Anda di halaman 1dari 16

Tugas Review 5 Jurnal Internasional

Matakuliah : Biologi Perikanan

REPRODUKSI IKAN

Oleh :

INTAN HUMAIRA
1911102010087

PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN


FAKULTAS KELAUTAN DAN PERIKANAN
UNIVERSITAS SYIAH KUALA
OKTOBER, 2020
Judul A General Overview On Some Aspects Of Fish
Reproduction
Jurnal Aceh International Journal of Science and Technology
Volume & Halaman Vol.3 No.1: 43-52
Tahun 2014
Penulis Z. A. Muchlisin
Reviewer Intan Humaira (1911102010087)
Tanggal 10 Oktober 2020
Secara umum reproduksi dapat diartikan sebagai proses biologis dari makhluk
hidup ke mewarisi properti dari induknya kepada keturunannya untuk menjamin
kelangsungan hidup spesies yang bersangkutan. Dalam ikan, ada beberapa taktik dan
strategi yang digunakan ikan untuk memastikan keturunannya bertahan hidup. Strategi
reproduksi ikan seringkali tercermin dari perbedaan anatomi antara jenis kelamin; laki-laki
dan perempuan. Organ reproduksi ikan dapat diklasifikasikan sebagai testis untuk jantan
dan ovarium untuk betina. Jenis kelamin kebanyakan ikan dapat dibedakan dengan
pemeriksaan gonad. Baik testis dan ovarium biasanya merupakan struktur berpasangan
yang digantung oleh mesenterium di atap tubuh rongga, dalam hubungan erat dengan
ginjal. Beberapa spesies ikan memiliki mode hermafroditisme, tetapi sebagian besar ikan
bersifat gonochoristic.
Secara umum, hermafrodit dapat dibagi menjadi tiga kategori; sinkron, protander
dan protogini. Hermafrodit sinkron adalah spesies yang dapat berproduksi secara
bersamaan telur dan sperma, dan hermafrodit protandrous adalah ikan mulai sebagai jantan
dan kemudian dapat beralih ke betina, sedangkan hermaprodit protogini adalah ikan yang
memulai reproduksinya sebagai betina dan nantinya mungkin beralih ke laki-laki.
Hermafroditisme sinkron itu terdeteksi di Serranus cabrilla, dan protandrous tercatat di
Sparatus auratus, Sarpa salpa, Acanthopagrus berda dan Lithognathus mormyrus
sedangkan beberapa spesies kerapu (Epinephelus spp.) ditampilkan hermafroditisme
protogini. Ada beberapa aspek yang sangat penting yang harus dilihat pada ikan yaitu
kesuburan, perkembangan gonad dan frekuensi pemijahan.
Secara umum fekunditas diartikan sebagai jumlah telur yang matang ditemukan
pada betina sesaat sebelum pemijahan. Fekunditas dapat dibagi menjadi enam jenis, yaitu;
potensi fekunditas tahunan, fekunditas realisasi tahunan, fekunditas total,fekunditas relatif,
fekunditas batch, dan fekunditas populasi tahunan atau fekunditas absolut dan kesuburan
relatif. Secara umum, perkembangan gonad atau tahap kematangan ikan dapat dievaluasi
secara makroskopis dan makroskopis. Metode mikroskopis dinilai berdasarkan histologis
penampakan dan distribusi ukuran telur menggunakan perbesaran mikroskop, sedangkan
analisis makroskopis melibatkan pengamatan mata-telanjang gonad seperti berat gonad
(indeks gonadosomatik, GSI), warna gonad dan penampilan morfologi gonad lainnya.
Indeks Gonadosomatik (GSI) adalah rasio berat gonad terhadap berat badan.
Frekuensi pemijahan adalah jumlah hari antara pemijahan. Frekuensi pemijahan
ditentukan berdasarkan pengamatan histologis.
Ada dua metode yang digunakan yaitu :
(a) persentase wanita di kelas ovarium yang berkembang terlambat dengan 0-jam sampai
24-jam postovulatory follicle (POF) di ovarium
(b) persentase wanita dalam kelas berkembang terlambat menjalani pematangan oosit akhir
(FOM). Lebih lanjut Brown-Peterson menyatakan bahwa frekuensi pemijahan
ditentukan dengan membagi 100 (mewakili jumlah total populasi ikan) menurut
persentase ikan dengan FOM atau POF di ovarium.
Ovarium ikan dewasa ada sebagai struktur berpasangan yang menempel pada
rongga tubuh di kedua bagian tersebut sisi mesenterium punggung. Tiga pola
perkembangan ovarium umumnya diamati pada ikan, yaitu sinkron, sinkron kelompok, dan
asinkron.
(a) Pola sinkron; dalam kategori sinkron, semua oosit berkembang dan berovulasi serentak
dan tidak ada pengisian ulang dari tahap awal, dan distribusi ukuran tunggal di ovarium,
misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio).
(b) Pola sinkron grup; kelompok ini memiliki setidaknya dua populasi oosit tahap
perkembangan. Pola ini memungkinkan banyak, peristiwa ovulasi yang berbeda yang
biasanya mengikuti siklus musiman, bulan, atau diurnal. Pola ini didokumentasikan
pada beberapa ikan misalnya pelangi selebensis, Telmatherina celebensis, white mullet
Mugil curema, dan tucunare Cichla kelberi.
(c) Pola asinkron; ovarium yang menunjukkan pola asinkron mengandung oosit sama
sekali tahapan kematangan tanpa populasi dominan. Ovarium tampak acakcampuran
oosit pada setiap tahap yang memungkinkan, memungkinkan untuk berlarut-larut atau
terus menerus ovulasi, misalnya pounting Trichopterus luscus dan Cichla kelberi.
Ikan dengan pola sinkron disebut sebagai total spawner atau dimana seluruh
kopling oosit kuning telur segera berovulasi dan telur-telur itu keluar dalam waktu singkat.
Sedangkan seekor ikan dengan asynchronous ovulator dikenal sebagai batch spawner atau
multiple spawner, dimana hanya sebagian oosit kuning telur dipijahkan di setiap batch,
biasanya melalui proses hidrasi. Pemijahan berkelompok merupakan strategi pelepasan
telur dalam jangka waktu yang lama meningkatkan kemungkinan kelangsungan hidup
keturunan. Selain itu, grup sinkronus dikenal sebagai beberapa spawners fraksional,
peristiwa ovulasi berbeda yang biasanya ikuti siklus musiman, bulan, atau diurnal,.
Beberapa spesies menunjukkan pola semelparitas ikan yang bertelur satu kali selama siklus
hidupnya sebelum mati, misalnya Salmon Pasifik (Oncorhynchus spp.), Namun sebagian
besar ikan memiliki pola reproduksi iteroparitas. Pada umumnya ikan melepaskan telurnya
ke perairan.
Untuk memaksimalkan keberhasilan reproduksi,beberapa ikan telah menghasilkan
telur dengan alat penempel yang disebut villiform, khususnya was terjadi pada ikan air
tawar, sedangkan beberapa spesies seperti gurami dan ikan mas rumput menghasilkan daya
apung telur, bukan jenis terapung mungkin paling cocok untuk air tawar, terbukti melayang
berlebihan di sungai dan aliran. Sedangkan telur ikan laut biasanya berdiameter lebih kecil
dari ikan air tawar dan kebanyakan selalu mengapung dan terbebaskan ke zona pelagis.
Villiform adalah perekat filamen dan tujuan organ ini adalah untuk menempel pada
substrat saat telur dilepaskan ke dalamnya air dan lindungi mereka agar tidak terbawa air.
Ikan dengan peralatan lampiran organ termasuk dalam Lepadogaster lepadogaster,
Diplecogaster bimaculatus dan Apletodon dentatu, Polypterus ornatipinnis, Erpetoichthys
calabaricus, Polyterus senegalus, P. ornatipinn, dan aparatus tidak ada di Sciaenops
ocellatus dan telur Mugil cephal. Tidak ada karakter pembeda khusus antara ikan air tawar
dibandingkan ikan telur dan larva laut walaupun memiliki masalah osmotik yang berbeda,
dimana air tawar bersifat hipertonik terhadap lingkungan dan sebaliknya pada telur ikan
laut. Ada beberapa aspek yang sangat penting yang harus dilihat pada ikan yaitu
kesuburan, perkembangan gonad dan frekuensi pemijahan.
Judul Gonado Maturity and Reproduction Potential of Indian
Mackerel (Rastrelliger kanagurta, Cuvier 1817)
Jurnal Journal of Tropical Fisheries Management
Volume & Halaman -
Tahun 2017
Penulis Dian safarini, Ali Mashar
Reviewer Intan Humaira (1911102010087)
Tanggal 10 Oktober 2020

Ikan banyar (R. kanagurta) merupakan salah satu jenis ikan laut yang bergerombol
di permukaan laut pada musim-musim tertentu sehingga mudah sekali tertangkap. Selama
penelitian didapatkan ikan banyar sebanyak 714 ekor di mana terdapat 338 ekor ikan
betina dan 376 ekor ikan jantan.
Secara keseluruhan, rasio ikan betina dan ikan jantan, yaitu 1:1,1 di mana ikan
jantan lebih banyak. Ikan betina mencapai 47,33% dan ikan jantan 52,66%. Penelitian di
perairan Kuantan komposisi jantan juga lebih besar (57,75%) dan betina (42,25%), dan di
Teluk Suez Jantan (51%) dan betina (49%), R. kanagurta betina sudah terdapat TKG 4 dan
5 pada selang 170– 180 mm yang lebih kecil dari R. kanagurta dari Ratnagiri coast, yaitu
198 mm. Pada ikan jantan, telah terdapat TKG 3, 4, dan 5 pada selang 159–169 mm yang
juga lebih rendah dari Ratnagiri Coast, yaitu 206 mm namun lebih tinggi dari yang di
Calicut, yaitu 150 m. Hanya terdapat TKG 4 pada ikan betina ukuran 225–235 mm dan
247–257 mm untuk ikan jantan yang juga lebih tinggi Calicut, yaitu 155 mm. Hubungan
panjang dengan TKG menunjukkan bahwa pada R. kanagurta jantan maupun betina
mengalami peningkatan rata-rata panjang sejalan pertambahan TKG. Peningkatan rata-rata
panjang terjadi pada TKG 1 hingga 4, namun rata-rata panjang lebih kecil terdapat pada
ikan dengan TKG 5.
Hubungan panjang dengan tingkat kematangan gonad pada ikan banyar tidak jauh
berbeda pada masing-masing kelamin. Pada R. kanagurta, baik betina maupun jantan, rata-
rata panjang meningkat dari TKG 1 hingga TKG 4, namun rata-rata panjang pada ikan
TKG 5 tidak jauh berbeda dengan ikan TKG 1. Hal ini dapat disebabkan keberadaaan
makanan, laju hormone gonadotropin yang memengaruhi waktu matang gonad, faktor
genetik dan kemungkinan terdapat ikan yang telah memijah pada ukuran lebih kecil.
Dapat disimpulkan bahwa ikan banyar mengalami peningkatan tingkat kematangan
gonad sejalan dengan peningkatan ukuran panjang. Puncak pemijahan ikan banyar dari
Teluk Banten adalah pada akhir Juli dengan pola pemijahan tidak bertahap (total spawner)
dan mengeluarkan ±25.690 butir telur dalam sekali pemijahan.
.
Judul Analisa Aspek Reproduksi Ikan Toman di Sungai Belida
Kabupaten Muara Enim
Jurnal Jurnal Akuakultur Rawa Indonesia
Volume & Halaman Vol. 8 No. 1: 12-21
Tahun 2020
Penulis Danang Yonarta, Yulisman, Riswandi
Reviewer Intan Humaira (1911102010087)
Tanggal 10 Oktober 2020

Nisbah kelamin ikan toman jantan dan betina yang di dapat dari penelitian ini
memiliki ratio 1,6:1. Rasio ini terdiri dari ikan jantan sebanyak 109 ekor (62,3%) dan ikan
betina 66 ekor (37,7%) dan juga berdasarkan penelitian ini ternyata rasio jantan dan betina
ikan toman yang optimal dalam pemijahan seimbang. Berdasarkan rasio nisbah kelamin
jantan dan betina ikan toman yang aktif melakukan pemijahan ialah seimbang (1:1).
Nilai indeks kematangan gonad yang di dapat untuk ikan toman jantan berkisar
antara 0,21-0,86, sedangakan ikan toman betina berkisar 1,18-2,30. Perbedaaan nilai IKG
jantan dan betina pada umum nya nilai IKG betina lebih besar dibandingkan dengan ikan
jantan. Perbedaan Perbedaan nilai indeks kematangan gonad pada masing-masing ukuran
dan jenis kelamin disebabkan berat organ seks primer dipengaruhi berat dan jenis kelamin
ikan. Semakin besar ukuran ikan maka semakin besar gonad yang ada di dalamnya dan
nilai IKG nya akan semakin tinggi.
Nilai fekunditas ikan toman berkisar antara 8.073-24.786 butir telur. Adanya
hubungan yang signifikan antara fekunditas dengan ukuran (bobot/Panjang) ikan toman.
Semakin besar ukuran ikan toman, maka jumlah telur yang akan dihasilkan akan semakin
banyak. Produktivitas induk betina dalam menghasilkantelur berbanding lurus dengan
bobot induk. Pada umumnya induk ikan dengan jumlah telur yang sedikit memiliki
karakter untuk menjaga telurnya dari predator, sedangkan induk ikan dengan jumlah telur
yang banyak cenderung membiarkan telurnya berkembang dengan sendirinya tanpa
pengawasan induk hingga menetas.
Aspek reproduksi ikan toman di dapat nilai rasio ikan jantan dan betina sebesar
1,6:1. Rasio ini terdiri dari ikan jantak sebanyak 109 ekor (62,3%) dan ikan betina 66 ekor
(37,7%). Indeks kematangan gonad (IKG) untuk ikan toman jantan berkisar antara 0,21-
0,86, sedangkan ikan toman betina berkisar 1,18-2,30. Fekunditas telur ikan toman
sebanyak 24.786 butir telur dengan diameter 2,20-2,51 mm.
Judul Nisbah Kelamin dan Kematangan Gonad Ikan Momar
Putih, Decapterus Macrosoma, Bleeker 1851 di Perairan
Pulau Haruku-Maluku Tengah
Jurnal Jurnal Agribisnis Perikanan
Volume & Halaman Vol.12 No.1: 59-63
Tahun 2019
Penulis Madehusen Sangadji, Yenni Sofyan
Reviewer Intan Humaira (1911102010087)
Tanggal 10 Oktober 2020

Dari hasil penelitian ini didapatkan nisbah kelamin antara ikan jantan dan betina
yang tertangkap adalah 54,71 : 45,29 atau 1,21 : 1,00. Nisbah kelamin ikan jantan dan
betina diperkirakan mendekati 1:1, yang berarti jumlah ikan jantan yang tertangkap
sama banyaknya dengan jumlah ikan betina yang tertangkap. Namun demikian, nisbah
kelamin 1:1 sering tidak tercapai didalam suatu populasi karena adanya beberapa factor
penyebab, antara lain perbedaan laju kematian, pola tingkah laku bergerombol antara
dua jenis kelamin, perbedaan laju pertumbuhan, pengaruh suhu terhadap determinasi
kelamin, tingkah laku seksual, dan ketersedian makanan.
Selama penelitian diperoleh Ikan jantan yang belum matang gonad sebanyak
63,39%, sedangkan ikan yang matang gonad sebanyak 36,61%. Hal sebaliknya terjadi
pada ikan betina, ikan betina yang belum matang gonad sebanyak 55,77% dan ikan
betina yang matang gonad sebanyak 44,23%. Kondisi ini menggambarkan bahwa ikan
momar putih jantan pada saat matang gonad lebih sedikit jika dibandingkan ikan
momar putih jantan yang belum matang gonad, sebaliknya terjadi pada ikan momar
putih betina, yang mana ikan betina yang belum matang gonadnya lebih banyak
jumlahnya dibandingkan dengan ikan betina yang sudah matang gonadnya lebih sedikit.
Adanya tingkat kematangan gonad yang bervariasi menandakan bahwa ikan momar
putih memijah sepanjang tahun, namun puncak pemijahan belum diketahui secara pasti.
Hasil perhitungan yang diperoleh menunjukkan bahwa rata-rata pertama kali
matang gonad ikan momar putih jantan pada panjang total tubuh 189,98 mm dengan
kisaran panjang total 189,73 – 192,49 mm. Rata-rata pertama kali ikan betina matang
gonad pada panjang total tubuh 200,91 mm dengan kisaran panjang total 199,97–221,85
mm. Hal ini menunjukkan kelompok ikan Momar putih jantan matang gonad pertama
kali pada ukuran panjang yang relativ kecil dibandingkan ikan momar putih betina.
Sementara penelitian yang dilakukan oleh Dahlan et al., 2015 di perairan Teluk
Bone ditemukan ukuran pertama kali matang gonad pada ukuran panjang total D.
macrosoma jantan sebesar 195 mm dan betina sebesar 210 mm.
Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah Rasio jenis kelamin ikan
momar puith jantan dan betina selama penelitian tidak seimbang, Ikan momar putih
jantan lebih dahulu mencapai matang gonad berdasarkan kisaran panjang tubuh, Kisaran
indeks kematangan gonad ikan momar puith betina lebih besar dibandingkan dengan
ikan jantan.

Judul BIOLOGI REPRODUKSI IKAN BETOK(Anabas


testudineus) di PAPARAN BANJIRAN LUBUK
LAMPAM, KABUPATEN OGAN KOMERING ILIR
Jurnal Jurnal BAWAL
Volume & Halaman Vol.6 No.3 : 137-146
Tahun 2014
Penulis Eko Prianto, Mohammad Mukhlis Kamal, Ismudi
Muchsin, Endi Setiadi Kartamihardja
Reviewer Intan Humaira (1911102010087)
Tanggal 10 Oktober 2020

Nisbah kelamin merupakan proporsi antara ikan jantan dan betina. Di alam
perbandingan antara jantan dan betina biasanya 1:1. Nisbah kelamin ikan betok mengal
ami flukt uasi seti ap bulannya, sedangkan perbandingan secara keseluruhan jumlah ikan
jantan lebihsedikit dari ikan betina (0,57:1). Rata-rata setiap bulan, perbandingan ikan
jantan dan betina dalam kondisi tidak sama, kecuali pada bulan Januari dimana jumlah
ikan jantan lebih banyak dari betina. Hasil dari penelitian diperoleh nisbah kelamin ikan
betok 0.94. Tingkat kematangan gonad ikan betok mengalami perubahan setiap
bulannya. Berdasarkan penelitian ini diperoleh perbandingan tingkat kematangan gonad
ikan betina sebesar 48% : 52% dan diperoleh 2 perbandingan tingkat kematangan gonad
ikan jantan sebesar 13% : 87% dan 50% : 50%. Berdasarkan pengamatan selama
penelitian patut diduga bahwa pemijahan ikan betok dipengaruhi oleh fluktuasi tinggi
muka air. Banyak literatur yang menyatakan bahwa pemijahan ikan betok berlangsung
hanya pada musim penghujan (ketika banjir).
Indek kematangan gonad ikan betina yang ditemukan selama penelitian berkisar
1,2 -17,1% dengan rata-rata 4,04 + 0,77%. Berdasarkan data tersebut maka rata-rata
ukuran gonad ikan betok di Lubuk Lampam hampir sama dengan yang ditemukan di
daerah lainnya. Siklus reproduksi setiap jenis ikan telah berkembang untuk merespon
setiap perubahan habitat alaminya. Waktu pemijahan ikan setiap tahunnya berkembang
sebagai respon terhadap faktor utama yang akan memaksimalkan kelangsungan hidup
telur dan larva. Beberapa faktor utama antara lain kualitas air, ketersediaan makanan dan
penurunan jumlah predator. Fekunditas ikan betok berkisar 224-182.736 butir dengan
rata-rata 11.862 + 5.219 butir. Fekunditas ikan betok berkisar 1.00059.022 butir. Hasil
analisis hubungan fekunditas dengan panjang total dan fekunditas dengan berat
menunjukkan korelasi atau hubungan yang rendah sehingga perbedaan fekunditas yang
terjadi diduga lebih disebabkan oleh faktor lingkungan dan tingkah laku pemijahan.
Kesimpulan yang didapat dari hasil penelitian ini adalah Ikan betok mempunyai
pola pertumbuhan alometrik negatif, dimana pertambahan panjang lebih cepat dari pada
berat tubuhnya. Nisbah kelamin antara jantan dan betina tidak sama kecuali pada bulan
Januari. Ikan betok betina relatif lebih cepat matang gonad dari pada ikan jantan.
Fekunditas ikan betok bervariasi antara 224-182.736 butir dengan rata-rata 11.862+
5.219 butir. Ikan betok memiliki pola pemijahan secara serempak (total spawner).

Anda mungkin juga menyukai