Anda di halaman 1dari 3

PEMBAHASAN

Praktikum ini akan menganalisis kualitas makanan yakni dengan menghitung kandungan
mikroba (E.coli dan koliform) pada sampel lawar yang dibeli langsung oleh peneliti. Metode
penghitungan mikroba yang digunakan pada praktikum kali ini adalah metode hitung cawan.
Sampel lawar yang telah melalui tahap penimbangan dan pengenceran bertingkat dituangkan ke
dalam cawan petri yang sudah berisi media EMBA (Eosine Methylene Blue Agar). Media EMBA
dipilih karena media tersebut memang dibuat khusus untuk membedakan fecal coliform seperti
E. coli dengan non-fecal coliform atau bakteri koliform yang tidak terdapat pada usus besar
manusia. Adanya E. coli pada suatu sampel ditandai dengan koloni yang berwarna hijau metalik
pada media EMBA. Sehingga setelah dilakukan metode hitung cawan dengan media EMBA
dapat diketahui suatu sampel terkontaminasi tinja manusia atau tidak.

Salah satu prinsip dalam praktikum ini adalah semakin besar tingkat pengenceran maka
jumlah koloni bakteri akan semakin rendah. Hal ini disebabkan karena konsentrasi sampel akan
semakin berkurang setiap naik ke tingkat pengenceran yang lebih tinggi. Pada praktikum kali ini,
jumlah koloni bakteri secara keseluruhan semakin berkurang setiap naik ke tingkat pengenceran
yang lebih tinggi. Namun, terjadi ketidaksesuaian prinsip pengenceran karena jumlah bakteri E.
Coli pada pengenceran 10-3 lebih banyak dibandingkan pengenceran 10-2. Terjadinya hal tersebut
dapat disebabkan oleh kesalahan peneliti saat proses pemerataan sampel pada media agar atau
pada saat pengenceran. Kesalahan pada saat pengenceran yaitu kurang homogennya larutan
sampel yang menyebabkan koloni yang terambil menjadi lebih sedikit jumlahnya.

Selanjutnya akan dibahas langkah-langkah dalam pelaksanaan praktikum. Awalnya,


sampel ditimbang sebanyak 1 gram untuk menyesuaikan dengan satuan jumlah koloni yaitu
cfu/gram (mohon koreksi?). Proses selanjutnya yaitu pengenceran yang diselingi proses
homogenisasi larutan sampel dengan vortex. Tujuan homogenisasi larutan sampel adalah untuk
meratakan persebaran koloni pada tabung reaksi. Sedangkan proses pengenceran bertujuan untuk
mengurangi kepadatan bakteri yang ditanam sehingga lebih mudah dalam perhitungannya.
Tahapan selanjutnya yaitu penyebaran sampel pada media agar dan inkubasi selama 24 jam.
Kedua proses tersebut bertujuan untuk menumbuhkan bakteri dengan menyediakan nutrisi dan
lingkungan dengan suhu yang tepat. Tahapan terakhir yaitu proses penghitungan dan pengamatan
koloni pada agar yang dapat digunakan sebagai dasar dalam melakukan analisis terhadap kualitas
sampel yang diteliti.

Berdasarkan hasil pengukuran yang telah diperoleh yaitu pada media EMBA dengan
pengenceran 10-3 ditemukan bakteri e. coli. Bakteri koliform ditemukan pada media dengan
pengenceran 10-2, 10-3, 10-4, 10-5. Sedangkan pada media 10-6 dan10-7 tidak ditemukan bakteri. Hal
ini bisa disebabkan karena saat mencampur sampel dengan larutan saline di vortex kurang
merata dan homogen, akibatnya peluang bakteri dapat terambil menjadi berkurang.

Kesalahan-kesalahan dalam pengukuran dalam penelitian menurut Prof. Sudigdo


Sastroasmoro umumnya ada 3, namun dalam praktikum kali ini kami menemukan 2 tipe
kesalahan seperti:

a. Kesalahan pada peneliti (bias pengamat) yaitu kesalahan yang dilakukan oleh orang yang
melakukan praktikum seperti kesalahan saat mengukur kadar sampel yang akan
ditimbang, kesalahan saat melakukan pengenceran (saat mencampur sampel lawar dan
larutan saline di mesin vortex kurang tercampur sempurna/kurang homogen), kesalahan
saat menaruh larutan pengenceran pada EMBA (batang kaca bengkok terlalu panas
sehingga sebagian bakteri menjadi mati). Selain itu dapat terjadi kesalahan penghitungan
hasil biakan bakteri dalam EMBA oleh pengamat karena jumlah bakteri yang sangat
banyak sehingga sangat sulit menghitungnya serta jaraknya yang berhimpit (tidak jelas
apakah ada renggangan atau berdempetan sehingga sulit dihitung satu atau dua bakteri).
Kesalahan lain yang dapat terjadi yaitu kesalahan akibat kurang teliti dalam melakukan
perhitungan atau kalkulasi jumlah bakteri.
b. Kesalahan pada alat ukur (bias instrumen/alat ukur) meliputi kesalahan akurasi pada alat
ukur yang digunakan, seperti misalnya alat ukur yang tidak di validasi dengan berkala
maka dapat menimbulkan hasil pengukuran kurang akurat. Dalam hal ini kami sedikit
kesulitan saat melakukan penimbangan karena sulit sekali menemukan ukuran massa
lawar yang pas 1 gram.

Agar mencapai hasil pengukuran yang baik, maka hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
pengukuran yaitu:
1) Prosedur atau panduan praktikum (Standart Operating Procedure praktikum). Setiap
mahasiswa atau pengamat yang melakukan praktikum harus mematuhi aturan yang
berlaku dalam SOP termasuk cara pengukuran hasil selama atau sesudah praktikum.
2) Kedisiplinan. Hal ini penting dilakukan karena peneliti/pengamat yang baik memegang
teguh kedisiplinan selama praktikum dan menghindari sikap yang tidak perlu selama
melakukan pengukuran dalam praktikum (seperti menghindari sikap bercanda dan
sebagainya).
3) Ketelitian. Peneliti/pengamat hendaknya selalu teliti saat dan sesudah melakukan
pengukuran dalam praktikum. Hal ini dilakukan untuk menghindari bias atau kesalahan
yang mungkin terjadi saat itu.
4) Alat-alat pengukuran yang akurat dan valid.

Daftar pustaka
Sastroasmoro, Sudigdo. 2011. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis Edisi Ke-5.

Anda mungkin juga menyukai