Anda di halaman 1dari 14

Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD

dr.Soetomo Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)
DOI: https://doi.org/10.14421/pjk.v11i2.1279

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL MANAJER KASUS DALAM


MENINGKATKAN KEPERCAYAAN DIRI PENYANDANG ODHA DI
RSUD dr, SOETOMO SURABAYA

Yenny1, Iwan Joko Prasetyo2


Fakultas Ilmu Komunikasi, Universitas dr. Soetomo Surabaya
2
iwan.joko@unitomo.ac.id

Abstrak. Perlakuan masyarakat kepada orang yang menyandang ODHA sangat diskrimatif. Bahkan mereka di
marginalkan dalam pergaulan masyarkat. Kenyataan ini sangat tidak mendukung untuk meningkatkan
kepercayaan diri mereka unutk tetap bertahan hidup. Upaya untuk mengembalikan kepercayaan diri mereka perlu
kegiatan pendampingan yang dilakukan oleh para relawan yang etrgabung dalam Kelompok Dukungan Sebaya).
Komunikasi interpersonal antara MK (Kelompok Dukungan Sebaya) sangat diperlukan dalam rangka
meningkatkan rasa percaya diri para penyandang ODHA. Persoalan pendampingan pasien ODHA yang dilakukan
oleh MK akan dikaji dengan teori-teori yang ada dalam komunikasi interpersonal. Teori yang mendasari adalah
teori komunikasi interpersonal dan teori pengungkapan diri (Self Disclosure). Teori-teori ini sangat membantu
dan mendasari dalam membahas berbagai macam permasalahan dalam penelitian ini. Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode “deskriptif kualitati” yaitu penelitian yang menggambarkan dan menjelaskan
berbagai kondisi dan situasi yang menjadi objek penelitian. Unit analisanya adalah : komunikasi verval dan
nonverbal, keterbukaan (keterbukaan membuka diri), empati (menempatkan pada posisi atau perasaan orang lain),
dukungan (memotivasi dan memberi dukungan). Dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa
komunikasi yang dilakukan melalui bahasa informal (campuran) dan menggunakan gerakan tubuh. Empati selalu
ditunjukkan oleh para MK dengan berbagai macam cara sehingga di dalam berkomunikasi ada keterbukaan untuk
saling mengungkapkan perasaan masing-masing. Ini juga dilandasi oleh rasa percaya para penyandang ODHA
bahwa para MK akan tetap menjaga kerahasiaan pribadi mereka di masyarakat.
Kata-kata kunci: : Komunikasi interpersonal, Manajer Kasus, Percaya diri

Abstract People's treatment of people with PLWHA is very discriminatory. Even they are marginalized in the
social community. This fact is very unfavorable to increase their confidence to survive. Efforts to save their
confidence require coaching activities conducted by volunteers belonging to peer support groups). Interpersonal
communication between Case Managers (Peer Relief Groups) is very necessary in order to increase the
confidence of people with PLWHA. The problem of patient assistance of PLWHA conducted by the Constitutional
Court will be studied with theories that exist in interpersonal communication. The underlying theory is the theory
of interpersonal communication and the theory of self-disclosure (Self Disclosure). These theories are helpful and
underpinning in discussing the various problems in this study. The method used in this study is the method
"descriptive qualitative" is a study that describes and describes the various conditions and situations that become
the object of research. The analytical unit is: verval and nonverbal communication, openness (self), empathy
(place in position or feelings of others), support. Interviews and observations show communication through
informal language (mixed) and using body movements. Empathy is always by the Case Managers with a variety
of ways in communicating there is openness to each other's feelings. It is also based on the trust of people with
PLWHA that the Case Managers will keep their personal secrecy in the community.

Keywords: Interpersonal Communication, Case Manager, Confident

Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi


85
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD
dr.Soetomo Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

PENDAHULUAN sangat disayangkan mengingat tugas


kesehatan adalah pihak yang sudah
Sebagai makhluk sosial, manusia
mengetahui seluk beluk HIV/AIDS namun
tidak terlepas dari komunikasi, tidak peduli
masih melakukan tindakan diskriminasi
bagaimanapun keadaan manusia tersebut,
seperti pemakaian pakaian yang serba tertutup
baik secara verbal maupun non verbal.
ketika melakukan pemeriksaan terhadap
Dengan komunikasi manusia mampu
berinteraksi dengan manusia yang lainnya. pasien HIV/AIDS (Isroliyah 2005, p.121).
Tidak sedikit manusia yang mengalami Bisa jadi sikap masyarakat seperti ini
hambatan saat melakukan komunikasi, pada awalnya merupakan resistor yang efektif
apalagi manusia tersebut mempunyai untuk menahan laju epidemi ini. Tetapi sikap
kekurangan, baik kekurangan fisik maupun paranoid ini kemudian tidak diimbangi
kekurangan secara materi dengan pemahaman secara benar dan
mendudukan masalahnya secara proporsional
Begitu pula dengan para penderita
tentang HIV/AIDS yang sebenarnya.
HIV/AIDS yang umumnya disebut dengan
Akibatnya, karena sebatas perasaan takut dan
ODHA (Orang Dengan HIV/AIDS), mereka
menghindarinya tanpa diikuti secara benar
juga manusia dan mereka masih butuh
untuk mengetahui dan memahaminya, tanpa
berkomunikasi. ODHA sama dengan
menimbang keberadaan orang sudah terkena
manusia-manusia lainnya yang sehat, dan
HIV positif maka berikutnya muncul stigma
yang membedakan hanyalah didalam tubuh
terhadap orang yang terinfeksi HIV, (ODHA
mereka bersarang suatu penyakit menular
yang disebabkan oleh suatu virus, yang = orang dengan HIV AIDS).
disetujui secara internasional sebagai HIV Komunikasi interpsersonal
(Human Immunodeficiecy Virus) dan hingga selanjutnya dalam penelitian ini disebut
saat ini belum ada obat untuk menyembuhkan dengan komunikasi tatap muka menjadi
AIDS. Sedangkan obat yang ada saat ini sangat penting dalam hubungan MK
hanya sebagai obat untuk memperpanjang (Kelompok Dukungan Sebaya) – pasien
hidup dan untuk menjaga kondisi tubuh penderita HIV/AIDS dalam proses MK
ODHA. Sehingga ODHA tinggal menunggu (Kelompok Dukungan Sebaya)an di UPIPI.
ajal menjemput. Namun pada hakekatnya Melalui komunikasi tatap muka MK
sebagai makhluk sosial, ODHA masih (Kelompok Dukungan Sebaya) dapat
membutuhkan berinteraksi dan menginformasikan cara-cara merawat
berkomunikasi dengan orang lain. kesehatan kepada pasien HIV/AIDS,
memberi semangat hidup, mengubah sikap
Diskriminasi tidak hanya dilakukan
dan keyakinan, mengubah perilaku atau
oleh masyarakat awam. Masih banyak pasien-
menggerakkan tindakan, dan dapat
pasien HIV/AIDS yang terkena stigma dan
menghibur mereka untuk mencapai tujuan
diskriminasi di ruang MK (Kelompok
bersama yaitu kualitas hidup dan kesehatan
Dukungan Sebaya)an rumah sakit oleh para
petugas kesehatan di Rumah Sakit. Ada juga pasien yang lebih baik.
petugas kesehatan yang menolak merawat Stigma berhubungan dengan
ODHA dengan alasan takut tertular atau kekuasaan dan dominasi dalam masyarakat.
khawatir pasien lain ketakutan. Realitas ini Pada puncaknya, stigma akan menciptakan,

Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi


86
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

dan ini didukung oleh, ketidaksetaraan sosial. Hingga saat ini sikap dan pandangan
Stigma berurat akar di dalam struktur masyarakat terhadap ORANG YANG
masyarakat dan norma-norma serta nilai-nilai HIDUP DENGAN HIV dan AIDS sangat
yang mengatur kehidupan sehari-hari. Ini buruk sehingga melahirkan permasalahan
menyebabkan beberapa kelompok menjadi serta tindakan yang melukai fisik maupun
kurang dihargai dan merasa malu, sedangkan mental bagi orang yang hidup dengan HIV
kelompok lainnya merasa superior. dan AIDS bahkan keluarga dan orang-orang
terdekatnya, seperti dalam penelitian
Diskriminasi terjadi ketika pandangan (Shaluhiyah, Musthofa, & Widjanarko, 2015)
negatif mendorong orang atau lembaga untuk mengutarakan stigma masyarakat terhadap
memperlakukan seseorang secara tidak adil ODHA, lalu pada penelitian Irfan tentang
yang didasarkan pada prasangka mereka akan hambatan pencarian obat bagi ODHA (Ardani
status HIV seseorang. Contoh-contoh & Handayani, 2017), juga penelitian
diskriminasi meliputi para staf rumah sakit mengenai diskriminasi penanganan kesehatan
atau penjara yang menolak memberikan pada ODHA di Pekanbaru (Maharani, 2014),
pelayanan kesehatan kepada orang yang maka itu sangat perlu dukungan orang lain
hidup dengan HIV dan AIDS; atasan yang bagi ODHA yang memang sangat perlu
memberhentikan pegawainya berdasarkan dukungan bagi mereka (Siboro, 2013).
status atau prasangka akan status HIV Sesungguhnya hak orang yang hidup dengan
mereka; atau keluarga/masyarakat yang HIV dan AIDS sama seperti manusia lain,
menolak mereka yang hidup, atau dipercayai tetapi karena ketakutan dan
hidup, dengan HIV dan AIDS. Tindakan kekurangpahaman masyarakat, hak orang
diskriminasi semacam itu adalah sebuah yang hidup dengan HIV dan AIDS sering
bentuk pelanggaran HAM. dilanggar. Menurut hasil penelitian
dokumentasi pelanggaran HAM Yayasan
Stigma dan diskriminasi dapat terjadi
Spiritia, 30% responden menyatakan pernah
di mana saja dan kapan saja. Stigma dan
mengalami berbagai diskriminasi dalam
diskriminasi yang dihubungkan dengan
pelayanan kesehatan dan dalam keluarga.
penyakit menimbulkan efek psikologis berat
tentang bagaimana orang yang hidup dengan Hak asasi manusia itu di antaranya
HIV dan AIDS melihat diri mereka sendiri. adalah memiliki dan mendapatkan privasi,
Hal ini bisa mendorong, dalam beberapa kemerdekaan, keamanan serta kebebasan
kasus, terjadinya depresi, kurangnya berpindah, bebas dari kekejaman, penghinaan
penghargaan diri, dan keputusasaan. Stigma (tindakan menurunkan martabat atau
dan diskriminasi juga menghambat upaya pengucilan), bekerja (termasuk terbukanya
pencegahan dengan membuat orang takut kesempatan yang sama), mendapatkan
untuk mengetahui apakah mereka terinfeksi pendidikan serta menjalin mitra jaringan,
atau tidak. Bisa pula menyebabkan mereka keamanan sosial dan pelayanan, kesetaraan
yang telah terinfeksi meneruskan praktik perlindungan dalam hukum, menikah dan
seksual tidak aman karena takut orang-orang berkeluarga, endapatkan MK (Kelompok
akan curiga terhadap status HIV mereka. Dukungan Sebaya)an, dan masih banyak lagi.
Akhirnya, orang yang hidup dengan HIV dan Selain hak, orang yang hidup dengan HIV dan
AIDS dilihat sebagai masalah, bukan sebagai AIDS juga mempunyai kewajiban seperti
bagian dari solusi untuk mengatasi masalah menjaga kesehatan, tidak menularkan ke
ini. orang lain, mencari informasi dan lain-lain.
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
87
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

MK (Kelompok Dukungan Sebaya) juga Timur dan satu-satunya rumah sakit di Jawa
dapat menyampaikan perasaan peduli, Timur yang mempunyai sarana MK
sayang, simpati, prihatin, maupun empatinya (Kelompok Dukungan Sebaya)an bagi
kepada pasien HIV/AIDS lewat kata-kata penderita HIV/AIDS dan juga sebuah tim
maupun melalui perilaku non verbal. yang menangani HIV/AIDS, yang diberi
nama Tim Medik HIV/AIDS, sehingga
Di UPIPI Rumah Sakit Dr. Soetomo, menjadi rujukan bagi penderita HIV/AIDS
penderita HIV/ AIDS yang telah memutuskan guna menjalani berbagai jenis MK
untuk menjalani MK (Kelompok Dukungan (Kelompok Dukungan Sebaya)an konseling
Sebaya)an di unit tersebut akan menjalani di pusat MK (Kelompok Dukungan
serangkaian MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an HIV/AIDS yang bernama Unit
Sebaya)an secara paripurna, professional, MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
terpadu, dan berkesinambungan. Yang Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI) RSUD
dimaksud paripurna adalah memberikan Dr. Soetomo.
pelayanan MK (Kelompok Dukungan
Sebaya)an penderita HIV/AIDS secara
menyeluruh, bukan hanya dari segi medis
maupun juga disertai dengan konseling dan METODE PENELITIAN
dukungan psikologis. Professional, didalam
penatalaksanaan penyakit melibatkan para
Tipe penelitian yang digunakan
tenaga medis dari berbagai spesialisasi. Yang
adalah deskriptif, dengan pendekatan
dimaksud terpadu adalah dalam pelaksanaan
kualitatif. Penelitian deskriptif adalah
MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
penelitian ini nantinya peneliti hanya
penderita melibatkan tenaga medis, para
menggambarkan, meringkaskan berbagai
medis, dan berbagai tenaga lain dari unsure
kondisi, berbagai situasi atau berbagai
pemerintah dipadukan dengan LSM.
variabel yang timbul di masyarakat yang
Berkesinambungan artinya didalam
menjadi objek penelitian itu (Bungin, 2001, p.
operasional MK (Kelompok Dukungan
48). Pengumpulan data dilakukan dengan
Sebaya) penderita dilakukan secara terus
beberapa metode yakni:
menerus baik di Rumah Sakit, Rumah singgah
maupun di rumah masing-masing. Wawancara, wawancara merupakan alat
re-cheking atau pembuktian terhadap
Berawal dari hubungan MK
informasi atau keterangan yang diperoleh
(Kelompok Dukungan Sebaya) dan pasien di
sebelumnya. Tehnik wawancara yang
rumah sakit dan adanya kontroversi
digunakan dalam penelitian kualitatif adalah
menanggapi fenomena ODHA dimasyarakat
wawancara mendalam. Wawancara
inilah timbul keinginan peneliti untuk
mendalam (in–depth interview) adalah proses
mengetahui bagaimana komunikasi tatap
memperoleh keterangan untuk tujuan
muka antara MK (Kelompok Dukungan
penelitian dengan cara tanya jawab sambil
Sebaya) dan pasien penderita HIV/AIDS di
bertatap muka antara pewawancara dengan
rumah sakit. Rumah sakit yang akan dijadikan
informan atau orang yang diwawancarai,
sebagai tempat penelitian oleh peneliti adalah
dengan atau tanpa menggunakan pedoman
RSUD Dr. Soetomo Surabaya. Rumah Sakit
(guide) wawancara, di mana pewawancara
tersebut dipilih karena RSUD Dr. Soetomo
dan informan terlibat dalam kehidupan sosial
merupakan rumah sakit terbesar di Jawa
yang relatif lama. Observasi ; Observasi
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
88
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

partisipasi (participant observation) adalah RSUD Dr. Soetomo Surabaya adalah Unit
metode pengumpulan data yang digunakan MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
untuk menghimpun data penelitian melalui Intermediet Penyakit Infeksi (UPIPI). Unit
pengamatan dan pengindraan dimana MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an ini
observer atau peneliti benar-benar terlibat resmi didirikan pada tanggal 13 Februari
dalam keseharian responden. Observasi tidak 2004. Tujuan dari didirikannya unit MK
berstruktur adalah observasi yang dilakukan (Kelompok Dukungan Sebaya)an ini adalah
tanpa menggunakan guide observasi. Pada khusus untuk MK (Kelompok Dukungan
observasi ini peneliti atau pengamat harus Sebaya)an penderita AIDS. Dengan
mampu mengembangkan daya berdirinya unit MK (Kelompok Dukungan
pengamatannya dalam mengamati suatu Sebaya)an diharapka akan menghilangkan
objek. Observasi kelompok adalah observasi diskriminasi, stigma ataupun phopi tentang
yang dilakukan secara berkelompok terhadap HIV/AIDS di kalangan masyarakat.
suatu atau beberapa objek sekaligus.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam Sejarah berdirinya unit MK
observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, (Kelompok Dukungan Sebaya)an ini berawal
intensitas atau kekuatan respon, stimulus dari keprihatinan pemerintah melihat para
kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), penderita HIV/AIDS yang seringkali
dan kualitas perilaku. dikucilkan / diasingkan dari keluarga maupun
masyarkat. Oleh karena itu RSUD Dr.
Kemudian, Dokumen; sejumlah besar Soetomo membuka Ruang MK (Kelompok
fakta dan data tersimpan dalam bahan yang Dukungan Sebaya)an Penderita Terinfeksi
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data HIV/AIDS. Melihat perkembangan akan
yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, banyaknya penderita HIV/AIDS, maka
catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, Ruang MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an
foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak dinaikkan tingkatannya menjadi Unit MK
terbatas pada ruang dan waktu sehingga (Kelompok Dukungan Sebaya)an. Sampai
memberi peluang kepada peneliti untuk sekarang akhirnya menajdi Unit MK
mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di (Kelompok Dukungan Sebaya)an Intermediet
waktu silam. Secara detail bahan dokumenter Penyakit Infeksi UPIPI.
terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi,
UPIPI yang dimiliki oleh RSUD Dr
surat-surat pribadi, buku atau catatan harian,
Soetomo merupakan satu-satunya unit MK
memorial, klipping, dokumen pemerintah
(Kelompok Dukungan Sebaya)an penderita
atau swasta, data di server dan flashdisk, data
HIV/AIDS di Indonesia yang memiliki sitem
tersimpan di website, dan lain-lain.
MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an yang
terintegrasi dan paripurna, serta menjadi pusat
Voluntary Counceling and Testing yang
merupakan standar WHO. Konsep yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
dimiliki oleh UPIPI adalah MK (Kelompok
Unit MK UPIPI RSUD Dr Soetomo Dukungan Sebaya)an secara paripurna,
Surabaya dalam Peran Komunikasi professional, terpadu, dan berkesinambungan.
Interpersonal Artinya bahwa konsep MK (Kelompok
Dukungan Sebaya)an secara komprehensif
Salah satu Unit MK (Kelompok mulai dari segi medis, yang disertai dengan
Dukungan Sebaya)an yang dimiliki oleh
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
89
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

konseling, dan dukungan psikologis. jajaran kesehatan yang lain didalam piñata
Professional, artinya bahwa MK (Kelompok laksanaan infeksi HIV/AIDS, memberikan
Dukungan Sebaya)an yang diberikan kepada informasi yang benar dan ilimiah tentang
pasien penderita HIV/AIDS melbatkan dokter HIV/AIDS pada siapapun yang
dari berbagai spesialis, seperti specialis membutuhkan, dan melakukan jejaring
penyakit dalam, penyakit kulit dan kelamin, penanganan HIV/AIDS bak local Surabaya,
kebidanan dan penyakit kandungan, ahli Jawa Timur, Indonesia, Asian maupun dunia.
bedah. Yang dimaksud dengan terpadu adalah
didalam pelaksanaan MK (Kelompok Salah satu sumber daya manusia yang
Dukungan Sebaya)an penderita melibatkan dimiliki oleh UPIPI RSUD Dr. Soetomo
tenaga medis, para medis, dan berbagai adalah MK (Manajer Kasus) atau Kelompok
tenaga lain dari unsur pemerintah dipadukan Dukungan Sebaya yang bertugas
dengan unsur non-pemerintah (LSM). mendampingi dan memberikan bantuan
secara psikologis terhadap para pasien
Untk mendukung pelaksanaan kerja di penderita HIV/AIDS. MK terdiri dari para
UPPI RSUD Dr. Soetomo Surabaya, maka sukarelawan yang tergabung dalam berbagai
disusunlah visi dan misi. Adapun visi dari organisasi sosial yang bergerak dalam
UPIPI RSUD Dr. Soetomo adalah membuat pendampingan bagi para pasien penderita
ruang MK (Kelompok Dukungan Sebaya)an HIV/AIDS, tetapi juga ada yang independen
intermediet ini menjadi pemuka dalam atau perseorangan. Mereka memiliki
pelayanan, pendidikan dan penelitian kepedulian sosial yang sangat tinggi dan
dibidang HIV/AIDS di Indonesia. Sedangkan tergerak hatinya untuk membantu dan
untuk mencapai visi tersebut maka misi memberikan pendampingan secara psikologis
UPIPI RSUD Dr Soetomo adalah maupun sosial kepada para pasien penderita
melaksanakan MK (Kelompok Dukungan HIV/AIDS.
Sebaya)an HIV/AIDS secara paripurna yang
meliputi: Latar belakang dari MK ini
sebenarnya juga penderita HIV/AIDS, tetapi
1. Meningkatkan kemampuan laboratorium mereka ini sudah mengalami pengobatan
untuk diagnostic dan terapi. yang cukup lama dan mampu bertahan hidup
2. Melaksanakan pengobatan pada semua yang cukup panjang. Mereka berasal dari
aspek medis yang timbul beserta berbagai kalangan, antara lain mantan LGBT,
komplikasinya mantan pecandu narkotika, orang biasa yang
3. Pusat voluntary Counceling and Testing tertular dari suaminya. Mereka mampu
di RSUD Dr Soetomo bertahan hidup cukup lama, bahkan ada yang
4. Pusat pelatihan, pendidikan dan mempunyai isteri dan anak.
penelitian.

Tujuan didirikan UPIPI RSUD Dr


Komunikasi Verbal MK dalam Proses
Soetomo Surabaya adalah untuk dukungan
Komunikasi Terapeutik
penderita HIV/AIDS dan keluarganya,
melakukan penelitian untuk diagnostic Komunikasi verbal adalah
maupun MK (Kelompok Dukungan komunikasi dengan menggunakan kata-kata
Sebaya)an penderita HIV/AIDS yang lebih atau bahasa lisan. Dalam menyampaikan
baik, mengadakan pelatihan dan membantu pesan kepada pasien penyandang ODHA,
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
90
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

para MK menggunakan bahasa Indonesia. dalam perilaku sehari – hari akan membuat
Namun tidak hanya bahasa Indonesia saja komunikan akan merasa bahwa kegiatan
yang digunakan sebagai bahasa pengantar, tersebut akan menjadi biasa bagi mereka.
tetapi MK juga menggunakan bahasa Jawa, Komunikasi interpersonal akan berjalan
bahkan kadang-kadang memakai bahasa gaul. dengan efektif dan lancar kalau kedua belah
Bahasa pengantar memamaki bahasa Jawa pihak memiliki hubungan yang setara aau
maupun bahasa gaul dalam komunikasi seimbang tidak ada yang di atas atau di bawah,
interpersonal ini dilakukan karena pasien melainkan yang ada adalah keseimbangan
penyandang ODHA kebanyakan berasal dari antara komunikator dan komunikan. Untuk
Jawa. Tujuan memakaian bahasa Jawa menjembantani komunikasi dapat berjalan
maupun bahasa gaul agar pasien dalam dengan lancar maka dapat digunakan “bahasa
menafsirkan pesan lebih mudah dan merasa daerah” dari masing-masing komunikator dan
dekat secara psiklogis. Oleh karena itu, makna komunikan. Juga untuk memudahkan pasien
pesan yang sama dapat disampaikan dalam dalam menafsirkan pesan yang disampaikan
berbagai bentuk penyajian pesan.dan bahasa oleh MK sekaligus juga menjalin keakraban
campuran, yaitu bahasa Jawa dan bahasa kedua belah pihak.
Indonesia. Bahkan kalau pasien umurnya
relatif masih muda, diselingi dengan bahasa
gaul. “Jenengmu sopo, awakmu kok iso kenek
Komunikasi Non Verbal MK dalam
iku critane yo opo“, “Yo opo Mas Bro kok iso
Proses Komunikasi Terapeutik
kenek iku piye critane”, Ayo obate diombe ojo
sampe lali,” kalimat itu yang sering Di samping pesan verbal yang
dilontarkan oleh Om YN (nama samaran) saat digunakan dalam proses pendampingan, MK
pertama kali bertemu dengan pasien penderita juga sering menggunakan pesan non verbal
ODHA. Bahasa campuran digunakan untuk dalam melakukan proses komunikasi
mendekatkan diri antara MK dengan para interpersonal. Misalnya ekspresi wajah yang
pasien penyandang ODHA. Kalau pasien menunjukkan rasa simpati dan empati,
berasal dari daerah Surabaya, tidak jarang senyuman, jabatan tangan, sikap yang ramah,
dialek khas Suroboyoan digunakan dalam dan lain-lain. Pesan non verbal memiliki
berkomunikasi dengan mereka, seperti yang peran yang cukup penting karena berfungsi
diutarakan oleh AG (nama samaran). sebagai pelengkap dan penegas dari pesan
Contohnya : “Ayo Rek sing rutin lek ngombe verbal. Hal dilakukan karena pesan nonverbal
obat, ojo lali mangan sing akeh”. Semuanya juga memiliki fungsi sebagai pelengkap
itu dilakukan dengan tujuan untuk (komplementer) dan penegas (aksentuasi)
mendekatkan diri secara psikologis antara dari pesan verbal.
MK dengan para pasien.
Dale G. Leathers dalam bukunya
Mereka berkeyakinan bahwa dengan Jalalludin Rakhmat yanag berjudul Psikologi
menggunakan bahasa yang informal atau Komunikasi mengatakan bahwa ada 6 alasan
campuran, kedua belah pihak merasa lebih mengapa pesan non verbal sangat penting,
nyaman, rileks, tidak kaku, santai. Dengan yaitu:
demikian pembicaraan akan lebih nyambung
karena pesan yang disampaikan dimaknai dan 1. Faktor-fakor non verbal sangat
dipahami secara bersama. Susilo (2017) menentukan makna dalam komunikasi
menjelaskan bahwa kegiatan percakapan interpesonal. Ketika kita berkomunikasi
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
91
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

tatap muka, kita banyak menyampaikan Tabel 1. Gerakan Tubuh


gagasan dan pikiran kita lewat pesan-
pesan non verbal. Pada gilirannya orang Anggota Gerakan Interpretasi
lain pun lebih banyak membaca pikiran Tubuh
Kepala Penuh
kita lewat petunjuk-petunjuk non verbal. Menatap lama
perhatian: jujur
Barangkali tidal lebih dari 30% sampai
Mata yang Tidak pasti:
35% makna sosial percakapan atau bergerak cepat bohong
interaksi dilakukan dengan kata-kata. Menantang:
Sedangkan sisanya dengan pesan verbal. Alis yang naik
terbuka
2. Perasaan dan emosai lebih cermat Menikmati:
disampaikan lewat pesan non verbal Senyum
senang
ketimbang pesan verbal Mendengarkan:
Mengangguk
3. Pesan non verbal menyampaikan makna setuju
dan maksud yang relatif bebas dari Kepala miring Menarik
penipuan, distorsi, dan kerancuan. Pesan Bertahan,
Kepala tertunduk
non verbal jarang diatur oleh membela diri
komunikator secara sadar. Komunikan Badan Menarik:
Leaning toward
juga lebih percaya pada pesan non verbal dan bahu Hubungan
daripada pesan verbal. Tidak ada
Leaning away ketertarikan:
4. Pesan non verbal mempunyai fungsi
skeptic
metakomunikasi yang sangat diperlukan Postur Harga diri yang
untuk mencapai komunikasi yang membungkuk rendah
berkualitas tinggi. Fungsi Mengembangkan
metakomunikasi artinya memberikan Percaya diri
dada
informasi tambahan yang memperjelas Mengerutkan
Terancam
maksud dan makna pesan. dada
5. Peasn non verbal merupakan cara Formal:
Mengancingkan
berkomunikasi yang lebih efisien meninggalkan
jaket
dibandingkan dengan pesan verbal. Dari tempat
segi waktu, pesan verbal sangat tidak Menyentuh Memiliki
efisien. orang lain kekuatan
6. Pesan non verbal merupakan sarana Menyentuh diri Gugup:
sendiri khawatir
sugesti yang paling tepat. Ada situasi
Bohong: Tidak
komunikasi yang menuntut kita untuk Gerakan yang
yakin dengan
mengungkapkan gagasan atau emosi berulang
diri sendiri
secara tidak langsung. Tangan di mulut Ingin
ketika berbicara melarikan diri
Tangan Tangan Bosan:
Inilah adalah beberapa contoh dari dan menyilang Kehabisan ide
gerakan tubuh yang sering dilakukan dalam lengan Fingers steepled Percaya diri
berkomunikasi dengan orang lain : Menantang:
Tangan di paha
Arogan
Menyimpan
Tangan di saku
rahasia

Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi


92
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

Menunjukkan Hasil temuan di lapangan


Mempercayai
telapak tangan menunjukkan bahwa keterbukaan memang
Otoriter: cukup sulit terwujud. Keterbukaan akan
Menunjuk
Agresif terwujud memalui proses yang panjang,
Membutuhkan tidak cukup satu atau dua kali bertemu.
Kepalan tangan ketenangan Pendekatan secara pribadi harus dilakukan
hati
secara terus menerus. Untuk mencapai
Sumber: Olahan peneliti keterbukaan ini, salah satu cara yang
Berdasarkan hasil wawancara antara dipakai oleh para MK adalah dengan
peneliti dengan Om YN, AG, dan MT, mencari kesamaan latar belakang mereka.
didapatkan hasil bahwa semua MK Misalnya pasien yang berlatar belakang
melakukan komunikasi non verbal. Mulai dari LGBT maka maka pendampingannya akan
kontak mata, sentuhan, senyuman, dilakukan oleh MK yang memiliki latar
kemarahan, mengangguk, menunjuk. Dari belakang yang sama yaitu LGBT.
berbagai gerakan tubuh yang paling sering Sedangkan pasien yang berlatar belakang
digunakan adalah sentuhan dan kontak mata. pecandu narkotika maka pendampingannya
akan dilakukan oleh MK yang berlatar
belakang yang sama. Hal ini yang
diungkapkan oleh AG (nama samaran)
Keterbukaan
“ya kita cari dulu latar belakang
Kualitas keterbukaan mengacu pada kehidupan dari pasien tersebut. Kalau dia
sedikitnya tiga aspek dari komunikasi berlatar belakang dari kalangan LGBT,
interpersonal. Pertama, komunikator biasanya Tante J yang mendampingi.
interpersonal yang efektif harus terbuka Kalau psien yang berlatar belakang
kepada orang yang diajaknya berinteraksi. pecandu narkotika, biasanya diserahkan
Ini tidaklah berarti bahwa orang harus ke .....Sedangkan kalau masih muda, kita
dengan segera membukakan semua riwayat carikan pendamping yang usianya
hidupnya. Tetapi yang lebih penting adalah hampir sama.”
kesediaan untuk membuka diri,
mengungkapkan informasi yang biasanya Ketika hubungan MK dengan pasien
disembunyikan. Keterbukaan merupakan ODHA sudah dekat secara psikologi, maka
kondisi dimana komunikator dan biasanya pasien ODHA dengan terbuka
komunikan bersedia untuk membuka diri, mengungkapkan segala beban yang ada di
memberitahukan informasi yang biasanya dalam hatinya. Mereka dengan terbuka
tersembunyi tentang dirinya kepada orang menceritakan berbagai macam hal, mulai dari
lain, kesediaan untuk mau menerima masalah penyakit, masalah keluarga, hingga
masukan dari lawan bicaranya baik berupa masalah pribadi. Hal ini mengindikasikan
kritik, saran, maupun nasehat, serta adanya bahwa sudah terjalin hubungan pertemanan
rasa tanggung jawab terhadap diantara mereka.
perkembangan pemikiran dan perasaan
pihak yang terlibat. Penyampaian pesan Keterbukaan ini juga dilandasasi
yang terbuka harus terjadi secara dua arah oleh sikap percaya kepada orang lain untuk
dan mengacu pada isi hati dan pikiran yang tetap menjaga kerahasiaan pesan yang
jernih.dari kedua belah pihak. disampaikan oleh pasien kepada MK.

Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi


93
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

Kepercayaan ini menajdi kunci untuk saling berbicara, dari raut wajah, cara pandang
terbuka di antara komunikator dan dalam berpendapat.
komunikan. Pasien menaruh kepercayaan
kepada MK, dan MK bertugas untuk Ada 3 (tiga) karakteristik kemampuan
menjaga kerahasiaan si pasien tersebut. seseorang dalam berempati, yaitu:

Untuk mendapatkan kepercayaan dan 1. Mampu Menerima Sudut Pandang


keterbukaan dari pasien dilakukan Orang Lain
pendekatan-pendekatan, semisal pendekatan
Individu mampu membedakan antara apa
kekelurgaan, yang memerlukan waktu agak
yang dikatakan atau dilakukan orang lain
lama. Tidak bisa hanya dengan pertemuan
dengan reaksi dan penilaian individu itu
satu kali atau dua kali, juga yang penting
sendiri. Dengan perkembangan aspek
adalah agar para MK selalu manjaga
kognitif seseorang, kemampuan untuk
kerahasiaan pasien mengenai status HIV-nya,
menerima sudut pandang orang lain dan
karena HIV/AIDS ini adalah permasalahan
pemahaman terhadap perasaan orang lain
yang sensitiv.
akan lebih lengkap dan akurat sehingga ia
Empati akan mampu memberikan perlakuan
dengan cara yang tepat.
Hal ini dapat diartikan sebagai
kemampuan untuk merasakan perasaan dan 2. Memiliki Kepekaan Terhadap Perasaan
keadaan sebagaimana yang dirasakan oleh Orang Lain
orang lain dengan cara yang sama pula
Individu mampu mengidentifikasi
tanpa merubah jati diri anda. Empati juga
perasaan-perasaan orang lain dan peka
mengharuskan untuk dapat memahami
terhadap hadirnya emosi dalam diri orang
perasaan emosional sebaik memahami
lain melalui pesan non verbal yang
pikiran intelektual seseorang. Empati dapat
ditampakkan, misalnya nada bicara,
dikomunikasikan dalam komunikasi verbal
gerak-gerik dan ekspresi wajah.
ataupun komunikasi nonverbal. Salah satu
Kepekaan yang sering diasah akan dapat
cara untuk dapat memfokuskan konsentrasi
membangkitkan reaksi spontan terhadap
berempati adalah aturlah kontak mata, dan
kondisi orang lain.
perhatikan gerak- gerik tubuh.
3. Mampu Mendengarkan Orang Lain
Proses individu berempati melibatkan
aspek afektif dan kognitif. Aspek afekif Mendengarkan merupakan sebuah
merupakan kecenderungan seseorang untuk ketrampilan yang perlu dimiliki untuk
mengalami perasaan emosional orang lain mengasah kemampuan empati. Sikap
yaitu ikut merasakan ketika orang lain merasa mau mendengar memberikan
sedih, menangis, terluka, menderita bahkan pemahaman yang lebih baik terhadap
disakiti,sedangkan aspek kognitif dalam perasaan orang lain dan mampu
empati difokuskan pada proses intelektual membangkitkan penerimaan terhadap
untuk memahami perspektif orang lain perbedaan yang terjadi
dengan tepat dan menerima pandangan
mereka, misalnya membayangkan perasaan Ada beberapa cara yang dilakukan
orang lain ketika marah, kecewa, senang, MK untuk menunjukkan rasa empati kepada
memahami keadaan orang lain dari; cara pasien. Ada yang berempati dengan member
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
94
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

dukungan, saran maupun menyemangati kesukaanya. Biar tidak bosan makan menu
pasien atas kesedihan dan permasalah yang rumah sakit serta pikirannya bisa
mereka miliki. Ada juga MK (Kelompok fresh/segar.
Dukungan Sebaya) yang memposisikan
dirinya seperti kondisi pasien ketika Komunikasi akan berjalan dengan
berempati, dengan cara duduk bersebelahan, efektif, apabila para MK dapat mengerti
tangan merangkul bahu pasien dan tatapan perasaan mereka, memberikan dukungan dan
mata yang memandang pasien menunjukan perhatian yang penuh, enak diajak ngobrol
bahwa MK (Kelompok Dukungan Sebaya) dan bertukar pikiran, yang bisa membuat
merespon dan perhatian terhadap pasien. Pada mereka merasa nyaman dan terhibur. Para
saat sekarang ini, empati menjadi salah satu MK harus menunjukkan rasa empati yang
faktor yang penting dalam pendampingan besar kepada para pasien penyandang ODHA.
atau konseling penderita HIV/AIDS. Empati
Berbagai macam cara MK (Kelompok
sudah dipakai sebagai alat komunikasi dan
Dukungan Sebaya) berempati kepada pasien.
memfasilitasi wawancara antara MK dengan
Ada yang berempati dengan member
pasien HIV/AIDS di UPIPI Dr. Soetomo
dukungan, saran maupun menyemangati
Surabaya. Seperti yang dituturkan oleh MT
pasien atas kesedihan dan permasalah yang
(nama samaran) kepada peneliti :
mereka miliki. Ada juga MK (Kelompok
“Meskipun pasien telah ditinggalkan bahan Dukungan Sebaya) yang memposisikan
di buang oleh keluarganya , kita tidak dirinya seperti kondisi pasien ketika
pernah menyalahkan pasien atas penyakit berempati, dengan cara duduk bersebelahan,
yang dideritanya Saya katakan pada si tangan merangkul bahu pasien dan tatapan
pasien bahwa kita senasib dan saya juga mata yang memandang pasien menunjukan
pernah mengalami situasi yang hampir bahwa MK (Kelompok Dukungan Sebaya)
sama. Kita harus kuat menghadapi situasi merespon dan perhatian terhadap pasien.
seperti ini.
Dengan empati dapat menciptakan
Suportif/Dukungan
dan meningkatkan iklim komunikasi antar
pribadi yang bebas dari kesan tertutup dan Sikap suportif adalah sikap yang
defensif. Setiap individu memungkinkan mengurangi sikap defensif dalam
untuk berbicara tentang pandangan mereka komunikasi. Orang bersikap defensif bila ia
terhadap kebutuhannya. Kedua belah tidak menerima, tidak jujur, dan tidak
memiliki hubungan yang seimbang dan empatis. Dengan sikap defensif komunikasi
sejajar. Untuk meningkatkan iklim interpersonal akan gagal, karena orang
komunikasi yang bebas dan terbuka, kadang- defendif akan lebih banyak melindungi diri
kadang pasien diajak makan bersama di luar. dari ancaman yang ditanggapinya dalam
Hal ini seperti yang dilakukan oleh Om YN situasi komunikasi ketimbang memahami
(nama samaran) pesan orang lain.
“Sebelum pasien diperbolehkan pulang Perilaku suportif dapat dilihat baik
oleh dokter, dengan seijin MK (Kelompok yang terucap (verbal) dengan yang tidak
Dukungan Sebaya), saya ajak mereka terucap (nonverbal) seperti anggukan
makan di luar. Makan makanan kepala, sorotan mata, atau senyuman yang

Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi


95
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

dapat dipahami sebagai bentuk dukungan KESIMPULAN


positif terhadap seseorang. Dukungan lebih Komunikasi verbal yang dilakukan
kepada bagaimana memberi saran dan dalam komunikasi interpersonal antara MK
pendapat daripada mengevaluasi. (Kelompok Dukungan Sebaya) dengan
Iklim suportif dalam komunikasi penyandang ODHA dengan menggunakan
interperosnal antara MK dengan pasien bahasa informal (campuran antara bahasa
adalah berorientasi pada masalah bukan Indonesia dan Jawa) untuk menciptakan
saling mengontrol. Dalam orientasi masalah, suasana yang kondusif bagi pasien sehingga
komunikasi didasarkan atas keinginan untuk pasien lebih terbuka dan percaya kepada para
bekerja sama mencari pemecahan masalah. MK. Sedangkan komunikasi nonverbal
Kedua belah pihak bersama-sama untuk dengan menggunakan gerakan tubuh, kontak
menetapkan tujuan dan memutuskan mata, sentuhan. Latar belakang keberadaan
bagaimana mencapainya. MK (Kelompok Dukungan Sebaya) berperan
sangat besar dalam menjalin komunikasi
Dukungan selalu diberikan MK dengan penyandang ODHA. Keterbukaan
(kelompok dukungan sebaya) kepada si para penyandang ODHA dalam
pasien untk tetap dapat bertahan hidup. mengungkapkan perasaan dilandasi oleh
Memberikan semangat dan motivasi untuk perasaan senasib yang meeka alami bersama-
menghadapi penyakit yang membawa sama.
kematian. Ada 4 (empat) hal yang dikatakan Empati ditunjukkan oleh para MK
Om YN dalam memberikan suport atau dengan mengaku tidak takut melakukan
dukungan kepada pasien, seperti ini: kontak fisik dengan pasien, atau jijik
bersentuhan dengan pasien. Mereka bisa
menjalin keakraban dan pertemanan. Dengan
empati MK (Kelompok Dukungan Sebaya)
“Saya selalu mengatakan kepada pasien 4
akan mampu merasakan dan memikirkan
hal : (1), Nrimo, artinya pasien harus sadar
permasalahan pasien seperti yang dirasakan
dan mau menerima penyakirut ini. Ndak
dan dipikirkan pasien. Dalam komunikasi
boleh terus menerus protes, mengapa
interpersonal sehari-hari, para MK terkadang
Tuhan memberi penyakit ini pada diriku,
juga menemui kesulitan-kesulitan
(2), Niat untuk sembuh, artinya ada
berkomunikasi dengan pasien. Hal tersebut
kemauan yang keras untuk mau sembuh.
disebabkan oleh tidak memungkinkannya
Tidak boleh pasrah dan menyerah. (3)
kondisi kesehatan pasien untuk diajak
Usaha, kalau sudah ada kemauan, maka
berkomunikasi dengan baik, misalnya pasien
langkah berikutnya adalah usaha, yo opo
belum bisa menerima kenyataan tentang
aku iso waras, (4) Minum obat dan makan
penyakitnya Solusinya para MK harus dengan
yang banyak, secara rutin minum obat dan
sabar dalam melakukan pendekatan secara
jangan sampai lupa atau bolong-bolong,
pribadi dengan para pasien penyandang
kemudian makan yang teratur dan banyak,
ODHA. Penelitian ini sangat bermanfaat
(5) berdoa, menyerahkan sepenuhnya
untuk memberikan alternatif metode dalam
kepada Tuhan melalui doa/sembahyang.
berkomunikasi bagi orang-orang yang merasa
disisihkan dalam lingkungan, penelitian ini
memberikan arti penting bagaimana banyak
solusi ditawarkan dalam komunikasi

Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi


96
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

interpersonal dalam kehidupan sehari-hari. In 2014. Jurnal Kesehatan Komunitas,


Pengembangan dalam komunikasi bagi 2(5), 225–232.
mereka yang tersisihkan sangat diharapkan, Miles, MB dan AM Huberman. 1994.
sumbangsih penelitian yang lain diharapkan Qualitative Data Analysis: A Sourcebook
dikembangkan. of New Methods. SAGE. Beverly Hills.
Moleong, Lexy.J. 2006. Metode Penelitian
Kualitatif (Edisi Revisi). PT Remaja
DAFTAR PUSTAKA Rosdakarya. Bandung.
Mulyana, Dedy. 2001. Ilmu Komunikasi :
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja
Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rosdakarya.
2006. PT Rineka Cipta. Jakarta. Murni, Suzana. 2007. Pasien Berdaya.
Ardani, I., & Handayani, S. (2017). Stigma Jakarta : Yayasan Spiritia.
terhadap Orang dengan HIV / AIDS ( Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian
ODHA ) sebagai Hambatan Pencarian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah
Pengobatan : Studi Kasus pada Pecandu Mada University Press
Narkoba Suntik di Jakarta. Buletin Shaluhiyah, Z., Musthofa, S. B., &
Penelitian Kesehatan, 45(2), 81–88. Widjanarko, B. (2015). Stigma
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2243 Masyarakat terhadap Orang dengan
5/bpk.v45i2.6042.81-88 HIV / AIDS Public Stigma to People
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Living with HIV / AIDS. National
Kualititatif. PT RajaGrafindo Persada. Public Health Journal, 9(4), 20–34.
Jakarta. https://doi.org/http://dx.doi.org/10.2110
Dayaksini, Tri & Hudaniah. 2003. Psikologi 9/kesmas.v9i4.740
Sosial. Universitas Muhammadiyah Siboro, H. K. (2013). Pengaruh Dukungan
Malang. Malang. Keluarga terhadap Keberfungsian Sosial
Devito, Joseph. The interpersonal Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) di
th
communication book, 11 ed. NY : Rumah Singgah Caritas PSE Medan.
Pearson Education, Inc, 2007. Welfare State USU Medan, 2(4), 1–12.
Effendy, Onong Uchjana. 1990. Ilmu Rakhmat, Jalaluddin. 1997. Metode
Komunikasi Teori dan Praktek. Remaja Penelitian Komunikasi. Remaja
Rosdakarya. Bandung. Rosdakarya. Bandung.
Hardjana, Agus.M. 2003. Komunikasi ___________ .1999. Psikologi Komunikasi.
Intrapersonal dan Interpersonal. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Kanisius. Yogyakarta. Ruddick, Abby. 1995. Saripati: AIDS di
Liliweri, Alo. 1991. Komunikasi Antar Indonesia. Jaringan Epidemiologi
Pribadi. Citra Aditya Bakti. Bandung. Nasional bekerja sama dengan The Ford
Maharani, R. (2014). Stigma dan Foundation. Jakarta.
Diskriminasi Orang Dengan HIV / Suprapto, Tommy. 2006. Pengantar Teori
AIDS ( ODHA ) pada Pelayanan Komunikasi. Media Pressindo.
Kesehatan di Kota Pekanbaru Tahun Yogyakarta.
2014 Stigmatization and Discrimination Supratiknya, A. 1995. Komunikasi
People Living With HIV / AIDS ( Antarpribadi Tinjauan Psikologis.
PLWHA ) At Pekanbaru Health Service Kanisius. Yogyakarta.
Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi
97
Pola Komunikasi Interpersonal Manajer Kasus dalam Meningkatkan Kepercayaan Diri Penyandang Odha di RSUD dr.Soetomo
Surabaya
Submtited: 19 April 2018 , Accepted: 24 Oktober 2018
Profetik Jurnal Komunikasi, hlm. 85-98
ISSN: 1979-2522 (print), ISSN:2549-0168 (online)

Susilo, D. (2017). Etnometodologi Sebagai


Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu
Komunikasi. Jurnal Studi Komunikasi
(Indonesian Journal of Communications
Studies), 1(1).
Willis, Sofyan.S. 2004. Konseling Individual
Teori dan Praktek. Alfabeta. Bandung.

Vol.11/No.2 / Oktober 2018 - Profetik Jurnal Komunikasi


98

Anda mungkin juga menyukai