KELOMPOK 6 Resiko Bunuh Diri
KELOMPOK 6 Resiko Bunuh Diri
Kelompok 6
Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat yang tiada terhitung
jumlahnya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan ke pada Nabi
Muhammad SAW. Khususnya kepada penyusun serta selalu memberikan hidayah
dan inayahnya sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan penuh rasa
syukur dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penyusun buat ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Keperawatan Jiwa II. Dalam penyusunanya pun penyusun mendapat dukungan
dari staf dosen, teman-teman, referensi buku, dan yang bersangkutan.
Adapun makalah yang penyusun buat belum sepenuhnya sempurna, sehingga
penyusun dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun sehingga dikemudian hari penyusun dapat membuat makalah
jauh lebih baik dari makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................2
C. Tujuan Masalah...............................................................................................2
C. Rentang respon................................................................................................5
D. Etiologi............................................................................................................5
E. Manifestasi klinis.............................................................................................6
F. Psikodinamika..................................................................................................7
G. Mekanisme koping..........................................................................................9
H. Sumber koping.................................................................................................9
I. Penatalaksanaan medis....................................................................................10
PENGKAJIAN...................................................................................................28
ANALISA DATA..............................................................................................40
DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................41
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................47
iii
BAB V PENUTUP.................................................................................................54
Kesimpulan.........................................................................................................54
B. Saran..............................................................................................................54
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia merupakan suatu gangguan mental berat yang melibatkan Proses
pikir, emosi, dan tingkah laku yang ditandai dengan gangguan pikiran.Terdapat
lima tipe skizofrenia dianataranya tipe paranoid, tipe katatonik, tipeHebrefenik
(disorganized), tipe tak terinci (undifferentiated), tipe residual. Dari tipe tersebut
yang paling sering terjadi adalah skizofrenia paranoid. Sebanyak 50% penderita
skizofrenia tidak memperoleh terapi pengobatan yang sesuai. (WHO, 2011).
Skizofrenia paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat
melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi),
berbicara, emosi dan perilaku. Keyakinan irasional bahwa dirinya seorang yang
penting atau isi pikiran yang menunjukkan kecurigaan tanpa sebab yang jelas,
seperti bahwa orang lain bermaksud buruk atau bermaksud mencelakainya.
Bunuh diri adalah salah satu penyebab utama kematian di seluruh dunia.
Gagasan bunuh diri mungkin juga muncul pada orang yang tidak mengalami
gangguan mental saat mereka berada dalam keadaan depresi atau mengalami
penyakit fisik. Secara global, sekitar satu juta kematian akibat bunuh diri dicatat
setiap tahun, dan jumlah usaha bunuh diri diperkirakan akan 10-20 kali lebih
tinggi dari ini.
Organisasi Kesehatan Dunia memperkirakan bahwa salah satu upaya bunuh diri
terjadi kira-kira setiap tiga detik, dan terdapat satu orang setiap menit yang
meninggal karena bunuh diri. Penyebab bunuh diri merupakan hal yang kompleks.
Beberapa orang tampak sangat rentan untuk bunuh diri ketika menghadapi
peristiwa kehidupan yang sulit atau kombinasi stressor. Faktor-faktor ini termasuk
adanya gangguan mental sebelumnya atau penyalahgunaan zat, riwayat bunuh diri
dalam keluarga dekat, kekerasan keluarga jenis apa pun, dan adanya perpisahan
atau perceraian.
2
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan
akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat.
(Maramis, 1998)
Di Indonesia sendiri angka kematian akibat bunuh diri makin meningkat. Ini
didukung dengan data dari WHO pada tahun 2010 yang menyebutkan angka
bunuh diri di Indonesia mencapai 1,6 hingga 1,8 per 100.000 jiwa. Tentu jika
tidak ada upaya bersama pencegahan bunuh diri, angka tersebut bisa tumbuh dari
tahun ke tahun. WHO malah meramalkan pada 2020 angka bunuh diri di
Indonesia secara global menjadi 2,4 per 100.000 jiwa (Kompasiana.com). Data di
WHO menyimpulkan bunuh diri telah menjadi masalah besar bagi kesehatan
masyarakat di negara maju dan menjadi masalah yang terus meningkat.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah merupakan rumusan
pertanyaan yang akan diajukan dalam makalah. Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini adalah.
C. Tujuan Masalah
Tujuan pembuatan makalah adalah sesuatu yang ingin dicapai dari suatu
makalah. Adapun tujuan penulisan dalam makalah ini sebagai berikut:
Suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu,
secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh
diri meliputi isyarat-isyarat , percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau menyakiti diri sendiri. (Clinton , 1995)
Bunuh diri adalah segala perbuatan seseorang dengan sengaja yang tahu akan
akibatnya yang dapat mengakhiri hidupnya sendiri dalam waktu singkat. (Maramis, 1998)
C. Rentang respon
Respon adaptif Respon maladaptif
Peningkatan diri Beresiko Destruktif diri Pencederaan diri Bunuh diri
destruktif tidak langsung
D. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Diagnosis Psikiatrik
Lebih dari 90% orang dewasa yang mengakhiri hidupnya dengan cara
bunuh diri mempunyai riwayat gangguan jiwa. Tiga gangguan jiwa yang dapat
membuat individu berisiko untuk melakukan tindakan bunuh diri adalah
gangguan afektif, penyalahgunaan zat, dan skizofrenia.
b. Sifat Kepribadian
6
Tiga tipe kepribadian yang erat hubungannya dengan besarnya resiko bunuh
diri adalah antipati, impulsif, dan depresi.
c. Lingkungan Psikososial
Faktor predisposisi terjadinya perilaku bunuh diri, diantaranya adalah
pengalaman kehilangan, kehilangan dukungan sosial, kejadian-kejadian negatif
dalam hidup, penyakit krinis, perpisahan, atau bahkan perceraian. Kekuatan
dukungan social sangat penting dalam menciptakan intervensi yang terapeutik,
dengan terlebih dahulu mengetahui penyebab masalah, respons seseorang
dalam menghadapi masalah tersebut, dan lain-lain.
d. Riwayat Keluarga
Riwayat keluarga yang pernah melakukan bunuh diri merupakan factor
penting yang dapat menyebabkan seseorang melakukan tindakan bunuh diri.
e. Faktor Biokimia
Data menunjukkan bahwa pada klien dengan resiko bunuh diri terjadi
peningkatan zat-zat kimia yang terdapat di dalam otak sepeti serotinin,
adrenalin, dan dopamine. Peningkatan zat tersebut dapat dilihat melalui
ekaman gelombang otak Electro Encephalo Graph (EEG)
2. Faktor presipitasi
E. Manifestasi klinis
1. Mempunyai ide untuk bunuh diri.
2. Mengungkapkan keinginan untuk mati.
3. Mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan.
4. Impulsif.
5. Menunjukkan perilaku yang mencurigakan (biasanya menjadi sangat patuh).
6. Memiliki riwayat percobaan bunuh diri.
7
F. Psikodinamika
Ada beberapa teori yang menjelaskan dinamika bunuh diri antara lain
psikoanalisis dan paradigma kognitif.
1. Psikoanalisa
Dalam psikoanalisa, Freud berpendapat bahwasannya tujuan dari kehidupan
adalah kematian dari sinilah kemudian muncul dorongan agresif yang
tujuannya untuk mempertahankan ego atau ke-akuan dengan cara menyalurkan
insting kematian yang sifatnya merusak ke objek luar dan mengubahnya
menjadi tindakan yang bisa diterima oleh lingkungan, hal ini dimaksudkan
untuk menyalurkan energi dari insting kematian, namun kegagalan ego untuk
menyalurkan insting kematian keluar dirinya menyebabkan agresi berbalik
kedalam dirinya sendiri dan apabila cukup kuat orang tersebut akan bunuh diri.
8
Hal ini menurut Freud merupakan fase depresi, dalam tulisannya Mourning and
Melancholia (Freud, 1917/1950. dalam Davidson, 2006) dikatakan bahwa
potensi depresi diciptakan pada awal kanak-kanak. dalam periode oral,
kebutuhan seorang anak dapat kurang dipenuhi atau dipenuhi secara berlebihan
sehingga menyebabkan seseorang terfiksasi pada tahap ini, dan tergantung
pada pemenuhan kebutuhan instingtual yang menjadi ciri tahap ini. Dengan
terbawanya kondisi tersebut dalam tahap pematangan psikoseksual, fiksasi
pada tahap oral tersebut, orang yang bersangkutan dapat memiliki
kecenderungan untuk sangat tergantung pada orang lain untuk
mempertahankan harga dirinya. Sedangkan akar permasalahan dari depresi
sendiri yaitu karena kehilangan cinta pada oedipus complex yang membuat
orang marah kepada diri sendiri karena dia kehilangan cinta dari orang tua, dari
teman bahkan dari negaranya (Alwisol, 2009).
2. Paradigma kognitif
Berbeda dengan Freud yang menganggap depresi berasal dari kehidupan masa
lalunya. Beck (1985) menganggap bahwa depresi disebabkan oleh cara berpikir
yang salah terhadap dirinya, sehingga ia cenderung menyalahkan dirinya sendiri
(Lubis, 2009) ini disebabkan adanya distorsi kognitif yang dialami terhadap diri,
dunia dan masa depannya, hal inilah yang kemudian menimbulkan model kognitif
depresi seperti yang dikemukakan oleh Beck. Model ini terdiri dari tiga konsep
khusus yaitu cognitive triad, proses informasi yang salah dan skema-skema
(Lubis, 2009). Dalam pandangan kognitif, selain adanya kesalahan cara berfikir
juga menarik untuk mentelaah cara pengambilan keputusan tindakan percobaan
bunuh diri. Pembuatan keputusan atau decision making ialah proses memilih atau
menentukan berbagai kemungkinan di antara situasi-situasi yang tidak pasti
(Suharnan, 2005). Pembuatan keputusan terjadi di dalam situasi-situasi yang
meminta seseorang harus membuat prediksi ke depan, memilih salah satu diantara
dua pilihan atau lebih, atau membuat estimasi (perkiraan) mengenai frekuensi
kejadian berdasarkan bukti-bukti yang terbatas. Namun tidak semua keputusan
diambil dengan menggunakan pertimbangan yang sistematis seperti pada teori
keputusan klasik di atas, melainkan dengan menggunakan pendekatan Heuristik.
Heuristik menurut Suharnan (2005) adalah cara menentukan sesuatu melalui
9
G. Pohon masalah
Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)
G. Mekanisme koping
Seorang klien mungkin memakai beberapa variasi mekanisme koping yang
berhubungan dengan perilaku bunuh diri, termasuk denial, rasionalization,
regression, dan magical thinking. Mekanisme pertahanan diri yang ada seharusnya
tidak ditentang tanpa memberikan koping alternative.
H. Sumber koping
1. Kemampuan personal kemampuan yang diharapkan pada klien dengan
resiko bunuh diri yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.
2. Dukungan sosial adalah dukungan untuk individu yang di dapat dri
keluarga, teman, kelompok, atau orang-orang disekitar klien dengan dukungan
terbaik yang diperlukan oleh klien adalah dukungan keluarga
3. Asset material ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan
kesehatan dan atau finansial yang menandai asuransi, jaminan, pelayanan
kesehatan dan lain-lain.
4. Keyakinan positif merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif
seseorang sehingga dapat mempertahankan koping adaptif walaupun dalam
10
kondisi penuh stressor. Keyakinan yang harus dikuatkan pada klien resiko
bunuh diri adalah keyakinan bahwa klien mampu mengatasi masalahnya.
I. Penatalaksanaan medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien beresiko bunuh diri
salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (Videbeck, 2008) obat
obat yang biasanya digunakan adalah SSRI (selective serotonine reuptake
inhibitor) (fluoksetin 20 mg/hari per oral ), venlavaksin (75-225mg/hari per oral),
nefazodone (300-600 mg/hari per oral) , trazodone (200-300 mg/hari per oral) ,
dan bupropion (200-300 mg/hari per oral). Obat- obat tersebut terpilih karena
tidak beresiko letal akibat overdosis.
Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan system neurotransmitter
monoamine diotak khususnya noraepenefrin dan serotonin. Kedua
neurotransmitter ini dilepas diseluruh otak dan membantu mengatur kringinanj,
kewaspadaan, perhatian, mood, proses sensori, dan nafsu makan.
kronis. Terapi ini berfokus pada perbaikan keterampilan diri pada pasien seperti
pengaturan emosi, kontrol impuls, manajemen kemarahan, dan ketegasan
antarpribadi efektif mengurangi upaya bunuh diri. Walaupun demikian, terdapat
beberapa studi yang tidak mendukung hasil studi ini
BAB III
Kasus RBD
PENGKAJIAN
RUANG RAWAT: Melati TANGGAL DIRAWAT:
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. H ( L/P ) Tanggal Pengkajian : 01-12-2020
Umur : 31 Tahun RM No : 9887652
Pendidikan terakhir: Sarjana
Agama : Islam
Status Marital : Menikah
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB (Informan)
Nama : Ny. S
Umur : 30 Tahun
Hubungan dengan klien: Istri Klien
II. ALASAN MASUK
SMRS: Tn. H di bawa ke rumah sakit oleh keluarga, karena sering menangis,
tidak mau bekerja dan mengurung diri di kamar. Satu Minggu sebelum masuk
rumah sakit klien tidak patuh minum obat.
KU: Klien tampak sedih, menagis, tampak luka kebiruan di leher dan ada
sayatan di pergelangan tangan.
FAKTOR FAKTOR
PRESIPITASI PREDISPOSISI
(Pelaku/ korban/
saksi) (Pelaku/ korban/ saksi)
Aniaya fisik - -
Aniaya seksual - -
Penolakan - -
Kekerasan dalam ✓ -
keluarga Saksi
Tindakan Kriminal - -
Masalah Keperawatan
-
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa :
Ya tidak
Hubungan dengan klien :-
Genogram (minimal 3 generasi) Klien, orang tua, kakek/nenek:
kamar
5. Personal hygene - -
Masalah keperawatan:
-
IV. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri:
a. Gambaran Diri:
Tidak terkaji
b. Identitas:
Klien merasa sebagai orang anak yang tidak berguna
c. Peran:
Klien merasa malu dengan kakaknya yang bisa sukses dan memiliki
keluarga
d. Ideal diri:
Tidak terkaji
e. Harga diri:
Klien merasa tidak ada yang bisa dibanggakan
Masalah Keperawatan
-
2. Hubungan sosial:
a. Orang yang berarti:
Tidak terkaji
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat:
Tidak terkaji
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Klien tidak mau bekerja dan mengurung diri di kamar
Masalah Keperawatan:
-
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan:
Tidak terkaji
b. Kegiatan ibadah:
33
Tidak terkaji
Masalah Keperawatan:
-
V. STATUS MENTAL
Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
1. Penampilan:
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak
sesuai
Berpakaian tidak seperti Sesuai
biasanya
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
-
2. Cara bicara:
Cepat Gelisah Apatis
Keras Inkoheren tidak mampu memulai
pembicaraan
✓ Lambat Membisu Sesuai
Jelaskan:
Konsentrasi klien mudah beralih
Masalah keperawatan:
-
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah
Agitasi Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif Sesuai
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
-
4. Suasana hati:
✓ Sedih Ketakutan Putus asa
34
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
-
5. Afek
Datar Tumpul Labil Sesuai
✓ Tidak Sesuai
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
6. Interaksi selama wawancara:
Bermusuhan Tidak kooperatif mudah tersinggung
✓ Kontak mata Defensive Curiga
kurang
Seduktif Berhati-hati Kooperatif
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
7. Persepsi
✓ Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Olfakori (penciuman)
Visual Gustatori Ilusi
(penglihatan) (pengecapan)
Sesuai
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan Inkoheresn
asosiasi
35
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
9. Isi pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
Defersonalisasi Ide yang terkait Pikiran magis
Waham: Sesuai
Agama Somatik Kebesaran Curiga
Nihilistik Siar pikir Sisip pikir Kontrol pikir
Jelaskan
-
Masalah Keperawatan:
-
10. Tingkat Kesadaran
Bingung Sedasi Stuppor Allert
Disorientasi Disorientasi Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
11. Memori
✓ Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi Sesuai
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi
36
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
13. Kemampuan penilaian
Gangguan penilaian ringan Gangguan penilaian bermakna
Tidak ada gangguan
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
14. Daya tilik diri (Insight)
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
Mengetahui sakit yang dideritanya
Jelaskan
Masalah Keperawatan:
-
VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
-
2. BAB / BAK
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
37
Masalah Keperawatan:
-
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
-
4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
-
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama 1 s/d 2 jam
Tidur malam, lama 6 s/d 8 jam
Kegiatan sebelum/sesudah tidur
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Masalah Keperawatan:
-
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak
38
Masalah Keperawatan:
-
MasalahKeperawatan:
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik:
Skizofrenia paranoid
Terapi Medik:
Skizonoat, Triheksapenidil, Resperidon,
40
ANALISA DATA
N DATA Etiologi MASALAH
O
Trauma masalalu Resiko Bunuh Diri
1 Do:
- klien tampak
sedih Gangguan untuk berfikir
- klien menangis
-klien tampak
Mencederai diri
luka kebiruan
sendiri
dileher
-- klien terdapat
luka sayatan di
Isyarat bunuh diri
pergelangan
tangan
Ds:
Resiko bunuh diri
- klien merasa
tidak berguna
- klien merasa
tidak ada yang
bisa di
banggakan
- klien merasa
malu
- Saat di tanya
klien menjawab
“saya lebih baik
pergi, sepertinya
keluarga akan
bahagia jika saya
tidak ada”
41
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Resiko Bunuh Diri b.d ketidakmampuan untuk mengontrol diri
42
SP4 :
1. Identifikasi pola koping yang bisa
diterapkan pasien
2. Nilai pola koping yang biasa di
44
lakukan
3. Identifikasi pola koping yang
konstruktif
4. Anjurkan pasien menerapkan pola
koping yang konstruktif dalam
kegiatan harian
Sp5 :
1. Buat rencana masa depan yang
realistis bersama pasien
2. Identifikasi cara mencapai
rencana masa depan yang realistis
3. Beri dorongan pasien melakukan
kegiatan dalam rangka meraih masa
depan yang realistis
SP3:
1. Bantu keluarga membuat jadwal
aktifitas dirumah termasuk minum
obat
2. Jelaskan follow-up pasien setelah
pulang
BAB IV
PEMBAHASAN
Selain itu faktor presipitasi pada Tn. H yaitu klien tidak patuh
meminum obat sejak satu minggu sebelum masuk RS dan Klien
memiliki pengalaman yang tidak menyenangkan ketika berusia 12
Tahun, orang tua Tn. H bercerai dan ayah nya sempat menusukan
pisau kearah ibu nya. Sehingga menyebabkan klien tidak ingin
bermain dan banyak melakukan aktivitas di rumah. Klien tinggal
dengan kakak laki-laki, istri, beserta anak kakak nya dan Ibu Tn.H.
Kesimpulan
Skizofrenia paranoid merupakan gangguan psikotik yang merusak yang dapat
melibatkan gangguan yang khas dalam berpikir (delusi), persepsi (halusinasi), berbicara,
emosi dan perilaku. Para penderita skizofrenia tipe paranoid secara mencolok tampak
berbeda karena delusi dan halusinasinya, sementara keterampilan kognitif dan afek
mereka relatif utuh. Mereka pada umumnya tidak mengalami disorganisasi dalam
berbicara atau afek datar. Mereka biasanya memiliki prognosis yang lebih baik
dibandingkan penderita tipe skizofrenia lainnya. Sedangkan Definisi Resiko Bunuh diri
adalah
Suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan, individu,
secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Perilaku bunuh
diri meliputi isyarat-isyarat , percobaan atau ancaman verbal, yang akan mengakibatkan
kematian, luka atau menyakiti diri sendiri.
B. Saran
54
55
DAFTAR PUSTAKA