Anda di halaman 1dari 20

ANALISA KASUS PASIEN IBU RUMAH TANGGA YANG

BERESIKO TERJANGKIT HIV TERHADAP ASPEK


SPIRITUAL DAN KULTURAL

Dosen Pembimbing
Angga Wilandika, S.Kep.,Ners.,M.Kep

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG
JL. KH. Ahmad Dahlan (Banteng Dalam) No. 6 Bandung
2020
DAFTAR NAMA KELOMPOK

NAMA NIM
Fikri Nurul Padhli 302018071
Renanda Tri Asmira 302018099
Muhammad Rizal 302018102
Muhamad Sirodjudin Kholid 302018103
Hasna Nurul Hikmah 302018104
R Ayu Sekar Kedaton 302018105
Nurfuadah Agustina 302018106
Firda Alya 302018108
Salsabila 302018109
Aini Novitasari 302018111
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH

ASPEK
NO. KRITERIA B N BxN
PENILAIAN
4 Konsep lengkap dan integratif
3 Konsep lengkap
Kelengkapan
1. 2 Konsep hanya sebagian 3
Konsep Hanya menunjukkan sebagian
1
kecil konsep
Konsep diungkapkan dengan
4 tepat, lengkap baik analisis
maupun sintesis
Konsep diungkapkan dengan
3
Kebenaran tepat, namun deskriptif
2. 3,5
Konsep Sebagian besar konsep
2 diungkapkan, namun masih ada
yang terlewatkan
Aspek penting konsep kurang
1
terungkap dan bertele-tele
Bahasa menggugah pembaca
4 untuk mencari tahu konsep
lebih dalam
Bahasa menambah informasi
3
pembaca
3. Bahasa 2
Bahasa deskriptif, tidak terlalu
2
menambah pengetahuan
Informasi dan data yang
1 disampaikan tidak menarik dan
membingungkan
4. Kerapian Makalah dibuat sesuai pedoman 1,5
4 penulisan makalah, menarik,
dan dijilid rapi
3 Makalah dibuat sesuai pedoman
penulisan makalah, tidak
menarik, dan dijilid rapi
Makalah dibuat tidak sesuai
2 pedoman penulisan makalah,
menarik, dan dijilid rapi
Makalah dibuat tidak sesuai
pedoman penulisan makalah,
1
tidak menarik, dan
tidak dijilid rapi
TOTAL NILAI (B x N) / 10 x 25
LEMBAR PENILAIAN PEER-GROUP

PENILAIAN
KELOMPOK
(Dilihat dari kerjasama,
kontribusi, dan
partisipasi)
NO
NAMA MAHASISWA
. Nilai langsung diberikan
oleh kelompok dan
dicantumkan dalam kolom
ini

(Rentang Nilai 0 – 100)


1. Fikri Nurul Padhli (302018071)

2. Renanda Tri Asmira (302018099)

3. Muhammad Rizal (302018102)

4. Muhamad Sirodjudin Kholid (302018103)

5. Hasna Nurul Hikmah (302018104)

6. R Ayu Sekar Kedaton (302018105)

7. Nurfuadah Agustina (302018106)

8. Firda Alya (302018108)

9. Salsabila (302018109)

10. Aini Novitasari (302018111)


KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat yang tiada terhitung
jumlahnya. Tidak lupa shalawat serta salam semoga tercurahkan ke pada Nabi
Muhammad SAW. Khususnya kepada penyusun serta selalu memberikan hidayah
dan inayahnya sehingga penyusun dapat membuat makalah ini dengan penuh rasa
syukur dan dapat mengumpulkan makalah ini tepat pada waktunya.
Makalah yang penyusun buat ini untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
HIV/AIDS. Dalam penyusunanya pun penyusun mendapat dukungan dari staf
dosen, teman-teman, referensi buku, dan yang bersangkutan.
Adapun makalah yang penyusun buat belum sepenuhnya sempurna, sehingga
penyusun dengan lapang dada menerima kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun sehingga dikemudian hari penyusun dapat membuat makalah
jauh lebih baik dari makalah ini.
Penyusun berharap makalah ini dapat menambah pengetahuan pembaca serta
menjadi inspirasi bagi pembaca. Mohon maaf apabila terdapat kesalahan dalam
pembuatan makalah ini.

Bandung, Oktober 2020

Penyusun

i
DAFTAR ISI

DAFTAR NAMA KELOMPOK...............................................................................


LEMBAR PENILAIAN MAKALAH.......................................................................
LEMBAR PENILAIAN PEER-GROUP...................................................................
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I. PENDAHULUAN.......................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................1

B. Rumusan Masalah...........................................................................................3

C. Tujuan Penulisan.............................................................................................3

1. Tujuan Umum...........................................................................................3

2. Tujuan Khusus..........................................................................................3

BAB II. TINJAUAN KASUS..................................................................................4


A. Fenomena Kasus.............................................................................................4

B. Pertanyaan Kasus............................................................................................4

BAB III. PEMBAHASAN.......................................................................................5


A. Kajian Akar Masalah dan Prioritas Masalah...................................................5

B. Pandangan Islam Terhadap Fenomena Masalah.............................................5

C. Integrasi Ayat-Ayat Al-Quran Terhadap Fenomena Masalah........................6

D. Pemecahan Masalah Berbasis Pendekatan Islami Terhadap Fenomena


Masalah...........................................................................................................8

BAB IV. PENUTUP..............................................................................................11


A. Simpulan.......................................................................................................11

B. Saran..............................................................................................................11

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita semua mungkin sudah banyak mendengar cerita menyeramkan
tentang HIV/AIDS. Penyebaran AIDS itu berlangsung secara cepat dan
mungkin sekarang sudah ada disekitar kita. Sampai sekarang belum ada obat
yang bisa menyembuhkan AIDS, bahkan penyakit yang saat ini belum bisa
dicegah dengan vaksin. Maka dapat dikatakan HIV adalah virus yang
menyerang dan merusak sel kekebalan tubuh mansia sehingga tubuh manusia
mudah terserang berbagai penyakit. Kumpulan gejala penyakit yang
menyerang tubuh kita itulah AIDS. Maka selama bertahun-tahun orang dapat
terinfeksi HIV sebelum akhirnya mengidap AIDS. Pengidap AIDS tidak
menyadari bahwa mereka telah tertular virus AIDS, yaitu HIV karena masa
inkubasi penyakit ini termasuk lama dan itulah sebabnya mengapa penyakit ini
sangat cepat tertular kepada orang lain.
Estimasi jumlah kasus HIV/AIDS di Indonesia sebanyak 640.443, tapi
yang bisa dideteksi sejak tahun 1987 sd. 31 Maret 2020 hanya 511.955 atau
79,94 persen. Itu artinya ada 128.499 Odha (Orang dengan HIV/AIDS) yang
tidak terdeteksi. Odha yang tidak terdeteksi ini jadi mata rantai penularan
HIV/AIDS di masyarakat karena mereka tidak menyadari dirinya mengidap
HIV/AIDS. (Tagar.Id, 2020)
Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN)
kembali mengingatkan, ada tren yang cukup mengkhawatirkan, di mana kasus
penularan ke ibu rumah tangga terus meningkat. Mengacu pada data
Kementerian Kesehatan (Kemkes) di awal 2019, ada 16.844 ibu rumah tangga
yang menderita HIV dan AIDS. Angka ini cukup tinggi jika dibandingkan
profesi lainnya. Ia bahkan lebih tinggi ketimbang pekerja seks yang 'akrab'
dengan stigma pengidap HIV, yakni 3.499 orang. Ironisnya mereka ini bukan
tergolong kelompok berisiko, tetapi tertular dari pasangan.

1
2

Penyebaran HIV saat ini tidak hanya menyerang orang berperilaku risiko
tinggi, melainkan juga kepada ibu rumah tangga yang aktifitasnya banyak di
rumah mengurus anak-anak, namun tertular oleh suami mereka sendiri yang
melakukan hubungan seksual tidak aman atau memakai jarum suntik tidak
steril. Dari ibu yang tidak tahu apa-apa akan menularkan kepada bayinya.
Inilah yang menjadi salah satu penyebab meningkatnya kasus HIV di
Indonesia. (BKKBN,2019)
Seorang yang terkena virus HIV umumnya tidak menunjukkan gejala yang
khas. Biasanya penderita hanya mengalami demam selama 3-6 minggu,
tergantung pada daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV tersebut.
Setelah kondisi mulai membaik, orang yang terkena virus HIV akan tetap
sehat dalam beberapa tahun kedepan. Namun, perlahan-lahan kekebalan
tubuhnya mulai menurun sehingga jatuh sakit serangan demam yang
berlangsung secara berulang-ulang. Salah satu cara untuk mendapatkan
kepastian penyakit tersebut adalah dengan menjalani uji antibodi HIV,
terutama jika seseorang merasa telah melakukan aktivitas yang beresiko
terkena virus HIV.
Meskipun demikian, terdapat beberapa gejala yang mungkin bisa untuk
dijadikan sebagai penanda bahwa seorang telah terkena virus HIV:
1. Penderita biasanya mengalami nafas pendek, batuk, nyeri dada, dan
demam seperti terserang infeksi virus lainnya.
2. Penderita mengalami gangguan saluran pencernaan. Gejala gangguan
pencernaan ini, bisa berupa hilangnya nafsu makan, mual, dan muntah.
3. Penderita AIDS mengalami apa yang disebut wasting syndrome, yang
merupakan kehilangan berat badan tubuh sehingga 10% dibawah normal.
Transmisi infeksi HIV dan AIDS terdiri dari lima fase yaitu:
1. Periode jendela: lamanya 4 minggu sampai 6 bulan setelah infeksi. Tidak
ada gejala .
2. Fase infeksi HIV primer akut: lamanya 1 – 2 minggu dengan gejala flu
like illness.
3

3. Infeksi asimtomatik: lamanya 1 – 15 atau lebih tahun dengan gejala tidak


ada.
4. Supresi imun simtomatik: diatas 3 tahun dengan gejala demam, keringat
malam hari, berat badan menurun, diare, neuropati, lemah, rash,
limfadenopati, lesi mulut.
5. AIDS: lamanya bervariasi antara 1 – 5 tahun dari kondisi AIDS pertama
kali ditegakkan. Didapatkan infeksi oportunis berat dan tumor pada
berbagai sistem tubuh, dan manifestasi neurologis.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan rumusan pertanyaan yang akan diajukan
dalam makalah. Adapun rumusan masalah dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimana kajian akar masalah dan prioritas masalah yang dihadapi klien?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap fenomena masalah tersebut?
3. Seperti apa, integrasi ayat-ayat Al Qur’an terhadap fenomena masalah
tersebut?
4. Bagaimana analisis pemecahan masalah berbasis pendekatan Islami
terhadap fenomena tersebut?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui akar permasalahan kekhawatiran ibu terhadap
suami yang tidak setia dan menyangka bahwa suami menularkan penyakit
HIV.

2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui kajian akar masalah dan prioritas masalah yang
dihadapi klien;
b. Untuk mengetahui pandangan Islam terhadap fenomena masalah
tersebut;
4

c. Untuk mengetahui integrasi ayat-ayat Al Qur’an terhadap fenomena


masalah tersebut;
d. Untuk mengetahui pemecahan masalah berbasis pendekatan Islami
terhadap fenomena tersebut.
BAB II
TINJAUAN KASUS

A. Fenomena Kasus
Perempuan, 40 tahun, sudah menikah, datang ke konselor karena khawatir
tertular HIV dari suaminya. Suaminya adalah seorang tokoh terkemuka yang
setiap kali bertugas ke luar kota atau ke luar negeri mencari fasilitas hiburan
untuk berhubungan seks ingin melakukan tes HIV. Klien ingat bahwa selama
beberapa bulan ini suaminya sering mengeluh mudah lelah dan batuk-batuk.
Mereka masih aktif berhubungan seksual dan terakhir melakukannya lima
minggu yang lalu tanpa kondom. Klien mencurigai bahwa suaminya
mendapatkan HIV dari pasangan seksualnya sewaktu bertugas ke luar negeri.
Ia merasa tidak nyaman dengan situasi ini sehingga sangat bingung dan
khawatir. Klien yakin bahwa ia telah terinfeksi HIV dari suaminya yang tidak
setia.

B. Pertanyaan Kasus
1. Bagaimana kajian akar masalah dan prioritas masalah yang dihadapi klien?
2. Bagaimana pandangan Islam terhadap fenomena masalah tersebut?
3. Seperti apa, integrasi ayat-ayat Al Qur’an terhadap fenomena masalah
tersebut?
4. Bagaimana analisis pemecahan masalah berbasis pendekatan Islami
terhadap fenomena tersebut?

4
BAB III
PEMBAHASAN

A. Kajian Akar Masalah dan Prioritas Masalah


Masalah utama dalam kasus ini adalah kebiasaan yang dilakukan oleh
suami pasien yang sering berganti pasangan. Kebiasaan yang sering dilakukan
oleh suami pasien ini dalam ilmu kesehatan dapat berdampak pada status
kesehatan dirinya. Bahkan dengan kebiasaan ini suami rentan tertular
penyakit. Sehingga mengakibatkan pasien merasa khawatir dan cemas akan
keadaannya.
Sarafino dan Smith (2010) menyatakan bahwa suatu penyakit yang
bersifat parah dapat menimbulkan perasaan negatif seperti kecemasan,
depresi, marah, ataupun rasa tidak berdaya dan perasaan-perasaan negatif
tertentu. Apabila individu tahu dirinya berstatus HIV positif, individu akan
menunjukkan reaksi-reaksi terkait perubahan kondisi dalam hidup, khususnya
aspek psikologis. Reaksi-reaksi psikologis yang dihadapi individu dengan
HIV positif menurut Nursalam dan Kurniati (2008) diantaranya, konflik
intergritas ego yang meliputi perasaan tak berdaya dan putus asa, konflik stres
dan respons psikologis yang meliputi penyangkalan, kemarahan, kecemasan,
hingga perasaan irritable.

B. Pandangan Islam Terhadap Fenomena Masalah


Selingkuh atau zina dalam Islam dikenal dengan nama al khianah az
zaujiyyah yang berarti seseorang yang sudah berpaling pada orang yang bukan
menjadi pasangannya. Selingkuh dalam Islam memiliki arti berkhianat dan
tidak memegang amanat yang sudah diberikan pada pasangannya untuk setia.
"Jika engkau melihat seorang wanita, lalu ia memikat hatimu, maka
segeralah datangi istrimu. Sesungguhnya, istrimu memiliki seluruh hal seperti
yang dimiliki oleh wanita itu." (HR. Tirmidzi).
Fenomena kasus tersebut merupakan fenomena yang sudah sering kita
temukan. Disaat seseorang diberi ujian, dan keimanan dalam hati pun sedang

5
6

menurun, maka tak jarang seseorang tersebut terjerumus kedalam kesalahan


juga kesesatan.
Dalam pandangan Islam, sakit marupakan musibah yang dapat menimpa
siapa saja, termasuk orang-orang saleh dan berakhlak mulia sekalipun.
Artinya, orang yang terkena penyakit belum tentu sakitnya itu akibat
perbuatan dosa yang dilakukannya, tetapi boleh jadi merupakan korban
perbuatan orang lain. Allah swt. berfirman :
‫هّٰللا‬ َّ ‫ظلَ ُموْ ا ِم ْن ُك ْم خَ ۤا‬
ِ ‫صةً ۚ َوا ْعلَ ُم ْٓوا اَ َّن َ َش ِد ْي ُد ْال ِعقَا‬
‫ب‬ َ َ‫ص ْيبَ َّن الَّ ِذ ْين‬
ِ ُ‫َواتَّقُوْ ا فِ ْتنَةً اَّل ت‬
Artinya : Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa
orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah
amat keras siksaan-Nya. ( QS Al-Anfal : 25 )
Pada dasarnya ajaran Islam sarat dengan tuntunan untuk berpola hidup
sehat secara jasmani dan rohani. Di antaranya, Islam mengajarkan untuk
menghindari penyakit dan berobat jika sakit, bersabar dan banyak beristighfar
jika mendapat musibah, pantang berputus asa, dan agar merawat serta
memperlakukan orang yang sakit dengan baik. Apabila sedang tertimpa
musibah, termasuk jika sedang sakit, kita perintahkan untuk banyak bersabar
sambil berikhtiar/berobat. Allah swt. berfirman :
َ ِ‫ك اِ َّن ٰذل‬
‫ك ِم ْن ع َْز ِم ااْل ُ ُموْ ِر‬ َ َ‫ َواصْ بِرْ ع َٰلى َمٓا ا‬........
َ ۗ َ‫صاب‬

Artinya : … dan bersabaralah atas apa yang menimpa kamu,


sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh
Allah). (QS Luqman : 17)

C. Integrasi Ayat-Ayat Al-Quran Terhadap Fenomena Masalah


Terdapat banyak pandangan dalam memandang maksud dari zina ini. Zina
adalah melakukan hubungan badan di luar nikah, zina diartikan sebagai
perbuatan bersenggama antara laki-laki dan perempuan yang tidak terikat
dengan hubungan pernikahan (perkawinan). Zina adalah perbuatan yang
terlarang dalam agama islam. Perbuatan zina dibagi menjadi dua. Pertama,
zina muhshon, yaitu zina yang dilakukan oleh laki-laki dan perempuan yang
7

sudah menikah. Kedua Zina Ghoiru muhshon, yaitu zina yang dilakukan oleh
seorang laki-laki atau perempuan yang belum menikah. Salah satu yang
menjadi landasan haramnya perbuatan zina adalah firman Allah Swt. dalam
Qs. Al-Isra (17) : 32

‫ُوا ٱل ِّزن ٰۖ َٓى إِنَّ ۥهُ َكانَ ٰفَ ِح َش ٗة َو َسٓا َء َسبِياٗل‬


ْ ‫َواَل ت َۡق َرب‬

“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah


suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al-Isra: 32)

Telah dijelaskan bahwa penggunaan kata “taqrobu” memiliki makna lebih


jelas dan juga tugas daripada lafadz “ta’tuu“. Artinya, larangan dalam ayat ini
tidak menggunakan kata “jangan lakukan zina“, tapi “jangan dekati zina“.
Dalam ilmu ushul fiqh dijelaskan bahwa lafadz amar itu menunjukkan
kewajiban dan lafadz nahi (larangan) menunjukkan keharaman. Jadi,
mendekati zina saja hukumnya haram (manthuq), apalagi melakukan
perbuatan keji tersebut. Manthuq adalah  apabila suatu hukum diambil dari
berdasarkan bunyi suatu dalil.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa Allah Swt. melarang hamba-Nya untuk
berbuat zina dan mendekati sesuatu yang bisa menyebabkan perzinahan.
Karena zina itu adalah “fahisyah“, yakni termasuk dosa besar dan paling
buruknya jalan kemaksiatan. Melakukan hal-hal yang dapat membawa ke
perzinahan saja sudah diharamkan, apalagi sampai melakukan zina.
ۡ‫اس لَّه َُّنۗ َعلِ َم ٱهَّلل ُ أَنَّ ُكمۡ ُكنتُمۡ ت َۡختَانُونَ أَنفُ َس ُكم‬ ٞ َ‫ث إِلَ ٰى نِ َسٓائِ ُكمۡۚ ه َُّن لِب‬
ٞ َ‫اس لَّ ُكمۡ َوأَنتُمۡ لِب‬ ُ َ‫صيَ ِام ٱل َّرف‬ ِّ ‫أُ ِح َّل لَ ُكمۡ لَ ۡيلَةَ ٱل‬
ُ‫ُوا َحتَّ ٰى يَتَبَيَّنَ لَ ُك ُم ۡٱلخ َۡيط‬
ْ ‫ٱش َرب‬ ۡ ‫وا َو‬ْ ُ‫َب ٱهَّلل ُ لَ ُكمۡۚ َو ُكل‬ ْ ‫ٔـ ََٰٔنَ ٰبَ ِشرُوه َُّن َو ۡٱبتَ ُغ‬¤V‫َاب َعلَ ۡي ُكمۡ َو َعفَا عَن ُكمۡۖ فَ ۡٱل‬
َ ‫وا َما َكت‬ َ ‫فَت‬
‫صيَا َم إِلَى ٱلَّ ۡي ۚ ِل َواَل تُ ٰبَ ِشرُوه َُّن َوأَنتُمۡ ٰ َع ِكفُونَ فِي ۡٱل َم ٰ َس ِج ۗ ِد‬
ِّ ‫وا ٱل‬ْ ‫ٱأۡل َ ۡبيَضُ ِمنَ ۡٱلخ َۡي ِط ٱأۡل َ ۡس َو ِد ِمنَ ۡٱلفَ ۡج ۖ ِر ثُ َّم أَتِ ُّم‬
َ‫اس لَ َعلَّهُمۡ يَتَّقُون‬ِ َّ‫ك يُبَيِّنُ ٱهَّلل ُ َءا ٰيَتِ ِهۦ لِلن‬ َ ِ‫تِ ۡلكَ حُ دُو ُد ٱهَّلل ِ فَاَل ت َۡق َربُوه َۗا َك ٰ َذل‬
“Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa bercampur dengan
isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah
pakaian bagi mereka. Allah mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat
menahan nafsumu, karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi maaf
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa yang telah
8

ditetapkan Allah untukmu, dan makan minumlah hingga terang bagimu


benang putih dari benang hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah
puasa itu sampai (datang) malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka
itu, sedang kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-
Nya kepada manusia, supaya mereka bertakwa.” (QS. Al-Baqarah: 187)

D. Pemecahan Masalah Berbasis Pendekatan Islami Terhadap Fenomena Masalah


)30( َ‫نَعُون‬¤‫ص‬ ۡ َ‫ا ي‬¤¤‫ي ۢ ُر بِ َم‬¤¤ِ‫كَ أَ ۡز َك ٰى لَهُمۡۚ إِ َّن ٱهَّلل َ َخب‬¤¤ِ‫ُوجهُمۡۚ ٰ َذل‬ َ ‫ر‬¤ُ‫وا ف‬¤ ْ ¤ُ‫ ِر ِهمۡ َويَ ۡحفَظ‬¤‫ص‬ َ ٰ ‫وا ِم ۡن أَ ۡب‬ ْ ¤‫ض‬ ُّ ‫قُل لِّ ۡل ُم ۡؤ ِمنِينَ يَ ُغ‬
َ‫ ِر ۡبن‬¤‫ض‬ ۡ َ‫ا َو ۡلي‬¤ۖ ¤َ‫ر ِم ۡنه‬¤ َ ¤َ‫ظه‬ َ ‫ين ِزينَتَه َُّن إِاَّل َما‬ ¤َ ‫ص ِر ِه َّن َويَ ۡحفَ ۡظنَ فُرُو َجه َُّن َواَل ي ُۡب ِد‬ َ ٰ ‫ُضنَ ِم ۡن أَ ۡب‬ ۡ ‫ت يَ ۡغض‬ ِ َ‫َوقُل لِّ ۡل ُم ۡؤ ِم ٰن‬
¤َ ‫بِ ُخ ُم ِر ِه َّن َعلَ ٰى ُجيُوبِ ِه ۖ َّن َواَل ي ُۡب ِد‬
‫ٓا ِء‬¤¤َ‫ٓائِ ِه َّن أَ ۡو أَ ۡبن‬¤¤َ‫ولَتِ ِه َّن أَ ۡو أَ ۡبن‬¤¤‫ٓا ِء بُ ُع‬¤¤َ‫ين ِزينَتَه َُّن إِاَّل لِبُعُولَتِ ِه َّن أَ ۡو َءابَٓائِ ِه َّن أَ ۡو َءاب‬
‫بُعُولَتِ ِه َّن أَ ۡو أَ ۡبنَٓائِ ِه َّن أَ ۡو أَ ۡبنَٓا ِء بُعُولَتِ ِه َّن أَ ۡو إِ ۡخ ٰ َونِ ِه َّن أَ ۡو بَنِ ٓي إِ ۡخ ٰ َونِ ِه َّن أَ ۡو َما َملَ َك ۡت أَ ۡي ٰ َمنُه َُّن أَ ِو ٱل ٰتَّبِ ِعينَ غ َۡي ِر أُوْ لِي‬
َ‫ا ي ُۡخفِين‬¤¤‫أ َ ۡر ُجلِ ِه َّن لِي ُۡعلَ َم َم‬¤¤ِ‫ ِر ۡبنَ ب‬¤‫ض‬ ْ ‫ٱإۡل ِ ۡربَ ِة ِمنَ ٱل ِّر َجا ِل أَ ِو ٱلطِّ ۡف ِل ٱلَّ ِذينَ لَمۡ يَ ۡظهَر‬
ِ ‫ُوا َعلَ ٰى ع َۡو ٰ َر‬
ۡ َ‫ت ٱلنِّ َسٓا ۖ ِء َواَل ي‬
)31( َ‫ َّن َوتُوب ُٓو ْا ِإلَى ٱهَّلل ِ َج ِميعًا أَيُّهَ ۡٱل ُم ۡؤ ِمنُونَ لَ َعلَّ ُكمۡ تُ ۡفلِحُون‬¤ۚ ‫ِمن ِزينَتِ ِه‬

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka


menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu
adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka perbuat". (30) Katakanlah kepada wanita yang beriman:
"Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah
mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari
padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan
janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau
ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-
putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-
putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka,
atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-
pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau
anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka
memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan.
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman
supaya kamu beruntung. (31)
9

Allah memberikan petunjuk kepada orang-orang beriman dengan seruan


wahai orang yang beriman. Berarti yang dipanggil adalah orang yang
memiliki iman. Seruannya adalah agar tidak terjatuh pada hal-hal yang
mencacati iman. Hendaklah mereka (para lelaki) menundukkan pandangan
supaya tidak sampai memandang aurat dan memandang wanita yang bukan
mahram. Karena akan tergoda ketika memandangnya sehingga dapat
terjerumus kepada keharaman yang lebih parah.
Hendaklah mereka menjaga kemaluan dari zina yang haram yaitu
bersetubuh pada kemaluan atau dubur, atau selain itu. Jangan sampai
menyentuh dan memandangnya pula. Ini lebih menjaga pandangan dan
kemaluan. Itu lebih suci dan lebih baik. Inilah manfaat karena meninggalkan
yang haram.
Penderita HIV/AIDS akibat jarum suntik, transfusi darah atau ketularan
dari suaminya yang “nakal” bertawakallah kepada Allah SWT karena yang
mereka alami merupakan musibah, dan mereka sebenarnya merupakan korban
dari perbuatan orang lain yang sesat (pezina). Allah SWT telah berfirman
dalam surat ar rum: 41 yang artinya sebagai berikut : “Telah tampak ketusakan
di darat dan laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah
merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar
mereka berbakti kejalan yang benar “ (Q.S. Ar Ruum (30) : 41)
Bagi penderita HIV/AIDS yang beragama Islam selain sholat wajib 5
waktu, hendaklah perbanyak doa dan zikir untuk kesehatan dan pasrah
sebagaimana hadits nabi Muhammad SAW Sebagai berikut: “Ya Allah yang
maha mencukupi dan yang sebaik-baik melindungi aku, Ya Robbi….
curahkanlah kesabaran dalam hati kami, dan jadikanlah kami mati dalam
Islam.” (HR. Abu Daud dari Auf bin Malik). Dan manakala ajal telah tiba bagi
penderita AIDS yang beragama Islam hendaklah tetap dalam keimanannya,
sebagaimana firman Allah SWT dalam surat Ali Imran: 102 yang artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebesar-besar
takwa kepada-Nya, dan janganlah kamu sekali-kali meninggal, melainkan
dalam keadaan beragama Islam” (QS. Ali Imran: 102). Bila seseorang dalam
10

keadaan sakaratul maut (dying) maka menjadi kewajiban abagi anggota


kaluarganya untuk menuntunnya mengucapkan kalimat (yaitu dengan
membisikkan ditelinganya) “Tiada Tuhan selain Allah” Dan bila penderita
AIDS ditakdirkan meninggal maka kita mengucapkan sebagaimana firman
Allah SWT dalam surat Al baqarah: 156 yang artinya: “Sesungguhnya kami
adalah untuk Allah dan kepadaNyalah kami kembali” (Al-Baqarah: 156)
Berdasarkan uraian diatas cara yang dapat dilakukan adalah dengan
bimbingan dan konseling Islam. Bimbingan dan konseling Islam adalah proses
membantu individu yang sedang bermasalah, dengan mengembangkan fitrah
atau kembali pada fitrah, memberdayakan iman, akal, dan kemauan yang
diturunkan Allah swt, sehingga dapat mengembangkan potensinya dan dapat
menyelesaikan masalah, dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Fungsi bimbingan dan konseling secara umum adalah sebagai
fasilitator dan motivator klien dalam upaya mengatasi dan memecahkan
problem kehidupan klien dengan kemampuan yang ada pada dirinya sendiri.
Dalam Samsul (2010) Faqih menjelaskan fungsi dari bimbingan dan konseling
Islam, yaitu: pertama, fungsi preventif yakni membantu individu menjaga atau
mencegah timbulnya masalah bagi dirinya. Kedua, fungsi kuratif atau korektif,
yakni membantu individu memecahkan masalah yang sedang dihadapi atau
dialaminya. Ketiga, fungsi preserfatif yaitu membantu individu menjaga agar
situasi dan kondisi yang semula tidak baik (mengandung masalah) menjadi
baik (terpecahkan) dan kebaikan itu bertahan lama. Keempat, fungsi
development atau pengembangan yakni membantu individu memelihara dan
mengembangkan situasi dan kondisi yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak memungkinkannya menjadi sebab
munculnya masalah baginya.
BAB IV
PENUTUP

A. Simpulan
Penyakit HIV yang dialami oleh ibu rumah tangga penderita HIV beraneka
macam. Ada ibu rumah tangga penderita HIV mendapatkan risiko penyakit
HIV dari suaminya yang menjadi pengguna narkoba suntik dan ibu rumah
tangga penderita HIV terkena dari suaminya yang melukan seks berganti
pasangan saat bekerja di luar kota. Dari kasus diatas Ibu tersebut diduga
tertular HIV dari suaminya yang tertular HIV dari pasangan seksualnya
sewaktu bertugas ke luar negeri. Ini merupakan sebuah musibah, dan ibu
tersebut sebenarnya merupakan korban dari perbuatan suaminya yang sesat
(pezina). Dalam islam sudah dijelaskan Allah Swt. melarang hamba-Nya
untuk berbuat zina dan mendekati sesuatu yang bisa menyebabkan perzinahan.
Karena zina itu adalah “fahisyah“, yakni termasuk dosa besar dan paling
buruknya jalan kemaksiatan. Melakukan hal-hal yang dapat membawa ke
perzinahan saja sudah diharamkan, apalagi sampai melakukan zina. Dalam
kasus ini selain memberikan bimbingan kepada ibu tersebut agar tetap
beribadah, jangan lupa beri dukungan sosial seperti dukungan emosional,
dukungan informasi, dukungan kepercayaan diri dan juga mendapat dukungan
dari komunitas sesama penderita HIV.

B. Saran
HIV dan AIDS merupakan isu global yang tak kunjung usai dalam
perhelatan kritis dan akademis. Sampai detik ini belum ditemukan formula
medis yang dapat menyembuhkan penyakit ini. Satu-satunya upaya yang kita
lakukan adalah dengan melakukan pencegahan baik secara medis maupun
perspektif agama. Saran penulis adalah jauhi perbuatan yang menjurus kepada
zina, jaga pula pandangan dan kemaluan. Itu lebih suci dan lebih baik. Inilah
manfaat karena meninggalkan yang haram.

11
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Samsul Munir. (2010). Bimbingan dan Konseling Islam. Jakarta: AMZAH.
Andareto,O. (2015). Penyakit Menular di Sekitar Anda (Begitu Mudah Menular
dan Berbahaya, Kenali, Hindari, dan Jauhi Jangan Sampai Tertular). Jakarta:
PUSTAKA ILMU SEMESTA.
Aristiana F N, Dkk. (2015). Pelayanan Bimbingan dan Konseling Islam dalam
Meningkatkan Kesehatan Mental Pasien HIV/AIDS di Klinik VCT Rumah
Sakit Islam Sultan Agung Semarang. Semarang: Jurnal Ilmu Dakwah. Vol. 35
No.2
Bahruddin M. (2010). Tinjauan Hukum Islam Terhadap Penderita HIV/AIDS dan
Upata Pencegahannya. ASAS, Vol. 2 No. 2
Family Support with Quality of Life of People Living With HIV and AIDS. Jurnal
Promkes: The Indonesian Journal of Health Promotion and Health Education,
8(1), 21-35.
Hidayanto, F. (2006). Perda Syari’ah Untuk Penanggulan HIV/AIDS. Al-
Mawarid Journal of Islamic Law, 16, 58265.
https://www.tagar.id/kasus-kumulatif-hivaids-di-indonesia-tembus-500.000
www.bbkbn.go.id
Safitri & Indah, M. (2020). Relationship between Socioeconomic Status and
Sarafino, E.P., & Smith, T.W. (2010). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions (7th ed). New York: John Wiley & Sons, Inc
Yunita A, Dkk. (2017). Proses Grieving dan Penerimaan diri pada Ibu Rumah
Tangga Berstatus HIV Positif Yang Tertular Melalui Suaminya. Denpasar:
Jurnal Psikologi Udayana

Anda mungkin juga menyukai