Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

Metode Ceramah, Model Direct Instruction, Pendekatan Konstruktivisme


dalam Pembelajaran

disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Fisika yang
diampu oleh :

1) Drs. Purwanto, M.A.


2) Drs. Harun Imansyah, M. Ed.

disusun oleh:

Kelompok 5

Diana Oktaviani (1804363)

Syafnah Aisyah Nauli Harahap (1800177)

Ricky Junjunan (1804742)

DEPARTEMEN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG

2020
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Swt., karena atas berkat rahmat dan hidayahnya, kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah
limpahkan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Saw.

Makalah yang berjudul “Metode Ceramah, Model Direct Instruction, Pendekatan


Konstruktivisme dalam Pembelajaran” ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Strategi
Pembelajaran Fisika. Selain itu, penulis juga berharap, makalah ini dapat memberi wawasan
bagi pembaca mengenai metode, model, dan pendekatan pembelajaran tersebut.

Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Purwanto, M.


A dan Bapak Drs.Harun Imansyah, M.Ed., selaku dosen pengampu mata kuliah Strategi
Pembelajaran Fisika. Tugas yang diberikan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis mengenai bidang yang ditekuni. Penulis juga mengucapkan pada semua pihak yang
telah membantu proses penyusunan makalah ini.

Penulis menyadari, makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik
dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan makalah ini.

Bandung, 1 November 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Pada hakikatnya manusia adalah makhluk yang perlu dididik karena manusia
lahir dalam keadaan tidak tahu. Melalui pendidikan manusia dapat memperoleh
pengetahuan dan keterampilan serta dapat mengembangkan kemampuan, sikap dan
tingkah laku, sehingga manusia dari yang tidak tahu menjadi tahu. Maka dari itu
pendidikan dapat membantu manusia dalam menjalani kehidupan bagaimana dan apa
yang harus manusia lakukan.
Pendidikan merupakan hal yang penting untuk meningkatkan kehidupan
manusia, khususnya sebagai warga negara yang cerdas, berakhlak mulia dan
bermartabat. Untuk itu dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 telah
disebutkan salah satu tujuan negara Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan.
Pemerintah mengupayakan pendidikan untuk setiap warga negara dengan
menyelenggarakan wajib belajar 9 tahun.
Pendidikan diselenggarakan dalam bentuk pembelajaran di ruangan kelas
dimana terdapat guru sebagai pendidik dan siswa sebagai peserta didik. Pembelajaran
memiliki metode, model, pendekatan yang dapat digunakan dalam pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru di kelas. Disini kami akan memaparkan salah satu dari
berbagai macam jenis metode, model, dan pendekatan dalam pembelajaran yaitu
metode ceramah, model direct instruction, dan pendekatan konstruktivis.
BAB II
PEMBAHASAN
I.1 METODE CERAMAH
I.1.1 Pengertian Metode Ceramah
Secara etimologi, istilah metode berasal dari bahasa Yunani “Metadhos”. Kata
ini berasal dari dua suku kata yaitu “metha” yang berarti melalui dan “hodos” yang
berarti jalan atau cara. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) metode adalah
cara yang teratur dan terpikir baik-baik untuk mencapai maksud, cara kerja bersistem
untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiiatan guru mencapai tujuan yang
ditentukan. Dengan demikiran metoe dapat diartikan jalan atau cara yang harus dilalui
untuk mencapai sebuah tujuan.
Ceramah merupakan salah satu metode mengajar yang paling banyak
digunakan dalam proses belajar mengajar. Metode ceramah ini dilakukan dengan cara
menyampaikan materi pelajaran kepada peserta didik secara langsung atau dengan
lisan. Penggunaan metode ini sifatnya sangat praktis dan efisien bagi pemberian
pengajaran yang bahannya banyak dan mempunyai banyak peserta didik. Metode ini
digunakan sebagai alat komunikasi antara guru dengan siswa. (Paramita, 2015)
I.1.2 Karakteristik Metode Ceramah
1) Metode Ceramah digunakan apabila proses pembelajaran lebih bersifat pemberian
informasi berupa fakta atau konsep-konsep sederhana.
2) Proses pembelajaran secara klasikal dengan jumlah siswa yang relatif banyak.
3) Bersifat monoton, guru lebih banyak berbicara.
4) Memerlukan adanya dukungan yang efektif dari guru seperti suasana emosional
yang dapat membangkitkan motivasi dan perhatian dari siswa selama
mendengarkan materi pelajaran dengan metode ceramah. (idtesis.com, 2019)
Secara esensial setiap metode pembelajaran pasti memiliki kelebihan dan
kekurangan. Begitu pula metode ceramah memiliki kelebihan dan kekurangan sebagai
berikut:
I.1.3 Kelebihan Metode Ceramah
1) Ceramah adalah metode yang mudah atau murah artinya dapat menampung
jumlah siswa yang banyak tanpa memerlukan peralatan-[eralatan yang lengkap
dan siswa mempunyai kesempatan untuk mendengarkan karena biaya yang
diperlukan relatif kecil.
2) Konsep yang diberikan secara hirarki akan memberikan fasilitas belajar kepada
siswa.
3) Fleksibel, yaitu jika waktu sedikit bahan dapat dipersingkat, diambil bagian yang
penting saja, jika waktu banyak dapat disampaikan sebanyak-banyaknya.
4) Guru dapat memberikan tekanan-tekanan terhadap hal-hal yang penting hingga
waktu dan energi dapat digunakan sebaik mungkin.
5) Guru dapat menguasai seluruh kelas dengan mudah, walaupun jumlah siswa
cukup banyak.
6) Organisasi kelas dapat diatur menjadi lebih sederhana karena tidak memerlukan
setting yang beragam.
1.1.3 Kekurangan Metode Ceramah
1) Pelajaran berjalan membosankan, siswa-siswa menjadi pasif, karena tidak
berkesempatan menemukan sendiri konsep yang diajarkan. Biasanya siswa hanya
aktif membuat catatan saja.
2) Kepadatan konsep-konsep yang diberikan dapat berakibat siswa tidak mampu
menguasai bahan yang diajarkan.
3) Materi yang dikuasai siswa sebagai hasil ceramah hanya terbatas pada apa yang
dikuasai guru.
4) Pengetahuan yang diperoleh dari hasil ceramah biasanya akan cepat terlupakan
5) Melalui ceramah sangat sulit ditentukan apakah seluruh siswa sudah mengerti
mengenai materi yang dijelaskan.
6) Ceramah menyebabkan belajar siswa lebih banyak menghafal.
1.1.4 Langkah-Langkah Pembelajaran
1) Tahap persiapan
a) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
b) Menentukan pokok-pokok materi yang akan disampaikan.
c) Mempersiapkan alat bantu mengajar.
2) Tahap pelaksanaan
a) Pembukaan, dapat berupa pengenalan awal mengenai poin utama materi
pembelajaran.
b) Penyajian, merupakan tahap penyampaian materi pembelajaran dengan tutur
dan susunan kata-kata yang baik dan benar agar metode ceramah yang
digunakan berkualitas. Guru harus menjaga perhatian siswa agar tetap terarah
pada materi pembelajaran yang sedang disampaikan.
c) Penutupan, metode ceramah dalam pembelajaran dapat ditutup dengan
pengulangan kembali poin-poin penting materi pembelajaran, pemberian
kesimpulan mengenai materi pembelajaran yang disampaikan, dan sebagainya.
Agar kegiatan pembelajaran yang dilakukan memungkinkan siswa untuk tetap
mengingat materi pembelajaran yang sudah disampaikan. (Paramita, 2015)
1.1.5 Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus adalah metode mengajar yang menggunakan lebih dari
satu macam metode. Sebelum metode ini digunakan oleh guru, tentu perlu melakukan
modifikasi atau penyesuaian seperlunya. Metode ceramah plus ini memiliki banyak
metode campuran, diantaranya Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas
(CPTT), Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT), dan Metode Ceramah
Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL).
a) Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas (CPTT)
Metode Ceramah Plus Tanya Jawab dan Tugas ini yaitu metode mengajar
gabungan antara ceramah dengan tanya jawab dan pemberian tugas. Metode ini
idealnya dilakukan secara tertib, yaitu:
(1) Penyampaian materi pembelajaran oleh guru.
(2) Pemberian peluang bertanya jawab antara guru dan siswa terkait materi
pembelajaran yang dibahas.
(3) Pemberian tugas kepada siswa.

Pada hakikatnya metode tanya jawab berusaha menanyakan apakah siswa


telah mengetahui fakta-fakta tertentu yang sudah diajarkan. Dalam hal ini, guru
juga bermaksud ingin mengetahui tingkat-tingkat proses pemikiran siswa. Melalui
metode tanya jawab guru bermaksud ingin mencari jawaban yang tepat dan
faktual.

b) Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas (CPDT)


Metode Ceramah Plus Diskusi dan Tugas ini secara tertib dapat dilakukan:
(1) Guru menguraikan materi pembelajaran.
(2) Guru mengadakan diskusi berkaitan mengenai materi pembelajaran yang
diuraikan.
(3) Pada akhir pembelajaran guru memberikan tugas.
c) Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan (CPDL)
Metode Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan ini merupakan metode
pembelajaran gabungan antara ceramah dengan demonstrasi (peragaan) dan
latihan (drill). Pada metode ini, guru mempersiapkan alat bantu mengajar berupa
alat-alat peraga yang berkaitan dengan materi pembelajaran.
Kelebihan Metode Ceramah Plus
1) Kelas menjadi lebih aktif karena siswa tidak hanya mendengarkan penjelasan oleh
guru.
2) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami materi pelajaran,
bertanya, serta mengetahui apa saja yang belum dipahami sehingga guru juga
mengetahui hal-hal yang belum dipahami oleh siswa.
3) Guru dapat mengetahui sudah sejauh mana siswa dapat menangkap isi materi
pembelajaran yang telah disampaikan.
Kekurangan Metode Ceramah Plus
Metode ceramah plus ini mempunyai kekurangan/ kelemahan yaitu membutuhkan
waktu yang lebih banyak untuk serangkaian kegiatan pembelajaran. (Prasetyo, 2013)
1.2 MODEL DIRECT INSTRUCTION
1.2.1 Pengertian Model Direct Instruction

Menurut Joyce (1992) dalam Trianto (2007) dalam Rahmawati (2015) model
pembelajaran adalah suatu pola perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam
merencanakan pembelajaran di dalam kelas atau pembelajaran dalam tutorial dan
untuk menentukan perangkat-perangkat pembelajaran termasuk di dalamnya buku-
buku, film, komputer, kurikulum dan lain-ain. Model pembelajaran biasanya disusun
berdasarkan berbagai prinsip atau teori sebagai pijakan dalam pengembangannya.

Menurut Joyce dan Weil dalam Prastowo (2013) dalam Rahmawati (2015)
berpendapat bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat
digunakan untuk membentuk kurikulum dan pembelajaran jangka panjang,
merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di dalam atau
di luar kelas.

Maka dari itu model pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu pola atau
perencanaan yang digunakan sebagai pedoman dalam melaksanakan pembelajaran.
Para guru boleh memilih model pembelajaran yang dianggap sesuai dan efisien untuk
mencapai tujuan pembelajaran.
Model Direct Instruction adalah model yang diraancang untuk mengembangkan
pengetahuan prosedural, kemampuan berpikir dan kemampuan psikomotorik siswa
melalui interaksi langsung dengan sumber beajar dan dilakukan secara bertahap.
(Khoeriyah, 2016)

1.2.2 Karakteristik Model Direct Instruction


Karakteristik model Direct Instruction antara lain:
1) Adanya tujuan pembelajaran dan prosedur penilaian hasil belajar
2) Memiliki sintak atau pola keseluruhan dan alur pembelajaran.
3) Sistem pengelolaan dan lingkungan belajar yang mendukung berlangsung dan
berhasilnya pengajaran. (Rachmawati dalam Khoeriyah, 2016)

Beberapa situasi yang memungkinkan model Direct Instruction cocok diterapkan


dalam pembelajaran apabila:

1) Guru ingin mengenalkan suatu bidang pembelajaran yang baru dan memberikan
garis besar pelajaran dengan mendefinisikan dan menunjukkan keterkaitan
antarkonsep-konsep.
2) Guru ingin memastikan bahwa siswa telah menguasai keterampilan-keterampilan
dasar yang diperlukan dalam kegiatan yang berpusat pada siswa.
3) Guru ingin menumbuhkan ketertarikan siswa akan suatu topik.
4) Siswa menghadapi kesulitan yang sama dan dapat diatasi dengan penjelasan yang
terstruktur. (Khoeriyah, 2016)
1.2.3 Sintak Model Direct Instruction

Pada model Direct Instruction terdapat lima fase yang sangat penting yaitu:

1) Orientasi
Seama fase ini, guru menyampaikan tujuan, menjelaskan tugas-tugas dalam
pembelajaran, dan menentukan tanggung jawab siswa. Untuk mencapai tujuan
pada fase ini, langkah penting yang dilakukan guru adalah:
(1) Guru memaparkan maksud dari penjelasan dan tingkat-tingkat performa daam
praktik.
(2) Guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan
pengalaman sebelumnya.
(3) Guru mendiskusikan proseur-prosedur pelajaran yakni bagian yang berbeda
antara pelajaran dan tanggung jawab siswa selama aktivitas-aktivitas
berlangsung.
2) Presentasi
Pada fase presentasi ini guru menjelaskan konsep atau keahlian baru dan
memberikan pemeragaan serta contoh. Tugas lain guru dalam tahap ini ialah
menguji apakah peserta didik telah memahami informasi baru sebelum mereka
mengaplikasikannya dalam praktik.
3) Praktik Terstruktur
Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktik dan langkah-langkah di
dalamnya. Peran guru dalam tahap ini adalah memberi respon balik terhadap
siswa, baik untuk menguatkan respon yang sudah tepat maupun memperbaiki.
4) Praktik di Bawah Bimbingan
Guru memberikan siswa kesempatan untuk melakukan praktik dengan kemauan
mereka sendiri. Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol kerja siswa dan
memberikan respon korektif ketika dibutuhkan.
5) Praktik Mandiri
Praktik ini dimulai saat siswa telah mencapai level 85 hingga 90 persen dala
praktik di bawah bimbingan. Dalam praktik mandiri, siswa melakukan praktik
dengan caranya sendiri tanpa bantuan dan respon balik dari guru. (Khoeriyah,
2016)
Rachmawati (2015) dalam Khoeriyah (2016) menjelaskan langkah-langkah
dalam Model Direct Instruction dalam tabel berikut:

Langkah Tingkah Laku Guru


Orientasi 1. Membahas pembelajaran sebelumnya
2. Memperkenalkan konsep-konsep baru
3. Menjelaskan sasaran-sasarannya
4. Menjelaskan isi materi serta prosedurnya
Pemaparan 1. Memaparkan sedikit demi sedikit
Materi/Toik 2. Memberikan contoh secara visual
Baru 3. Memberikan contoh yang banyak dan bervariasi
4. Menghindari penyimpangan dari pokok materi
5. Mengulangi penjelasan pada poin-poin yang sulit
6. Mengecek pemahaman siswa
7. Memberikan tanggapan untuk feedback
Latihan Guru mengarahkan siswa tentang latihan terstruktur tahap demi
Terstruktur taha[ melalui contoh dan latihan soal.
Latihan Siswa melakukan latihannya sendiri, sementara guru mengawasi,
Terpimpin memberikan masukan, dan perbaikan.
Latihan Bebas Siswa melakukan latihannya sendiri tanpa pengawasan langsung
dari guru
Cek Mengecek sampai sejauh mana pemahaman siswa
Pemahaman
Siswa
Penutupan Membahas konsep dan sasaran utama

1.2.4 Kelebihan Model Direct Instruction


1) Dengan model Direct Instruction, guru mengendalikan isi materi dan urutan
informai sehingga dapat mempertahankan fokus mengenai apa yang harus dicapai
oleh siswa.
2) Merupakan cara yang efektif untuk mengajarkan konsep dan keterampilan-
keterampilan eksplisit kepada siswa.
3) Guru dapat menunjukkan bagaimana suatu permasalahan dapat didekati,
dianalisis, dan suatu pengetahuan dihasilkan.
4) Model ini menekankan kegiatan mendengarkan dan mengamati melalui
demonstrasi.
5) Model ini dapat diterapkan secara efektif dalam kelas besar maupun kecil.
6) Siswa dapat mengetahui tjuan-tujuan pembelajaran dengan jelas.
7) Waktu untuk berbagi kegiatan pembelajaran dapat dikontrol dengan ketat.
8) Kinerja siswa dapat dipantau secara cermat.
9) Umpan balik bagi siswa berorientasi akademik.
10) Model ini dapat digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan-
kesulitan yang mungkin dihadapi siswa.

1.3 PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME


1.3.1 Pengertian Pendekatan Konstruktivisme
Asal kata konstruktivisme adalah "to construct" dari Bahasa lnggris yang berarti
membentuk. Konstruktivisme adalah salah satu aliran filsafat yang mempunyai
pandangan bahwa pengetahuan yang kita miliki adalah hasil dari proses konstruksi
atau bentukan kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila
kita terlibat aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam
diri kita. Para ahli konstruktivisme berpandangan bahwa pengetahuan merupakan
perolehan individu melalui keterlibatan aktif dalam menempuh proses belajar.
Konstruktivisme merupakan salah satu aliran yang berasal dari teori belajar
kognitif. Tujuan penggunaan pendekatan konstruktivistik dalam pembelajaran adalah
untuk membantu meningkatkan pemahaman siswa terhadap isi atau materi pelajaran.
Konstruktivisme memiliki keterkaitan yang erat dengan metode pembelajaran
penemuan (discovery learning) dan konsep belajar bermakna (meaningful learning).
Kedua metode pembelajaran ini berada dalam konteks teori belajar kognitif.
Sudjana (1988) berpendapat bahwa hampir tidak pernah terjadi proses belajar
tanpa adanya keaktifan individu (siswa yang belajar). Dalam hal ini guru sebaiknya
hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator, karena pada hakikatnya mengajar
bukan kegiatan memindahkan pengetahuan dari guru ke siswa. Hal tersebut sejalan
dengan pendapat Piaget, bahwa pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan dikembangkan
oleh siswa, guru hanya menciptakan kondisi dan situasi yang memungkinkan siswa
membentuk makna dari bahan‐bahan pelajaran melalui suatu proses belajar dan
menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu‐waktu dapat diproses dan dikembangkan
lebih lanjut.
Driver menerangkan prinsip‐prinsip konstruktivisme (Suparno, 1997; Mudair,
2000), yang tidak jauh berbeda dengan pendapat Piaget, antara lain:
1) Pengetahuan dibangun oleh siswa sendiri baik secara personal maupun
sosial,
2) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari guru ke siswa kecuali hanya
dengan keaktifan siswa itu sendiri untuk menalar,
3) Siswa aktif mengkonstruksi terus‐menerus sehingga selalu terjadi perubahan
konsep menuju konsep yang lebih rinci, lengkap serta sesuai dengan konsep
ilmiah,
4) Guru sekadar membantu menyediakan sarana dan situasi agar proses
konstruksi siswa berjalan mulus.
David Ausabel berargumen bahwa peserta didik tidak selalu mengetahui apa yang
penting atau relevan dan beberapa siswa membutuhkan motivasi eksternal untuk
mempelajari apa yang diajarkan di sekolah. Adapun pandangan yang ada pada
konstruktivistik adalah
a. Membutuhkan keaktifan peserta didik dalam belajar,
b. Menekankan cara-cara bagaimana pengatahuan peserta didik yang sudah ada
dapat menjadi bagian dari pengatahuan baru,
c. Mengasumsikan pengetahuan sebagai sesuatu yang dapat berubah terus.

2. Karakteristik Pendekatan Kontruktivisme


Menurut Cruickshank, (2006) impelementasi pendekatan konstruktivistik dalam
kegiatan pembelajaran memiliki beberapa karakteristik penting yaitu;
1) Belajar aktif (active learning),
2) Siswa terlibat dalam aktivitas pembelajaran yang bersifat otentik dan situasional,
3) Aktivitas belajar harus menarik dan menantang,
4) Siswa harus dapat mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah
dimiliki sebelumnya dalam sebuah proses yang disebut "bridging",
5) Siswa harus mampu merefleksikan pengetahuan yang sedang dipelajari,
6) Guru harus lebih banyak berperan sebagai fasilitator yang dapat membantu siswa
dalam melakukan konstruksi pengetahuan, bukan sekedar berperan sebagai
penyaji informasi, serta
7) Guru harus dapat memberi bantuan berupa scafolding yang diperlukan oleh siswa
dalam menempuh proses belajar. Scafolding dapat diartikan sebagai dukungan
yang diberikan kepada siswa selama menempuh proses pembelajaran.

3. Langkah-langkah Implementasi Pendekatan Konstruktivisme


Cruickshank, dkk (2006) mengemukakan bahwa terdapat tiga tahapan dalam
mengimplementasikan pendekatan konstruktivisme, yaitu persiapan (preparation),
penyampaian materi (delivery), dan penutupan (closing).
Tahap persiapan yang dilakukan dalam mengimplementasikan pendekatan
konstruktivistik dalam pembelajaran terdiri dari beberapa kegiatan yaitu:
1) Menentukan tujuan pembelajaran,
2) Menjelaskan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran,
3) Menjelaskan bagaimana mengelompokkan materi pelajaran,
4) Memberitahukan bagaimana cara mengaitkan informasi baru dengan
informasi yang telah dimiliki sebelumnya,
5) Mengumpulkan bahan-bahan informasi yang berguna,
6) Menjelaskan bagaimana cara melakukan refleksi.
Tahap penyampaian informasi dalam melakukan implementasi terhadap
pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran meliputi langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Memastikan bahwa siswa berupaya untuk mencapai tujuan pembelajaran dan
melakukan interaksi dengan ternan sejawatnya,
2) Memastikan bahwa siswa melakukan kerja sama dan saling memberikan
kontribusi dalam menempuh proses belajar.
Tahap penutupan yang dilakukan dalam mengimplementasikan pendekatan
konstruktivistik dalam pembelajaran adalah berupa kegiatan yang dapat memastikan
bahwa siswa telah mempelajari pengetahuan baru yang berbeda dari pengetahuan
yang telah dimiliki sebelumnya.

4. Hal-hal yang Perlu Diperhatikan dalam Merealisasikan Pendekatan


Konstruktivistik
Newby (2001) mengemukakan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
merealisasikan pendekatan konstruktivistik dalam kegiatan pembelajaran yaitu:
1) Berikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan belajar. Belajar terjadi
manakala siswa menerapkan pengetahuan yang dipelajari dalam mengatasi
suatu permasalahan.
2) Ciptakan aktivitas belajar kelompok. Belajar merupakan sebuah proses yang
berlangsung melalui interaksi sosial antara guru dan siswa dalam menggali
dan mengaplikasikan kombinasi pengetahuan yang telah mereka miliki.
3) Ciptakan model dan arahkan siswa untuk dapat mengkonstruksi
pengetahuan.
4) Guru dan siswa bekerja bersama untuk mencari solusi terhadap suatu
permasalahan.
5) Guru, yang pada umumnya memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
lebih luas/ekstensif, perlu memberi arah yang konsisten agar siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar yang bermakna.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
1) Metode ceramah dalam pembelajaran sangat cocok digunakan untuk pembelajaran
dengan materi pelajaran yang cakupannya luas dan pembahasannya banyak.
Dengan menggunakan metode ceramah, pembelajaran seluruhnya berpusat pada
guru, sehingga peran siswa cenderung pasif.
2) Model Direct Instruction dalam pembelajaran merupakan model yang cocok
untuk menjalankan konsep dan keterampilan dengan mendengarkan dan
mengamati melalui demonstrasi.
3) Pendekatan konstruktivisme adalah pendekatan yang berpandangan bahwa
pengetahuan yang kita miliki adalah hasil dari proses konstruksi atau bentukan
kita sendiri. Dengan kata lain, kita akan memiliki pengetahuan apabila kita terlibat
aktif dalam proses penemuan pengetahuan dan pembentukannya dalam diri kita.
Pada pendekatan konstruktivisme pengetahuan ditemukan, dibentuk, dan
dikembangkan oleh siswa, guru hanya menciptakan kondisi dan situasi yang
memungkinkan siswa membentuk makna dari bahan‐bahan pelajaran melalui
suatu proses belajar dan menyimpannya dalam ingatan yang sewaktu‐waktu dapat
diproses dan dikembangkan lebih lanjut.
3.2 Saran
Disarankan agar menelusuri lebih lanjut penerapan metode, model, dan pendekatan
diatas dalam pembelajaran agar pembaca dapat lebih memahami bagaimana hakikat dari
metode, model, dan pendekatan tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin dan Wahyuni, Esa. (2007). Teori Belajar dan Pembelajaran. Yogyakarta:
ArRuzzMedia Group
Cruickshank. D.R, Jenkin D. B., dan Metcalf. K. (2006). The Act of Teaching. New
York: Me Graw Hill.
Idtesis.com. (2019). Metode Pembelajaran Ceramah. [Online]. Diakses dari
https://idtesis.com/metode-pembelajaran-ceramah.
Khoeriyah, N. (2016). Pengaruh Model Direct Instruction terhadap Hasil Belajar
SBK Materi Membuat Karya Kolase Siswa Kelas IV SDN Gugus Kenanga
Kabupaten Kebumen. (Skripsi). Universitas Negeri Semarang.

Mulyati, T. (2012). Pendekatan Konstruktivisme dan Dampaknya Bagi Peningkatan


Hasil Belajar Matematika Siswa SD. EduHumaniora, 1(2), 1-8.
Newby, J., dkk. (2001). Instructional Technology for Teaching and Learning:
Designing Instruction, Integrating Computers and Using Media. New Jersey:
Prentice Hall Inc.
Paramita, F. H. (2015). Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Metode
Ceramah Plus Demonstrasi dan Latihan Materi Jarak dan Kecepatan di Kelas
V MI AR-ROSYAD Simogirang Kecamatan Prambon Kabupaten Sidoarjo.
(Skripsi). Universitas Islam Negeri Sunan Ampel , Surabaya.
Prasetyo, T. (2013). Efektivitas Metode Ceramah Plus dengan Media Interaktif dalam
Pembelajaran Bahasa Jepang di SMA Kesatrian 2 Semarang. (Skripsi).
Universitas Negeri Semarang.

Pribadi, B. A. (2010). Pendekatan Konstruktivis dalam Kegiatan Pembelajaran.


Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Rahmawati, A. (2015). Keefektifan Model Direct Instruction terhadap Aktivitas dan
Hasil Belajar Siswa pada Materi Bermain Alat Musik Melodis di Kelas IV SD
Negeri Kepandean 03 Kabupaten Tegal. (Skripsi). Universitas Negeri
Semarang.

Sudjana, N., & Suryana, H. (1989). Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar
Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Anda mungkin juga menyukai