Anda di halaman 1dari 8

KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

Jurnal Kesehatan Masyarakat


http://journal.unnes.ac.id/index.php/kemas

LATIHAN GERAK TERHADAP KESEIMBANGAN PASIEN STROKE


NON-HEMORAGIK

Irdawati

Prodi Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Latihan gerak mempercepat penyembuhan pasien stroke, karena akan mempengaruhi
Diterima 19 September 2011 sensasi gerak di otak. Masalah penelitian adalah adakah pengaruh latihan gerak terhadap
Disetujui 21 Oktober 2011 keseimbangan pada pasien stroke non-hemoragik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
Dipublikasikan Januari 2012
membuktikan perbedaan pengaruh latihan gerak terhadap keseimbangan pada pasien
Keywords: stroke non-hemoragik hemiparese kanan dibandingkan dengan hemiparese kiri. Metode
Motion exercise; penelitian experimental dengan rancangan two group pre test dan post test. Kelompok
Stroke; yang yang diteliti adalah pasien stroke non-hemoragik hemiparese kanan 20 pasien
Nonhemorrhagic; dan hemiparese kiri 20 pasien, diberi latihan gerak sesuai program fisioterapi rumah
Balance. sakit dr. Moewardi Surakarta. Analisis data dilakukan dengan, uji hipotesis komparatif
variabel numerik 2 kelompok dan uji hipotesis komparatif variabel kategorikal tidak
berpasangan. Hasil penelitian menunjukkan pada hemiparese kanan terjadi kenaikan
rata-rata nilai keseimbangan sebesar 2,25, dan pada hemiparese kiri sebesar 1,70. Hasil
uji statistik Mann-Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap
kenaikan nilai keseimbangan antara hemiparese kanan dan hemiparese kiri (p=0,377).
Rata-rata kenaikan nilai keseimbangan 1,40 % pada pasien stroke hemiparese kanan dan
18,06 % pada pasien stroke hemiparese kiri. Simpulan penelitian adalah latihan gerak
berpengaruh terhadap keseimbangan pada pasien stroke non-hemoragik.

MOTION EXERCISES TO BALANCE STROKE PATIENTS

Abstract
Motion exercises stroke patients accelerate healing, because it will affect the sensation of
motion in the brain. Research problem was there any influence of motion exercises on
balance in patients with non-hemorrhagic stroke. The purpose of this study was to prove
the difference in the effect of motion exercises on balance in patients with non-hemorrhagic
stroke compared right hemiparese and left hemiparese. Experimental research method by
two-group pre-test and post-test. The group studied were non-hemorrhagic stroke patients
which 20 right hemiparese patients and 20 left hemiparese patients, given appropriate
motion exercise physiotherapy program dr. Moewardi hospital Surakarta. Data analysis
was performed by comparative hypothesis testing 2 groups of numerical variables and
hypothesis testing comparative unpaired categorical variables. The results showed an
increase in right hemiparese average equilibrium value of 2.25, and on the left by 1.70
hemiparese. Results of Mann -Whitney statistical test showed no significant difference in the
increase in value of the balance between right and left hemiparese (p=0.377). The average
increase of balance in right hemiparese stroke patients was 1.40% and 18.06 % for left
hemiparese stroke patients. Conclusion, movement exercise was affect the balance of non-
hemorrhagic stroke patients.
© 2012 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 1858-1196
Jalan Achmad Yani Tromol Pos I Pabelan Kartasura, Surakarta 57102
Email: irdawati.ums@yahoo.com
Irdawati / KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

Pendahuluan keseimbangan pada pasien stroke non-


hemoragik hemiparese kanan dibandingkan
Di Indonesia jumlah penderita stroke dengan hemiparese kiri.
dari tahun ke tahun terus meningkat. Ini sejalan
dengan perubahan pola hidup masyarakat. Metode
Hingga kini, stroke merupakan penyebab
kematian nomor satu di berbagai rumah sakit Penelitian dilaksanakan di unit
di tanah air. Survei kesehatan rumah tangga perawatan pasien Stroke Rumah Sakit Dr.
menunjukkan bahwa stroke merupakan Moewardi Surakarta antara bulan September
penyebab kematian/kecacatan utama di 2006 sampai Januari 2007.
Indonesia (Djaja et al., 2001). Jenis penelitian ini adalah penelitian
Masalah yang sering dialami oleh experimental dengan rancangan two group pre
penderita stroke dan yang paling ditakuti test dan post test. Penelitian ini menggunakan
adalah gangguan gerak. Penderita mengalami dua kelompok pasien. Kelompok yang diteliti
kesulitan saat berjalan karena mengalami adalah pasien stroke non hemoragik hemiparese
gangguan pada kekuatan otot, keseimbangan kanan dan hemiparese kiri yang diberi latihan
dan koordinasi gerak. gerak berdasarkan program fisioterapi rumah
Pasien stroke merupakan kelainan sakit Dr. Moewardi Surakarta dan disesuaikan
dari otak sebagai susunan saraf pusat yang dengan kemampuan pasien. Selanjutnya subjek
mengontrol dan mencetuskan gerak dari sistem yang memenuhi kriteria inklusi dimintai
neuromuskuloskeletal. Secara klinis gejala persetujuan kesediaan untuk ikut serta dalam
yang sering muncul adalah adanya hemiparese penelitian (informed consent).
atau hemiplegi, yang menyebabkan hilangnya Besar sampel dalam penelitian ini
mekanisme refleks postural normal untuk sebanyak 40 pasien, yang terbagi atas 20
keseimbangan, rotasi tubuh untuk gerak-gerak pasien stroke non-hemoragik hemiparese
fungsional pada ekstremitas. Gerak fungsional kanan, dan 20 pasien stroke non-hemoragik
merupakan gerak yang harus distimulasi hemiparese kiri, berdasarkan criteria inklusi:
secara berulang-ulang supaya terjadi gerakan (a) Usia 45 – 86 tahun, (b) Pasien stroke non-
yang terkoordinasi secara disadari serta hemoragik, (c) Mengalami gangguan dalam
menjadi refleks secara otomatis berdasarkan melakukan aktifitas sehari-hari, (d) Nilai
ketrampilan aktifitas kehidupan sehari-sehari kekuatan otot < 60 atau nilai keseimbangan
(AKS). < 30, (e) Pasien kooperatif dan komunikatif,
Latihan pergerakan bagi penderita (f) Setuju diikutsertakan dalam penelitian,
stroke merupakan prasarat bagi tercapainya (g) Latihan diberikan tiap hari, apabila ada
kemandirian pasien. Karena latihan akan waktu selang karena sesuatu hal maksimal
membantu secara berangsur-angsur fungsi tiga hari. Sedangkan kriteria ekslusi: (a) Nilai
tungkai dan lengan kembali atau mendekati kekuatan otot > 60 atau nilai keseimbangan >
normal, dan memberi kekuatan pada pasien 30, b) Mengalami komplikasi selain stroke, (c)
tersebut untuk mengontrol kehidupannya Karena sesuatu hal pasien dihentikan latihan
(Smits et al., 2000). Latihan disesuaikan selama empat hari atau lebih, (d) Pasien pulang
dengan kondisi pasien dan sasaran utama sebelum mendapatkan latihan gerak selama 12
adalah kesadaran untuk melakukan gerakan hari.
yang dapat dikontrol dengan baik, bukan pada Variabel bebas adalah latihan gerak yang
besarnya gerakan. merupakan gabungan dari gerak fungsional,
Penelitian mengenai perbedaan dan variabel terikat adalah kekuatan otot pasien
pengaruh latihan gerak terhadap keseimbangan yang diukur menggunakan modifikasi dengan
pada pasien stroke non-hemoragik hemiparese group otot yang dikenal dengan manual muscle
kanan dibandingkan dengan hemiparese kiri, testing (MMT). Variabel pengganggu adalah
hingga saat ini masih terbatas. Oleh karena itu, umur, jenis kelamin.
ingin dilakukan penelitian untuk mengetahui Latihan gerak yang diberikan pada
perbedaan pengaruh latihan gerak terhadap penelitian ini dilakukan oleh fisioterapist

135
Irdawati / KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

rumah sakit dr. Moewardi Surakarta sesuai atau mempunyai riwayat stroke sebelumnya,
program, terhadap pasien stroke non- sedangkan pada hemiparese kiri hanya 1 orang
hemoragik hemiparese kanan dan hemiparese (5%) yang pernah stroke sebelumnya. Adanya
kiri yang dilakukan selama 12 hari. Latihan gangguan mobilitas pasien, pada penderita
gerak yang diberikan adalah sama pada semua stroke hemiparese kiri semua pasien tidak
pasien yang disesuaikan dengan kondisi pasien. ada mengalami gangguan mobilitas sebelum
Gerakan – gerakan pada latihan tersebut stroke (100%), sedangkan pada hemiparese
berupa: posisi tidur, berputar ke posisi miring, kanan terdapat 2 orang (10%) yang mengalami
bangun ke duduk, posisi duduk, bangun ke gangguan mobilitas sebelum stroke.
berdiri, memperbaiki kesadaran posisi badan/ Hasil uji normalitas data
ekstremitas yang lumpuh, latihan berjalan KolmogarovSmirnov menunjukkan bahwa data
dimulai setelah pasien bisa menyangga pada umur pasien berdistribusi normal (p=0,859).
dua tungkai tanpa pegangan. Rata-rata umur pasien stroke hemiparese
Awal penelitian dilakukan pre test kanan (65,30± 9,23), sedangkan pada pasien
terhadap pasien yang menjadi subjek, setelah 12 hemiparese kiri umur rata-rata sedikit lebih
hari mendapatkan latihan gerak, dilakukan post rendah (63,6±10,0). Data nilai kekuatan otot
test untuk menilai kekuatan otot pasien stroke sebelum diberi latihan gerak berdistribusi
non-hemoragik tersebut baik hemiparese normal (p=0,068). Secara ringkas gambaran
kanan maupun hemiparese kiri. umur pasien stroke hemiparese kanan dan
hemiparese kiri dapat dilihat pada Gambar
Hasil dan Pembahasan 1. Pada Gambar 1 dapat terlihat bahwa nilai
median umur pasien stroke hemiparese kanan
Hasil penelitian terhadap pasien stroke dan kiri tidak jauh berbeda. Gambaran hasil
di RS dr. Moewardi Surakarta diperoleh subjek pengukuran keseimbangan pada sampel pasien
sebanyak 20 orang hemiparese kanan dan 20 stroke di RS dr. Moewardi dapat dilihat pada
hemiparese kiri. Karakterisktik pasien dapat Tabel 2.
dilihat pada Tabel 1. Pada Tabel 1, diketahui Pada Tabel 2 terlihat bahwa nilai rata-rata
bahwa jenis kelamin pasien stroke hemiparese keseimbangan pada pasien stroke hemiparese
kanan dan kiri sama, yaitu masing-masing kanan sebelum diberikan perlakuan adalah
13 orang (65%) laki-laki dan 7 orang (35%) 0,10 (±0,45) dan sesudah diberi perlakuan
perempuan. Pada pasien stroke hemiparese latihan gerak menjadi 2,35 (±2,08). Pada pasien
kanan terdapat 2 orang (10%) yang pernah hemiparese kiri nilai rata-rata keseimbangan
Tabel 1. Karakteristik Pasien Stroke Berdasarkan Kerusakan di RS dr. Moewardi Surakarta
Hemiparese Kanan Hemiparese Kiri Nilai
Karakteristik Pasien
n % n % p
Jenis kelamin
Laki-laki 13 65,0 13 65,0 1,000
Perempuan 7 35,0 7 35,0
Jumlah 20 100,0 20 100,0
Riwayat Stroke
Pernah 2 10,0 1 5,0 0,548
Tidak pernah 18 90,0 19 95,0
Jumlah 20 100,0 20 100,0
Mobilitas Sebelum Stroke
Ya 2 10 0 0,0 0,147
Tidak 18 90 20 100
Jumlah 20 100,0 20 100,0

136
Irdawati / KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

Gambar 1. Boxplot Umur Pasien-pasien Stroke Gambar 2. Boxplot Nilai Keseimbangan Pasien
Hemiparese Kanan dan Kiri di RS dr. Moe- Stroke Sebelum dan Sesudah Latihan pada
wardi Surakarta Hemiparese Kanan dan Hemiparese Kiri

Tabel 2. Hasil Pengukuran Keseimbangan Pasien Stroke Sebelum dan Sesudah Latihan Gerak di
RS dr. Moewardi Surakarta

Sebelum Sesudah
Kerusakan nilai p*
Rata-rata Standar Deviasi Rata-rata Standar Deviasi
Hemiparese Kanan 0,10 0,45 2,35 2,08 < 0,0001
Hemiparese Kiri 2,00 4,16 3,70 4,61 < 0,0001
* Uji Wilcoxon Signed Ranks

sebelum latihan gerak 2,00 (±4,16) dan setelah Sesudah perlakuan latihan gerak, rata-
diberikan perlakuan terdapat kenaikan rata- rata nilai keseimbangan pada hemiparese
rata nilai keseimbangan menjadi 3,7 (±4,61). kanan menjadi (2,35 ± 2,08) sedangkan pada
Secara statistik terdapat perbedaan yang hemiparese kiri menjadi (3,70 ± 4,61). Hasil
bermakna pada nilai keseimbangan pasien uji Statistik Mann-Whitney menunjukkan
stroke antara sebelum dan setelah diberi tidak ada perbedaan keseimbangan sesudah
perlakuan (p<0,0001) baik pada hemiparese perlakuan latihan gerak antara hemiparese
kanan dan hemiparese kiri. kanan dan hemiparese kiri (p=0,240).
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa nilai Pada hemiparese kanan terjadi kenaikan
median keseimbangan pasien sesudah terapi rata-rata nilai keseimbangan sebesar 2,25,
latihan gerak (hari ke-12) jauh lebih tinggi sedangkan pada hemiparese kiri terjadi
daripada sebelum terapi, dalam arti terjadi kenaikan sebesar 1,70. Gambaran singkat
kenaikan yang cukup signifikans dari kekuatan kenaikan rata-rata nilai keseimbangan pada
otot hari ke-1, baik pada hemiparese kanan pasien stroke hemiparese kanan dan kiri dapat
maupun hemiparese kiri. dilihat pada Gambar 3.
Berdasarkan Tabel 3 rata-rata nilai Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa
keseimbangan pada pasien stroke hemiparese median (nilai tengah) kenaikan keseimbangan
kanan sebelum perlakuan (0,10 ± 0,45) pasien stroke hemiparese kanan dan hemiparese
lebih rendah daripada keseimbangan pada kiri cukup jauh berbeda. Namun demikian,
hemiparese kiri (2,00 ±4,16). Hasil uji Mann- hasil uji statistik Mann-Whitney menunjukkan
Whitney menunjukkan ada perbedaan tidak ada perbedaan yang bermakna terhadap
yang tidak begitu bermakna pada nilai kenaikan nilai keseimbangan antara hemiparese
keseimbangan sebelum perlakuan latihan gerak kanan dan hemiparese kiri yang sama-sama
antara hemiparese kanan dan hemiparese kiri diberikan latihan gerak (p=0,377).
(p=0,049). Penatalaksanaan terapi latihan pada

137
Irdawati / KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

Tabel 3. Hasil Analisis Statistik Keseimbangan pada Pasien Stroke Hemiparese Kanan dan Hemi-
parese Kiri

Hemiparese Hemiparese
Kanan Kiri
Keseimbangan nilai p*
Rata- Standar Rata- Standar
rata Deviasi rata Deviasi
Sebelum Perlakuan 0,10 0,45 2,00 4,16 0,049
Sesudah Perlakuan 2,35 2,08 3,70 4,61 0,240
Kenaikan Keseimbangan 2,25 2,05 1,70 1,84 0,377
*Uji Mann-Whitney

Gambar 3. Boxplot Kenaikan Nilai Keseimbangan Pasien Stroke Hemiparese Kanan dan
Kiri
pasien hemiparese kanan dan hemiparese Dalam melakukan program latihan
kiri paska stroke non hemoragik diberikan gerak, selalu diperhatikan kondisi pasien,
selama 12 hari. Pemilihan tehnik latihan gerak seperti tekanan darah dan suhu tubuh. Apabila
disesuaikan dengan kondisi pasien, yang terjadi perubahan pada tekanan darah dan suhu
diberikan secara rutin setiap hari oleh terapist tubuh untuk sementara latihan dihentikan.
rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta. Abnormalitas tonus merupakan
Parameter yang digunakan untuk salah satu yang harus diperhatihan dalam
menentukan dan mengetahui keberhasilan pemberian terapi pada pasien stroke. Untuk
dari terapi yang diberikan adalah berdasarkan menimbulkan gerakan disadari kearah normal,
pengukuran nilai keseimbangan. Peningkatan tahapan pertama kali yang dilakukan adalah
nilai keseimbangan dapat dilihat dari kondisi memperbaiki tonus otot maupun refleks
pasien dengan membandingkan pada saat tendon ke arah normal, yaitu dengan cara
pemeriksaan pertama dan setelah diberikan memberikan stimulus terhadap otot maupun
program latihan gerak selama 12 hari. proprioceptor dipersendian yaitu melalui
Program latihan diberikan terapist approksimasi (Madjono dan Sidharta, 2000),
rumah sakit, rata-rata setelah 2-4 hari paska tetapi perlu diperhatikan pula bahwa didalam
serangan stroke. Pada waktu terjadinya stroke, proses perbaikan tonus perlu dikontrol agar
apabila terjadi paralise secara total pada tidak muncul secara berlabihan melalui
anggota gerak maka ekstremitas yang terkena posisioning. Disamping itu, pemulihan harus
akan fleksid dalam 48 jam, yang kemudian akan didasarkan juga pada mekanisme-mekanisme
berkembang kearah spastisitas dan akhirnya sikap tubuh sebagai latar belakang untuk fungsi
ketonus otot yang normal, sedangkan kekuatan motor. Dengan adanya perbaikan dari tonus
otot akan kembali melalui pola sinergis menuju postural melalui stimulasi atau rangsangan
gerakan itu sendiri (Smits et al., 2000) proprioceptif berupa tekanan pada persendian,

138
Irdawati / KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

akan merangsang otot-otot di sekitar sendi exteroceptive dan tactile, dan informasi tersebut
untuk berkontraksi mempertahankan posisi dapat dikodekan dan digunakan oleh sistem
(Mardjono dan Sidharta, 2000). Dari sini saraf secara utuh.
aktifitas efferent dari muscle spindle dan golgi Tanpa adanya reaksi keseimbangan tidak
tendon akan meningkat sehingga informasi akan terujud refleks postural normal sehingga
akan sampai pada saraf pusat dan muncullah akan mengalami kesulitan dalam melaksanakan
proses fasilitasi dan inhibisi serta reduksi dari fungsional sehari-hari. Dalam hal ini latihan
kemampuan otot dalam melakukan gerakan gerak sangat diperlukan.
yang disadari (Kuntono, 2002). Wainberg menyebutkan bukti-bukti
Pasien paska stroke akan mengalami untuk menunjukkan bahwa refleks tulang
perbaikan struktur otak sehingga pengetahuan belakang pada kera dapat ditingkatkan
dan analisa tentang gerak meningkat dan kecepatan dan amplitudo EMG-nya dengan
dengan latihan yang teratur dapat mengajarkan latihan dan bahwa refleks-refleks lainnya
kembali gerakan yang disadari kepada pasien (seperti refleks vestibulo, ocular) dapat
lebih cepat. Berdasarkan hukum ingatan (low beradaptasi. Penelitian Sperry menunjukkan
of memory) dari Ritchi Russel, setiap pemula bahwa reorganisasi fungsional pada pusat-
gerakan atau aktifitas akan disempurnakan oleh pusat yang lebih tinggi telah terjadi dan
sel saraf otak menjadi alur atau jejas, apabila bahwa primata (kera dan macaque) belajar
gerakan atau aktifitas itu diulang-ulang akan untuk menghambat dan memfasilitasi jalur
menjadi suatu rangkaian dan bila diajarkan umum akhir untuk suatu fungsi yang berbeda.
terus akan menjadi suatu rekaman di otak Ini membutuhkan stimulasi yang intensif
(Theodore, 2010). dan gerakan aktif oleh subjek. Bukti ini juga
Di dalam tubuh manusia, terdapat jutaan menunjukkan bahwa pengulangan mempunyai
serabut-serabut otot bergaris. Serabut-serabut pengaruh terhadap adaptasi pada otak. Perilaku
ini mendapat persarafan dari saraf-saraf kranial yang dihasilkan mungkin tampak sama seperti
ataupun spinal, dan dikontrol secara sadar. Jenis perilaku yang hilang namun perilaku ini tidak
otot ini mengandung baik ujung-ujung saraf dihasilkan dalam cara yang sama (Adria, 2010;
nyeri maupun proprioseptor-proprioseptor. Mardjono, 2000).
Fungsi utamanya ialah untuk gerakan-gerakan Masing-masing sel mempunyai potensi
tubuh dan untuk mempertahankan sikap untuk menjadi sel tertentu, karena maternal
tubuh. messenger RNA melepaskan histone-
Hasil uji statistik terhadap keseimbangan histone spesifik. Pembelahan sel, migrasi dan
pasien sesudah dilakukan latihan gerak pada spesialisasi menciptakan perkembangan system
hemiparese kanan didapat rata-rata kenaikan yang spesifik diikuti oleh periode koneksi-
nilai keseimbangan (2,25 + 2,05), sedangkan koneksi multiseluler, dan kematian-kematian
pada hemiparese kiri terjadi peningkatan nilai sel histogenik berikutnya yang mencapai
rata-rata (1,70 + 1,84). Hasil uji statistik Mann- 55% dari koneksi-koneksi sinap hilang, yang
Whitney menunjukkan tidak ada perbedaan kemudian diikuti oleh spesifikasi neuron
yang bermakna terhadap kenaikan nilai (Mardjono, 2000).
keseimbangan antara hemiparese kanan dan Kemampuan susunan saraf pusat untuk
hemiparese kiri yang sama-sama diberikan dimanipulasi dan disusun kembali adalah kunci
latihan gerak (p=0,377). untuk terapi yang sukses. Area-area laten pada
Reaksi keseimbangan (equilibrium otak dapat berspesialisasi untuk menggantikan
reaction) merupakan salah satu faktor fungsi yang hilang dan jalur-jalur baru dapat
pendukung terbentuknya mekanisme refleks terbentuk untuk memby-pass efek-efek lesi
postural yang normal, di samping reaksi tersebut. Namun guna mencapai ini secara
tegak (righting reaction). Kemampuan untuk maksimal, stimulasi yang intensif dan berulang
memperkuat keseimbangan tergantung pada dibutuhkan guna menempatkan tuntunan-
fungsi yang integratif dari beberapa faktor. tuntunan terhadap sistem pegorganisasian.
Informasi sensori diterima dari sumber- Dari 40 pasien yang dijadikan subjek
sumber visual, vestibular, proprioceptive, dalam penelitian ini didapatkan 5 pasien tidak

139
Irdawati / KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

mengalami kenaikan baik nilai keseimbangan sebaiknya melibatkan keluarga sehingga dapat
maupun nilai kekuatan otot. 10 pasien tidak dilakukan sesering mungkin. Latihan gerak
mengalami kenaikan nilai kesimbangan dan pada pasien paska stroke sebaiknya dilakukan
hanya 1 pasien tidak mengalami kenaikan hingga 6 bulan setelah serangan stroke (gold
nilai kekuatan otot. Proses perbaikan pada period).
pasien stroke dipengaruhi oleh banyak hal,
yang salah satu diantaranya tingkat gradasi Penutup
atau berat ringannya kelainan yang terjadi pada
otak (Soertidewi, 2005; Ashwini, 2010; Suad Tidak ada perbedaan yang bermakna
K., 2010; Dude, 2010; Ova, 2008). Pasien yang terhadap kenaikan nilai keseimbangan
tidak mengalami peningkatan nilai kekuatan antara hemiparese kanan dan hemiparese
otot, keseimbangan maupun nilai keduanya, kiri (p=0,377). Rata-rata kenaikan nilai
diperkirakan mengalami kelainan di otak yang keseimbangan 1,40 % pada pasien stroke
lebih luas. Penentuan luas kerusakan pada otak hemiparese kanan. Dan 18,06 % pada pasien
salah satunya ditentukan oleh pemeriksaan stroke hemiparese kiri.
MRI. Pasien yang dijadikan subjek dalam Ucapan terimakasih disampaikan
penelitian ini, sebagian besar tidak dilakukan kepada Rumah Sakit dr. Moewardi Surakarta
pemeriksaan MRI, sehingga luasnya kerusakan yang menjadi lokasi penelitian atas izin dan
pada otak tidak dijadikan variabel dalam kerjasama dalam pelaksanaan penelitian ini.
penelitian ini.
Disamping itu penelitian ini dilakukan Daftar Pustaka
berdasarkan diagnosis medis dari dokter
spesialis saraf yang bertanggung jawab di Adria Arboix. 2010. Cardioembolic Stroke: Clinical
ruangan. Pasien yang sudah didiagnosis sebagai Features, Spesific Cardiac Disorder and
Prognosis. Curr Cardiol Rev, 6 (3): 150-161
stroke non-hemoragik, kemudian diidentifikasi
Ashwini Kalantri. 2010. Distinguishing Hemorrhagic
berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek Stroke From Ischemic Stroke. JAMA,
yang memenuhi kriteria ditetapkan sebagai Djaja, S., Irianto, J., Mulyono, L. 2001. Pola Penyakit
subjek penelitian tanpa melihat pada jenis Penyebab Kematian di Indonesia, Survei
dan besaran penyebab stroke non-hemoragik Kesehatan Rumah Tangga (SKRT). Majalah
tersebut. Kedokteran Indonesia, 53: 295-302
Dalam waktu 3 - 6 bulan setelah terjadi- Duck, Kim-hyun. 2010. Association Between
nya stroke, sel penumbra masih terjadi suatu Periodontis and Hemorrhagic Stroke Among
proses recovery yang disebut dengan neurological Koreans: A case-control study. Journal of
improvement. Pemberian latihan gerak pada Periodontology, 81 (5): 658-665
Smits, J.G., Smith, C.E.B. 2000. Hand Recovery After
masa ini sangat efektif karena mengikuti pola
Stroke. New Delhi: Butterworth Heinemann
neurological improvement yang disebut golden Marjono, M., Sidharta, P. 2000. Neurologi Klinis
period. 10 Berhubung keterbatasan waktu Dasar. Jakarta: Dian Rakyat
dan rata-rata rawat inap pasien di rumah Kuntono, H.P. 2002. Penatalaksanaan Stimulasi
sakit selama 2 – 3 minggu, maka penelitian Elektrik pada Stroke. Disampaikan pada
dilakukan selama 12 hari dengan alasan selama Seminar Sehari di F. Kesehatan Non Gelar.
dirawat pasien mendapatkan perlakuan yang UNAIR. Surabaya
sama. Masalah keterbatasan waktu tersebut Ova Sarini, Suharyo. 2008. Beberapa Faktor Risiko
merupakan salah satu hambatan dalam yang Berhubungan Dengan Kejadian Stroke
penelitian ini. Namun demikian penelitian ini (Studi Kasus di RSUP Dr Kariadi Semarang.
Jurnal Kemas, 3 (2): 153-164
sudah dapat memberikan gambaran tentang
Soertidewi, L. 2005. Assesmen Stroke di Stroke Unit
pengaruh latihan gerak yang diberikan pada Soeparjo Rustam. Jakarta: Departemen of
pasien stroke non-hemoragik. Neurologi Cipto Mangunkusumo Hospital-
Pasien paska serangan stroke non- Medical Fakulty University of Indonesia
hemoragik, dilakukan latihan gerak sedini Suad Kapetanovic. 2010. Hemorrhagic stroke
mungkin untuk mendapatkan perbaikan yang in a patient recently started on mixed
optimal. Pemberian latihan gerak pada pasien, Amphetamine Salt. Am J Psychiatry, 167:

140
Irdawati / KEMAS 7 (2) (2012) 134-141

1277-1278 Pathophysiology, and Clinical Management.


Theodore, A. Kotchen. 2010. Obesity- American Journal of Hypertension, 23 (11):
related Hypertension: Epidemiology, 1170-1178

141

Anda mungkin juga menyukai