W.H. Wollaston
(1766 – 1828) Spektrum Matahari.
http://www.coseti.org/highspec.htm
Fraunhofer (1815) : Melakukan pengamatan pada
spektrum matahari dan berhasil mengkataloguskan 600
garis.
F
raunhofer (1823) : Mendapatkan bahwa
spektrum bintang juga mengandung garis-
garis gelap seperti yang terdapat pada
matahari. Dengan demikian, matahari
adalah sebuah bintang.
Garis-garis spektrum pada bintang
Joseph von Fraunhofer
dapat dibentuk di laboratorium
(1787 – 1826)
Pembentukan Spektrum
Apabila seberkas cahaya putih dilalukan ke dalam
prisma, maka cahaya tersebut akan terurai dalam
beberapa warna (panjang gelombang)
Spektrum
R
6 000 Å
O
Prisma Y 5 000 Å
G
B 4 000 Å
V
Selain dengan prisma, spektrum cahaya juga dapat
diuraikan oleh kisi-kisi digunakan dalam spektrograf
Spektrum
V
4 000 Å B
G
5 000 Å Y
O
Cahaya
6 000 Å R datang
Kisi-kisi
Hukum Kirchoff (1859)
1. Bila suatu benda cair atau gas
bertekanan tinggi dipijarkan, benda
tadi akan memancarkan energi dengan
spektrum pada semua panjang
gelombang
Gustav R. Kirchoff
(1824 – 1887)
Spektrum Kontinu
2. Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan
memancarkan energi hanya pada warna, atau
panjang gelombang tertentu saja. Spektrum yang
diperoleh berupa garis-garis terang yang disebut garis
pancaran atau garis emisi. Letak setiap garis atau
panjang gelombang garis tersebut merupakan ciri gas
yang memancarkannya.
Spektrum Garis
Gas panas
3. Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kontinu
dilewatkan melalui gas yang dingin dan renggang
(bertekanan rendah), gas tersebut tersebut akan
menyerap cahaya tersebut pada warna atau panjang
gelombang tertentu. Akibatnya akan diperoleh
spektrum kontinu yang berasal dari cahaya putih yang
dilewatkan diselang-seling garis gelap yang disebut
garis serapan atau garis absorpsi.
garis emisi
Deret Balmer
Apabila seberkas gas hidrogen dipijarkan
akan memancarkan sekumpulan garis
terang atau garis emisi dengan jarak antar
satu dan lainnya yang memperlihatkan
suatu keteraturan tertentu. Menurut Balmer
(ahli fisika dari Swiss), panjang gelombang
Johann J. Balmer garis emisi tersebut mengikuti hukum
(1825 – 1898)
1 1 1
=R . . . . . . . . . . . (5-1)
λ 22 n2
λ = panjang gelombang, n = bilangan bulat 3, 4, 5, . . . .
dan R = suatu tetapan
Untuk :
n=3 deret Balmer pertama : Hα pada λ = 6563 Å
n=4 deret Balmer kedua : Hβ pada λ = 4861 Å
n=5 deret Balmer ketiga : Hγ pada λ = 4340 Å
n=6 deret Balmer keempat : Hδ pada λ = 4101 Å
.
.
.
n=∞ limit deret Balmer pada λ= 3650 Å
Hδ Hγ Hβ Hα
∞
4
3
Hα Hβ Hγ Deret Balmer
2
13,6 eV
Lα Lβ Lγ Deret Lyman
n=1
Tingkat energi dasar
Teori Atom Hidrogen Bohr
Atom hidrogen terdiri dari inti yang
bermuatan positif (proton) yang dikelilingi
oleh sebuah elektron
Massa proton (M) >> massa elektron (me)
tingkat energi
orbit dapat dianggap lingkaran
Misalkan : N.H.D. Bohr
r = jarak elektron-proton (1885 – 1962)
proton
elektron -
r
+ v = kecepatan elektron
v E = energi yang dipancarkan elektron
elektron berada dalam orbitnya
dalam pengaruh gaya sentral yg
disebabkan gaya elektrostatik
Energi elektron terdiri dari :
Energi kinetik (EK) dan energi potensial (EP)
Energi total elektron adalah,
E = EK + EP . . . . . . . . . . . . . . (5-3)
1 . . . . . . . . . . . . . . (5-4)
EK = me v2
2
Menurut Coulomb, gaya elektrostatik antara proton
dan elektron adalah,
e2 muatan elektron
F=k . . . . . . . . . . . . . . . . (5-5)
r2
K= knstanta
colloumb = 9 x 10^9
Supaya elektron tetap stabil dalam orbitnya, gaya elek-
trostatik ini harus diimbangi oleh gaya sentrifugal
Mev 2 . . . . . . . . . . . . . . . . (5-6)
F=
r
e2
Dari pers (5-5) : F = dan pers. (5-6) diperoleh,
r2
ke2
EP = − . . . . . . . . . . . (5-9)
r
berarti tarik menarik
Dari pers. (5-3), (5-8) dan (5-9) diperoleh,
H = me v r = e(k/mer)1/2 . . . . . . . . . (5-11)
Menurut Bohr, elektron hanya dapat bergerak
mengelilingi proton pada orbit tertentu dan jarak orbit
tersebut (r) memungkinkan momentum sudut elektron di
sekitar inti mempunyai harga yang diberikan oleh
kelipatan
h konstanta Planck
2π
konsep ini disebut momentum sudut yang terkuantisasi
elektron terkuantisasi
Jadi menurut Bohr, momentum sudut elektron dapat
dinyatakan oleh,
nh
H= . . . . . . . . . . . . . . . . . . (5-12)
2π
n = 1, 2, 3, . . . . = tingkat energi
nh
Dari pers. (5-11) : H = e(mer)1/2 dan (5-12) : H =
2π
nh
diperoleh, = e(k/me r)1/2 . . . . . . . . . . . . . . . (5-13)
2π
Karena itu radius orbit Bohr dapat dinyatakan oleh,
n2 h2 . . . . . . . . . . . . . . . (5-14)
r= 2 2
4π ke me
e = 4,803 x 10-10 statcoulomb (gr1/2 cm3/2 s-1)
me = 9,1096 x 10-28 gr
h = 6,626 x 10-27 erg s
Jika harga-harga ini dimasukan ke pers. (5-14) dan
ambil n = 1 maka diperoleh (1 erg = 1 gr cm2 s-2)
r = 5,29 x 10-9 cm = 0,5290 Å
n2 h2
Apabila harga r dalam pers. (5-14) : r =
4π 2 ke2 me
ke2
disubtitusikan ke, pers. ( 5-10) :E=
2r
dan kita masukan harga e, me serta h akan diperoleh
energi orbit Bohr yaitu,
2π 2 e4 me 2,18 x 10-11 13,6
En = = ergs = eV . .(5-15)
n h
2 2 n 2
n2
akan diperoleh,
13,6 13,6 1 1 . . (5-17)
hυ = Em – En = 2 = 13,6 2
m n 2 m n2
Oleh karena υ = c/λ, maka
1 1
pers. (5-17) : hυ = 13,6 2
m n2
hc 1 1
dapat dituliskan menjadi, = 13,6 . . (5-18)
λ m2 n2
Apabila harga c dan h dimasukan ke pers. (5-18) maka
akan diperoleh,
Sama dengan
1 1 1
yang ditemukan = 109 678 . . . . . . . (5-19)
oleh Balmer λ m2 n2
secara empiris
Konstanta Rydberg (R),
λ dinyatakan dalam cm
Suatu atom yang elektronnya berada ditingkat yang
lebih tinggi dari tingkat dasar, dikatakan atom
tersebut berada dalam keadaan tereksitasi
Pada umumnya suatu atom berada keadaan
tereksitasi di tingkat energi tertentu hanya dalam
waktu yang singkat, sekitar 10-8 detik.
Selanjutnya elektron akan kembali lagi ke tingkat
yang lebih rendah dengan disertai pemancaran
foton, atau dapat juga meloncat ke tingkat yang
lebih tinggi dengan menyerap foton.
Tingkat energi Atom
Diagram tingkat energi atom
Elektron bebas
deeksitasi eksitasi
proton
4 3 2 1
Tingkat energi
hυ
hυ
eksitasi deeksitasi
tingkat energi
elektron
Photons
Atmosfer bintang temp.
lebih dingin sehingga
menyerap foton
Bintang
Fotosfer merupakan
sumber spektrum kontinum
B Garis Emisi
Atmosfer
Garis Emisi
Kalau atmosfernya tipis,
garis emisi tidak teramati
Spektrum Kontinu, berasal
dari fotosfer bintang
Klasifikasi Spektrum Bintang
Pola spektrum bintang umumnya berbeda-beda, pada
tahun 1863 seorang astronom Italia bernama Angelo
Secchi mengelompokan spektrum bintang dalam
empat golongan berdasarkan kemiripan susunan
garis spektrumnya.
Miss A. Maury dari Harvard Observatory
menemukan bahwa klasifikasi Secchi
dapat diurutkan secara kesinambungan
hingga spektrum suatu bintang dengan
bintang urutan sebelumnya tidak Antonia Maury
(1866 – 1952)
berbeda banyak.
Klasifikasi Spektrum Bintang
Klasifikasi yang dibuat oleh Miss Maury
selanjutnya diperbaiki kembali oleh Miss
Annie J. Cannon. Hasil klasifikasi Miss
Cannon inilah yang sekarang digunakan.
Klasifikasi Miss Annie J. Cannon. A. J. Cannon
(1863 – 1941)
O, B, A, F, G, K, M
He I
Spektrum Bintang Kelas O
600
Hη
500 Hζ
Hε
400
Hδ
Intensitas
Hγ
300
HeII
HeII
200 Hβ
100 Hα
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Kls. Spek : B
Warna : Biru
Temperatur : 11 000 – 30 000 K
He I He I
He II
Spektrum Bintang Kelas B
400
Hζ
Hη Hε HeI (4026)
350
Hθ
Hδ HeI (4744)
300
Hγ
250 HeI (4471)
Intensitas
200
Hβ
150
100
Hα
50
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Kls. Spek : A
Warna : Biru
Temperatur : 7 500 – 11 000 K
Ciri Utama : Garis hidrogen tampak sangat kuat. Garis
magnesium silikon, besi, titanium dan kalsium
terionisasi satu kali mulai tampak. Garis logam
netral tampak lemah.
Contoh : Bintang Sirius dan Vega
Hθ Hη Hζ Hε Hδ Hγ Hβ Hα
Spektrum Bintang Kelas A
200
180 Hε Hδ
Hη Hζ Hγ
160
140 Hβ
Hθ
120
Intensitas
100
Hα
80
60
40
20
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Kls. Spek : F
Warna : Biru keputih-putihan
Temperatur : 6 000 – 7 500 K
Ciri Utama : Garis hidrogen tampak lebih lemah daripada
kelas A, tapi masih jelas. Garis-grais kalsium,
besi dan chromium terionisasi satu kali dan juga
garis besi dan chromium netral serta garis logam
lainnya mulai terlihat.
Contoh : Bintang Canopus dan Proycon
Hθ Hη Hζ Hε Hδ Hγ Hβ Hα
120
100
80
Intensitas
60
40
Hζ
Hε Hδ Hγ Hβ Hα
20
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Kls. Spek : G
Warna : Putih kekuning-kuningan
Temperatur : 5 000 – 6000 K
K Lines G Band
Spektrum Bintang Kelas G
140
K+H Lines
120 G band
100
Intensitas
80
60
40
Hδ Hγ Hβ Mg I Mg I Hα
20
Hε
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Kls. Spek : K
Warna : Jingga kemerah-merahan
Temperatur : 3 500 – 5000 K
Ciri Utama : Garis logam netral tampak mendominasi. Garis
hidrogen lemah sekali. Pita molekul TiO mulai
tampak
Contoh : Bintang Acturus dan Aldebaran
Ca I (4227) Hβ Hα
H Lines (tidak tampak)
Mg I Mg I (sudah tidak tampak)
K Lines G Band
Spektrum Bintang Kelas K
120
100
80
Intensitas
G band
60
H Lines
40 K Lines
Ti O
20 Hδ Hγ Hβ Mg I Mg I Hα
Ca I Fe I
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Kls. Spek : M
Warna : Merah
Temperatur : 2 500 – 3 000 K
G Band
H Lines
Spektrum Bintang Kelas M
300
250
200
Intensitas
150 Ti O
Ti O Ti O
Mg I
Ti O
100
Ca I
50
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang (Å)
Urutan Kelas Spektrum Bintang
O 50 000 oK
B 20 000 oK
A 10 000 oK
F 7 500 oK
G 6 000 oK
K 4 000 oK
M 3 500 oK
Subkelas
Klasifikasi spektrum bintang O, B, A, F, G, K, M masih
dibagi lagi dalam subkelas, yaitu
HeI
HeII TiO
Kuat garis
Spektrum
FeI CaI
MgII FeII
SiIII SiII
B0 A0 F0 G0 K0 M0 Kls Spektrum
http://anzwers.org/free/universe/hr.html
Klasifikasi spektrum bintang sekarang ini merupakan
penggabungan dari kelas spektrum dan kelas
luminositas.
Contoh :
G2 V : Bintang deret utama kelas spektrum G2
G2 Ia : Bintang maharaksasa yang sangat terang kelas
spektrum G2
B5 III : Bintang raksasa kelas spektrum B5
B5 IV : Bintang subraksasa kelas spektrum B5
Spektrum Bintang Subkelas V
Hε H δ Hγ Hβ Hα
O5 V
B0 V
B5 V
A1 V
A5 V
F0 V
F5 V
G0 V
G4 V
K0 V
K5 V
M0 V
M5 V
Spektrum Bintang Deret Utama Kelas O-K
Hη Hζ Hε Hδ Hγ Hβ Hα
O5
O7-B0
B3-4
B6
Intensitas Relatif
A1-3
A5-7
A8
A9-F5
F6-7
F8-9
G1-2
G6-8
G9-K0
K4
K5
M2
Intensitas Relatif
M4
http://astro1.phys.uniroma1.it/nesci/lezlab3/gray/Gray10.html
Effek Luminositas pada bintang kelas A0
http://astro1.phys.uniroma1.it/nesci/lezlab3/gray/Gray12.html
Efek Doppler
Pada tahun 1842, Christian Doppler
menunjukkan bahwa jika suatu sumber
cahaya bergerak mendekati pengamat,
frekuensinya menjadi lebih tinggi (λ lebih
pendek), dan sebaliknya. Peristiwa ini
C. Doppler
disebut efek Doppler.
(1803 – 1853)
Δλ 1 + vr /c
= − 1 . . . . . . . . .(5-24)
λo 1 − vr /c
c = kecepatan cahaya, ∆λ = pergeseran Doppler,
λo = panjang gelombang diam (panjang gelombang
sumber jika sumber dan pengamat berada pada
kecepatan yang sama).
λdiamati λo
∆λ
∆ λ = λdiamati - λo
Δλ 1 + vr /c
Jika vr << c, pers. (5-24) : = −1
λo 1 − vr /c
∆λ vr . . . . . . . . . . . . . (5-25)
menjadi, =
λ c
Jika vr positif sumber bergerak menjauhi pengamat
vr negatif sumber bergerak mendekati pengamat
Dengan menggunakan spektrograf, spektrum bintang
dapat direkam bersama dengan spektrum pembanding.
Dari garis spektrum pembanding, dapat diukur λo.
Jika bintang bergerak terhadap pengamat,
pergeseran Doppler garis spektrumnya (∆λ) dapat
diukur, sehingga kecepatan radial bintang dapat
ditentukan dari persamaan (5-25).
Pelebaran Garis Spektrum
Garis spektrum tidak merupakan garis yang tajam,
tetapi mempunyai lebar tertentu. Pelebaran garis ini
disebabkan oleh beberapa hal, antara lain :
Pengaruh langsung dari atom sendiri :
Pelebaran Alamiah
Pelebaran Doppler
Pelebaran Tumbukan
Efek Zeeman
Pengaruh dari luar :
Rotasi bintang
Pengembangan selubung bintang (Profil P-Cygni)
Turbulensi atmosfer bintang
1. Pelebaran alamiah
Atom mempunyai tingkat enegi yang diskret.
Tingkat energi tersebut sebenarnya tidak tajam.
Harga energi yang diberikan pd suatu tingkat
energi, sebenarnya adalah harga yang paling
mungkin untuk tingkat tersebut.
Suatu atom yang berada pada tingkat tersebut
dapat mempunyai energi yang berbeda dari harga
yang paling mungkin itu.
Karenanya, λ foton yang bisa diserap atom untuk
mengeksitasikan elektronnya juga bukan merupa-
kan harga yang pasti, tetapi bisa berkisar pada
harga tertentu.
Akibatnya garis spektrum yang dihasilkan oleh
sekumpulan atom tidak tajam tetapi agak lebar.
2. Pelebaran Doppler
Atom yang memberikan suatu garis spektrum tidak
diam tetapi bergerak ke berbagai arah.
Makin tinggi temperatur, gerak atom makin cepat.
Akibat efek Doppler, setiap atom akan menyerap
foton dengan λ yang berbeda-beda, bergantung
pada kecepatan radialnya terhadap pengamat. Hal
ini mengakibatkan pelebaran garis spektrum
3. Pelebaran Tumbukan
Tingkat energi suatu atom dapat terganggu oleh
adanya atom atau ion yang lewat di dekatnya,
atau yang menumbuknya.
Akibatnya, tingkat energi atom akan berubah
sedikit sehingga λ foton yang dapat diserap agak
berbeda dengan kalau tidak ada gangguan: atom
akan memberikan garis yang lebar.
Tingkat 2p
energi
1s
Spektrum
1s
Spektrum
http://www.astroman.fsnet.co.uk/wr.htm
Garis emisi pada spektrum bintang WR, berasal dari
materi yang dilontarkan bintang dan membentuk
selubung yang melingkupi bintang.
Pelontaran materi ini berlangsung dengan kecepatan
(v) yang tinggi.
Akibatnya terjadi efek Doppler pada garis emisi.
http://hubblesite.org/newscenter/newsdesk/archive/releases/1998/38/image/a
2. Bintang P-Cygni
Spektrumnya mempunyai garis emisi yang kuat dari
H dan He yang berdampingan dengan garis absorpsi
pada sisi gelombang yang pendek
Spektrum bintang
P-Cygni
Spektrum bintang P-Cygni pada garis Hα
http://www.astrosurf.com/buil/us/peculiar2/pcygni.htm
Bintang golongan P-Cygni menunjukkan peristiwa
letupan secara acak.
Contoh : bintang P-Cygni
tahun 1600 - 1606 : dari tak terlihat menjadi mv = 3,
menurun lagi menjadi mv = 6
tahun 1655 : mv = 3,5
tahun 1659 : mv = 5,2 sekarang
Bintang A
Selubung
B
λo λ
Bintang A
λo λ
Bintang A
λo λ
Bila selubung mengembang dengan kecepatan tinggi,
pengamat akan melihat bagian A bergerak ke arah
pengamat :
garis absorpsinya akan mengalami pergeseran
Doppler ke arah λ pendek.
bagian B mengembang ke atas dan ke bawah, dan
garis emisinya tetap simetris terhadap panjang
gelombang diamnya .
B
Bintang A
B
λo λ
∆λ vr
λ = c
λo = λdiam
vr = kecepatan radial,
c = kecepatan cahaya
λ λo λ
Δλ
Dari hasil penelitian pada berbagai bintang yang
mempunyai garis spektrum berbentuk profil P-Cygni
diperoleh bahwa kecepatan pengembangan
selubung lebih besar daripada kecepatan yang
diperlukan untuk lepas dari medan gravitasi bintang;
ini berarti selubung yang mengembang tersebut
akan lepas dari bintangnya
Adanya profil P-Cygni pada spektrum bintang
merupakan petunjuk bintang tersebut sedang
mengalami proses kehilangan massa.
3. Bintang Be (emisi)
Spektrumnya termasuk kelas B dengan garis emisi
pada deret Balmer (Hα, Hβ) dan garis helium netral
(HeI), Kadangkala garis-garis emisi ini tampak juga
pada garis metal terionisasi.
Menurut Struve (1931) garis emisi ini disebabkan
karena bintang Be memiliki selubung dingin di sekitar
bintang kelas B yang berotasi sangat cepat.
Yang menjadi masalah sekarang adalah, darimana
selubung bintang ini berasal ?
Untuk bintang Be yang merupakan pasangan bintang
ganda, selubung ini kemungkinan besar dihasilkan
oleh proses akresi massa dari bintang pasangannya.
Untuk bintang Be tunggal, jawaban yang paling
mungkin adalah berasal dari bintang itu sendiri, yaitu
adanya pelontaran massa dari permukaannya.
Materi yang dilontarkan itu makin lama akan
berakumulasi sehingga membentuk selubung yang
menyebabkan munculnya garis-garis emisi yang
dapat diamati dari bumi.
Bukti bahwa bintang Be mengalami pelontaran
massa dapat dilihat dari profil garis spektrumnya
yang tidak simetri dan cendrung membentuk
profil P-Cygni.
Spektrum Bintang Be
http://cfa-www.harvard.edu/~pberlind/atlas/images/HD174638.B7Ve.gif
Pada awalnya diperkirakan mekanisme pelontaran
massa ini disebabkan oleh rotasi bintang yang sangat
cepat
Pendapat ini kurang kuat karena ada bintang Be
yang memiliki kecepatan rotasi yang rendah.
Teori yang sekarang diyakini kebenarannya adalah teori
angin bintang yang didorong oleh tekanan radiasi
bintang yang menjadi pusatnya.
Teori ini menyatakan bahwa tekanan radiasi bintang
mendorong materi di sekitarnya sehingga materi-
materi tersebut terlontar ke luar dan membentuk
selubung.
Bentuk garis emisi bintang Be :
Ada tiga bentuk propil garis emisi bintang Be yaitu,
Menghasilkan Menghasilkan
garis emisi garis emisi
Selubung Bintang
Pengamat
Menghasilkan
Menghasilkan garis absorpsi
garis emisi
Selubung Bintang
Menghasilkan garis emisi
garis absorpsi Penga-
Selubung Bintang
mat
Menghasilkan garis emisi
Variasi V/R
Walaupun pada awalnya model ini diyakini
kebenarannya, namun sekarang tidak berlaku lagi.
Mengapa?
Saat ini telah banyak diamati bintang Be yang garis
emisinya berubah dari bentuk Be menjadi bentuk
shell dan kemudian berubah lagi menjadi bintang
kelas B normal atau kebalikannya (Be B shell B
normal)
Kalau teori perbedaan arah pandang di atas benar,
maka haruslah bintang tersebut berubah inklinasinya
dan hal ini tidak mungkin.
Fase Be
July 1974
Fase Shell
Desember 1974
Fase B normal
Oktober 1975