Anda di halaman 1dari 24

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sudah lebih dari satu abad para astronom dapat mempelajari komposisi kimia

bintang dan betapa panasnya bintang-bintang itu dengan spektroskopi. Sebuah

spektroskop menguraikan cahaya "putih" dari benda langit menjadi spektrum yang

sangat rinci. Seorang ahli optika Jerman Josep Fraunhofer (1787-1826), yang

mempelajari penemuan Issac Newton, meneliti spektrum yang dibentuk oleh

cahaya yang berasal dari matahari dan melihat adanya sejumlah garis kelam yang

melintasinya. Pada tahun 1859, seorang Jerman lainnya, Gustav Kirchhoff (1824-

1887), menemukan makna garis-garis Fraunhofer itu. Garis-garis tersebut

dihasilkan oleh bahan-bahan kimia pada lapisan terdingin dan teratas matahari

(bintang) yang menyerap cahaya. Setiap zat kimia mempunyai pola garisnya

sendiri, seperti sidik jari. Dengan melihat spektrum matahari, para astronom

menemukan semua unsur yang dikenal di atmosfer bumi pada atmosfer matahari.

Spektroskopi adalah ilmu yang mempelajari materi dan atributnya

berdasarkan cahaya, suara atau partikel yang dipancarkan, diserap atau

dipantulkan oleh materi tersebut. Spektroskopi juga dapat didefinisikan sebagai

ilmu yang mempelajari interaksi antara cahaya dan materi. Sedangkan, spektrum

untuk menggambarkan pelangi warna dalam cahaya tampak ketika cahaya

tersebut terdispersi oleh sebuah prisma. Dengan meneliti garis-garis spektrum

dalam cahaya yang diterima dari bintang jauh atau planet, astronom dapat
2

mendeteksi "sidik jari" tersebut dan menguak komposisi kimia benda yang sedang

diamati. Lebih jauh lagi, panas dari sumber dapat pula ditemukan dengan

mempelajari garis-garis spektrum. Suhu dapat diukur dari intensitas setiap garis

dalam spektrum. Lebar garis memberikan keterangan mengenai suhu, gerakan,

dan adanya medan magnet. Dengan pembesaran, setiap spektrum dapat dianalisi

lebih rinci. Dengan demikian, dalam makalah ini akan dijelaskan lebih lanjut

mengenai teori dasar spektrum bintang dan kalisifikasinya.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana teori dasar spektroskopi bintang?

2. Bagaimana pembentukan spektrum bintang?

3. Bagaimana klasifikasi spektrum bintang?

C. Tujuan

Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui:

1. Teori dasar spektroskopi bintang

2. Pembentukan spektrum bintang

3. Klasifikasi spektrum bintang


3

II. SPEKTROSKOPI BINTANG

A. Teori Dasar Spektroskopi Bintang

Spektroskopi adalah suatu cabang ilmu dalam astronomi yang mempelajari

spektrum benda langit. Dari spektrum suatu benda langit dapat kita peroleh

informasi mengenai temperatur, kandungan/ komponen zat penyusunnya,

kecepatan geraknya, dan lain-lain. Oleh sebab itu, spektroskopi merupakan salah

satu ilmu dasar dalam astronomi. Spektrum sebuah bintang diperoleh dengan

menggunakan alat yang disebut spektrograf.

Newton (1665) menyatakan bahwa cahaya matahari yang tampak putih

apabila dilalukan pada suatu gelas prisma akan terurai dalam berbagai warna.

Uraian warna ini disebut Spektrum. Wollaston (1804) melihat adanya garis gelap

pada spektrum matahari.

Gambar 2.1 Spektrum matahari

Fraunhofer (1815) : Melakukan pengamatan pada spektrum matahari dan

berhasil mengkataloguskan 600 garis. Fraunhofer mendapatkan bahwa spektrum

bintang juga mengandung garis-garis gelap seperti yang terdapat pada matahari.
4

Dengan demikian, matahari adalah sebuah bintang. Apabila seberkas cahaya putih

dilalukan ke dalam prisma, maka cahaya tersebut akan terurai dalam beberapa

warna (panjang gelombang).

Selain dengan prisma, spektrum cahaya juga dapat diuraikan oleh kisi .

Apabila seberkas gas hidrogen dipijarkan akan memancarkan sekumpulan

garis terang atau garis emisi dengan jarak antar satu dan lainnya yang
5

memperlihatkan suatu keteraturan tertentu. Menurut Balmer, panjang gelombang

garis emisi tersebut mengikuti hukum:

1 = 12 1n
dengan:
2 2
l = panjang gelombang,
R
n = bilangan bulat 3, 4, 5, . . . . dan

R = suatu tetapan

Untuk:

n = 3, deret Balmer pertama : Ha pada l = 6563 Å

n = 4, deret Balmer kedua : Hb pada l = 4861 Å

n = 5, deret Balmer ketiga : Hg pada l = 4340 Å

n = 6, deret Balmer keempat : Hd pada l = 4101 Å

.
.
.
n = ¥, limit deret Balmer pada l= 3650 Å

Setelah ditemukan deret Balmer ditemukan deret hidrogen lainnya à Persamaan

deret Balmer masih tetap berlaku dengan mengubah 22 menjadi m2 (m adalah

bilangan bulat mulai dari 1, 2, 3, . . . .)


6

1= m 1 1n

Apabila l dinyatakan dalam cm maka R = 109678
2 2

R
m = 1, ditemukan deret Lyman dengan n = 2, 3, …

m = 3, ditemukan deret Paschen dengan n = 4, 5, …

m = 4, ditemukan deret Bracket dengan n = 5, 6, …

m = 5, ditemukan deret Pfund dengan n = 6, 7, …

B. Pembentukan Spektrum Bintang

Salah satu landasan pembentukan spektrum bintang adalah Hukum Kirchoff

(1859):

1. Bila suatu benda cair atau gas bertekanan tinggi dipijarkan, benda tadi

akan memancarkan energi dengan spektrum pada semua panjang

gelombang.

2. Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan memancarkan energi hanya

pada warna, atau panjang gelombang tertentu saja. Spektrum yang

diperoleh berupa garis-garis terang yang disebut garis pancaran atau garis

emisi. Letak setiap garis atau panjang gelombang garis tersebut merupakan

ciri gas yang memancarkannya.


7

3. Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kontinu dilewatkan melalui

gas yang dingin dan renggang (bertekanan rendah), gas tersebut tersebut

akan menyerap cahaya tersebut pada warna atau panjang gelombang

tertentu. Akibatnya akan diperoleh spektrum kontinu yang berasal dari

cahaya putih yang dilewatkan diselang-seling garis gelap yang disebut

garis serapan atau garis absorpsi.

C. Klasifikasi Spektrum Bintang

Pola spektrum bintang umumnya berbeda-beda, pada tahun 1863 seorang

astronom bernama Angelo Secchi mengelompokan spektrum bintang dalam 4

golongan berdasarkan kemiripan susunan garis spektrumnya. Miss A. Maury dari

Harvard Observatory menemukan bahwa klasifikasi Secchi dapat diurutkan secara

kesinambungan hingga spektrum suatu bintang dengan bintang urutan sebelumnya

tidak berbeda banyak. Klasifikasi yang dibuat oleh Miss Maury selanjutnya

diperbaiki kembali oleh Miss Annie J. Cannon. Hingga sekarang klasifikasi Miss

Cannon ini digunakan.

Perjalanan klasifikasi spektrum bintang digambarkan sebagai berikut.


8

Klasifikasi Secchi Tipe1, Tipe II, Tipe III, dan Tipe IV

Klasifikasi Miss A. Kelas A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P dan

Maury Q
Klasifikasi Miss. Kelas O, B, A, F, G, K, M

Annie J. Cannon
Klasifikasi Miss Annie J. Cannon:

Oh, Be, A, Fine, Girl, Kiss, Me

Penjelasan dari ke 7 spektrum bintang tersebut sebagai berikut.

1. Kelas spektrum O

Bintang kelas O adalah bintang yang paling panas, temperatur permukaannya

lebih dari 25.000 Kelvin. Bintang deret utama kelas O merupakan bintang

yang nampak paling biru, walaupun sebenarnya kebanyakan energinya

dipancarkan pada panjang gelombang ungu dan ultraungu. Dalam pola

spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal dari atom Helium yang

terionisasi 1 kali (He II) dan karbon yang terionisasi dua kali (C III). Garis-

garis serapan dari ion lain juga terlihat, di antaranya yang berasal dari ion-ion

oksigen, nitrogen, dan silikon. Garis-garis Balmer Hidrogen (hidrogen netral)

tidak tampak karena hampir seluruh atom hidrogen berada dalam keadaan

terionisasi. Bintang deret utama kelas O sebenarnya adalah bintang paling

jarang di antara bintang deret utama lainnya (perbandingannya kira-kira 1

bintang kelas O di antara 32.000 bintang deret utama). Namun karena paling

terang, maka tidak terlalu sulit untuk menemukannya. Bintang kelas O

bersinar dengan energi 1 juta kali energi yang dihasilkan Matahari. Karena
9

begitu masif, bintang kelas O membakar bahan bakar hidrogennya dengan

sangat cepat, sehingga merupakan jenis bintang yang pertama kali

meninggalkan deret utama.

2. Spektrum kelas B

Bintang kelas B adalah bintang yang cukup panas dengan temperatur

permukaan antara 11.000 hingga 25.000 Kelvin dan berwarna putih-biru.

Dalam pola spektrumnya garis-garis serapan terkuat berasal dari atom Helium

yang netral. Garis-garis Balmer untuk Hidrogen (hidrogen netral) nampak

lebih kuat dibandingkan bintang kelas O. Bintang kelas O dan B memiliki

umur yang sangat pendek, sehingga tidak sempat bergerak jauh dari daerah di

mana mereka dibentuk, dan karena itu cenderung berkumpul bersama dalam

sebuah asosiasi OB. Dari seluruh populasi bintang deret utama terdapat sekitar

0,13 % bintang kelas B. Contoh : Rigel, Spica


10

3. Spektrum kelas A

Bintang kelas A memiliki temperatur permukaan antara 7.500 hingga 11.000

Kelvin dan berwarna putih. Karena tidak terlalu panas maka atom-atom

hidrogen di dalam atmosfernya berada dalam keadaan netral sehingga garis-

garis Balmer akan terlihat paling kuat pada kelas ini. Beberapa garis serapan

logam terionisasi, seperti magnesium, silikon, besi dan kalsium yang

terionisasi satu kali (Mg II, Si II, Fe II dan Ca II) juga tampak dalam pola

spektrumnya. Bintang kelas A kira-kira hanya 0.63% dari seluruh populasi

bintang deret utama. Contoh : Vega, Sirius


11

4. Spektrum kelas F

Bintang kelas F memiliki temperatur permukaan 6000 hingga 7500 Kelvin,

berwarna putih-kuning. Spektrumnya memiliki pola garis-garis Balmer yang

lebih lemah daripada bintang kelas A. Beberapa garis serapan logam

terionisasi, seperti Fe II dan Ca II dan logam netral seperti besi netral (Fe I)

mulai tampak. Bintang kelas F kira-kira 3,1% dari seluruh populasi bintang

deret utama. Contoh : Canopus, Procyon


12

5. Spektrum kelas G

Bintang kelas G mungkin adalah yang paling banyak dipelajari karena

Matahari adalah bintang kelas ini. Bintang kelas G memiliki temperatur

permukaan antara 5000 hingga 6000 Kelvin dan berwarna kuning. Garis-garis

Balmer pada bintang kelas ini lebih lemah daripada bintang kelas F, tetapi

garis-garis ion logam dan logam netral semakin menguat. Profil spektrum

paling terkenal dari kelas ini adalah profil garis-garis Fraunhofer. Bintang

kelas G adalah sekitar 8% dari seluruh populasi bintang deret utama. Contoh :

Matahari, Capella, Alpha Centauri A


13

6. Spektrum kelas K

Bintang kelas K berwarna jingga memiliki temperatur sedikit lebih dingin

daripada bintang sekelas Matahari, yaitu antara 3500 hingga 5000 Kelvin.

Alpha Centauri B adalah bintang deret utama kelas ini. Beberapa bintang kelas

K adalah raksasa dan maharaksasa, seperti misalnya Arcturus. Bintang kelas K

memiliki garis-garis Balmer yang sangat lemah. Garis-garis logam netral

tampak lebih kuat daripada bintang kelas G. Garis-garis molekul Titanium

Oksida (TiO) mulai tampak. Bintang kelas K adalah sekitar 13% dari seluruh

populasi bintang deret utama. Contoh : Alpha Centauri B, Arcturus,

Aldebaran
14

7. Spektrum kelas M

Bintang kelas M adalah bintang dengan populasi paling banyak. Bintang ini

berwarna merah dengan temperatur permukaan lebih rendah daripada 3500

Kelvin. Semua katai merah adalah bintang kelas ini. Proxima Centauri adalah

salah satu contoh bintang deret utama kelas M. Kebanyakan bintang yang

berada dalam fase raksasa dan maharaksasa, seperti Antares dan Betelgeuse

merupakan kelas ini. Garis-garis serapan di dalam spektrum bintang kelas M

terutama berasal dari logam netral. Garis-garis Balmer hampir tidak tampak.

Garis-garis molekul Titanium Oksida (TiO) sangat jelas terlihat. Bintang kelas

M adalah sekitar 78% dari seluruh populasi bintang deret utama. Contoh :

Proxima Centauri, Antares, Betelgeuse


15

Rangkuman klasifikasi bintang dapat dilihat pada tabel berikut.

Warna Garis-garis
Kelas Temperatur Massa Radius Luminositas
Bintang Hidrogen
30,000 - 60,000
O Biru 60 15 1,400,000 Lemah
K
10,000 - 30,000
B Biru-putih 18 7 20,000 Menengah
K
7,500 - 10,000
A Putih 3.2 2.5 80 Kuat
K
Kuning-
F 6,000 - 7,500 K 1.7 1.3 6 Menengah
putih
G 5,000 - 6,000 K Kuning 1.1 1.1 1.2 Lemah
K 3,500 - 5,000 K Jingga 0.8 0.9 0.4 Sangat lemah
Hampir tidak
M 2,000 - 3,500 K Merah 0.3 0.4 0.04
terlihat
Klasifikasi spektrum bintang O, B, A, F, G, K, M masih dapat dibagi lagi ke

dalam sub-sub kelas, yaitu:

O0, O1, O2, O3, ………, O9

B0, B1, B2, B3, . . . . . . . . ., B9


16

A0, A1, A2, A3, ...………, A9

F0, F1, F2, F3, ………….., F9

dst

M0, M1, M2, M3, ………..., M9

Semakin besar angka yang menyatakan, menunjukkan suhu bintang semakin

rendah pula. Pengunaan subkelas ini dimaksudkan agar pengklasifikasian

spektrum bintang menjadi lebih spesifik sehingga lebih jelas dan tepat.

Selain berdasarkan spektrum, klasifikasi bintang juga dibagi berdasarkan

luminisotas bintang. Bintang dalam kelas spektrum tertentu ternyata dapat

mempunyai luminositas yang berbeda. Klasifikasi ini disebut Klasifikasi Yerkes

atau disebut juga sebagai klasifikasi MKK dari inisial para pengembangnya pada

tahun 1943, yaitu William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan dan Edith Kellman

dari Observatorium Yerkes.

Klasifikasi ini mendasarkan diri pada ketajaman garis-garis spektrum yang

sensitif pada gravitasi permukaan bintang. Gravitasi permukaan berhubungan

dengan luminositas yang merupakan fungsi dari radius bintang.

Klasifikasi Yerkes atau kelas luminositas membagi bintang-bintang ke dalam

kelas berikut :

 0 maha maha raksasa (hypergiants)

 I maharaksasa (supergiants)

o Ia maharaksasa terang

o Iab kelas antara maharaksasa terang dan yang kurang terang


17

o Ib maharaksasa kurang terang

 II raksasa terang (bright giants)

 III raksasa (giants)

 IV sub-raksasa (subgiants)

 V deret utama atau katai (main sequence atau dwarf)

 VI sub-katai (subdwarfs)

 VII katai putih (white dwarfs)

Contoh – contoh bintang berdasarkan kelas luminositanya adalah sebagai berikut.

Giant Star (bintang raksasa)

Giant star mempunyai luminositas (luminositas: intensitas cahaya/energi yang

dipancarkan bintang per detik) hingga 1000 kali luminositas Matahari dan bisa

200 kali lebih besar. Contoh giant star adalah Aldebaran, atau α Tauri, bintang

tercerah di konstelasi Taurus.

Aldebaran, diambil dari pesawat Cassini, dengan background cincin Saturnus

– Aldebaran dari google earth

Supergiant Star (bintang super-raksasa)

Supergiant merupakan bintang terbesar. Yang terbesar yang ditemukan sejauh ini

luminositasnya 10 juta kali luminositas Matahari. Jika Matahari sebesar itu, tidak
18

akan ada Bumi karena sudah ‘dilahap’ dan bintang ini masih lebih besar dari itu.

Contoh supergiant adalah Betelgeuse (α Ori), Rigel (β Ori), dan μ Cephei.

Betelgeuse

Dwarf (bintang katai/cebol)

Matahari kita merupakan dwarf. Selama masa hidupnya, bintang mengalami

banyak fase. Bila ukurannya seimbang dengan beratnya, bintang itu disebut

‘dwarf’.

Matahari

 Dwarf coklat (brown dwarf) merupakan bintang gagal yang tidak cukup

panas untuk menjadi bintang yang normal.


19

 Dwarf putih (white dwarf) adalah bintang mati yang perlahan-lahan

menghabiskan bahan bakarnya. Penamaan ‘putih’ sebenarnya tidak terlalu

tepat, karena bintang ini berubah warna dari putih menjadi merah. Namun

pada akhirnya, bintang ini akan menjadi dwarf hitam (black dwarf) –

bintang mati yang sudah tidak punya luminositas.

 Dwarf coklat dan putih diyakini merupakan bintang-bintang yang

‘menghuni’ dark matter (materi gelap) di alam semesta.

Brown dwarf – White dwarf

Bintang Neutron

Setelah meledak menjadi supernova, bintang yang massanya dua kali massa

Matahari akan menjadi bintang neutron. bintang ini meledak dan menghancurkan

atom-atomnya, dan menyatukan proton dan elektron sehingga hanya menyisakan

neutron hasil fusi tersebut.

Hal ini membuat bintang neutron menjadi sangat mampat/padat. bintang neutron

yang diameternya sekitar 30 km massanya sama dengan massa Matahari. Jika kita

bisa memindahkan materi sebanyak satu sendok teh ke Bumi, materi kecil itu akan

seberat gunung. bintang neutron berputar dengan kecepatan sangat tinggi.

Beberapa bahkan berputar ratusan kali per detik.


20

Bintang Neutron

Pulsar

Pulsar, atau ‘pulsating star’, adalah bintang neutron yang memancarkan getaran

radiasi yang teratur – biasanya gelombang radio – dari kutub magnetiknya.

Contoh pulsar adalah PSR+121 (yang merupakan pulsar radio). Pulsar ini

merupakan bintang neutron pertama yang diketahui sebagai pulsar. Radiasi lain

yang dipancarkan adalah sinar X dan sinar Gamma.

PSR B1509-58 – Pulsar

Magnetar

Magnetar diyakini merupakan bintang neutron yang mempunyai medan magnet

jauh lebih kuat.


21

SGR 1900+14 – Magnetar

Kelas Luminositas Bintang dari Morgan-Keenan (MK) digambarkan dalam

diagram Hertzprung-Russell (diagram H-R) di bawah ini.

Klasifikasi spektrum bintang sekarang ini merupakan penggabungan dari kelas

spektrum dan kelas luminositas.

Contoh :
22

- G2 V : Bintang deret utama kelas spektrum G2

- G2 Ia : Bintang maharaksasa yang sangat terang kelas spektrum G2

- B5 III : Bintang raksasa kelas spektrum B5

- B5 IV : Bintang subraksasa kelas spektrum B5

III. KESIMPULAN
23

Kesimpulan dari makalah ini, antara lain sebagai berikut.

1. Spektroskopi adalah suatu cabang ilmu dalam astronomi yang mempelajari

spektrum benda langit. Dari spektrum suatu benda langit dapat kita

peroleh informasi mengenai temperatur, kandungan/ komponen zat

penyusunnya, kecepatan geraknya, dan lain-lain.

2. Klasifikasi spektrum bintang dibedakan menjadi dua, yaitu berdasarkan

kelas spektrum, dan berdasarkan kelas luminositasnya.

3. Berdasarkan spektrum cahaya ada 7 kelas, yaitu bintang kelas O B A F G

K dan M.

4. Berdasarkan luminositasnya ada 7 kelas, yaitu:

 0 maha maha raksasa (hypergiants)

 I maharaksasa (supergiants)

 II raksasa terang (bright giants)

 III raksasa (giants)

 IV sub-raksasa (subgiants)

 V deret utama atau katai (main sequence atau dwarf)

 VI sub-katai (subdwarfs)

 VII katai putih (white dwarfs)

DAFTAR PUSTAKA
24

Ahyan, Azanul. 2015. Mengenal spektroskopi - spektrum. Dari situs


http://azanulahyan.blogspot.co.id/2015/11/mengenal-spektroskopi-
spektrum.html tanggal 24 April 2016

Gunawan, Hans. 2008. Dasar - Dasar Spektroskopi Bintang. Dari situs


http://hansgunawan-astronomy.blogspot.co.id/2008/12/spectroscopy.html
tanggal 24 April 2016

Laksmana,Tri. Bintang Variabel Cepheid Sebagai Indikator Utama Dalam Tangga


Jarak Kosmik Dan Perannya Dalam Penentuan Konstanta Hubble
(Makalah AS-4110 Gravitasi &Kosmologi II). Bandung: ITB

Purnomo, Sidik. 2008. Spektrum Bintang. Dari situs


http://sidikpurnomo.net/spektrum-bintang.html tanggal 24 April 2016

Utama, Judhistira Aria. Bahan Ajar Bumi dan Antariksa. Dari situs
file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/.../Presentasi%20Materi%206.ppt tanggal
24 April 2016

Wikipedia, ensiklopedia bebas.2016. Klasifikasi Bintang. Dari


https://id.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_bintang tanggal 24 April 2016

Yosaphat Sumardi,dkk. 2003. Ilmu Pengetahuan Bumi dan Antariksa.


Yogyakarta: Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai