Makalah Skizofernia Jiwa II Fix
Makalah Skizofernia Jiwa II Fix
Kelompok 2
Aprilia Sartika Suratman 302018064
Salsa Yustikarani 302018067
Dhoni Moch Insan Maulana 302018068
Majid Nugraha 302018069
Fikri Nurul Padhli 302018071
Chikal Senjadea 302018072
Indah Fitriyani Sahroni 302018073
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.........................................................................................2
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................3
BAB II TINJAUAN TEORI....................................................................................5
A. Tijauan Konsep Skizofrenia..........................................................................5
1. Definisi......................................................................................................5
2. Rentang Respon Halusinasi.......................................................................6
3. Etiologi......................................................................................................8
4. Manifestasi Klinis....................................................................................10
5. Psikodinamika.........................................................................................13
6. Pohon Masalah........................................................................................14
7. Mekanisme Koping.................................................................................14
8. Sumber koping........................................................................................14
9. Penatalaksanaan Medis dan Non Medis..................................................15
B. Tijauan Konsep Defisit Perawatan Diri......................................................16
1. Masalah Utama........................................................................................16
2. Proses terjadinya masalah.......................................................................19
3. Pohon Masalah........................................................................................25
BAB III TINJAUAN KASUS................................................................................26
PENGKAJIAN...................................................................................................28
ANALISA DATA..............................................................................................42
DIAGNOSA KEPERAWATAN........................................................................43
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN........................................................44
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................49
BAB V PENUTUP.................................................................................................51
A. Kesimpulan.................................................................................................51
B. Saran............................................................................................................51
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia adalah gangguan mental yang sangat berat. Gangguan ini ditandai
dengan gejala-gejala positif seperti pembicaraan kacau, delusi, halusinasi,
gangguan kognitif dan persepsi; gejala-gejala negatif seperti avolition
(menurunnya minat dan dorongan), berkurangnya keinginan bicara dan miskinnya
isi pembicaraan, afek yang datar; serta terganggunya relasi personal (Arif, 2006).
Tampak bahwa gejela-gejala skizofrenia menimbulkan hendaya berat dalam
kemampuan individu berpikir dan memecahkan masalah, kehidupan afek dan
mengganggu relasi sosial. Kesemuanya itu mengakibatkan pasien skizofrenia
mengalami penurunan fungsi ataupun ketidakmampuan dalam menjalani
hidupnya, sangat terhambat produktivitasnya dan nyaris terputus relasinya dengan
orang lain. Gejala-gejala yang ditampilkan penderita skizofrenia menyebabkan
mereka dianggap sebagai orang yang aneh dan dipandang lebih negatif
dibandingkan dengan gangguan mental lainnya. Stigma “orang gila, orang yang
berbahaya” menyebabkan penderita sulit diterima dan berinteraksi dengan orang
normal, akibatnya penderita dikucilkan, bahkan ditelantarkan sebagai psikotik
yang berkeliaran di jalan-jalan. Skizofrenia adalah salah satu gangguan yang
paling membingungkan, melemahkan dan memiliki efek mendalam pada
kehidupan pasien, keluarga dan masyakat. (D. Christenson, Jacob; D. Russell
Crane; Katherine M. Bell; Andrew R. Beer & Harvey H. Hillin, 2014).
Skizofrenia juga merupakan gangguan jiwa yang lebih banyak dialami oleh
beberapa orang dibandingkan penderita gangguan jiwa lainnya yang umumnya
menyerang pada usia produktif dan merupakan penyebab utama disabilitas
kelompok usia 15-44 tahun (Davison, 2010). Berdasarkan data Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007, iperkirakan terdapat satu juta orang di Indonesia
mengalami gangguan skizofrenia (Viora, dalam Nainggolan 2013). Sementara
menurut data WHO, diperkirakan pada tahun 2013 jumlah penderita skizofrenia
meningkat hingga mencapai 450 juta jiwa di seluruh dunia (Nainggolan, 2013).
1
2
Kesehatan jiwa merupakan bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak
hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan
oleh semua orang. Menurut Yosep (2007), kesehatan jiwa adalah sikap yang
positif terhadap diri sendiri, tumbuh, berkembang, memiliki aktualisasi diri,
keutuhan, kebebasan diri, memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan
dalam beradaptasi dengan lingkungan. Umumnya manusia memiliki kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan baik, namun ada juga individu yang mengalami
kesulitan untuk melakukan penyesuaian dengan persoalan yang dihadapi. Mereka
bahkan gagal melakukan koping yang sesuai tekanan yang dialami, atau mereka
menggunakan koping yang negatif, koping yang tidak menyelesaikan persoalan
dan tekanan tapi lebih pada menghindari atau mengingkari persoalan yang ada.
Permasalahan pada suatu individu dalam mengalami gangguan jiwa sangatlah
kompleks antara satu dengan lainnya saling berkaitan. Mekanisme koping yang
tidak efektif merupakan salah satu faktor seseorang dapat mengalami gangguan
jiwa. Seseorang dapat dikatakan sehat jiwanya apabila seseorang tersebut
memenuhi kriteria sebagai berikut: sikap positif terhadap diri sendiri, tumbuh
kembang dan aktualisasi diri, integrasi (keseimbangan atau keutuhan), otonomi,
persepsi realitas, environmental mastery (kecakapan dalam adaptasi dengan
lingkungan). Sejalan dengan itu fungsi serta tanggung jawab perawat psikiatri
dalam memberikan asuhan keperawatan dituntut untuk dapat menciptakan suasana
yang dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan
terapeutik melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan yang
dapat membantu proses penyembuhan dengan menggunakan hubungan terapeutik
melalui usaha pendidikan kesehatan dan tindakan keperawatan secara
komprehensif yang diajukan secara berkesinambungan karena penderita isolasi
sosial dapat menjadi berat dan lebih sukar dalam penyembuhan bila tidak
mendapatkan perawatan secara intensif.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
Tujuan pembuatan makalah adalah sesuatu yang ingin dicapai dari suatu
makalah. Berdasarkan rumusan masalah diatas penulis memiliki beberapa tujuan
penulisan makalah diantaranya:
1. Tujuan Umum
Untuk memahami/menguasai tentang konsep penyakit dan asuhan
keperawatan klien dengan gangguan Skizofrenia
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa definisi skizofrenia dan defisit perawatan diri?
b. Untuk mengetahui bagaimana rentang respon skizofrenia dan defisit
perawatan diri?
c. Untuk mengetahui apa faktor predisposisi skizofrenia dan defisit
perawatan diri?
d. Untuk mengetahui apa faktor presitipasi skizofrenia dan defisit
perawatan diri?
e. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis skizofrenia dan defisit
perawatan diri?
f. Untuk mengetahui bagaimana psikodinamika skizofrenia dan defisit
perawatan diri?
g. Untuk mengetahui bagaimana pohon masalah skizofrenia dan defisit
perawatan diri?
4
1. Definisi
Skizofrenia (schizophrenia) adalah gangguan yang terjadi pada fungsi otak.
Melinda Herman (2008), mendefinisikan skizofrenia sebagai penyakit
neurologis yang mempengaruhi persepsi pasien, cara berfikir, bahasa, emosi,
dan perilaku sosialnya (Neurogical disease that affects a person’s perception,
thinking, language, emotion, and social behavior) (Yosep, 2009).
Lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia mengalami halusinasi. Meskipun
bentuk halusinasinya bervariasi, tetapi sebagian besar pasien dengan
skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa mengalami halusinasi dengar. Halusinasi
adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan yang
menimbulkannya (tidak ada objeknya). Halusinasi muncul sebagai suatu proses
panjang yang berkaitan dengan kepribadian seseorang. Karena itu, halusinasi
dipengaruhi oleh pengalaman psikologis seseorang (Baihaqi, 2007).
Halusinasi merupakan persepsi yang salah pada semua rasa: pasien
merasakan suara atau bau meskipun sebenarnya tidak ada atau tidak terjadi
(Craig, 2009). Halusinasi yaitu pencerapan tanpa adanya rangsang apapun pada
panca indra seorang pasien, yang terjadi dalam keadaan sadar/bangun,
sadarnya mungkin organik, fungsional, psikotik, ataupun histerik (Maramis,
1980).
Halusinasi dapat didefinisikan sebagai terganggunya persepsi sensori
seseorang, dimana tidak terdapat stimulus. Tipe halusinasi yang sering adalah
halusinasi pendengaran (Auditory-hearing voices or sounds). Pasien merasakan
stimulus yang sebenarnya tidak ada, pasien merasa ada suara padahal tidak ada
stimulus suara (Varacolis, 2006).
Halusinasi yang paling sering ditemui, biasanya berbentuk pendengaran
tetapi dapat juga berupa halusinasi penglihatan, penciuman, dan perabaan.
5
Halusinasi pendengaran (paling sering suara, satu atau beberapa orang) dapat
pula berupa komentar tentang pasien atau peristiwa–peristiwa sekitar pasien.
6
6
Suara–suara yang paling sering diterima pasien sebagai sesuatu yang berasal
dari luar kepala pasien (Elvira, 2010).
Halusinasi pendengaran yaitu perasaan stimulus yang sebenarnya tidak ada.
Pada pasien dengan halusinasi pendengaran, pasien merasa ada suara, padahal
tidak ada stimulus suara (Yosep, 2009). Halusinasi auditif atau halusinasi
pendengaran merupakan halusinasi yang seolah-olah mendengar suara
manusia, hewan, barang, mesin, musik, atau suara kejadian alami yang tidak
ada wujudnya (Sunaryo, 2004).
Suara pada halusinasi dengar, suara dapat berasal dari dalam diri individu
atau dari luar dirinya. Suara dapat dikenal (familiar) misalnya suara nenek yang
meninggal. Suara dapat tunggal atau multipel.Isi suara dapat memerintahkan
sesuatu pada klien atau seringnya perilaku klien sendiri.Klien merasa yakin
bahwa suara itu berasal dari tuhan, setan, sahabat, atau musuh. Kadang-kadang
suara yang muncul semacam bunyi bukan suara yang mengandung arti (Yosep,
2009).
2. Rentang Respon Halusinasi
Halusinasi merupakan salah satu respon maladaptif individual yang terdapat
dalam rentang respon neurobiologi. Jika pasien yang sehat presepsinya akurat,
mampu mengidentifikasi dan menginterpretasikan stimulus berdasarkan
informasi yang diterima melalui panca indra. Pasien halusinasi dapat
mempresepsikan suatu stimulus dengan panca indra walaupun stimulus
tersebut tidak ada. Diantara kedua respon tersebut adalah respon individu yang
karena suatu hal mengalami kelainanan persensif yaitu salah mempersepsikan
stimulus yang diterimanya, yang disebut sebagai ilusi (Stuart, 2009).
Pasien mengalami jika interpertasi yang dilakukan terhadap stimulus panca
indra tidak sesuai stimulus yang diterimanya, rentang respon tersebut sebagai
berikut:
7
Adaptif
Maladaptif
a. Respon adaptif
1) Pikiran logis Pendapat atau pertimbangan yang dapat diterima oleh
akal.
2) Respon akurat Pandangan dari seseorang tentang suatu peristiwa
secara cermat.
3) Perilaku sesuai Kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang
tidak bertentangan dengan moral.
4) Hubungan sosial Hubungan seseorang dengan orang lain dalam
pergaulan ditengah – tengah masyarakat (Stuart, 2009).
b. Respon transisi
1) Distorsi fikiran Kegagalan dalam mengabstrakan dan mengambil
keputusan.
2) Ilusi Persepsi atau respon yang salah terhadap stimulasi sensori.
3) Reaksi emosi berlebihan atau berkurang Emosi yang diekspresikan
dengan sikap yang tidak sesuai.
4) Perilaku aneh dan atau tidak sesuai Perilaku aneh yang tidak enak
dipandang, membingungkan, kesukaran mengolah dan tidak kenal
orang lain.
5) Menarik Diri Perilaku menghindar dari orang lain (Stuart, 2009).
c. Respon maladaptif
8
4) Faktor Psikolgis
9
Selain fase pada halusinasi, terdapat manifestasi klinik lain dalam bentuk
tahap, yaitu
a. Tahap 1: Halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala Klinis:
1) Menyeringai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat d. Bicara lambat
4) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: Halusinasi bersifat menjijikan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata (Keliat, 2009).
c. Tahap 3: Halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: Halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mampu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2009).
13
1. PSIKODINAMIKA
5. Psikodinamika HALUSINASI
Menarik diri
HALUSINASI
Isolasi sosial
6. Pohon Masalah
Masalah keperawatan untuk kasus halusinasi pendengaran dapat
digambarkan dalam pohon masalah sebagai berikut:
7. Mekanisme Koping
Mekanisme koping klien Gangguan persepsi sensori: Halusinasi
pendengaran menurut Stuart (2007), perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi klien dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan
respon neurologis maladaptive yaitu:
a. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
mengatasi ansietas, yang menyisahkan sedikit energi untuk aktifitas
hidup sehari-hari.
b. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik diri
8. Sumber koping
Sumber koping individu harus dikaji dengan pemahaman tentang pengaruh
gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi modal, seperti
intelegensi atau kriativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik
15
1. Masalah Utama
a. Pengertian Defisit perawatan diri
Perawatan diri merupakan salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhnnya guna mempertahankan kehidupan, kesehatan dan
kesejahteraan sesuai dengan kondisi kesehatannya (Sulastri, 2012). Menurut
Herdman (2012), Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk
melakukan atau menyelesaikan aktifitas perawatan diri untuk diri sendiri;
mandi; berpakaian dan berhias untuk diri sendiri aktifitas makan sendiri;
dan aktifitas eliminasi sendiri. Herdman (2012) membagi Defisit perawatan
diri menjadi 4 kegiatan; mandi, berpakaian/berhias, makan, dan toileting.
17
dengan keadaan fisik yang tidak sehat lebih memilih untuk tidak
melakukan perawatan diri.
Macam-macam respon Defisit perawatan diri:
a) Pola perawatan diri seimbang: saat Pasien mendapatkan stresor dan
mampu untuk berprilaku adaptif, maka pola perawatan yang
dilakukan Pasien seimbang, Pasien masih melakukan perawatan
diri
b) Kadang perawatan diri kadang tidak: saat Pasien mendapatkan
stresor kadang-kadang Pasien tidak memperhatikan perawatan diri
nya
c) Tidak melakukan perawatan diri: Pasien mengatakan dia tidak
peduli dan tidak bisa melakukan perawatan saat stressor
c. Mekanisme koping
Stuart (2016) mengungkapkan pada fase gangguan jiwa aktif, pasien
menggunakan beberapa mekanisme pertahanan yang tidak didasari
sebagai upaya untuk melindungi diri dari pengalaman menakutkan yang
disebabkan oleh penyakit mereka.
1) Regresi: berhubungan dengan masalah dalam proses informasi dan
pengeluaran sejumlah besar tenaga dalam upaya untuk mengelola
ansietas, menyisakan sedikit tenaga untuk aktivitas sehar-hari.
2) proyeksi: upaya untuk menjelaskan persepsi yang membingungkan
dengan menetapkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu.
3) Menarik diri: berkaitan dengan masalah membangun kepercayaan dan
keasyikan dengan pengalaman internal
4) Pengingkaran: sering digunakan oleh klien dan keluarga. Mekanisme
koping ini adalah sama dengan penolakan yang terjadi setiap kali
seorang menerima informasi yang menyebabkan rasa takut dan
ansietas.
d. Sumber koping
Stuart (2016) menjelaskan gangguan jiwa adalah penyakit menakutkan
dan sangat menjengkelkan yang membutuhkan penyesuaian oleh pasien
dan keluarga. Sumber daya keluarga, seperti pemahaman orang tua
22
d) BAB dan BAK tidak ada tempatnya, tidak membersihkan diri setelah
BAB dan BAK, Tidak mampu (menjaga kebersihan toilet, menyiran
toilet).
3. Pohon Masalah
Kasus
Nn. Tina 25 tahun dibawa oleh keluarga ke igd RSj, dengan alasan klien tidak
mau minum obat, dan mudah marah jika di ingatkan. Klien juga sering tidur,
malas mandi dan bicara dengan pohon. Menurut keluarga klien sudah mengalami
gangguan jiwa sejak usia 19 tahun dan ini sudah ke 5 kali klien di rawat, di rumah
hanya klien yang mengalami gangguan jiwa.
Di ruang perawatan klien di wawancara oleh perawat, klien mengatakan
keluhannya saat ini hanya batuk. Klien tampak pakaian sesuai, tercium bau,
rambut kotor dan ada kutu. Ketika di tanya apakah Nn. Tina sudah mandi, klien
mengatakan “suster saya tidak mandi saya kan sedang batuk, buat apa mandi?
Saya tetap saja cantik ko.” Konsentrasi mudah beralih, tidak mampu melakukan
berhitung.
Klien selalu menyangkal jika dirinya mengalami gangguan jiwa. Klien ingin
segera sembuh dan bisa pulang ke rumah. klien sadar dirinya sebagai anak dan
belum menikah yang harus bekerja untuk orang tua. Klien tidak pernah merasa
malu dengan kehiduapnnya, klien tau tubuhnya gendut tapi dia sangat menyukai
seluaruh fisiknya.
Saat menceritakan masa lalu klien tampak sedih dan menangis, karena pernah di
tinggalkan oleh pacarnya saat SMA, pacar klien pergi dengan wanita lain. klien
juga menceritakan penah mengkonsumsi obat/NAPZA (Sabu, Pil, Gele) sudah
sejak lama. Ny. T mengakui bahwa dia suka minum minuman keras sampai saat
ini. Konsentrasi klien mudah beralih jika berbicara dalam waktu yang lama. Dan
sering mondar mandir. Kemampuan berhitung dan mengingatnya kurang baik.
Saat ini Ny. T tinggal bersama kedua orang tuanya dan 4 saudara, klien
merupakan anak ke 2 kaka klien laki –laki, dan 2 adik klien perempuan. Menurut
klien ayah klien merupakan orang yang tegas dan galak. Klien mengatakan orang
yang paling berarti adalah ibunya. Kien ingin biisa membahagiakan ibunya.
Saat di rumah klien aktif mengikuti kegiatan kerja bakti, bertetangga, bermain
dengan teman sebaya, tapi saat di rs klien sering merasa malas dan mengantuk.
26
27
Saat ini klien terdiagnosa skizofrenia hebefrenik berulang, dengan terapi medik
post sikzonoat, Triheksiflfenidil, dan clozapine. Klien mengatkan dulu saat di
bawa ke RSj klien di ajarkan cara menfhardik, karena sering mendengar suara-
suara yang tidak jelas. Dan saat ini suara itu kadang-kadang masih suka muncul.
Hasil observasi selama di rs, klien makan dan minum sering bearantakan dan tidak
di kembalikan lagi ke tempatnya. Sudah 2 hari klien tidak mau mandi. terkadang
klien sering mengambil makanan milik temannya. Untuk bab dan bak klien bisa
mandiri tapi tidak di bersihkan
28
PENGKAJIAN
FAKTOR FAKTOR
29
PRESIPITASI PREDISPOSISI
(Pelaku/ korban/ (Pelaku/ korban/ saksi)
saksi)
Aniaya fisik - -
Aniaya seksual - -
Penolakan - -
Kekerasan dalam - -
keluarga
Tindakan Kriminal - -
Masalah Keperawatan
-
3. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa : ya
tidak
Hubungan dengan klien :-
Genogram (minimal tiga generasi) Klien, orang tua, nenek / kakek:
Keterangan:
: Perempuan
: Laki-laki
: Ikatan
Pernikahan
: Orang Terdekat Klien
: Orang yang tinggal serumah
: Klien
3. Masa Remaja
4. Masa Dewasa Awal
5. Masa dewasa tua
6. Lansia
Penjelasan:
Ketika SMA Klien pernah ditinggalkan oleh pacarnya, pacar klien pergi
dengan wanita lain.
Masalah keperawatan:
-
7. Riwayat Penyakit Fisik di masa lalu:
-
III. FISIK
1. Tanda Vital : TD : - N : - S : - P : -
2. Ukuran : TB : - BB : -
Kaji juga efek samping dari terapi obat seperti obat clozapine dapat
menyebabkan jantung berdebar).
c. Sistem respirasi : Tidak terkaji (efek samping sistem
pencernaan Paru-paru dan sistem pernapasan. Menghirup kokain dengan
hidung dapat membuat hidung maupun dinding tengah yang memisahkan
lubang kanan dan kiri hidung serta rongga-rongga sinus rusak, hidung
berair berkepanjangan, kehilangan indera penciuman (anosmia), dan
mimisan. Menghirup kokain juga dapat membuat suara menjadi serak.
Sedangkan, merokok kokain dapat membuat paru-paru mengalami iritasi,
rentan infeksi, dan bahkan rusak permanen).
d. Sistem gastrointestinal : Tidak terkaji (efek pada saluran
pencernaan, Kokain mempersempit pembuluh darah ke usus, membuat
usus kekurangan oksigen sehingga menimbulkan tukak (luka) dan
akhirnya kebocoran di lambung atau usus. Akibat akhir adalah kematian
jaringan usus atau saluran cerna).
e. Sistem urogenital : Tidak terkaji (kaji efek samping
pengobatan seperti obat sikzonoat dapat mengakibatkan sulit BAK).
f. Sistem reproduksi : Tidak terkaji (efek samping nafza terhadap
sistem reproduksi. Fungsi seksual dan reproduksi.
1. Terganggunya fungsi hormon pada wanita yang awalnya disebabkan
dari kegagalan orgazme kemudian menjadi menurunnya dorongan
seorang wanita untuk melakukan hubungan seksual, selanjutnya
terdapat gangguan dari system reproduksinya seperti terhambat nya
haid hingga mencapi gangguan pada kesuburan reproduksi seorang
wanita.
2. Kerusakan saluran telur
Potensi selanjutnya ialah berdampak signifikan pada pencegahan
ovulasi dengan mengganggu regulasi hormonal yang menyebabkan
siklus haid seorang wanita tidak teratur maka seiring berjalannya
waktu akan menyebabkan kerusakan permanen pada saluran telur ke
kandungan rahim dan juga gangguan sel telur.
3. Keguguran
32
rawat.
No ADL Sebelum di RS Selama dirawat
1. Nutrisi (makan& Makan makanan Klien makan dan minum
minum) seperti nasi, lauk pauk, sering bearantakan dan
sayur mayur dan buah- tidak di kembalikan lagi
buahan ke tempatnya. terkadang
klien sering mengambil
makanan milik
temannya.
2. Eliminasi (BAB BAB Normal Pergi sendiri ke kamar
& BAK) Frekuensi 1-2x/hari mandi dan tidak
BAK Sendiri ke kamar dibersihkan
mandi
3. Istirahat tidur Sering Tidur Sering mengantuk
Masalah keperawatan:
Defisit Perawatan Diri
IV. PSIKOSOSIAL
1. Konsep diri:
a. Gambaran Diri:
Klien tau tubuhnya gendut tapi dia sangat menyukai seluruh fisiknya.
b. Identitas:
Klien tidak pernah merasa malu dengan kehidupannya.
c. Peran:
Klien sadar dirinya sebagai anak dan belum menikah yang harus
bekerja untuk orang tua.
d. Ideal diri:
Klien ingin segera sembuh dan bisa pulang ke rumah.
34
e. Harga diri:
Klien selalu menyangkal jika dirinya mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan
-
2. Hubungan sosial:
a. Orang yang berarti:
Klien mengatakan orang yang paling berarti adalah ibunya.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat:
Klien aktif mengikuti kegiatan kerja bakti, bertetangga
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:
Konsentrasi klien mudah beralih jika berbicara dalam waktu yang lama.
Dan sering mondar mandir. Kemampuan berhitung dan mengingatnya
kurang baik.
Masalah Keperawatan:
-
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan:
-
b. Kegiatan ibadah:
-
Masalah Keperawatan:
-
V. STATUS MENTAL
Berikan tanda Checklist √ pada kotak yang sesuai dengan jenis kondisi klien
1. Penampilan:
Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak
sesuai
Berpakaian tidak seperti Sesuai
biasanya
Jelaskan:
Klien tampak pakaian sesuai, tercium bau, rambut kotor dan ada kutu.
Masalah Keperawatan:
35
-
2. Cara bicara:
Cepat Gelisah Apatis
Keras Inkoheren tidak mampu memulai
pembicaraan
Lambat Membisu Sesuai
Jelaskan:
Konsentrasi klien mudah beralih
Masalah keperawatan:
-
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah
Agitasi Apatis Grimasen
Tremor Kompulsif Sesuai
Jelaskan:
Konsentrasi klien mudah beralih jika berbicara dalam waktu yang lama.
Dan sering mondar mandir
Masalah Keperawatan:
-
4. Suasana hati:
Sedih Ketakutan Putus asa
Khawatir Gembira berlebihan Sesuai
Jelaskan:
Saat menceritakan masa lalu klien tampak sedih dan menangis.
Masalah Keperawatan:
-
5. Afek
Datar Tumpul Labil Sesuai
Tidak Sesuai
Jelaskan:
-
Masalah Keperawatan:
-
36
Jelaskan:
Ketika di tanya apakah Nn. Tina sudah mandi, klien mengatakan “suster
saya tidak mandi saya kan sedang batuk, buat apa mandi? Saya tetap saja
cantik ko.” Konsentrasi mudah beralih, tidak mampu melakukan berhitung.
Klien selalu menyangkal jika dirinya mengalami gangguan jiwa.
Masalah Keperawatan:
-
7. Persepsi
Auditori (suara) Taktil (sentuhan) Olfakori (penciuman)
Visual Gustatori Ilusi
(penglihatan) (pengecapan)
Sesuai
Jelaskan:
Klien mengatakan dulu saat di bawa ke RSj klien di ajarkan cara
menghardik, karena sering mendengar suara-suara yang tidak jelas. Dan
saat ini suara itu kadang-kadang masih suka muncul.
Masalah Keperawatan:
-
8. Proses pikir
Sirkumtansial Tangensial Kehilangan Inkoheresn
asosiasi
Flight of idea Blocking Perseverasi Neologisme
Irelevansi Verbigerasi Word salad Sesuai
Jelaskan:
Konsentrasi klien sering beralih dan kurang dalam mengingat.
Masalah Keperawatan:
-
9. Isi pikir
37
Jelaskan:
Klien mampu menjawab pertanyaan namun konsentrasi mudah beralih.
Masalah Keperawatan:
-
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka Gangguan daya ingat jangka
panjang pendek
Gangguan daya ingat saat ini Konfabulasi Sesuai
Jelaskan:
Klien memiliki kemampuan mengingat yang kurang baik
Masalah Keperawatan:
-
12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih tidak mampu berkonsentrasi
tidak mampu berhitung sederhana mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Konsentrasi klien mudah beralih ketika berbicara terlalu lama dan kurang
dalam berhitung.
38
Masalah Keperawatan:
-
13. Kemampuan penilaian
Gangguan penilaian ringan Gangguan penilaian bermakna
Tidak ada gangguan
Jelaskan:
Klien tidak mampu mengambil keputusan walaupun dibantu orang lain
sehingga sekalipun klien diberikan pilihan klien tidak mampu mengambil
keputusan.
Masalah Keperawatan:
-
14. Daya tilik diri (Insight)
Mengingkari penyakit yang diderita Menyalahkan hal-hal diluar
dirinya
Mengetahui sakit yang dideritanya
Jelaskan
Klien menyangkal apabila dirinya mengalami gangguan jiwa
Masalah Keperawatan:
-
VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Klien mampu makan sendiri tapi klien makan dengan bernatakan dan tidak
menaruh kembali ke tempatnya
Masalah Keperawatan:
-
2. BAB / BAK
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
39
Jelaskan:
Klien tidak mau mandi dan tidak mampu merawat tubuhnya
Masalah Keperawatan:
-
4. Berpakaian / berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Klien tidak mampu dalam berhias atau berdandan
Masalah Keperawatan:
-
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama 1 s/d 2 jam
Tidur malam, lama 6 s/d 8 jam
Kegiatan sebelum/sesudah tidur
Jelaskan:
Klien sering tidur
Masalah Keperawatan:
-
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan:
Klien harus diingatkan dalam mengkonsumsi obat
Masalah Keperawatan:
-
7. Pemeliharaan kesehatan
40
Lainnya:…… Lainnya:……………
MasalahKeperawatan:
X. ASPEK MEDIK
Diagnosa Medik:
Skizofrenia hebefrenik berulang
Terapi Medik:
Sikzonoat, Triheksiflfenidil, dan Clozapine
42
ANALISA DATA
DIAGNOSA KEPERAWATAN
SP 4
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (SP1,2
& 3)
2. Latih cara BAB/BAK yang baik:
- jelaskan tempat BAB/ BAK yang
sesuai
- jelaskan cara membersihkan diri
setelah BAB/BAK
Keluarga mampu: Setelah … pertemuan, SP1
Merawat anggota keluarga mampu: 1.Identifikasi masalah yang
keluarga yang mengalami -Meneruskan melatih pasien dirasakan keluarga dalam merawat
masalah kurang perawatan - mendukung agar kemampuan pasien dengan masalah:
diri pasien dalam perawatan dirinya - kebersihan diri
meningkat - berdandan
- makan
- BAB/ BAK
2. Jelaskan deficit perawatan diri
3. Jelaskan tentang cara merawat:
- kebersihan diri
- berdandan
- makan
- BAB/ BAK
46
rujukan
BAB IV
PEMBAHASAN
49
keperawatan defisit perawatan diri yang didalamnya terdapat jadwal harian
perawatan diri.
50
50
Di dalam kasus askep kelompok mengenai defisit perawatan diri bahwa pasien
tercium bau, rambut kotor dan ada kutu, klien makan dan minum sering
bearantakan dan tidak di kembalikan lagi ke tempatnya. Sudah 2 hari klien tidak
mau mandi. terkadang klien sering mengambil makanan milik temannya. Untuk
bab dan bak klien bisa mandiri tapi tidak di bersihkan. Di dalam asuhan
keperawatan defisit perawatan diri ini bahwa yang perlu di tekan kan kepada
pasien tanpa harus memaksanya adalah dengan metodo intervensi penjadwalan
yaitu memasukan sp 3 dan 4 pada jadwal harian pasien. Karena metode ini sangat
efektif untuk merubah kebiasaan pasien yang sudah di lakukan penelitian nya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar pasien skizofrenia sebelum
pelaksanaan jadwal perawatan diri, tingkat kemandirian perawatan dirinya masih
kurang. Nilai terbanyak adalah 17 dalam kategori tergantung sebanyak 20%, nilai
terendah 7 yaitu masuk kategori bantuan sebanyak 5%, dan nilai tertinggi 24
masuk kategori tergantung sebanyak 10%. Nilai rerata sebelum pelaksanaan
jadwal adalah 15,55%. Keadaan ini menunjukkan masih banyak pasien yang
membutuhkan dorongan dan bantuan baik berupa pengawasan atau bimbingan
dari petugas untuk melakukan perawatan diri.
Di dalam konsep teori yaitu faktor predisposisi pada pasien defisit perawatan diri
kurang adalah psikologis: faktor perkembangan dimana keluarga terlalu
melindungi dan memanjakan pasien sehingga perkembangan inisiatif terganggu.
Kemampuan realitas turun, pasien gangguan jiwa yang kemampuan realitas
kurang menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan
diri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri hendaknya di berikan
perhatian yang lebih dalam perawatan diri sehinngga peningkatankebersihan klien
dapat lebih meningkat lebih baik. Klien yang seringmenyendiri merupakan resiko
menjadi isolasi sosial maka komunikasiterapeutik yang di gunakan sebagai
landasan untuk membina saling percayasehingga dapat mengggali semua
permasalahan. Klien dengan gangguan jiwa yaitu defisit perawatan diri harus
selaludi libatkan dalam kegiatan dan di temani setiap tindakan yang lebih.
Identifikasi diri mengenai penyebab awal terjadinya gangguan tersebut
menjadifocus perhatian pemberian pelayanan kesehatan. Klien dengan gangguan
jiwayaitu defisit perawatan diri membutuhkan dukungan dari keluarganya
sehinggadapat mempercepat proses penyembuhan klien
B. Saran
51
DAFTAR PUSTAKA
Carpetino, & Linda, J., (2003). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC.
Direja, & Ade, H. S., (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta:
Nuha Medika.
Deden, D., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogjakarta: Gosyen Publishing.
Keliat, B. A., (2001). Proses Keperawatan Jiwa, edisi 2. Jakarta: EGC.
Keliat, B. A., & Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesi Jiwa.
Jakarta: EGC.
Stuart, G.W. (2009). Principle and Practice of Psychiatric Nursing. St Louis:
Mosby.
Suliswati, Tjie, A. P., Jeremia, M., Yenny, S., & Sumijatun. (2005). Konsep
Dasar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Stuard & Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, edisi 5. Jakarta; EGC.
Yosep, Iyus. (2009). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditamam.
Hastuti, R. Y., & Rohmat, B. (2018). Pengaruh Pelaksanaan Jadwal Harian
Perawatan Diri Terhadap Tingkat Kemandirian Merawat Diri Pada Pasien
Skizofrenia Di Rsjd Dr. Rm Soedjarwadi Provinsi Jawa Tengah. Gaster, 16(2),
177-190.