Anda di halaman 1dari 12

Makalah

“Prinsip Ekologi dalam Konservasi ”

(Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata kuliah pada mata KSDA yang diampuh
oleh Dr. Marini Susanti Hamidun,S.Si, M.S.i)

Oleh

NIKEN PRATIWI YUNUS


431418037
Kelas B Pendidikan Biologi

JURUSAN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI GORONTALO

2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah swt,yang Maha Pemurah dan Lagi Maha
Penyayang, puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah Swt, yang telah
melimpahkan Hidayah, Inayah dan Rahmat-Nya sehingga kami mampu
menyelesaikan penyusunan makalah kewirausahaan yang berjudul “Prinsip
Ekologi dalam Konservasi” pada waktunya.

Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin dengan


dukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam penyusunannya.
Untuk itu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari berbagai pihak
yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah ini.

Penyusun

Niken Pratiwi Yunus


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI.............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1. Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................3
2.1 Konsep Prisip Ekologi Yang Berhubungan Dengan Fluktuasi Populasi.............
2.2 Prinsip Ekologi Yang Berhubungan Dengan Keanekaragaman..........................
BAB III PENUTUP..................................................................................................
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ekologi menganut prinsip keseimbangan dan keharmonisan semua


komponen alam. Terjadinya bencana alam merupakan contoh keseimbangan
dan keharmonisan alam terganggu. Ekologi memandang makhluk hidup sesuai
dengan perannya masing-masing. Semua makhluk hidup di alam memiliki
peran yang berbeda dalam menciptakan keharmonisan dan keseimbangan
alam. Konservasi dapat dilakukan dengan motivasi dan tujuan yang berbeda,
yaitu untuk menjamin kelestarian biodiversitas, ekologi, ekonomi, sejarah,
social, dan estetika. Motivasi dan tujuan konservasi akan menentukan
pemilihan objek biologi yang akan dilestarikan, walaupun harus juga diketahui
bahwa mungkin saja setiap pilihan tidak memiliki batas yang tegas, jadi dapat
bersifat tumpang tindih. Sebagian besar masyarakat menggunakan istilah
biodiversitas untuk menunjukkan keanekaragaman atau kekayaan jenis
organisme di suatu habitat tertentu atau di suatu ekosistem. Oleh karena yang
beraneka adalah jenis organisme, keanekaragaman jenis ini lebih sering
disebut dengan istilah keanekaragaman hayati. Biodiversitas atau
keanekaragaman hayati merupakan hasil evolusi selama jutaan tahun. Hasil
evolusi, baik secara anagenesis maupun kladogenesis.
1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Konsep Prisip Ekologi Yang Berhubungan Dengan Fluktuasi


Populasi?

2. Bagaimana Prinsip Ekologi Yang Berhubungan Dengan Keanekaragaman


?

1.3 Tujuan

1. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Konsep Prisip Ekologi Yang


Berhubungan Dengan Fluktuasi Populasi

2. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Prinsip Ekologi Yang Berhubungan


Dengan Keanekaragaman
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Prinsip Ekologi Yang Berhubungan Dengan Fluktuasi Populasi

Apabila populasi suatu jenis organisme bertambah besar, berarti


biomassanya juga meningkat. Artinya asupan energi bagi hewan pemangsanya
atau parasitoidnya juga bertambah. Sudah menjadi prinsip dalam ekologi
populasi bahwa apabila sumber daya energi meningkat sama artinya dengan
peningkatan daya dukungnya dan apabila daya dukungnya bertambah besar,
populasi yang memanfaatkannya juga akan bertambah. Jadi, apabila suatu saat
terjadi ledakan populasi, tidak lama kemudian keseimbangan alam akan
mengaturnya kembali sehingga jumlahnya tetap dalam keadaan seimbang.
Pengaturan alam ini dapat terjadi melalui peningkatan populasi hewan
pemangsa atau kemunculan epidemi, yaitu apabila populasi parasitnya
meningkat. Hal ini sudah pernah kami buktikan. Ketika terjadi ledakan
populasi ulat di daerah Probolinggo kelompok kerja kami membawa belasan
kepompong ke laboratorium dengan maksud untuk mempelajari
pertumbuhannya. Ternyata tidak satu pun yang berhasil tumbuh menjadi
hewan dewasa (kupu-kupu) karena dari kepompong tersebut muncul serangga
lain yang merupakan hewan parasitoid bagi ulat tersebutt.

Tentu saja kita juga tidak selalu dapat membiarkan populasi tumbuh tanpa
kendali, atau tidak melakukan tindakan apa pun ketika terjadi ledakan
populasi. Tindakan yang seharusnya dilakukan adalah mengamati atau
melakukan monitoring, apabila ternyata sudah mulai mengganggu berarti
harus dilakukan tindakan pencegahan baik secara artifisial misalnya dengan
kontrol biologi, maupun dengan cara lain seperti penggunaan bahan kimia
baik alami maupun sintesis. Kegiatan monitoring inilah yang jarang mendapat
dukungan baik moral maupun material.
Dengan adanya kegiatan monitoring, ledakan populasi dapat diprediksi
dan dicegah. Pembasmian populasi yang sedang meledak, apabila tidak tepat
waktunya, secara teoretis dapat menyebabkan terjadinya ledakan populasi
yang lebih besar di waktu yang akan datang. Apabila populasi yang meledak
adalah populasi hama, tentu berakibat pada bidang ekonomi. Populasi yang
sedang meledak tentu tidak perlu dimusnahkan, melainkan dikendalikan
sehingga terjadi kesetimbangan populasi alami yang langgeng. Tidak perlu
punah karena kepunahan akan mengubah keseimbangan alam yang mungkin
tidak menguntungkan manusia. Jadi keseimbangan populasi dapat terjadi
apabila ada berbagai jenis organisme yang mengontrolnya. Hal ini berarti
harus ada keanekaragaman jenis atau biodiversitas di daerah tersebut.

Menurut Agostini (2008) jumlah individu dalam suatu kelompok sangat


berhubungan dengan ketersediaan pakan. Rekrekan di hutan sekunder
cenderung memiliki anggota lebih sedikit namun jumlah kelompoknya lebih
banyak. Hal ini mungkin disebabkan oleh kompetisi penggunaan habitat
seperti mencari makan, pergerakan harian dan berbagai aktivitas harian
lainnya dengan individu lain dari kelompok yang berbeda. Seperti diketahui
bahwa rekrekan adalah primata dengan ukuran yang relatif kecil dan jarang
bertarung dengan spesies lainnya atau spesies yang sama dari kelompok
lainnya sehingga mereka lebih cenderung membentuk kelompok yang relatif
lebih kecil. Hal ini seperti yang dipaparkan oleh Isbel (1991) bahwa faktor
ketersediaan pakan dan buah merupakan faktor yang sangat sensitif dalam
menentukan jumlah anggota dalam kelompok primata. Jumlah anggota
rekrekan di hutan alami yang relatif lebih banyak dan stabil mungkin
disebabkan karena ketersediaan pakan yang melimpah dan jumlah kelompok
yang mendiami habitat tersebut juga relatif sedikit dibandingkan dengan hutan
sekunder.

Walaupun fenomena fluktuasi populasi telah lama dikenal tetapi


pemahaman yang kurang oleh sebagian masyarakat menyebabkan semacam
kepanikan bila ada ledakan populasi menjadi seperti panik. Saya katakan
sebagian masyarakat sebab sebagian lain terutama yang tinggal lebih dekat
dengan alam menanggapi dengan lebih tenang. Walaupun hanya sebagian,
tetapi bila yang sebagian tersebut memiliki lebih banyak akses ke media
massa, maka fenomena yang seharusnya ditanggapi dengan tenang menjadi
seolah-olah bencana lingkungan.

2. 2 Prinsip Ekologi Yang Berhubungan Dengan Keanekaragaman

Prinsip ekologi yang digunakan dalam mengolah lansekap adalah meniru


ekosistem alam yang mencirikan pola keanekaragaman hayati dan
memperbaiki ekosistem perairan yang rusak. Perancangan lansekap yang
ekologis akan memperhatikan program kegiatan masyarakat lokal. Sementara
itu, dasar desain elemen bangunan adalah penggunaan bahan ekologis estetika
bentuk lokal/tradisional dan kenyamanan ruang yang meresponi iklim (Shu-
Yang, Freedman, & Cote, 2004). Penggunaan bahan baku ekologis berasal
dari sumber alam lokal, mengutamakan penggunaan bahan yang dapat
diperbaharui, dan struktur yang memiliki daya tahan terhadap lingkungan
setempat/perairan rawa. Perancangan sistem utilitas bangunan menggunakan
prinsip ekologi mengenai sistem perubahan energi untuk dimanfaatkan
(Mitsch, 2004). Sistem tersebut menggunakan energi lokal yang dapat
diperbaharui untuk dijadikan sebagai sumber energi alternatif. Pemakaian
energi alternatif dapat memaksimalkan restorasi ekologi dan mengoptimalkan
potensi alam. Selain itu, perubahan energi dalam sistem utilitas bangunan
yang ekologis bertujuan untuk mengurangi, menggunakan kembali, dan
mendaur ulang energi. Prinsip-prinsip ekologi tersebut akan membentuk
bangunan yang ramah lingkungan dan meningkatkan pengembangan upaya
konservasi perairan secara berkelanjutan.

Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah yang mencakup semua


bentuk kehidupan yang mencakup gen, spesies tumbuhan, hewan, dan
mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi. Adanya arus
globalisasi dan efisiensi menuntut suatu keseragaman, mengakibatkan krisis
keragaman di berbagai bidang. Saat ini keragaman dianggap sebagai in-
efisien dan primitif, dimana keseragaman ialah efisien dan modern. Hal
yang sama ini juga terjadi pada keragaman hayati atau sering diistilahkan
sebagai keanekaragaman hayati. Pada saat ini proses penyeragaman sudah
terjadi pada semua aspek, sehingga terjadi penekanan pada perkembangan
keragaman genetik. (Endarwati, 2005).

Keanekaragaman hayati terus menerus mengalami kemerosotan. Hutan


tropis sebagai salah satu gudang keanekaragaman hayati diduga telah
menyusut lebih dari setengahnya, bahkan lahan pertanian juga telah
mengalami degradasi, baik kualitas maupun kuantitasnya (Anonymous,
2006a). Upaya mengatasi ancaman pada keragaman hayati telah dilakukan di
Indonesia, antara lain secara praktis mendorong proses suksesi ekologis untuk
mewujudkan kondisi lingkungan yang heterogen sehingga memberikan
kesempatan semua spesies dapat berkembang secara alami. Upaya tersebut
dengan membentuk daerah cagar alam, konservasi sumberdaya alam meliputi
tanah, air, tumbuhan dan hewan, melelestarikan plasma nutfah, rotasi lahan
dan tanaman, serta sosialisasi peranan dan fungsi keragaman hayati untuk
kelangsungan hidup manusia.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Apabila populasi suatu jenis organisme bertambah besar, berarti


biomassanya juga meningkat. Artinya asupan energi bagi hewan pemangsanya
atau parasitoidnya juga bertambah. Sudah menjadi prinsip dalam ekologi populasi
bahwa apabila sumber daya energi meningkat sama artinya dengan peningkatan
daya dukungnya dan apabila daya dukungnya bertambah besar, populasi yang
memanfaatkannya juga akan bertambah. Jadi, apabila suatu saat terjadi ledakan
populasi, tidak lama kemudian keseimbangan alam akan mengaturnya kembali
sehingga jumlahnya tetap dalam keadaan seimbang. Pengaturan alam ini dapat
terjadi melalui peningkatan populasi.Keanekaragaman hayati ialah suatu istilah
yang mencakup semua bentuk kehidupan yang mencakup gen, spesies tumbuhan,
hewan, dan mikroorganisme serta ekosistem dan proses-proses ekologi. Adanya
DAFTAR PUSTAKA

Effendi, R., Salsabila, H., & Malik, A. (2018). Pemahaman tentang lingkungan
berkelanjutan. Modul, 18(2), 75-82.

Irawan, B. (2013). PELESTARIAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DALAM


MEMAJUKAN PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK
BANGSA.

Lois, L., Suparno, S., & Handayani, K. N. (2018). Penerapan Ekologi Dalam
Perancangan Pusat Konservasi Rawa Pening Di Kabupaten
Semarang. Senthong, 1(2).

Sutoyo, S. (2010). KEANEKARAGAMAN HAYATI INDONESIA Suatu


Tinjauan: Masalah dan Pemecahannya. Buana Sains, 10(2), 101-106.
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai