dr.Soetomo Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)
DOI: https://doi.org/10.14421/pjk.v11i2.1279
Abstrak. Perlakuan masyarakat kepada orang yang menyandang ODHA sangat diskrimatif. Bahkan mereka di
marginalkan dalam pergaulan masyarkat. Kenyataan ini sangat tidak mendukung untuk meningkatkan
kepercayaan diri mereka unutk tetap bertahan hidup. Upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka perlu
kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh para relawan yang etrgabung dalam Kelompok Dukungan Sebaya).
Komunikasi interpersonal antara MK (Kelompok Dukungan Sebaya) sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan rasa percaya diri para penyandang ODHA. Persoalan pendampingan pasien ODHA yang dilakukan
oleh MK akan dikaji dengan teori-teori yang ada dalam komunikasi interpersonal. Teori yang mendasari adalah
teori komunikasi interpersonal dan teori pengungkapan diri (Self Disclosure). Teori-teori ini sangat membantu
dan mendasari dalam membahas berbagai macam permasalahan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode “deskriptif kualitati” yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan
berbagai kondisi dan situasi yang menjadi objek penelitian. Unit analisanya adalah : komunikasi verval dan
nonverbal, keterbukaan (keterbukaan membuka diri), empati (menempatkan pada posisi atau perasaan orang lain),
dukungan (memotivasi dan memberi dukungan). Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa
komunikasi yang dilakukan melalui bahasa informal (campuran) dan menggunakan gerakan tubuh. Empati selalu
ditunjukkan oleh para MK dengan berbagai macam cara sehingga di dalam berkomunikasi ada keterbukaan untuk
saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Ini juga dilandasi oleh rasa percaya para penyandang ODHA
bahwa para MK akan tetap menjaga kerahasiaan pribadi mereka di masyarakat.
Kata-kata kunci: : Komunikasi interpersonal, Manajer Kasus, Percaya diri
Abstract People's treatment of people with PLWHA is very discriminatory. Even they are marginalized in the
social community. This fact is very unfavorable to increase their confidence to survive. Efforts to save their
confidence require coaching activities conducted by volunteers belonging to peer support groups). Interpersonal
communication between Case Managers (Peer Relief Groups) is very necessary in order to increase the
confidence of people with PLWHA. The problem of patient assistance of PLWHA conducted by the Constitutional
Court will be studied with theories that exist in interpersonal communication. The underlying theory is the theory
of interpersonal communication and the theory of self-disclosure (Self Disclosure). These theories are helpful and
underpinning in discussing the various problems in this study. The method used in this study is the method
"descriptive qualitative" is a study that describes and describes the various conditions and situations that become
the object of research. The analytical unit is: verval and nonverbal communication, openness (self), empathy
(place in position or feelings of others), support. Interviews and observations show communication through
informal language (mixed) and using body movements. Empathy is always by the Case Managers with a variety
of ways in communicating there is openness to each other's feelings. It is also based on the trust of people with
PLWHA that the Case Managers will keep their personal secrecy in the community.
dan ini didukung oleh, ketidaksetaraan sosial. Hingga saat ini sikap dan pandangan
Stigma berurat akar di dalam struktur masyarakat terhadap ORANG YANG
masyarakat dan norma-norma serta nilai-nilai HIDUP DENGAN HIV dan AIDS sangat
yang mengatur kehidupan sehari-hari. Ini buruk sehingga melahirkan permasalahan
menyebabkan beberapa kelompok menjadi serta tindakan yang melukai fisik maupun
kurang dihargai dan merasa malu, sedangkan mental bagi orang yang hidup dengan HIV
kelompok lainnya merasa superior. dan AIDS bahkan keluarga dan orang-orang
terdekatnya, seperti dalam penelitian
Diskriminasi terjadi ketika pandangan (Shaluhiyah, Musthofa, & Widjanarko, 2015)
negatif mendorong orang atau lembaga untuk mengutarakan stigma masyarakat terhadap
memperlakukan seseorang secara tidak adil ODHA, lalu pada penelitian Irfan tentang
yang didasarkan pada prasangka mereka akan hambatan pencarian obat bagi ODHA (Ardani
status HIV seseorang. Contoh-contoh & Handayani, 2017), juga penelitian
diskriminasi meliputi para staf rumah sakit mengenai diskriminasi penanganan kesehatan
atau penjara yang menolak memberikan pada ODHA di Pekanbaru (Maharani, 2014),
pelayanan kesehatan kepada orang yang maka itu sangat perlu dukungan orang lain
hidup dengan HIV dan AIDS; atasan yang bagi ODHA yang memang sangat perlu
memberhentikan pegawainya berdasarkan dukungan bagi mereka (Siboro, 2013).
status atau prasangka akan status HIV Sesungguhnya hak orang yang hidup dengan
mereka; atau keluarga/masyarakat yang HIV dan AIDS sama seperti manusia lain,
menolak mereka yang hidup, atau dipercayai tetapi karena ketakutan dan
hidup, dengan HIV dan AIDS. Tindakan kekurangpahaman masyarakat, hak orang
diskriminasi semacam itu adalah sebuah yang hidup dengan HIV dan AIDS sering
bentuk pelanggaran HAM. dilanggar. Menurut hasil penelitian
dokumentasi pelanggaran HAM Yayasan
Stigma dan diskriminasi dapat terjadi
Spiritia, 30% responden menyatakan pernah
di mana saja dan kapan saja. Stigma dan
mengalami berbagai diskriminasi dalam
diskriminasi yang dihubungkan dengan
pelayanan kesehatan dan dalam keluarga.
penyakit menimbulkan efek psikologis berat
tentang bagaimana orang yang hidup dengan Hak asasi manusia itu di antaranya
HIV dan AIDS melihat diri mereka sendiri. adalah memiliki dan mendapatkan privasi,
Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kemerdekaan, keamanan serta kebebasan
kasus, terjadinya depresi, kurangnya berpindah, bebas dari kekejaman, penghinaan
penghargaan diri, dan keputusasaan. Stigma (tindakan menurunkan martabat atau
dan diskriminasi juga menghambat upaya pengucilan), bekerja (termasuk terbukanya
pencegahan dengan membuat orang takut kesempatan yang sama), mendapatkan
untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi pendidikan serta menjalin mitra jaringan,
atau tidak. Bisa pula menyebabkan mereka keamanan sosial dan pelayanan, kesetaraan
yang telah terinfeksi meneruskan praktik perlindungan dalam hukum, menikah dan
seksual tidak aman karena takut orang-orang berkeluarga, endapatkan MK (Kelompok
akan curiga terhadap status HIV mereka. Dukungan Sebaya)an, dan masih banyak lagi.
Akhirnya, orang yang hidup dengan HIV dan Selain hak, orang yang hidup dengan HIV dan
AIDS dilihat sebagai masalah, bukan sebagai AIDS juga mempunyai kewajiban seperti
bagian dari solusi untuk mengatasi masalah menjaga kesehatan, tidak menularkan ke
ini. orang lain, mencari informasi dan lain-lain.
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
87
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)
MK (Kelompok Dukungan Sebaya) juga Timur dan satu-satunya rumah sakit di Jawa
dapat menyampaikan perasaan peduli, Timur yang mempunyai sarana MK
sayang, simpati, prihatin, maupun empatinya (Kelompok Dukungan Sebaya)an bagi
kepada pasien HIV/AIDS lewat kata-kata penderita HIV/AIDS dan juga sebuah tim
maupun melalui perilaku non verbal. yang menangani HIV/AIDS, yang diberi
nama Tim Medik HIV/AIDS, sehingga
Di UPIPI Rumah Sakit Dr. Soetomo, menjadi rujukan bagi penderita HIV/AIDS
penderita HIV/ AIDS yang telah memutuskan guna menjalani berbagai jenis MK
untuk menjalani MK (Kelompok Dukungan (Kelompok Dukungan Sebaya)an konseling
Sebaya)an di unit tersebut akan menjalani di pusat MK (Kelompok Dukungan
serangkaian MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an HIV/AIDS yang bernama Unit
Sebaya)an secara paripurna, professional, MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
terpadu, dan berkesinambungan. Yang Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD
dimaksud paripurna adalah memberikan Dr. Soetomo.
pelayanan MK (Kelompok Dukungan
Sebaya)an penderita HIV/AIDS secara
menyeluruh, bukan hanya dari segi medis
maupun juga disertai dengan konseling dan METODE PENELITIAN
dukungan psikologis. Professional, didalam
penatalaksanaan penyakit melibatkan para
Tipe penelitian yang digunakan
tenaga medis dari berbagai spesialisasi. Yang
adalah deskriptif, dengan pendekatan
dimaksud terpadu adalah dalam pelaksanaan
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah
MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
penelitian ini nantinya peneliti hanya
penderita melibatkan tenaga medis, para
menggambarkan, meringkaskan berbagai
medis, dan berbagai tenaga lain dari unsure
kondisi, berbagai situasi atau berbagai
pemerintah dipadukan dengan LSM.
variabel yang timbul di masyarakat yang
Berkesinambungan artinya didalam
menjadi objek penelitian itu (Bungin, 2001, p.
operasional MK (Kelompok Dukungan
48). Pengumpulan data dilakukan dengan
Sebaya) penderita dilakukan secara terus
beberapa metode yakni:
menerus baik di Rumah Sakit, Rumah singgah
maupun di rumah masing-masing. Wawancara, wawancara merupakan alat
re-cheking atau pembuktian terhadap
Berawal dari hubungan MK
informasi atau keterangan yang diperoleh
(Kelompok Dukungan Sebaya) dan pasien di
sebelumnya. Tehnik wawancara yang
rumah sakit dan adanya kontroversi
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
menanggapi fenomena ODHA dimasyarakat
wawancara mendalam. Wawancara
inilah timbul keinginan peneliti untuk
mendalam (in–depth interview) adalah proses
mengetahui bagaimana komunikasi tatap
memperoleh keterangan untuk tujuan
muka antara MK (Kelompok Dukungan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil
Sebaya) dan pasien penderita HIV/AIDS di
bertatap muka antara pewawancara dengan
rumah sakit. Rumah sakit yang akan dijadikan
informan atau orang yang diwawancarai,
sebagai tempat penelitian oleh peneliti adalah
dengan atau tanpa menggunakan pedoman
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Rumah Sakit
(guide) wawancara, di mana pewawancara
tersebut dipilih karena RSUD Dr. Soetomo
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
merupakan rumah sakit terbesar di Jawa
yang relatif lama. Observasi ; Observasi
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
88
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)
partisipasi (participant observation) adalah RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah Unit
metode pengumpulan data yang digunakan MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
untuk menghimpun data penelitian melalui Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI). Unit
pengamatan dan pengindraan dimana MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an ini
observer atau peneliti benar-benar terlibat resmi didirikan pada tanggal 13 Februari
dalam keseharian responden. Observasi tidak 2004. Tujuan dari didirikannya unit MK
berstruktur adalah observasi yang dilakukan (Kelompok Dukungan Sebaya)an ini adalah
tanpa menggunakan guide observasi. Pada khusus untuk MK (Kelompok Dukungan
observasi ini peneliti atau pengamat harus Sebaya)an penderita AIDS. Dengan
mampu mengembangkan daya berdirinya unit MK (Kelompok Dukungan
pengamatannya dalam mengamati suatu Sebaya)an diharapka akan menghilangkan
objek. Observasi kelompok adalah observasi diskriminasi, stigma ataupun phopi tentang
yang dilakukan secara berkelompok terhadap HIV/AIDS di kalangan masyarakat.
suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Sejarah berdirinya unit MK
observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, (Kelompok Dukungan Sebaya)an ini berawal
intensitas atau kekuatan respon, stimulus dari keprihatinan pemerintah melihat para
kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), penderita HIV/AIDS yang seringkali
dan kualitas perilaku. dikucilkan / diasingkan dari keluarga maupun
masyarkat. Oleh karena itu RSUD Dr.
Kemudian, Dokumen; sejumlah besar Soetomo membuka Ruang MK (Kelompok
fakta dan data tersimpan dalam bahan yang Dukungan Sebaya)an Penderita Terinfeksi
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data HIV/AIDS. Melihat perkembangan akan
yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, banyaknya penderita HIV/AIDS, maka
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, Ruang MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak dinaikkan tingkatannya menjadi Unit MK
terbatas pada ruang dan waktu sehingga (Kelompok Dukungan Sebaya)an. Sampai
memberi peluang kepada peneliti untuk sekarang akhirnya menajdi Unit MK
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di (Kelompok Dukungan Sebaya)an Intermediet
waktu silam. Secara detail bahan dokumenter Penyakit Infeksi UPIPI.
terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi,
UPIPI yang dimiliki oleh RSUD Dr
surat-surat pribadi, buku atau catatan harian,
Soetomo merupakan satu-satunya unit MK
memorial, klipping, dokumen pemerintah
(Kelompok Dukungan Sebaya)an penderita
atau swasta, data di server dan flashdisk, data
HIV/AIDS di Indonesia yang memiliki sitem
tersimpan di website, dan lain-lain.
MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an yang
terintegrasi dan paripurna, serta menjadi pusat
Voluntary Counceling and Testing yang
merupakan standar WHO. Konsep yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dimiliki oleh UPIPI adalah MK (Kelompok
Unit MK UPIPI RSUD Dr Soetomo Dukungan Sebaya)an secara paripurna,
Surabaya dalam Peran Komunikasi professional, terpadu, dan berkesinambungan.
Interpersonal Artinya bahwa konsep MK (Kelompok
Dukungan Sebaya)an secara komprehensif
Salah satu Unit MK (Kelompok mulai dari segi medis, yang disertai dengan
Dukungan Sebaya)an yang dimiliki oleh
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
89
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)
konseling, dan dukungan psikologis. jajaran kesehatan yang lain didalam piñata
Professional, artinya bahwa MK (Kelompok laksanaan infeksi HIV/AIDS, memberikan
Dukungan Sebaya)an yang diberikan kepada informasi yang benar dan ilimiah tentang
pasien penderita HIV/AIDS melbatkan dokter HIV/AIDS pada siapapun yang
dari berbagai spesialis, seperti specialis membutuhkan, dan melakukan jejaring
penyakit dalam, penyakit kulit dan kelamin, penanganan HIV/AIDS bak local Surabaya,
kebidanan dan penyakit kandungan, ahli Jawa Timur, Indonesia, Asian maupun dunia.
bedah. Yang dimaksud dengan terpadu adalah
didalam pelaksanaan MK (Kelompok Salah satu sumber daya manusia yang
Dukungan Sebaya)an penderita melibatkan dimiliki oleh UPIPI RSUD Dr. Soetomo
tenaga medis, para medis, dan berbagai adalah MK (Manajer Kasus) atau Kelompok
tenaga lain dari unsur pemerintah dipadukan Dukungan Sebaya yang bertugas
dengan unsur non-pemerintah (LSM). mendampingi dan memberikan bantuan
secara psikologis terhadap para pasien
Untk mendukung pelaksanaan kerja di penderita HIV/AIDS. MK terdiri dari para
UPPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya, maka sukarelawan yang tergabung dalam berbagai
disusunlah visi dan misi. Adapun visi dari organisasi sosial yang bergerak dalam
UPIPI RSUD Dr. Soetomo adalah membuat pendampingan bagi para pasien penderita
ruang MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an HIV/AIDS, tetapi juga ada yang independen
intermediet ini menjadi pemuka dalam atau perseorangan. Mereka memiliki
pelayanan, pendidikan dan penelitian kepedulian sosial yang sangat tinggi dan
dibidang HIV/AIDS di Indonesia. Sedangkan tergerak hatinya untuk membantu dan
untuk mencapai visi tersebut maka misi memberikan pendampingan secara psikologis
UPIPI RSUD Dr Soetomo adalah maupun sosial kepada para pasien penderita
melaksanakan MK (Kelompok Dukungan HIV/AIDS.
Sebaya)an HIV/AIDS secara paripurna yang
meliputi: Latar belakang dari MK ini
sebenarnya juga penderita HIV/AIDS, tetapi
1. Meningkatkan kemampuan laboratorium mereka ini sudah mengalami pengobatan
untuk diagnostic dan terapi. yang cukup lama dan mampu bertahan hidup
2. Melaksanakan pengobatan pada semua yang cukup panjang. Mereka berasal dari
aspek medis yang timbul beserta berbagai kalangan, antara lain mantan LGBT,
komplikasinya mantan pecandu narkotika, orang biasa yang
3. Pusat voluntary Counceling and Testing tertular dari suaminya. Mereka mampu
di RSUD Dr Soetomo bertahan hidup cukup lama, bahkan ada yang
4. Pusat pelatihan, pendidikan dan mempunyai isteri dan anak.
penelitian.
para MK menggunakan bahasa Indonesia. dalam perilaku sehari – hari akan membuat
Namun tidak hanya bahasa Indonesia saja komunikan akan merasa bahwa kegiatan
yang digunakan sebagai bahasa pengantar, tersebut akan menjadi biasa bagi mereka.
tetapi MK juga menggunakan bahasa Jawa, Komunikasi interpersonal akan berjalan
bahkan kadang-kadang memakai bahasa gaul. dengan efektif dan lancar kalau kedua belah
Bahasa pengantar memamaki bahasa Jawa pihak memiliki hubungan yang setara aau
maupun bahasa gaul dalam komunikasi seimbang tidak ada yang di atas atau di bawah,
interpersonal ini dilakukan karena pasien melainkan yang ada adalah keseimbangan
penyandang ODHA kebanyakan berasal dari antara komunikator dan komunikan. Untuk
Jawa. Tujuan memakaian bahasa Jawa menjembantani komunikasi dapat berjalan
maupun bahasa gaul agar pasien dalam dengan lancar maka dapat digunakan “bahasa
menafsirkan pesan lebih mudah dan merasa daerah” dari masing-masing komunikator dan
dekat secara psiklogis. Oleh karena itu, makna komunikan. Juga untuk memudahkan pasien
pesan yang sama dapat disampaikan dalam dalam menafsirkan pesan yang disampaikan
berbagai bentuk penyajian pesan.dan bahasa oleh MK sekaligus juga menjalin keakraban
campuran, yaitu bahasa Jawa dan bahasa kedua belah pihak.
Indonesia. Bahkan kalau pasien umurnya
relatif masih muda, diselingi dengan bahasa
gaul. “Jenengmu sopo, awakmu kok iso kenek
Komunikasi Non Verbal MK dalam
iku critane yo opo“, “Yo opo Mas Bro kok iso
Proses Komunikasi Terapeutik
kenek iku piye critane”, Ayo obate diombe ojo
sampe lali,” kalimat itu yang sering Di samping pesan verbal yang
dilontarkan oleh Om YN (nama samaran) saat digunakan dalam proses pendampingan, MK
pertama kali bertemu dengan pasien penderita juga sering menggunakan pesan non verbal
ODHA. Bahasa campuran digunakan untuk dalam melakukan proses komunikasi
mendekatkan diri antara MK dengan para interpersonal. Misalnya ekspresi wajah yang
pasien penyandang ODHA. Kalau pasien menunjukkan rasa simpati dan empati,
berasal dari daerah Surabaya, tidak jarang senyuman, jabatan tangan, sikap yang ramah,
dialek khas Suroboyoan digunakan dalam dan lain-lain. Pesan non verbal memiliki
berkomunikasi dengan mereka, seperti yang peran yang cukup penting karena berfungsi
diutarakan oleh AG (nama samaran). sebagai pelengkap dan penegas dari pesan
Contohnya : “Ayo Rek sing rutin lek ngombe verbal. Hal dilakukan karena pesan nonverbal
obat, ojo lali mangan sing akeh”. Semuanya juga memiliki fungsi sebagai pelengkap
itu dilakukan dengan tujuan untuk (komplementer) dan penegas (aksentuasi)
mendekatkan diri secara psikologis antara dari pesan verbal.
MK dengan para pasien.
Dale G. Leathers dalam bukunya
Mereka berkeyakinan bahwa dengan Jalalludin Rakhmat yanag berjudul Psikologi
menggunakan bahasa yang informal atau Komunikasi mengatakan bahwa ada 6 alasan
campuran, kedua belah pihak merasa lebih mengapa pesan non verbal sangat penting,
nyaman, rileks, tidak kaku, santai. Dengan yaitu:
demikian pembicaraan akan lebih nyambung
karena pesan yang disampaikan dimaknai dan 1. Faktor-fakor non verbal sangat
dipahami secara bersama. Susilo (2017) menentukan makna dalam komunikasi
menjelaskan bahwa kegiatan percakapan interpesonal. Ketika kita berkomunikasi
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
91
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)
Kepercayaan ini menajdi kunci untuk saling berbicara, dari raut wajah, cara pandang
terbuka di antara komunikator dan dalam berpendapat.
komunikan. Pasien menaruh kepercayaan
kepada MK, dan MK bertugas untuk Ada 3 (tiga) karakteristik kemampuan
menjaga kerahasiaan si pasien tersebut. seseorang dalam berempati, yaitu:
dukungan, saran maupun menyemangati kesukaanya. Biar tidak bosan makan menu
pasien atas kesedihan dan permasalah yang rumah sakit serta pikirannya bisa
mereka miliki. Ada juga MK (Kelompok fresh/segar.
Dukungan Sebaya) yang memposisikan
dirinya seperti kondisi pasien ketika Komunikasi akan berjalan dengan
berempati, dengan cara duduk bersebelahan, efektif, apabila para MK dapat mengerti
tangan merangkul bahu pasien dan tatapan perasaan mereka, memberikan dukungan dan
mata yang memandang pasien menunjukan perhatian yang penuh, enak diajak ngobrol
bahwa MK (Kelompok Dukungan Sebaya) dan bertukar pikiran, yang bisa membuat
merespon dan perhatian terhadap pasien. Pada mereka merasa nyaman dan terhibur. Para
saat sekarang ini, empati menjadi salah satu MK harus menunjukkan rasa empati yang
faktor yang penting dalam pendampingan besar kepada para pasien penyandang ODHA.
atau konseling penderita HIV/AIDS. Empati
Berbagai macam cara MK (Kelompok
sudah dipakai sebagai alat komunikasi dan
Dukungan Sebaya) berempati kepada pasien.
memfasilitasi wawancara antara MK dengan
Ada yang berempati dengan member
pasien HIV/AIDS di UPIPI Dr. Soetomo
dukungan, saran maupun menyemangati
Surabaya. Seperti yang dituturkan oleh MT
pasien atas kesedihan dan permasalah yang
(nama samaran) kepada peneliti :
mereka miliki. Ada juga MK (Kelompok
“Meskipun pasien telah ditinggalkan bahan Dukungan Sebaya) yang memposisikan
di buang oleh keluarganya , kita tidak dirinya seperti kondisi pasien ketika
pernah menyalahkan pasien atas penyakit berempati, dengan cara duduk bersebelahan,
yang dideritanya Saya katakan pada si tangan merangkul bahu pasien dan tatapan
pasien bahwa kita senasib dan saya juga mata yang memandang pasien menunjukan
pernah mengalami situasi yang hampir bahwa MK (Kelompok Dukungan Sebaya)
sama. Kita harus kuat menghadapi situasi merespon dan perhatian terhadap pasien.
seperti ini.
Dengan empati dapat menciptakan
Suportif/Dukungan
dan meningkatkan iklim komunikasi antar
pribadi yang bebas dari kesan tertutup dan Sikap suportif adalah sikap yang
defensif. Setiap individu memungkinkan mengurangi sikap defensif dalam
untuk berbicara tentang pandangan mereka komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia
terhadap kebutuhannya. Kedua belah tidak menerima, tidak jujur, dan tidak
memiliki hubungan yang seimbang dan empatis. Dengan sikap defensif komunikasi
sejajar. Untuk meningkatkan iklim interpersonal akan gagal, karena orang
komunikasi yang bebas dan terbuka, kadang- defendif akan lebih banyak melindungi diri
kadang pasien diajak makan bersama di luar. dari ancaman yang ditanggapinya dalam
Hal ini seperti yang dilakukan oleh Om YN situasi komunikasi ketimbang memahami
(nama samaran) pesan orang lain.
“Sebelum pasien diperbolehkan pulang Perilaku suportif dapat dilihat baik
oleh dokter, dengan seijin MK (Kelompok yang terucap (verbal) dengan yang tidak
Dukungan Sebaya), saya ajak mereka terucap (nonverbal) seperti anggukan
makan di luar. Makan makanan kepala, sorotan mata, atau senyuman yang