

Efek fotolistrik membutuhkan foton dengan energi dari beberapa elektronvolt sampai
lebih dari 1 MeV unsur yang nomor atomnya tinggi.Studi efek fotolistrik menyebabkan
langkah-langkah penting dalam memahami sifat kuantum cahaya, elektron dan
mempengaruhi pembentukan konsep dualitas gelombang partikel. Fenomena di mana
cahaya mempengaruhi gerakan muatan listrik termasuk efek fotokonduktif (juga dikenal
sebagai fotokonduktivitas atau photoresistivity ), efek fotovoltaik , dan efek
fotoelektrokimia.
Berikut merupakan contoh aplikasi penerapan efek fotolistrik dalam kehidupan sehari
hari:
1. Photomultiplier Tube (Tabung Foto Pengganda)
Photomultiplier merupakan alat yang sensitif terhadap cahaya yang secara optik
terhubung dengan kristal Natrium Iodine (NaI). Tujuannya adalah untuk
menkornversikan energi cahaya dari kristal menuju energ i listrik dan memperkuat
pulsa hasil kelistrikan. Tabung
Photomultiplier terdiri dari foto katoda
dan biasanya serinya 10 dynodes.
Selubung kaca diluarnya berfungsi sebagai
tekanan batas untuk mempertahankan
kondisi kevakumannya didalam tabung,
itulah yang diperlukan. Sehingga, elektron
dengan energi rendah dapat dipercepat secara efektif dengan medan listrik internal.
Dengan menggunakan tabung ini hampir seluruh spektrum radiasi elektromagnet
dapat teramati. Tabung ini memiliki efisiensi tinggi dan mampu mendetekti foton
tunggal. Dengan tabung ini, kelompok peneliti Superkamiokande di Jepang berhasil
menyelidiki massa neutrino yang akhirnya dianugerahi Nobel pada 2002.

Pada photomultiplier, ketika cahaya masuk dalam foto katoda, foto katoda
mengeluarkan foto elektron kedalam vakum. Foto elektron merupakan elektron
yang dihasilkan dari peristiwa efek fotolistrik. Elektron dapat menyerap energi dari
foton yang dipancarkan. Semua energi dari satu foton harus diserap dan digunakan
untuk membebaskan satu elektron dari ikatan atom, atau energi yang di emisikan
kembali. Jika energi foton diserap, beberapa energi akan membebaskan elektron
dari atom, dan sisanya berkontribusi terhadap energi kinetik elektron sebagai
partikel bebas. Foto elektron ini selanjutnya diarahkan dengan memfokuskan
tegangan elektroda kearah pengganda elektron (electron multiplier) dimana elektron
akan digandakan dengan proses yang disebut secondary emission. Secondary
emission adalah fenomena dimana partikel utama yang kelebihan energi, kemudian
mengenai permukaan atau melewati suatu material mengakibatkan emisi dari
partikel sekunder. Bentuk ini sering diasumsikan terhadap emisi dari elektron ketika
partikel bermuatan seperti elektron atau ion dalam tabung vakum mengenai suatu
permukaan metal, yang dinamakan elektron sekunder. Elektron yang digandakan
akan dikumpulkan oleh anoda sebagai suatu sinyal keluaran (output). Dengan
penggandaan emisi kedua, tabung photomultiplier menjadi memiliki sensitivitas
tinggi dengan gangguan rendah sehingga dapat digunakan untuk mendeteksi energi
radiasi dari sinar ultraviolet, sinar tampak, dan sinar yang berada di dekat daerah
sinar infra merah, Tabung Photomultiplier juga mempunyai kelebihan seperti:
respon cepat, noise rendah, dan pilihan area yang sensitif terhadap cahaya luas.

Gambar di atas menunjukkan skema dan proses yang terjadi di dalam tabung
photomultiplier, terjadi beberapa proses pada tabung saat mendeteksi sinyal cahaya
yang dirubah menjadi energi listrik. Proses - proses tersebut yaitu:
a. Cahaya masuk dari jendela masuk
b. Cahaya tereksitasi dalam fotokatoda, sehingga foto elektron dipancarkan
kedalam vakum (efek fotolistrik eksternal)
c. Foto elektron dipercepat dan difokuskan dengan elektroda pemfokus kedalam
dynode pertama dimana fotoelektron digandakan, atau terjadi proses emisi
sekunder elektron. Emisi sekunder elektron mengalami perulangan secara
berturut-turut pada setiap dynode
d. Penggandaan elektron sekunder dipancarkan dari dynode terakhir akhirnya
dikumpulkan oleh anoda

Penggunaan tabung photomultiplier sebagai alat tidak lepas dari peristiwa


pengolahan sinyal listrik. Seperti yang telah dikethaui bahwa tabung photomultiplier
mempunyai fungsi untuk mengubah sinyal masukan cahaya menjadi keluran berupa
sinyal listrik. Informasi yang berkaitan dengan sinyal cahaya dapat diklarifikasikan
dalam tiga macam, sehingga aplikasi dari tabung photomultiplier diklarifikasikan
menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Photon Counting
Pada awal tahun 1950 astronot menggunakan photomultiplier dalam photon
counting untuk mengukur bintang dengan kekuatan yang sangat lemah. Sejak
saat itu, terjadi peningkatan pesar dalam aplikasi photon counting. Informasi
dalam sinyal mengandung laju deteksi foton dan struktur waktunya. Contoh
penggunnan photon counting adalah:
Uji Kesehatan dan Narkoba
Pemeriksaan antibiotik, insektisida, dan bakteri dalam industri makanan
Hamburan laser dalam spektroskopi raman untuk analisis molekul
Pengukuran partikel sub-mikro
b. Pulse Encoding
Teknik ini dikembangkan dalam industri tenaga nuklir untuk mengamati radiasi,
menggunakan photomultiplier dan sintilasi untuk mendeteksi X-Ray, sinar
Gamma, dan ionisasi partikel telah meluas kedalam rentang penggunaan yang
sangat komersial seperti:
Pengobatan Nuklir
Radiologi
Uji Non-Destructive
Pengamatan ketebalan dan massa jenis
Sinyal informasi mengandung daerah dalam setiap pulsa dan laju kejadian.
c. Analogue Detector
Digunakan pertama kali untuk membaca suara dalam film, photomultiplier
masih digunakan hari ini untuk menkonversi hasil tapak hasil celluloid kedalam
bentuk digital dengan mesin penayang film dan scan dalam fotografi resolusi
tinggi. Sinyal informasi mengandung level transisi, dan level absolut. Hal ini
diaplikasikan dalam:
Mikroskop elektron
Spektroskop masa
Inspeksi kaca
Pengamatan polusi
2. Sel Surya
Sel surya atau juga sering disebut fotovoltaik
adalah alat yang mampu mengkonversi langsung
cahaya matahari menjadi listrik. Sel surya bisa
disebut sebagai pemeran utama untuk
memaksimalkan potensi sangat besar energi
cahaya matahari yang sampai kebumi, walaupun
selain dipergunakan untuk menghasilkan listrik, energi dari matahari juga bisa
dimaksimalkan energi panasnya melalui sistem solar thermal.

Sel surya dapat dianalogikan sebagai alat dengan dua terminal atau sambungan,
dimana saat kondisi gelap atau tidak cukup cahaya berfungsi seperti dioda, dan saat
disinari dengan cahaya matahari dapat menghasilkan tegangan. Ketika disinari,
umumnya satu sel surya komersial menghasilkan tegangan dc sebesar 0,5 sampai 1
volt, dan arus short-circuit dalam skala milliampere per cm2. Besar tegangan dan
arus ini tidak cukup untuk berbagai aplikasi, sehingga umumnya sejumlah sel surya
disusun secara seri membentuk modul surya. Satu modul surya biasanya terdiri dari
28-36 sel surya, dan total menghasilkan tegangan dc sebesar 12 V dalam kondisi
penyinaran standar (Air Mass 1.5). Modul surya tersebut bisa digabungkan secara
paralel atau seri untuk memperbesar total tegangan dan arus outputnya sesuai
dengan daya yang dibutuhkan untuk aplikasi tertentu. Gambar dibawah menunjukan
ilustrasi dari modul su
Berikut merupakan penjelasan mengenai struktur bagian dari sel surya:

Gambar diatas menunjukan ilustrasi sel surya dan juga bagian-bagiannya. Secara
umum terdiri dari :

1. Substrat/Metal backing
Substrat adalah material yang menopang seluruh komponen sel surya. Material
substrat juga harus mempunyai konduktifitas listrik yang baik karena juga
berfungsi sebagai kontak terminal positif sel surya, sehinga umumnya
digunakan material metal atau logam seperti aluminium atau molybdenum.
Untuk sel surya dye-sensitized (DSSC) dan sel surya organik, substrat juga
berfungsi sebagai tempat masuknya cahaya sehingga material yang digunakan
yaitu material yang konduktif tapi juga transparan sepertii ndium tin oxide
(ITO) dan flourine doped tin oxide (FTO).
2. Material semikonduktor
Material semikonduktor merupakan bagian inti dari sel surya yang biasanya
mempunyai tebal sampai beberapa ratus mikrometer untuk sel surya generasi
pertama (silikon), dan 1-3 mikrometer untuk sel surya lapisan tipis. Material
semikonduktor inilah yang berfungsi menyerap cahaya dari sinar matahari.
Untuk kasus gambar diatas, semikonduktor yang digunakan adalah material
silikon, yang umum diaplikasikan di industri elektronik. Sedangkan untuk sel
surya lapisan tipis, material semikonduktor yang umum digunakan dan telah
masuk pasaran yaitu contohnya material Cu(In,Ga)(S,Se)2 (CIGS), CdTe
(kadmium telluride), dan amorphous silikon, disamping material-material
semikonduktor potensial lain yang dalam sedang dalam penelitian intensif
seperti Cu2ZnSn(S,Se)4 (CZTS) dan Cu2O (copper oxide).
Bagian semikonduktor tersebut terdiri dari junction atau gabungan dari dua
material semikonduktor yaitu semikonduktor tipe-p (material-material yang
disebutkan diatas) dan tipe-n (silikon tipe-n, CdS,dll) yang membentuk p-n
junction. P-n junction ini menjadi kunci dari prinsip kerja sel surya. Pengertian
semikonduktor tipe-p, tipe-n, dan juga prinsip p-n junction dan sel surya akan
dibahas dibagian cara kerja sel surya.
3. Kontak metal / contact grid
Selain substrat sebagai kontak positif, diatas sebagian material semikonduktor
biasanya dilapiskan material metal atau material konduktif transparan sebagai
kontak negatif.
4. Lapisan antireflektif
Refleksi cahaya harus diminimalisir agar mengoptimalkan cahaya yang
terserap oleh semikonduktor. Oleh karena itu biasanya sel surya dilapisi oleh
lapisan anti-refleksi. Material anti-refleksi ini adalah lapisan tipis material
dengan besar indeks refraktif optik antara semikonduktor dan udara yang
menyebabkan cahaya dibelokkan ke arah semikonduktor sehingga
meminimumkan cahaya yang dipantulkan kembali.
5. Enkapsulasi / cover glass
Bagian ini berfungsi sebagai enkapsulasi untuk melindungi modul surya dari
hujan atau kotoran.

Sel surya konvensional bekerja menggunakan prinsip p-n junction, yaitu junction
antara semikonduktor tipe-p dan tipe-n.
Semikonduktor ini terdiri dari ikatan-ikatan
atom yang dimana terdapat elektron sebagai
penyusun dasar. Semikonduktor tipe-n
mempunyai kelebihan elektron (muatan
negatif) sedangkan semikonduktor tipe-p
mempunyai kelebihan hole (muatan positif)
dalam struktur atomnya. Kondisi kelebihan
elektron dan hole tersebut bisa terjadi dengan
mendoping material dengan atom dopant.
Sebagai contoh untuk mendapatkan material silikon tipe-p, silikon didoping oleh
atom boron, sedangkan untuk mendapatkan material silikon tipe-n, silikon didoping
oleh atom fosfor. Ilustrasi dibawah menggambarkan junction semikonduktor tipe-p
dan tipe-n.

Peran dari p-n junction ini adalah untuk membentuk medan listrik sehingga elektron
(dan hole) bisa diekstrak oleh material kontak untuk menghasilkan listrik. Ketika
semikonduktor tipe-p dan tipe-n terkontak, maka kelebihan elektron akan bergerak
dari semikonduktor tipe-n ke tipe-p sehingga membentuk kutub positif pada
semikonduktor tipe-n, dan sebaliknya kutub negatif pada semikonduktor tipe-p.
Akibat dari aliran
elektron dan hole ini
maka terbentuk
medan listrik yang
mana ketika cahaya
matahari mengenai
susuna p-n junction
ini maka akan
mendorong elektron bergerak dari semikonduktor menuju kontak negatif, yang
selanjutnya dimanfaatkan sebagai listrik, dan sebaliknya hole bergerak menuju
kontak positif menunggu elektron datang, seperti diilustrasikan pada gambar
dibawah.

3. Dubbing Film
Menggunakan bantuan peralatan elektronika saat itu,
suara dubbing film direkam dalam bentuk sinyal optik
di sepanjang pinggiran keping film. Pada saat film
diputar, sinyal ini dibaca kembali melalui proses efek
fotolistrik dan sinyal listriknya diperkuat dengan
menggunakan amplifier tabung sehingga
menghasilkan film bersuara.
4. Photo Laser Diode
Dioda jenis ini merupakan dioda yang peka
terhadap cahaya, yang bekerja pada pada
daerah-daerah reverse tertentu sehingga
arus cahaya tertentu saja yang dapat
melewatinya, dioda ini biasa dibuat dengan
menggunakan bahan dasar silikon dan
geranium. Dioda cahaya saat ini banyak
digunakan untuk alarm, pita data berlubang
yang berguna sebagai sensor, dan alat pengukur cahaya (Lux Meter). Foto-diode
atau foto-transistor yang bermanfaat sebagai sensor cahaya berkecepatan tinggi.
Bahkan, dalam komunikasi serat optik transmisi sebesar 40 Gigabite perdetik yang
setara dengan pulsa cahaya sepanjang 10 pikodetik (10-11 detik) masih dapat dibaca
oleh sebuah foto-diode. Foto-transistor yang sangat kita kenal manfaatnya dapat
mengubah energi matahari menjadi energi listrik melalui efek fotolistrik internal.
Sebuah semikonduktor yang disinari dengan cahaya tampak akan memisahkan
elektron dan hole. Kelebihan elektron di satu sisi yang disertai dengan kelebihan
hole di sisi lain akan menimbulkan beda potensial yang jika dialirkan menuju beban
akan menghasilkan arus listrik.
B. Sinar X dan Aplikasinya

Keberhasilan teori foton yang dikemukakan Einstein dalam menjelaskan efek foto
listrik ternyata dapat digunakan juga untuk menjelaskan bagaimana proses terjadinya
sinar X yang jauh sebelumnya telah ditemukan oleh W Rontgen (1895). Berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh Rontgen ditemukan bahwa sinar X merupakan
kebalikan dari fenomena efek foto listrik. Pada efek foto listrik, foton datang pada
permukaan logam lalu dari permukaan logam dikeluarkan elektron foto. X-rays dapat
dijelaskan sebagai berikut: elektron energetik menumbuk permukaan logam ,dan dari
permukaan logam dipancarkan sinar-x atau foton foton.

Energi kinetik elektron diubah seluruhnya menjadi energi foton Spectrum sinar x
berada pada daerah cahaya tidak tampak (invisible), dengan panjang gelombang
sangat pendek (orde angstrum) atau memiliki frekuensi yang sangat tinggi, sehingga
sinar x memiliki daya tembus tinggi.

Seorang ilmuwan bernama W.L.Bragg (1912) mengusulkan untuk menggunakan


Kristal sebagai kisi untuk mendifraksikan sinar x. Berdasarkan persamaan difraksi
Bragg tersebut panjang gelombang sinar x akan diketahui apabila jarak antar atom d
kristalnya diketahui, sebaliknya bila sinar x panjang gelombangnya diketahui maka
dapat digunakan untuk mengetahui struktur Kristal.

Sinar X lulus dengan mudah melalui udara dan jaringan lunak tubuh. Ketika mereka
menemukan bahan lebih padat, seperti tulang, tumor, atau fragmen logam, mereka
harus berhenti. Diagnostik sinar x yang dilakukan dengan posisi bagian tubuh yang
akan diperiksa antara sinar terfokus sinar x dan sebuah film piring berisi. Proses ini
tidak menimbulkan rasa sakit. Semakin besar kepadatan materi bahwa sinar x melalui,
sinar lebih banyak diserap. Jadi tulang menyerap lebih banyak sinar x dari otot atau
lemak, dan tumor dapat menyerap sinar lebih x dari jaringan di sekitarnya. Sinar x
yang melalui mogok tubuh plat fotografi dan berinteraksi dengan molekul perak pada
permukaan film.
Setelah pelat film selesai diproses,
bahan padat seperti tulang muncul
sebagai putih, sedangkan jaringan
lebih lembut muncul sebagai warna
abu-abu, dan airspaces terlihat hitam.
Seorang ahli radiologi adalah
seorang dokter terlatih untuk menafsirkan diagnostik sinar x, meneliti gambar dan
laporan ke dokter yang memerintahkan tes. Plain film sinar x biasanya mengambil
hanya beberapa menit untuk melakukan dan dapat dilakukan di rumah sakit, pusat
radiologi, klinik, dokter atau dokter gigi kantor, atau di samping tempat tidur dengan
mesin x-ray portabel. Penggunaan sinar-X berkontribusi banyak dalam berbagai
bidang diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Bidang Kedokteran
Sinar-X lembut digunakan untuk mengambil gambar foto yang dikenal sebagai
radiograf. Sinar-X boleh menembusi badan manusia tetapi diserap oleh
bahagian yang lebih tumpat seperti tulang. Gambar foto sinar-X digunakan
untuk mengesan kecacatan tulang, mengesan tulang yang patah dan menyiasat
keadaan organ dalam.
Sinar-X keras digunakan untuk memusnahkan sel-sel kanser. Kaedah ini
dikenal sebagai radioterapi.

b. Bidang Industri
Scan kecacatan dalam struktur binaan atau bahagian-bahagian dalam mesin.
Menyiasati rekahan dalam pipa logam, dinding konkrit.
Memeriksa retakan dalam struktur plastik dan getah.
Sebagai alat mesin mikroskopis
Menghilangkan bakteri berbahaya dari produk kalengan makanan laut dan
produk lainnya.
Untuk memantau kualitas produk yang dihasilkan oleh sebuah industri.
Menyelidiki struktur hablur dan jarak pemisahan antara atom-atom dalam
suatu bahan hablur.
c. Bidang Keamanan/Security
Sinar X digunakan untuk membantu mendeteksi ada atau tidaknya sebuah
ancaman bahaya di suatu tempat. Misalnya di Bandara, sinar X dapat membantu
melihat ada atau tidaknya barang-barang berbahaya bawaan calon penumpang
pesawat. Prinsip dasar Mesin Xray di bandara:
Barang yang akan diperiksa masuk ke dalam terowongan (tunnel) sistem
pemeriksaan melalui ban berjalan (konveyor belt).
Barang-barang yang akan diperiksa akan dideteksi oleh sejumlah light
barrier pada saat barang tersebut masuk ke dalam terowongan.
Setelah mendeteksi adanya barang masuk dan sensor akan mengirim
sinyal ke unit pengontrol guna mengaktifkan sinar x.
Sinar x akan menembus barang yang berada diban berjalan (konveyor
belt) sebagai bagian dari proses pemeriksaan.
Barang yang akan diperiksa akan menyerap sinar yang dipancarkan oleh
pembangkit (x ray generator).
Sinar yang dipancarkan akan mengenai detektor-detektor yang ada pada
dua sisi terowongan.
Sinar yang berbentuk kipas akan menembus object yang berada di atas
ban berjalan (konveyor belt) seoptong demi sepotong dan sinyal gambar
yang diterima oleh detektor-detektor kemudian akan dikumpulkan bagian
perbagian dan kan membetuk sebuah pixel pada layar monitor.

d. Bidang Riset Alamiah dan Ilmu Pendidikan


Sinar X juga dapat dimanfaatkan pada berbagai riset alamiah dan ilmu
pendidikan diantaranya adalah:
Sinar X dapat digunakan untuk mempelajari struktur yang terdapat pada
sebuah senyawa atau benda.
Digunakan oleh lembaga- lembaga akademik dan non akademik yang
berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan pengajaran. Beberapa
diantaranya yang menggunakan adalah fakultas kedokteran, fakultas teknik
sipil, fakultas geologi dan beberapa pendidikan lainnya.
e. Bidang Pertanian
Manfaat sinar X dalam bidang pertanian digunakan untuk menciptakan bibit
unggul yang berkualitas. Selain itu juga dapat digunakan untuk membantu
pemupukan. Manfaat sinar utraviolet dalam bidang pertanian sebagai salah satu
bahan proses pembuahan di padukan dengan sinar x akan membantu
mendapatkan hasil produksi yang lebih baik.

f. Bidang Kesenian
Sinar X juga dapat membantu bidang kesenian, diantaranya adalah untuk
mengesahkan apakah suatu lukisan atau objek seni purba itu benar atau tiruan.
Selain itu karya seni menggunakan sinar x mampu menghasilkan gambar yang
indah.

Selain membawa dampak positif, sinar x juga memicu terjadinya berbagai masalah.
Hal ini tergantung pada tergantung pada dosis radiasi, waktu pemaparan, dan bagian
tubuh apa yang terkena radiasi. Berikut ini beberapa efek dari radiasi sinar X.

Paparan radiasi dosis tinggi selama jangka waktu tertentu dapat menyebabkan
penyakit radiasi / sindrom radiasi akut yang dapat berakibat pada Gejala
terjadinya sindrom ini antara lain adalah pingsan, kebingungan, mual, muntah,
diare, kerontokan pada rambut, luka pada kulit dan mulut, serta terjadinya
perdarahan.
Sinar X bisa berdampak menimbulkan efek samping jangka pendek seperti
perubahan warna kulit, dengan gejalanya adalah munculnya ruam kemerahan
seperti luka bakar yang parah, mual, muntah, diare, dan jumlah sel darah rendah.
Efek jangka panjang dari radiasi sinar X antara lain adalah mulut kering,
kesulitan menelan, katarak, dan kerusakan pada kulit.
Dapat melemahkan tulang
Menyebabkan gangguan anemia aplastik, yaitu suatu kondisi kesehatan diman
tubuh berhenti dalam memproduksi sel darah yang baru. Penyakit ini beresiko
terjadinya infeksi dan perdarahan yang tidak terkontrol pada penderita.
Masalah infertilitas (sulit mendapatkan keturunan)
Pada wanita hamil, radiasi sinar X dapat meningkatkan resiko semua jenis
kanker, tumor sistem saraf, dan leukemia pada janin saat ia telah lahir nantinya.
Mengakibatkan rusaknya kelenjar tiroid, yaitu salah satu dari kelenjar
endokrin terbesar pada tubuh manusia yang terdapat pada bagian depan leher,
sedikit di bawah laring. Fungsi dari kelenjar ini adalah untuk mengatur
kecepatan tubuh membakar energi, membuat protein, dan mengatur sensitivitas
tubuh terhadap hormon.
Meningkatkan resiko terjangkitnya kanker, seperti myeloma atau kanker
sumsum tulang.
Dapat meningkatkan resiko kerusakan genetik yang dapat diwariskan pada
generasi berikutnya.
Dapat membunuh sel-sel dalam tubuh, baik itu sel-sel kanker maupun sel-sel
yang sehat

Untuk meminimalisir bahaya bahaya yang disebabkan oleh sinar-X tersebut maka
dapat dilakukan hal hal dibawah ini,

Pertimbangan keperluan penggunaan, kecuali untuk situasi darurat, sinar-X


harus dihindari sejauh mungkin karena dapat menimbulkan efek samping yang
berbahaya dan dapat menimbulkan risiko kesehatan yang lebih besar daripada
masalah asli.
Untuk wanita yang sedang hamil, sebaiknya menghindari radiasi sinar x karena
hal ini dapat berbahaya bagi perkembangan janin
Gunakan perisai pelindung saat sedang dlakukan penyinaran sinar X
Meminimalkan waktu paparan
Aturlah jarak antara tubuh dan sumber radiasi dua kali lipat.

C. Difraksi Elektron dan Aplikasinya


Pada tahun 1923 dengan mengacu pada asas Fermat dalam optik dan prinsip aksi
terkecil dalam mekanika de Broglie dituntun untuk mengajukan gagasan bahwa sifat
dualisme partikel gelombang radiasi seharusnya mempunyai pasangan dalam sifat
dualisme gelombang partikel materi. Hal ini berarti bahwa materi selain memiliki sifat
partikel juga memiliki sifat gelombang. Oleh karena itu, seharusnya partikel
mempunyai sifat gelombang dalam kondisi tertentu. De Broglie menyarankan suatu
pernyataan untuk panjang gelombang dari partikel. Rumusan ini adalah:

=

Energi dan momentum partikel dapat dirumuskan dengan:

= = = =

Dalam hal ini E dan p adalah besaran yang menggambarkan partikel, sedangkan v dan
adalah karakteristik gelombang. Gagasan de Broglie ini telah menyita banyak
perhatian. Pengamatan secara eksperimental dilakukan C.J. Davisson dan L.H.
Germer (Bell Labs) dengan menembakan electron-elektron dengan kecepatan rendah
ke dalam kristal nikel dan mengukur intensitas electron-elektron yang terhambur dari
permukaan Kristal nikel pada sudut hamburan yang berbeda.

Hasil pengukuran menunjukan bahwa electron-elektron yang terhambur memiliki pola


difraksi seperti yang diperkirakan oleh Bragg dalam difraksi sinar-X dari Kristal nikel.
Menurut Bragg berkas-berkas electron ini akan mengalami interferensi maksimum
bila dipenuhi:
2 =
Keterangan:
: jarak antar bidang bragg
: panjang gelombang de Broglie
Untuk partikel berupa electron yang dipercepat dengan beda potensial listrik panjang
gelombangnya adalah:
=
1
2 =
2
maka:

= 2

sehingga panjang gelombangnya menjadi:



= = =

2


=
2
Keterangan:
m = massa electron
e = muatan electron
h = konstanta planck
V = beda potensial listrik
Skema alat yang digunakan adalah:

Skema alat difraksi elektron

Dari gambar tersebut,



2 =

untuk harga yang kecil, 2 2 2 sehingga:

2 =

Maka,

= =
2
Untuk n=1

=

Keterangan:
R : Jari-jari cincin
L : Diameter tabung

Difaksi elektron dan percobaan Davisson-Germer adalah percobaan yang


menampilkan sifat gelombang dari partikel. Percobaan pertama untuk mengamati
difraksi dilakukan oleh CJ.Davisson dan L.H Germer di Bell Telephone Laboratories
meyakinkan hipotesis de Broglie dengan menunjukkan berkas elektron terdifraksi jika
berkas itu dihamburkan oleh kisi (segi empat kecil) atom yang teratur dari suatu
kristal. Sebelum mengetahui bagaimana mekanisme percobaan Davisson-Germer
terlebih dahulu kita pahami apa itu difraksi dan elektron.

Secara umum, Difraksi Elektron adalah peristiwa penyebaran atau pembelokan


cahaya pada saat melintas melalui celah atau ujung penghalang. Difraksi merupakan
metode yang unggul untuk memahami apa yang terjadi pada level atomis dari suatu
material kristalin. Sinar X, elektron dan neutron memiliki panjang gelombang yang
sebanding dengan dimensi atomik sehingga radiasi sinar tersebut sangat cocok untuk
menginvestigasi (penyelidikan dan penelitian tentang suatu masalah dengan cara
mengumpulkan data di lapangan) material kristalin. Teknik difraksi mengeksploitasi
(mengusahakan) radiasi yang terpantul dari berbagai sumber seperti atom dan
kelompok atom dalam kristal. Elektron adalah partikel sub atom yang bermuatan
negatif dan umumnya ditulis sebagai e-. Elektron tidak memiliki komponen dasar atau
pun substruktur apa pun yang diketahui, sehingga ia dipercayai sebagai partikel
elementer. Elektron memiliki massa sekitar 1/1836 massa proton.

Bentuk kisi yang dapat mendifraksikan elektron yaitu kisi yang memiliki keteraturan
dan tersusun secara periodik, seperti halnya kisi pada kristal. Berkas sinar
monokromatik yang jatuh pada sebuah kristal akan dihamburkan ke segala arah, akan
tetapi karena keteraturan letak atom-atom, pada arah tertentu gelombang hambur itu
akan berinterferensi konstruktif sedangkan yang lainnya berinterferensi destruktif.

Sebagaimana telah dijelaskan di atas syarat terjadinya difraksi adalah apabila panjang
gelombang sinar sama dengan lebar celah/kisi difraksi dan perilaku gelombang
ditunjukkan oleh beberapa gejala fisis, seperti interferensi dan difraksi. Namun
manifestasi gelombang yang tidak mempunyai analogi dalam perilaku partikel
newtonian adalah gejala difraksi.

Davisson dan Germer mempelajari elektron yang terhambur oleh kristal dengan
menggunakan peralatan. Dengan mengamati energi elektron dalam berkas primer,
sudut jatuhnya pada target, dan kedudukan detektor dapat diubah-ubah. Fisika klasik
meramalkan bahwa elektron yang terhambur akan muncul dalam berbagai arah,
dengan hanya sedikit kebergantungan dari intensitas terhadap sudut hambur dan lebih
sedikit lagi dari energi elektron primer. Manifestasi gelombang yang tidak
mempunyai analogi dalam kelakuan partikel Newtonian ialah gejala difraksi. Dalam
tahun 1927 Davisson dan Germer di Amerika Serikat dan dalam percobaanya
Davisson dan Germer secara bebas meyakinkan hipotesis de Broglie dengan
menunjukan berkas elektron terdifraksi bila berkas itu dihamburkan oleh kisi atom
yang teratur dari suatu kristal. Davisson dan Germer mempelajari elektron yang
terhambur oleh zat padat dengan memakai peralatan seperti di bawah ini

Di tengah-tengah percobaan tersebut terjadi suatu peristiwa yang memungkinkan


udara masuk ke dalam peralatannya dan mengoksidasi permukaan logam. Menguasai
oksida nikel murni, target itu dipanggang dalam oven bertemperatur tinggi. Setelah
perlakuan itu, targetnya dikembalikan ke dalam peralatan dan dilakukan pengukuran
lagi. Sekarang ternyata hasilnya sangat berbeda dari sebelum peristiwa itu terjadi :
sebagai ganti dari variasi yang malar (continue) dari intensitas elektron yang
tehambur terhadap sudut, timbul maksimum dan minimum yang jelas teramati,
kedudukannya bergantung dari energi elektron.

Hipotesa de Broglie mendorong tafsiran bahwa gelombang elektron didifraksikan


oleh target sama seperti sinar x didifraksikan oleh bidangbidang atom dalam kristal.
Tafsiran ini mendapat dukungan setelah disadari bahwa efek pemanasan sebuah blok
nikel pada temperatur tinggi menyebabkan kristal individual kecil yang membangun
blok tersebut bergabung menjadi kristal tunggal yang besar yang atom-atomnya
tersusun dalam kisi yang teratur.

Untuk membuktikan bahwa hipotesa de Broglie penyebab dari hasil davisson dan
germer, pada suatu percobaan tertentu berkas elektron 54eV diarahkan tegak lurus
pada target nikel, dan maksimum yang tajam dalam distribusi elektron terjadi pada
sudut 500 dari berkas semula. Sudut datang dan sudut hambur relatif terhadap suatu
keluarga bidang (tersusun atas berkas elektron, bidang dan sudut) bragg ditunjukkan
dalam gambar 1 keduanya bersudut 650. Jarak antara bidang dalam keluarga bidang
yang bisa diukur melalui difraksi sinar x adalah 0,091 nm persamaan bragg untuk
maksimum dalam pola difraksi.

Panjang gelombang yang dihitung sesuai dengan panjang gelombang yang diamati.
Jadi eksperimen Davisson dan Germer menunjukkan bukti langsung dari Hipotesis de
Broglie tentang sifat gelombang benda bergerak. Analisis eksperimen Davisson-
Germer sebenarnya tidak langsung seperti yang ditunjukkan di atas karena energi
elektron bertambah ketika elektron itu masuk ke dalam kristal dengan besar yang
sama dengan besar fungsi kerja (work function) permukaan itu. Jadi kecepatan
elektron dalam eksperimen lebih besar dalam kristal dan panjang gelombang de
Broglie yang bersangkutan menjadi lebih kecil dari harga di luar kristal.

Komplikasi lainnya timbul dari inferensi antara gelombang yang didifraksikan oleh
keluarga lain dari bidang bragg yang membatasi terjadinya maksimum dan minimum
menjadi hanya kombinasi tertentu dari energy elektron dari sudut pandang sebagai
pengganti dari setiap kombinasi yang memenuhi persamaan Bragg.
Salah satu pemanfaatan dari difraksi elektron adalah
mikroskop elektron. Mikroskop elektron adalah
sebuah mikroskopyang mampu untuk melakukan
pembesaran objek sampai 2 juta kali, yang
menggunakan elektro statik dan elektro magnetik
untuk mengontrol pencahayaan dan tampilan
gambar serta memiliki kemampuan pembesaran
objek serta resolusi yang jauh lebih bagus
daripada mikroskop cahaya. Mikroskop elektron ini
menggunakan jauh lebih
banyak energi dan radiasi elektromagnetik yang lebih pendek dibandingkan
mikroskop cahaya. Berikut ini merupakan jenis jenis dari mikroskop elektron:
a. Mikroskop transmisi elektron (TEM)
Mikroskop transmisi elektron
(Transmission electron
microscope-TEM)adalah sebuah
mikroskop elektron yang cara
kerjanya mirip dengan cara kerja
proyektor slide, di mana elektron
ditembuskan ke dalam objek
pengamatan dan pengamat
mengamati hasil tembusannya
pada layar. Seorang ilmuwan
bernama Ernst
Ruska menggabungkan penemuan ini dan membangun mikroskop transmisi
elektron (TEM) yang pertama pada tahun 1931. Untuk hasil karyanya ini maka
dunia ilmu pengetahuan menganugerahinya hadiah Penghargaan Nobel dalam
fisika pada tahun 1986. Mikroskop yang pertama kali diciptakannya adalah
dengan menggunakan dua lensa medan magnet, namun tiga tahun kemudian ia
menyempurnakan karyanya tersebut dengan menambahkan lensa ketiga dan
mendemonstrasikan kinerjanya yang menghasilkan resolusi hingga
100 nanometer (nm) (dua kali lebih baik dari mikroskop cahaya pada masa itu).
Mikroskop transmisi eletron saat ini telah mengalami peningkatan kinerja hingga
mampu menghasilkan resolusi hingga 0,1 nm (atau 1 angstrom) atau sama dengan
pembesaran sampai satu juta kali. Meskipun banyak bidang-bidang ilmu
pengetahuan yang berkembang pesat dengan bantuan mikroskop transmisi
elektron ini. Adanya persyaratan bahwa "obyek pengamatan harus setipis
mungkin" ini kembali membuat sebagian peneliti tidak terpuaskan, terutama yang
memiliki objek yang tidak dapat dengan serta merta dipertipis. Karena itu
pengembangan metode baru mikroskop elektron terus dilakukan.
Agar pengamat dapat mengamati preparat dengan baik, diperlukan persiapan
sediaan dengan tahap sebagai berikut : 1. melakukan fiksasi, yang bertujuan untuk
mematikan sel tanpa mengubah struktur sel yang akan diamati. fiksasi dapat
dilakukan dengan menggunakan senyawa glutaraldehida atau osmium tetroksida.
2. pembuatan sayatan, yang bertujuan untuk memotong sayatan hingga setipis
mungkin agar mudah diamati di bawah mikroskop. Preparat dilapisi dengan
monomer resin melalui proses pemanasan, kemudian dilanjutkan dengan
pemotongan menggunakan mikrotom. Umumnya mata pisau mikrotom terbuat
dari berlian karena berlian tersusun dari atom karbon yang padat. Oleh karena itu,
sayatan yang terbentuk lebih rapi. Sayatan yang telah terbentuk diletakkan di atas
cincin berpetak untuk diamati. 3. pelapisan/pewarnaan, bertujuan untuk
memperbesar kontras antara preparat yang akan diamati dengan lingkungan
sekitarnya. Pelapisan/pewarnaan dapat menggunakan logam berat seperti uranium
dan timbal.
b. Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)
Mikroskop pemindai transmisi elektron (STEM)adalah merupakan salah satu tipe
yang merupakan hasil pengembangan dari mikroskop transmisi elektron (TEM).
Pada sistem STEM ini, electron menembus spesimen namun sebagaimana halnya
dengan cara kerja SEM, optik elektron terfokus langsung pada sudut yang sempit
dengan memindai objek menggunakan pola pemindaian dimana objek tersebut
dipindai dari satu sisi ke sisi lainnya (raster) yang menghasilkan lajur-lajur titik
(dots)yang membentuk gambar seperti yang dihasilkan
oleh CRT pada televisi / monitor. Dan Bakal Menjadi Eta Terangkanlah
c. Mikroskop pemindai elektron (SEM)
Mikroskop pemindai elektron (SEM) yang digunakan untuk studi detail arsitektur
permukaan sel (atau struktur jasad renik lainnya), dan objek diamati secara tiga
dimensi. Tidak diketahui secara persis siapa sebenarnya penemu Mikroskop
pemindai elektron (Scanning Electron Microscope-SEM) ini. Publikasi pertama
kali yang mendiskripsikan teori SEM dilakukan oleh fisikawan Jerman dR. Max
Knoll pada 1935, meskipun fisikawan Jerman lainnya Dr. Manfred von Ardenne
mengklaim dirinya telah melakukan penelitian suatu fenomena yang kemudian
disebut SEM hingga tahun 1937. Mungkin karena itu, tidak satu pun dari
keduanya mendapatkan hadiah nobel untuk penemuan itu.
Pada 1942 tiga orang ilmuwan Amerika yaitu Dr. Vladimir Kosma Zworykin, Dr.
James Hillier, dan Dr. Snijder, benar-benar membangun sebuah mikroskop
elektron metode pemindaian (SEM) dengan resolusi hingga 50 nm atau
magnifikasi 8.000 kali. Sebagai perbandingan SEM modern sekarang ini
mempunyai resolusi hingga 1 nm atau pembesaran 400.000 kali. Mikroskop
elektron cara ini memfokuskan sinar elektron (electron beam) di permukaan objek
dan mengambil gambarnya dengan mendeteksi elektron yang muncul dari
permukaan objek.

Cara terbentuknya gambar pada SEM berbeda dengan apa yang terjadi pada
mikroskop optic dan TEM. Pada SEM, gambar dibuat berdasarkan deteksi
elektron baru (elektron sekunder) atau elektron pantul yang muncul dari
permukaan sampel ketika permukaan sampel tersebut dipindai dengan sinar
elektron. Elektron sekunder atau elektron pantul yang terdeteksi selanjutnya
diperkuat sinyalnya, kemudian besar amplitudonya ditampilkan dalam gradasi
gelap-terang pada layar monitor CRT (cathode ray tube). Di layar CRT inilah
gambar struktur objek yang sudah diperbesar bisa dilihat. Pada proses operasinya,
SEM tidak memerlukan sampel yang ditipiskan, sehingga bisa digunakan untuk
melihat objek dari sudut pandang 3 dimensi.
d. Mikroskop pemindai lingkungan elektron (ESEM)
Mikroskop ini adalah merupakan pengembangan dari SEM, yang dalam bahasa
Inggrisnya disebut Environmental SEM (ESEM) yang dikembangkan guna
mengatasi objek pengamatan yang tidak memenuhi syarat sebagai objek TEM
maupun SEM. Obyek yang tidak memenuhi syarat seperti ini biasanya adalah
bahan alami yang ingin diamati secara detail tanpa merusak atau menambah
perlakuan yang tidak perlu terhadap objek yang apabila menggunakat alat SEM
konvensional perlu ditambahkan beberapa trik yang memungkinkan hal tersebut
bisa terlaksana.
Teknologi ESEM ini dirintis oleh Gerasimos D. Danilatos, seorang
kelahiran Yunani yang bermigrasi ke Australia pada akhir tahun 1972 dan
memperoleh gelar Ph.D dari Universitas New South Wales (UNSW) pada tahun
1977 dengan judul disertasi Dynamic Mechanical Properties of Keratin Fibres .
Dr. Danilatos ini dikenal sebagai pionir dari teknologi ESEM, yang merupakan
suatu inovasi besar bagi dunia mikroskop elektron serta merupakan kemajuan
fundamental dari ilmu mikroskopi.

Dengan teknologi ESEM ini maka dimungkinkan bagi seorang peneliti untuk
meneliti sebuah objek yang berada pada lingkungan yang menyerupai gas yang
betekanan rendah (low-pressure gaseous environments) misalnya pada 10-
50 Torr serta tingkat humiditas diatas 100%. Dalam arti kata lain ESEM ini
memungkinkan dilakukannya penelitian objek baik dalam keadaan kering maupun
basah.

Mikroskop ini bekerja dengan cara pertama-tama dilakukan suatu upaya untuk
menghilangkan penumpukan elektron (charging) di permukaan objek, dengan
membuat suasana dalam ruang sample tidak vakum tetapi diisi dengan sedikit gas
yang akan mengantarkan muatan positif ke permukaan objek, sehingga
penumpukan elektron dapat dihindari. Hal ini menimbulkan masalah karena
kolom tempat elektron dipercepat dan ruang filamen di mana elektron yang
dihasilkan memerlukan tingkat vakum yang tinggi. Permasalahan ini dapat
diselesaikan dengan memisahkan sistem pompa vakum ruang objek dan ruang
kolom serta filamen, dengan menggunakan sistem pompa untuk masing-masing
ruang. Di antaranya kemudian dipasang satu atau lebih piringan
logam platina yang biasa disebut (aperture) berlubang dengan diameter antara 200
hingga 500 mikrometer yang digunakan hanya untuk melewatkan elektron ,
sementara tingkat kevakuman yang berbeda dari tiap ruangan tetap terjaga.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. tt. Makalah difraksi elektronhttps [online]. Tersedia:


http//dokumen.tips/documents/makalah-difraksi-elektrondocx.html diakses pada
tanggal 15 Oktober 2017

Anonim. tt. Manfaat Sinar-X dalam Kehidupan Sehari hari [online]. Tersedia:
https://manfaat.co.id/manfaat-sinar-x-dalam-kehidupan-sehari-hari diakses pada
tanggal 15 Oktober 2017

Anonim. tt. Mikroskop Elektron [online]. Tersedia:


http://www.wikiwand.com/id/Mikroskop_elektron diakses pada tanggal 15 Oktober
2017

Aulia, dkk. 2015. Aplikasi Bahan Semikonduktor. FKIP Universitas Jambi

Hamatsu. Photomultiplier Tubes Construction anda Operating Characteristics Connections


to External Circuits. (pdf)

Hanifah. 2013. Difraksi Elektron [online]. Tersedia:


http://www.forumsains.com/artikel/difraksi-elektro/ diakses pada tanggal 15 Oktober
2017

Millikan, R. 1916. A Direct Photoelectric Determination of Planck's "h"" (PDF). Physical


Review 7 (3): 355388)

Saripah, Eppa. 2012. Difraksi Elektron [online]. Tersedia:


https://id.scribd.com/document/91312357/difraksi-elektron diakses pada tanggal 15
Oktober 2017

Serway, R. A., dkk. 1997. Modern Physics, 2nd Edition. Saunders College Publishing

Sinaga, Dr. Parlindungan.tt. FISIKA MODERN. Departemen Pendidikan Fisika FPMIPA UPI:
Bandung

Anda mungkin juga menyukai