Anda di halaman 1dari 94

PERTEMUAN 5 & 6: ASTROFISIKA & FISIKA BINTANG

TUTORIAL ASTRONOMI
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG TAHUN 2021
PERTEMUAN 5
ASTROFISIKA
TUTORIAL ASTRONOMI
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG TAHUN 2021

0 8 2 1 2 7 9 1 1 9 3 6 , M A MA N R U K MA N A @ OU T LO OK .CO. I D
SPEKTROSKOPI BINTANG
ASTROFISIKA
Gelombang Elektromagnetik
Untuk mempelajari benda-benda langit,
informasi yang diterima hanyalah berupa
seberkas cahaya.
1. Pancaran gelombang radio, dengan  antara
beberapa milimeter sampai 20 meter
2. Pancaran gelombang inframerah, dengan 
sekitar 7500 Å hingga sekitar 1 mm (1 Å = 1
Angstrom = 10-8 cm)
3. Pancaran gelombang optik atau pancaran
kasatmata dengan  sekitar 3 800Å sampai 7
500 Å
4. Pancaran gelombang ultraviolet, sinar X dan
sinar  yang mempunyai < 3 500 Å
Panjang Gelombang Optik
➢ merah  : 6 300 – 7 500 Å Dengan mengamati pancaran gelombang
➢ merah oranye  : 6 000 – 6 300 Å elektromagnetik, kita dapat mempelajari beberapa
➢ oranye  : 5 900 – 6 000 Å hal yaitu:
➢ kuning  : 5 700 – 5 900 Å 1. Arah pancaran. Dari pengamatan, kita dapat
mengetahui letak dan gerak bintang yang
➢ kuning hijau  : 5 500 – 5 700 Å
memancarkannya.
➢ hijau  : 5 100 – 5 500 Å
2. Kuantitas pancaran. Kita bisa mengukur kuat atau
➢ hijau biru  : 4 800 – 5 100 Å kecerahan pancaran.
➢ biru : 4 500 – 4 800 Å
3. Kuatlitas pancaran. Dalam hal ini kita bisa
➢ biru ungu  : 4 200 – 4 500 Å mempelajari warna, spektrum maupun
➢ ungu  : 3 800 – 4 200 Å polarisasinya.
Hukum Pancaran
Untuk memahami sifat pancaran suatu benda kita hipotesikan suatu pemancar sempurna yang
disebut benda hitam (black body).
➢ Pada keadaan kesetimbangan termal, temperature benda hanya ditentukan oleh jumlah energi
yang diserapnya per detik
➢ Suatu benda hitam tidak memancarkan seluruh gelombang elektromagnetik secara merata.
Benda hitam bisa memancarkan cahaya biru lebih banyak dibandingkan dengan cahaya merah
atau sebaliknya. -27
h = Tetapan Planck = 6,625 x 10 erg det
➢ Menurut Max Planck (1858-1947), k = Tetapan Boltzmann = 1,380 x 10-16 erg/ oK
c = Kecepatan cahaya = 2,998 x 1010 cm/det
T = Temperatur dalam derajat Kelvin (oK)

B (T) = Intensitas spesifik (I) = Jumlah energi yang mengalir pada arah tegak lurus permukaan per cm2 per detik, per steradian
Hukum Wien
Panjang gelombang maksimum (maks) pancaran benda
hitam dapat ditentukan dengan menggunakan Hukum
Wien yaitu

Intensitas
maks dinyatakan dalam cm dan T dalam derajat Kelvin
Hukum Wien ini menyatakan bahwa makin tinggi
temperatur suatu benda hitam, makin pendek panjang
gelombangnya 0 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 1.75 2.00
Panjang Gelombang

Hal ini dapat digunakan untuk menerangkan gejala


bahwa bintang yang temperaturnya tinggi akan tampak
berwarna biru, sedangkan yang temperatur-nya rendah
tampak berwarna merah.
Contoh Soal Hukum Wien
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa puncak spektrum bintang A dan bintang B masing-masing berada
pada panjang gelombang 0,35 m dan 0,56 m. Tentukanlah bintang mana yang lebih panas, dan seberapa
besar perbedaan temperaturnya
Jawab : maks A = 0,35 m , maks B = 0,56 m

Jadi bintang A mempunyai maks lebih pendek daripada bintang B. Menurut hukum Wien, bintang A lebih
panas daripada bintang B

0,2898 0,2898 TA 0,2898 0,56


maks = T= = x = 1,6
T maks TB 0,35 0,2898

Jadi temperatur bintang A lebih panas 1,6 kali daripada temperatur bintang B
Luminositas Bintang
Bintang Sebagai Benda Hitam
Fluks energi benda hitam adalah energi yang
dipancarkan oleh setiap cm2 permukaan
benda hitam per detik ke semua arah.
F = p B(T) = s T4

Apabila suatu benda berbentuk bola beradius


R dan bertemperatur T memancarkan radiasi
dengan sifat-sifat benda hitam, maka energi
yang dipancarkan seluruh benda itu ke semua
arah perdetik (Luminositas) adalah
L = 4 p R2 F = 4 p R2 sT4
Contoh Soal Luminositas Bintang
Berapakah kecerlangan sebuah bintang dibandingkan dengan kererlangan semula apabila
jaraknya dijauhkan 3 kali dari jarak semula.
Jawab:
Misalkan dA jarak semula dan kecerlangannya adalah EA. Jarak sekarang adalah dB = 3 dA dan
kererlangannya adalah EB. Jadi,

Jadi setelah jaraknya dijauhkan 3 kali dari jarak semula, maka kecerlangan bintang menjadi lebih
redup sebesar 1/9 kali kecerlangan semula.
Contoh Soal Luminositas Bintang
Bumi menerima energi dari matahari sebesar 1380 W/m2. Berapakah energi dari matahari yang
diterima oleh planet Saturnus, jika jarak Matahari-Saturnus adalah 9,5 AU ?.
Jawab:
Misalkan energi matahari yang diterima di Bumi adalah EB = 1380 W/m2 dan jarak Bumi-
Matahari adalah dB = 1 AU.
Misalkan energi matahari yang diterima di Saturnus adalah ES dan jarak Saturnus-Matahari
adalah dS = 9,5 AU. Jadi
Hukum Kirchoff
1. Bila suatu benda cair atau gas bertekanan tinggi dipijarkan, benda
tadi akan memancarkan energi dengan spektrum pada semua
panjang gelombang
2. Gas bertekanan rendah bila dipijarkan akan memancarkan energi
hanya pada warna, atau panjang gelombang tertentu saja. Spektrum
yang diperoleh berupa garis-garis terang yang disebut garis pancaran
atau garis emisi. Letak setiap garis atau panjang gelombang garis
tersebut merupakan ciri gas yang memancarkannya.
3. Bila seberkas cahaya putih dengan spektrum kontinu dilewatkan
melalui gas yang dingin dan renggang (bertekanan rendah), gas
tersebut tersebut akan menyerap cahaya tersebut pada warna atau
panjang gelombang tertentu. Akibatnya akan diperoleh spektrum
kontinu yang berasal dari cahaya putih yang dilewatkan diselang-
seling garis gelap yang disebut garis serapan atau garis absorpsi.
Deret Balmer
Apabila seberkas gas hidrogen dipijarkan akan meman-carkan sekumpulan garis terang atau
garis emisi dengan jarak antar satu dan lainnya yang memperlihatkan suatu keteraturan
tertentu. Menurut Balmer (ahli fisika dari Swiss), panjang gelombang garis emisi tersebut
mengiku-ti hukum

1 1 1
=R
 22 n2

 = panjang gelombang
R = suatu tetapan
n = bilangan bulat 3, 4, 5, . . . .
Deret Balmer
Untuk :
n=3 deret Balmer pertama : Ha pada  = 6563 Å

n=4 deret Balmer kedua : Hb pada  = 4861 Å

n=5 deret Balmer ketiga : H pada  = 4340 Å

n=6 deret Balmer keempat : Hd pada  = 4101 Å

n= limit deret Balmer pada  = 3650 Å

Hd H Hb Ha

4 000 5 000 6 000


 (Å)
Deret Balmer
Setelah ditemukan deret Balmer ditemukan deret hidrogen lainnya, dan persamaan deret
Balmer masih tetap berlaku dengan mengubah 22 menjadi m2 dimana m adalah bilangan bulat
mulai dari 1, 2, 3, . . . .
1 1 1
=R
 m2 n2

Konstanta Rydberg
Apabila  dinyatakan dalam cm
maka R = 109 678
m=1 ditemukan deret deret Lyman dengan n = 2, 3, …

m=2 ditemukan deret deret Balmer dengan n = 3, 4, …

m=3 ditemukan deret deret Paschen dengan n = 4, 5, …


m=4 ditemukan deret deret Brackett dengan n = 5, 6, …
Pembentukan Spektrum Bintang
Pembentukan Spektrum Bintang
B Garis Emisi

A Garis Absorpsi
Bintang

Atmosfer
Garis Emisi

Spektrum Kontinu
Oh, Be, A, Fine, Girl, Kiss, Me
Spektrum Bintang
1. Pola spektrum bintang umumnya berbeda-beda, pada tahun 1863 seorang astronom
bernama Angelo Secchi mengelompokan spektrum bintang dalam 4 golongan berdasarkan
kemiripan susunan garis spektrumnya.
2. Miss A. Maury dari Harvard Observatory menemukan bahwa klasifikasi Secchi dapat
diurutkan secara kesinambungan hingga spektrum suatu bintang dengan bintang urutan
sebelumnya tidak berbeda banyak.
3. Klasifikasi yang dibuat oleh Miss Maury selanjutnya diperbaiki kembali oleh Miss Annie J.
Cannon. Hingga sekarang klasifikasi Miss Cannon ini digunakan
Perjalanan Klasifikasi Spektrum Bintang

Klasifikasi Secchi Tipe1, Tipe II, Tipe III, Tipe IV, Tipe V
Klasifikasi Miss A. Maury Kelas A, B, C, D, E, F, G, H, I, J, K, L, M, N, O, P dan Q
Klasifikasi Miss. Annie J. Cannon Kelas O, B, A, F, G, K, M
Klasifikasi Spektrum Bintang
Kls. Spek : O
Warna : Biru
Temperatur : > 30 000 K
Ciri Utama : Garis absorpsi yang tampak sangat sedikit. Garis helium terionisasi, garis nitrogen
terionisasi dua kali, garis silikon terionisasi tiga kali dan garis atom lain yang terionisasi
beberapa kali tampak, tapi lemah. Garis hidrogen juga tampak, tapi lemah.

Contoh : Bintang 10 Lacerta

Hh Hz He Hd H He II Hb Ha

He I
Klasifikasi Spektrum Bintang
Kls. Spek : B

Warna : Biru
Temperatur : 11 000 – 30 000 K
Ciri Utama : Garis helium netral, garis silikon terionisasi satu dan dua kali serta garis oksigen
terionisasi terlihat. Garis hidrogen lebih jelas daripada kelas O

Contoh : Bintang Rigel dan Spica


Hq Hh Hz He Hd H Hb Ha

He I He I
He II
Klasifikasi Spektrum Bintang
Kls. Spek : A

Warna : Biru
Temperatur : 7 500 – 11 000 K
Ciri Utama : Garis hidrogen tampak sangat kuat. Garis magnesium silikon, besi,
titanium dan kalsium terionisasi satu kali mulai tampak. Garis logam
netral tampak lemah.
Contoh : Bintang Sirius dan Vega
Hq Hh Hz H e H d H Hb Ha
Klasifikasi Spektrum Bintang
Kls. Spek : F
Warna : Biru keputih-putihan
Temperatur : 6 000 – 11 000 K
Ciri Utama : Garis hidrogen tampak lebih lemah daripada kelas A, tapi masih jelas. Garis-
grais kalsium, besi dan chromium terionisasi satu kali dan juga garis besi dan
chromium netral serta garis logam lainnya mulai terlihat.
Contoh : Bintang Canopus dan Proycon
Hq Hh Hz He Hd H Hb Ha

K Lines G Band K line = Ca II ( 3934)


H Lines
H line = Ca II ( 3968)
G Band = Molekul CH ( 4323)
Klasifikasi Spektrum Bintang
Kls. Spek : G
Warna : Putih kekuning-kuningan
Temperatur : 5 000 – 6000 K

Ciri Utama : Garis hidrogen lebih lemah daripada kelas F. Garis calsium terionisasi terlihat.
GAris-garis logam terionisasi dan logam netral tampak. Pita molekul CH (G-
Band) tampak sangat kuta
Contoh : Matahari dan Bintang Capella
H Lines
Hz Hd H Hb Mg I Mg I Ha

K Lines G Band
Klasifikasi Spektrum Bintang
Kls. Spek : K
Warna : Jingga kemerah-merahan
Temperatur : 3 500 – 5000 K
Ciri Utama : Garis logam netral tampak mendominasi. Garis hidrogen lemah sekali. Pita
molekul TiO mulai tampak
Contoh : Bintang Acturus dan Aldebaran
Ca I (4227) Hb Ha
H Lines (tidak tampak)
Mg I Mg I (sudah tidak tampak)

K Lines G Band
Klasifikasi Spektrum Bintang
Kls. Spek : M

Warna : Merah
Temperatur : 2 500 – 3 000 K

Ciri Utama : Pita molekul Tio ( titanium oksida) terlihat sangat mendominasi, garis logam
netral juga tampak dengan jelas.

Contoh : Bintang Betelgeues dan Antares


K Lines
Ca I (4227) Ti O Ti O Mg I Ti O Ti O Ha
Tidak tampak

G Band
H Lines
Klasifikasi Spektrum Bintang
Spektrum Bintang Kelas O Spektrum Bintang Kelas B
600 400

350
500
300
400
250
Intensitas

Intensitas
300 200

150
200
100
100
50

0 0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang Panjang Gelombang
Klasifikasi Spektrum Bintang
Spektrum Bintang Kelas A Spektrum Bintang Kelas F
140
200

180 120
160
100
140

Intensitas
120 80
Intensitas

100
60
80

60 40

40
20
20
0
0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang
Panjang Gelombang
Klasifikasi Spektrum Bintang
Spektrum Bintang Kelas G Spektrum Bintang Kelas K
140
120
120
100
100
80
Intensitas

Intensitas
80
60
60
40
40
20
20

0 0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500 3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang Panjang Gelombang
Klasifikasi Spektrum Bintang
Spektrum Bintang Kelas M
300

250

200

Intensitas
150

100

50

0
3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500
Panjang Gelombang
Urutan Kelas Spektrum Bintang
O 50 000 oK

B 20 000 oK

A 10 000 oK

F 7 500 oK

G 6 000 oK

K 4 000 oK

M 3 500 oK
Sub-Kelas Spektrum Bintang
Klasifikasi spektrum bintang O, B, A, F, G, K, M masih dibagi lagi dalam subkelas, yaitu

B0, B1, B2, B3, . . . . . . . . ., B9

A0, A1, A2, A3, . . . . . . . . ., A9

F0, F1, F2, F3, . . . . . . . . . ., F9


.
.
.

dst
Spektrum Bintang Sub-Kelas V
Hz He Hd H Hb Ha
O5 V
B0 V
B5 V
A1 V
A5 V
F0 V
F5 V
G0 V
G4 V
K0 V
K5 V
M0 V
M5 V
Spektrum Bintang Deret Utama Kelas O-K
O5
O7-
B0
B3-4
Intensitas Relatif
B6
A1-3
A5-7

A8
A9-F5
F6-7
F8-9
G1-2
G6-8
G9-K0

3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500

Panjang Gelombang (Å)


Spektrum Bintang Deret Utama Kelas K-M
Ha sudah tidak tampak
Ti O

K4
K5
Intensitas Relatif

M2

M4

3500 4000 4500 5000 5500 6000 6500

Panjang Gelombang (Å
)
Spektrum Bintang dengan Garis Emisi

Profil P-Cygi (Inverse)


M-K Kelas
➢ Bintang dalam kelas spektrum tertentu ternyata dapat mempunyai luminositas yang berbeda.
Pada tahun 1913 Adam dan Kohlscutter di Observatorium Mount Wilson menunjukkan
ketebalan beberapa garis spektrum dapat digunakan untuk menentukan luminositas bintang
➢ Berdasarkan kenyataan ini pada tahun 1943 Morgan dan Keenan dari Observatorium Yerkes
membagi bintang dalam kelas luminositas yaitu
Kelas Ia Maharaksasa yang sangat terang
Kelas Ib Maharaksasa yang kurang terang
Kelas II Raksasa yang terang
Kelas III Raksasa
Kelas IV Subraksasa
Kelas V Deret utama

Kelas Luminositas Bintang dari Morgan-Keenan (MK) digambarkan dalam diagram Hertzprung-Russell (diagram H-R)
Kelas Luminositas Diagram HR
Diagram HR
Klasifikasi spektrum bintang sekarang
ini merupakan penggabungan dari
kelas spektrum dan kelas luminositas.
Contoh :

G2 V : Bintang deret utama kelas spektrum G2


G2 Ia : Bintang maharaksasa yang sangat terang
kelas spektrum G2
B5 III : Bintang raksasa kelas spektrum B5

B5 IV : Bintang subraksasa kelas spektrum B5


FOTOMETRI BINTANG
ASTROFISIKA
Review Paralaks Bintang
Apabila paralak dinyatakan dalam detik busur dan jarak dinyatakan
dalam pc
p = 1/d*

Matahari
Magnitudo Bintang
➢ Terang suatu bintang dalam astronomi dinyatakan dalam satuan magnitude
➢ Hipparchus (abad ke-2 SM) membagi terang bintagn dalam 6 kelompok berdasarkan
penampakannya dengan mata telanjang
1. Bintang paling terang tergolong magnitudo ke-1
2. Bintang yang lebih lemah tergolong magnitudo ke-2
3. Dst hingga bintang paling lemah yang bisa dilihat dengan mata termasuk magnitudo ke-6
➢ Makin terang sebuah bitnag, maki kecil magnitudonya

magnitudo 1 2 3 4 5 6
Magnitudo Bintang
➢ John Herschel mendapatkan bahwa kepekaan mata dalam menilai terang bintang bersifat logaritmik
 Bintang yang magnitudonya satu ternyata 100 kali lebih terang daripada bintang yang
magnitudonya enam
➢ Berdasarkan kenyataan ini, Pogson pada tahun 1856 mendefinisikan skala satuan magnitudo secara
lebih tegas

 Tinjau dua bintang :

m1 = magnitudo bintang ke-1

m2 = magnitudo bintang ke-2

E1 = fluks pancaran bintang ke-1


E2 = fluks pancaran bintang ke-2
Magnitudo Bintang
Skala Pogson didefinisikan sebagai :

m1 – m2 = - 2,5 log (E1/E2)

Dengan skala Pogson ini dapat ditunjukkan bahwa bintang bermagnitudo 1 adalah 100 kali lebih terang
daripada bintang bermagnitudo 6.

Jika m1 = 1 dan m2 = 6, maka

-(1 - 6)
E1/E2 = 2,512 = 2,512 5 = 100
Magnitudo Bintang
Secara umum rumus Pogson dapat dituliskan :

m = -2,5 log E + tetapan

merupakan besaran lain untuk menyatakan fluks pancaran bintang yang diterima di bumi per
cm2, per detik
➢ Harga tetapan ditentukan dengan mendefinisikan suatu titik nol.

 Pada awalnya sebagai standar magnitudo digunakan bintang Polaris yang tampak di semua
Observatorium yang berada di belahan langit utara. Bintang Polaris ini diberi magnitudo 2 dan
magnitudo bintang lainnya dinyatakan relatif terhadap magnitudo bintang polaris
Magnitudo Bintang
 Pada tahun 1911, Pickering mendapatkan bahwa bintang Polaris, cahayanya berubah-ubah (bintang
variabel) dan Pickering mengusulkan sebagai standar magnitudo digunkan kelompok bintang yang ada
di sekitar kutub utara (North Polar Sequence)
 Cara terbaik untuk mengukur magnitudo adalah dengan menggunakan bintang standar yang berada di
sekitar bintang yang di amati karena perbedaan keadaan atmosfer Bumi tidak terlalu berpengaruh
dalam pengukuran.
 Pada saat ini telah banyak bintang standar yang bisa digunakan untuk menentukan magnitudo sebuah
bintang, baik yang berada di langit belahan utara, maupun di belahan selatan.
Magnitudo Semu & Magnitudo Mutlak
➢ Magnitudo yang kita bahas merupakan ukuran terang bintang yang kita lihat atau terang semu (ada
faktor jarak dan penyerapan yang harus diperhitungkan)

magnitudo semu magnitudo Faktor jarak : m = -2,5 log E + tetapan


kuat cahaya
L sebenarnya
E=
4 p d2
➢ Untuk menyatakan luminositas atau kuat sebenarnya sebuah bintang, kita definisikan besaran
magnitudo mutlak, yaitu magnitudo bintang yang diandaikan diamati dari jarak 10 pc.

L
m – M = -5 + 5 log d
M = -2,5 log 4 p 102 + tetapan
d dalam pc
modulus jarak
Contoh Soal Magnitudo
Magnitudo mutlak sebuah bintang adalah M = 5 dan magnitudo semunya adalah m = 10. Jika absorpsi
oleh materi antar bintang diabaikan, berapakah jarak bintang tersebut ?

Jawab :
m = 10 dan M = 5, dari rumus Pogson

m – M = -5 + 5 log d

diperoleh, 10 – 5 = -5 + 5 log d

5 log d = 10

log d = 2 d = 100 pc
Perbandingan Magnitudo Mutlak
Dari rumus Pogson dapat kita tentukan perbedaan magnitudo mutlak dua bintang yang luminositasnya
masing-msing L1 dan L2, yaitu,
L
Dari rumus M = -2,5 log + tetapan
4 p 102

L1
Untuk bintang ke-1 : M1 = -2,5 log + tetapan
4p 102

L2
Untuk bintang ke-2 : M2 = -2,5 log + tetapan
4p 102

L1
Jadi : M1 - M2 = -2,5 log
L2
Indeks Warna
Sebelum perkembangan fotografi, magnitudo bintang ditentukan dengan mata.
➢ Kepekaan mata untuk daerah panjang gelombang yang berbeda tidak sama
➢ Mata terutama peka untuk cahaya kuning hijau di daerah  = 5 500 Å, karena itu magnitudo yang diukur
pada daerah ini disebut magnitudo visual atau mvis

Dengan berkembangnya fotografi, magnitudo bintang selanjutnya ditentukan secara fotografi.

➢ Pada awal fotografi, emulsi fotografi mempunyai kepekaan di daerah biru-ungu pada panjang gelombang
sekitar 4 500 Å.
➢ Magnitudo yang diukur pada daerah ini disebut magnitudo fotografi atau mfot
Indeks Warna
Perbandingan bintang Rigel dan Betelgeuse
❖ Rigel (berwarna biru)
➢ Temperatur permukaannya tinggi
➢ Akan memancarkan lebih banyak cahaya biru daripada cahaya kuning.
➢ Diamati secara fotografi akan tampak lebih terang daripada diamati secara visual (mvis besar dan
mfot kecil).
❖ Betelgeuse (berwarna merah)
➢ Temperatur permukaannya rendah
➢ Akan memancarkan lebih banyak cahaya kuning daripada cahaya biru
➢ Diamati secara visual akan tampak lebih terang daripada diamati secara fotografi (mvis kecil dan
mfot besar).
Jadi untuk suatu bintang, mvis berbeda dari mfot. Selisih kedua magnitudi tersebut, yaitu magnitudo fotografi dikurang
magnitudo visual disebut indeks warna (Color Index – CI).
Makin panas atau makin biru suatu bintang, semakin kecil indeks warnanya.
Indeks Warna
Distribusi energi bintang Rigel Distribusi energi bintang Betelgeuse
mf m mf m
ot vis
ot vis

mfot - mvis = indeks


warna mfot - mvis = indeks
warna
mag
mag

mvis besar, mfot kecil  CI kecil mvis kecil, mfot besar  CI besar
Indeks Warna
Dengan berkembangnya fotografi, selanjutnya dapat dibuat pelat foto yang peka terhadap daerah panjang
gelombang lainnya, seperti kuning, merah bahkan inframerah.
Pada tahun 1951, H.L. Johnson dan W.W. Morgan mengajukan sistem magnitudo yang disebut sistem UBV,
yaitu
U = magnitudo semu dalam daerah ultraungu (ef = 3500 Å)
B = magnitudo semu dalam daerah biru (ef = 4350 Å)
V = magnitudo semu dalam daerah visual (ef = 5550 Å)
Dalam sistem UBV ini, indeks warna adalah U-B dan B-V
➢ Untuk bintang panas B-V kecil.

!
Dewasa ini pengamatan fotometri tidak lagi menggunakan pelat film, tetapi dilakukan dengan kamera
CCD, sehingga untuk menentukan bermacam-macam sistem magnitudo nergantung pada filter yang
digunakan.
Contoh Soal Magnitudo & Indeks Warna
Tiga bintang diamati magnitudo dalam panjang gelombang visual (V) dan biru (B) seperti yang
diperlihatkan dalam tabel di bawah.

No. B V
1 8,52 8,82
2 7,45 7,25
3 7,45 6,35
a. Tentukan bintang nomor berapakah yang paling terang ? Jelaskanlah alasannya
b. Bintang yang anda pilih sebagai bintang yang paling terang itu dalam kenyataannya apakah
benar-benar merupakan bintang yang paling terang ? Jelaskanlah jawaban anda.
c. Tentukanlah bintang mana yang paling panas dan mana yang paling dingin. Jelaskanlah
alasannya.
Contoh Soal Magnitudo & Indeks Warna
Jawab :
a. Bintang paling terang adalah bintang yang magnitudo visualnya paling kecil. Dari
tabel tampak bahwa bintang yang magnitudo visualnya paling kecil adalah bintang
no. 3, jadi bintang yang paling terang adalah bintang no. 3
b. Belum tentu karena terang suatu bintang bergantung pada jaraknya ke pengamat
seperti tampak pada rumus
L
m = -2,5 log E + tetapan, dan E =
4pd2
dimana E adalah terang bintang, L luminositas bintang dan d adalah jarak
bintang ke pengamat. Oleh karena itu bintang yang sangat terang bisa tampak
sangat lemah cahayanya karena jaraknya yang jauh.
Contoh Soal Magnitudo & Indeks Warna
c. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan ini kita tentukan dahulu indeks warna
ketiga bintang tersebut, karena makin panas atau makin biru sebuah bintang maka
semakin kecil indeks warnanya.

No. Btg B V B-V

1 8,52 8,82 -0,30


2 7,45 7,25 0,20
3 7,45 6,35 1,10

Dari tabel di atas tampak bahwa bintang yang mempunyai indeks warna terkecil
adalah bintang no. 1. Jadi bintang terpanas adalah bintang no. 1.
Gerak Bintang
Bintang tidak diam, tapi bergerak di ruang angkasa. Pergerakan bintang sangat sukar diikuti karena
jaraknya yang jauh, sehignga kita melihat bintang seolah-olah tetap diam pada tempatnya sejak dulu
sampai sekarang.
Laju perubahan sudut letak suatu bintagn disebut gerak sejati (proper motion). Gerak sjati bintang
diberi simbol dengan μ dan dinyatakan dalam satuan detik busur per tahun. Bintang yang bergerak
sejatinya terbesar adalah bintang Bernard dengan μ = 10,25” per tahun. Dalam waktu 180 tahun,
bintang ini hanya bergeser selebar bulan purnama.
Hubungan antara kecepatan tangensial (Vt) dan gerak sejati:

μ = gerak bintang (detik busur/tahun)


d = jarak bintang (parsek)
Vt =kecepatan tangensial (km/s)
Gerak Bintang
Selain gerak sejati, informasi tentang gerak bintang diperoleh dari pengukuran kecepatan radial,
yaitu komponen kecepatan bintang yang searah dengan garis pandang.
Kecepatan radial bintang dapat diukur dari Efek Doppler pada garis spektrum dengan:
Gerak Bintang
Vr berharga negatif, garis spektrum bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih pendek. Hal
ini disebut pergeseran biru.
Vr berharga positif, garis spektrum bergeser ke arah panjang gelombang yang lebih panjang. Hal
ini disebut pergeseran merah.
Kacepatan linier bintang ditentukan dengan:
➢ Astronomi Posisi, Sistem Waktu & Kalender
➢ Astrofisika

PEMBAHASAN
SOAL
PERTEMUAN 4-5
Pembahasan Soal 1
Panjang satu tahun kabisat pada Kalender Matahari Kala Sunda (KMKS) dan Kalender Matahari Gregorian
(KMG) adalah 366 hari. Panjang satu tahun basit pada kedua kalender tersebut adalah 365 hari. Aturan
tahun kabisat pada KMKS adalah setiap tahun yang habis dibagi 4 dan tidak habis dibagi 128. Aturan tahun
kabisat pada KMG adalah setiap tahun kelipatan 100 yang habis dibagi 400, atau setiap tahun yang bukan
kelipatan 100 yang habis dibagi 4. Aturan tahun basit pada kedua kalender tersebut adalah tahun yang tidak
memenuhi tahun kabisat. Dalam kurun waktu 51200 tahun, hitunglah jumlah tahun kabisat pada masing-
masing kalender!

Solusi:
Pembahasan Soal 2
Berapakah fluks sebuah bintang dengan magnitudo m = 0?
Solusi:
PERTEMUAN 6
FISIKA BINTANG
TUTORIAL ASTRONOMI
SMA NEGERI 1 LEMAHABANG TAHUN 2021

0 8 2 1 2 7 9 1 1 9 3 6 , M A MA N R U K MA N A @ OU T LO OK .CO. I D
Bintang Ganda
❖ Bintang ganda (double stars) adalah dua buah bintang yang terikat satu sama lain oleh gaya
tarik gravitasi antar kedua bintang tersebut.
❖ Apabila sistem bintang ini lebih dari dua, maka disebut bintang majemuk (multiple stars).

Bintang


sekunder
Apastron  Bintang
primer
 Periastron
Bintang Ganda
Dalam gerak orbitnya, kedua komponen bintang ganda bergerak mengitari pusat massanya dalam
lintasan yang berupa elips dengan titik pusat massanya berada pada titik fokus elips orbit
tersebut.
  Bintang primer

orbit bintang
 bermassa besar

pusat massa (PM)


orbit bintang
bermassa kecil


Bintang sekunder
Bintang Ganda
Titik pusat massa selalu berada pada garis lurus yang menghubungkan kedua bintang.

Misalkan,
M1 = massa bintang kesatu
M2 = massa bintang kedua
r1 = jarak bintang kesatu ke titik pusat massa
r2 = jarak bintang kedua ke titik pusat massa

M1

r1 r2
PM 
M 2
Bintang Ganda
Maka, M1 r1 = M2 r2

Jika orbit dianggap lingkaran maka,

2πr1 2πr2
Vr = dan, Vr =
1 P 2 P

Periode
Kec. Radial btg-1 Kec. Radial btg-2

Dari gerak sistem dua benda kita tahu bahwa orbit kedua bintang dalam sistem bintang ganda
terletak dalam satu bidang yang disebut bidang orbit. Suatu orbit bintang ganda akan dapat
digambarkan secara lengkap apabila komponen orbitnya dapat diketahui.
Bintang Ganda
➢ Bintang ganda visual
➢ Bintang ganda astrometri
➢ Bintang ganda spektroskopi
➢ Bintang ganda gerhana
Beta Cygni (Alberio)
➢ Bintang majemuk (lebih dari dua bintang) Sekunder
Separation: 34.6"
Primer Position angle: 55
Magnitudes: 3.0, 5.3

http://schmidling.com/doubst.htm
Bintang Ganda Visual
Bintang ganda visual adalah bintang ganda yang jarak antara kedua anggotanya cukup besar sehingga
apabila dilihat melalui teleskop akan tampak sebagai dua bintang.
 Jarak antara komponen bintang ganda visual mencapai ratusan satuan astronomi, sehingga kala
edarnya (periode orbitnya) sangat lama, mencapai beberapa puluh sampai beberapa ratus
tahun.
Pasangan bintang ganda visual gerak orbitnya sangat sukar diamati, karena gerakannya yang terlalu
lambat.

 Bukti bahwa pasangan ini adalah bintang ganda, terlihat dari gerak
dirinya yang bersama-sama.
Contoh : P = 79,92 th ~ 80 th
Bintang ganda visual a Centauri Jarak a Cen-A dan a Cen-B
= 11 ~ 35 AU
Bintang Ganda Astrometri
Bintang ganda visual yang pasangannya sangat lemah sehingga tidak terlihat dengan mata,
sehingga hanya tampak sebagai bintang tunggal.

 Bukti bahwa bintang ini adalah bintang ganda, terlihat dari gerakan bintang primer yang
berkelok-kelok, karena bintang tersebut mengelilingi titik pusat massanya sendiri yang
bergerak lurus dalam ruang.
gerak titik
Contoh : Bintang Sirius pusat massa 1990
gerak bintang
P = 50 tahun primer 1980
1970
1960
m1 = - 1,58 1940
1950

Barat
m2 = 8,44 1930
Sirius-A Utara
1920
bintang primer 10.000 kali lebih terang Sirius-B 1910

daripada bintang sekunder.


Bintang Ganda Spektroskopi
Bintang ganda spektroskopi adalah bintang ganda yang jaraknya antara dua komponennya sangat
berdekatan sehingga teleskop yang paling kuat pun tidak dapat memisahkannya :
 tampak sebagai bintang tunggal
 periode orbitnya hanya beberapa hari.
 untuk mendeteksinya, digunakan pengamatan spektroskopi.

➢ garis bergerak ke arah merah bintang menjauh


➢ garis bergerak ke arah biru bintang mendekat
B

B B A

AB A+B B A
Bintang Ganda Gerhana
Bintang ganda gerhana adalah bintang ganda yang berdekatan dimana salah satu komponennya
melintasi dan menutupi pasangannya secara bergantian
Karena ada bagian bintang yang tertutup, maka cahaya bintang akan tampak lebih redup pada saat
gerhana.
 Akibatnya, cahaya pasangan bintang ini tampak berubah-ubah secara berkala: redup, terang
(variabel).
Bintang Ganda Gerhana
Animasi kurva cahaya

http://www.astronomynotes.com/starprop/eclipse-size.gif
Persamaan Struktur Bintang
Kekekalan Massa
Pada tinjauan sifat massa materi di dalam bintang, diasumsikan massa dalam keadaan tunak
(steady state) yaitu tanpa variasi waktu. Misal suatu kulit bola infinitesimal setebal dr berada
pada jarak r dari pusat bintang. Kulit bola ini melingkupi suatu volume kulit sebesar dV.
Persamaan Struktur Bintang
Skala Waktu Dinamik
Skala waktu dinamik (dynamical time scale) didefinisikan sebagai waktu yang diperlukan oleh
sebuah tes partikel yang berada dipermukaan bintang, jatuh menuju pusat bintang akibat oleh
gaya potensial gravitasi bintang tanpa adanya gaya tekanan dari dalam bintang. Definisi lain dari
skala waktu dinamik adalah waktu yang diperlukan sebuah bintang untuk runtuh akibat gravitasi
tanpa adanya tekanan dari dalam bintang yang menahan.
Persamaan Struktur Bintang
Skala Waktu Termal/Kelvin-Helmhotz
Skala waktu Kelvin-Helmhotz adalah kala hidup bintang jika bintang tersebut meradiasikan
seluruh energi kinetik bintang dalam pancaran luminositasnya.

Ada saat tertentu dimana sumber energi nuklir menghilang atau tidak efisien. Pada tahap
evolusi seperti ini, perubahan bintang dapat berlangsung dalam skala waktu termal.
Persamaan Struktur Bintang
Skala Waktu Nuklir
Bintang tetap bertahan dalam keadaanSTselama produksi energi nuklir di pusat dapat
mengimbangi pancaran energi di permukaan dalam jumlah seimbang.
Fraksi sekecil φ (sebesar 0,007 pada fusi hidrogen) dari bahan bakar yang dianggap massa diam
ini terlibat dalam reaksi fusi dengan total jumlah energi nuklir sebesar

Skala waktu nuklir adalah


Materi Antar Bintang
Gugus Bintang
Gugus bola, memiliki usia tua dan umurnya 1-13 milyar tahun. Jumlah di galaksi sekitar 150 serta
berlokasi di halo dan pusat galaksi. Warna dari bintang terterang adalah merah. Contoh Omega
Centauri.
Gugus terbuka, memiliki usia muda dan ummurnya 10 juta tahun. Jumlah di galaksi sekitar
ribuan serta berlokasi di piringan galaksi. Warna dari bintang terterang adalah merah dan biru.
Contoh NGC 2264.
Flowchart Evolusi Bintang
Pra Deret Utama
➢ Bintang lahir di nebula.Di dalam ruang antar bintang terdapat 10.000 atom per cm3, sedangkan
ruang di antara awan kerapatannya 1 atom per cm3. bintang.
➢ Akibat suatu ledakan yang sangat hebat (misalnya peristiwa supernova atau lontaran massa
oleh bintang), sekelompok materi antar bintang menjadi lebih mampat dari pada sekitarnya.
Bagianluarawan tertarik oleh gaya gravitasi materi di bagian dalam, akibatnya awan akan
mengerut dan mampat. Peristiwa ini disebut kondensasi.
➢ Agar pengerutan gravitasi dapat berlangsung, harus memenuhi syarat

MJ dinyatakan dalam Mmatahari


ρ = kerapatan massa dalam awan(gr/cm3)
µ = berat molekul rata-rata
T = temperatur
Pra Deret Utama
➢ Temperatur dan luminositas bintang masih
rendah, titik A pada diagram HR.
➢ Evolusi protobintang ditandai dengan
keruntuhan cepat. Pada akhirnya protobintang
menyeberang daerah terlarang Hayashi (titik B).
➢ Dengan makin besarnya pusat pancaran, yang
kekedapannya kecil, maka bintang pun makin
berkurang kekedapannya. Hal ini ditandai
dengan naiknya luminositas (titik C).
➢ Pada saat itu tekanan di dalam bintang menjadi
besar dan pengerutan pun berhenti. Bintang
menjadi bintang deret utama (titik D).
Deret Utama
➢ ZAMS (Zero Age Main Sequence)
Deret Utama
➢ Komposisi bintang masih homogen
dalam artian komposisinya sama dari
pusat hingga ke permukaan dan masih
mencerminkan komposisi awan antar
bintang yang membentuknya. Energi
yang dipancarkan bintang berasal dari
reaksi inti yang berlangsung di pusat
bintang.
➢ Deret utama berumur nol untuk bintang
dengan komposisi kimia yang berbeda
merupakan jalur yang hamper sejajar
dan berdekatan satu terhadap yang
lainnya.
Reaksi Proton-proton
➢ Reaksi proton-proton ini terjadi terutama pada bintang-bintang seukuran matahari atau lebih
kecil. Umumnya reaksi proton-proton hanya terjadi pada temperatur yang sangat tinggi.
➢ Reaksi proton- - proton merupakan reaksi berantai yang melibatkan tumbukan 6 proton
dengan hasil akhir 1 inti helium, 2 proton, 2 positron, 2 neutrino, dan energi. Dinamai reaksi
proton-ptoton karena melibatkan 2 proton.
Reaksi Daur Karbon
Pada reaksi daur karbon dilalui dengan memanfaatkan atom-atom karbon sebagai katalis dalam
reaksi. Pada kondisi suhu inti matahari hanya 1,7% 4He yang diproduksi melalui mekanisme daur
karbon ini. Akan tetapi di dalam bintang yang lebih berat daur karbon menjadi sumber energi
utama. Dominan atau tidaknya daur karbon bergantung pada kelimpahan 12C dan temperatur.
Dalam rangkaian reaksi ini secara netto, 4 proton diubah menjadi 1 partikel alpha, 2 positron
dan 2 neutrino.
Bintang < 8 Massa Matahari
➢ Bintang menjadi bintang raksasa merah
➢ Bintang bermassa < 2 Massa Matahari mengalami Helium Flash
➢ Bintang mengalami pulsasi:
1. Variabel Cepheid, memiliki kurva cahaya
2. RR Lyrae, ditemukan di gugus bola dekat pusat Bimasakti
➢ Bintang Katai Putih
Massa bintang meninggalkan bintang, menjadikan bintang lebih panas. Inti bintang terdiri dari
Karbon dan terjadi reaksi fusi Helium. Mengemisikan ionisasi UV dan debu serta gas pada
sekelilingnya. Yang menjadikan ini menjadi Planetary Nebula.
Bintang > 8 Massa Matahari: Supernova
➢ Supernova Tipe II
Terjadi pada bintang massif
➢ Supernova Tipe I
Terjadi pada bintang ganda
➢ Supernova remant
Kehilangan massa dari supernova
keluar dari inti bintang sama dengan
material yang pergi dari fase bintang
raksasa
Bintang Katai Putih
➢ Memiliki kerapatan tinggi
➢ Elektron terdegenerasi saat kerapatan 103 kg/m3
➢ Temperatur permukaannya sangat tinggi, tetapi luminositasnya rendah
➢ Chandrasekhar limit untuk bintang yang menjadi katai putih sebesar 1,4 massa Matahari
Bintang Neutron
➢ Bintang deret utama untuk massa 8-25 massa Matahari sebelum menjadi Supernova
➢ Dalam intinya, meninggalkan neutron yang terdegenerasi
➢ Massa setelah supernova sebesar 1,5 – 2,7 massa Matahari
➢ Bintang neutron mengalami keruntuhan dan selama keruntuhan, momentum sudut kekal,
sehingga berotasi 1000 kali tiap detik, ini disebut pulsar
Blackhole
➢ Bintang deret utama dengan massa lebih dari 25
massa Matahari
➢ Seteleh supernova, massa yang tersisa minimal 3
massa Matahari
➢ Tak ada satu partikel bahkan cahaya yang dapat
lolos dari gravitasi blackhole, radiius
Schwarschild dinyatakan

➢ Salah satu cara mendeteksi keberadaan


blackhole adalah dengan X-ray misal di pusat
galaksi
➢ Fisika Bintang

PEMBAHASAN
SOAL
PERTEMUAN 6
Pembahasan Soal 1
Setiap satu reaksi penggabungan nuklir di pusat Matahari melibatkan 6 proton yang akhirnya
menghasilkan kembali 2 proton dan 1 inti helium ( 42He). Dengan mengabaikan massa nucleon lain
(missal positron), hitunglah besar energi per detik yang dihasilkan jika jumlah reaksi per detik
sebanyak 1034!
Solusi:
Pembahasan Soal 2
Diketahu periode rotasi Matahari di ekuatornya saat ini 25 hari. Asumsikan massa Matahari kekal
selama evolusinya. Jika Matahari berevolusi hingga akhirnya menjadi Katai Putih dengan kerapatan
massa 2,51 x 109 kg/m3, berapakah jejari dan periode rotasi Matahari saat menjadi Katai Putih?
Solusi:
HATUR NUHUN

Anda mungkin juga menyukai