Anda di halaman 1dari 8

TUGAS ASKEP GANGGUAN SENSORI PADA LANSIA

di Susun Oleh :

NUR’AINI

NIM : 1814201262

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PERINTIS

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

TAHUN 2019
A. Pengertian Sensori
Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar
tubuh. Stimulus tersebut masuk ke dalam tubuh melalui organ sensori ( panca
indera). Stimulus yang sempurna memungkinkan seseorang untuk belajar
berfungsi secara sehat dan berkembang dengan normal.
Secara fisiologis, sistem saraf secara terus menerus menerima ribuan
informasi dari organ saraf sensori, menyalurkan informasi melalui saluran yang
sesuai, dan mengintegrasikan informasi menjadi respon yang bermakna.
Stimulus sensori mencapai organ sensori dan menghasilkan reaksi yang
segera atau informasi tersebut saat itu disimpan ke otak untuk digunakan dimasa
depan. Sistem saraf harus utuh agar stimulus sensori mencapai pusat otak yang
sesuai dan agar individu menerima sensai.Setelah menginterpretasi makna sensasi,
maka orang dapat bereaksi terhadap stimulus tersebut.
Empat komponen penting pada sensori, yaitu:
1. Stimulus (rangsangan)
2.      Reseptor
3.      Konduksi
4.      Persepsi
Proses sensorik adalah kemampuan untuk memproses atau
mengorganisasikan input sensorik yang diterima. Biasanya proses ini terjadi
secara otomatis, misalnya ketika mendengar suara kicauan burung, otak langsung
menterjemahkan sebagai bahasa atau suara binatang. Dalam menjalankan
fungsinya organ sensori berkaitan erat dengan sistem persyarafan yang berfungsi
sebagai reseptor dan penghantar stimulus sehingga tercipta sebuah persepsi yang
dapat menimbulkan reaksi dari individu (Pradanie, 2010) .
Berikut ini adalah proses sensorik yaitu
1. penerimaan input (registration), yaitu individu menyadari akan adanya
input.
2. orientation, yaitu tahap dimana individu memperhatikan input yang
masuk.
3. mengartikan input (interpretation).
4. organization, yaitu tahap dimana otak memutuskan untuk memperhatikan
atau mengabaikan input ini.
5. execution, yaitu tindakan nyata yang dilakukan terhadap input sensorik
tadi (Williamson dan Anzalone, 1996).
Sensori Integrasi adalah Proses neurologis individu dalam
mengorganisasikan sensasi dari dalam diri dan dari lingkungan sekitar dan dapat
digunakan secara efektif dalam lingkungannya.
Melalui panca indra, manusia memperoleh informasi tentang kondisi fisik dan
lingkungan yang berada di sekitarnya. Informasi sensorik yang diterima akan
masuk ke otak tidak hanya melalui mata, telinga, dan hidung,akan tetapi masuk
melalui seluruh anggota tubuh lainnya seperti :
1. Mata (Visual) disebut juga indera penglihatan. Terletak pada retina.
Fungsinya menyampaikan semua informasi visual tentang benda dan
menusia.
2. Telinga (Auditory) disebut juga indera pendengaran, terletak di telinga
bagian dalam. Fungsinya meneruskan informasi suara. Dan terdapat
hubungan antara sistem auditor ydengan perkembangan bahasa. Apabila
sistem auditory mengalami gangguan, maka perkembangan bahasanya
juga akan terganggu.
3. Hidung (Olfactory) disebut juga indera pembau, terletak pada selaput
lendir hidung, fungsinya meneruskan informasi mengenai bau-bauan
(bunga, parfum, bau makanan).
4. Lidah (Gustatory) disebut juga indera perasa, terletak pada lidah,
fungsinya meneruskan informasi tentang rasa (manis, asam, pahit,dan lain-
lain) dan tektur di mulut (kasar, halus, dan lain-lain).
5. Kulit (Tactile) adalah indera peraba. Terletak pada kulit dan sebagian dari
selaput lendir. Bayi yang baru lahir, menerima informasi untuk pertama
kalinya melalui indera peraba ini.
6. Otot dan persendian (Proprioceptive) merupakan sensasi yang berasal dari
dalam tubuh manusia, yaitu terdapat pada sendi, otot, ligamen dan reseptor
yang berhubungan dengan tulang. Input proprioseptif ini menyampaikan
informasi ke otak tentang kapan dan bagaimana otot berkontraksi
(contracting) atau meregang (stretching), serta bagaimana sendi
dibengkokkan (bending), diperpanjang (extending), ditarik (being pull)
atau ditekan (compressed). Melalui informasi ini, individu dapat
mengetahui dan mengenal bagian tubuhnya dan bagaimana bagian tubuh
tersebut bergerak.
7. Keseimbangan / balance (Vestibular) disebut juga  business center, karena
semua sistem sensorik berkaitan dengan sistem ini. Sistem vestibular ini
terletak pada labyrinth di dalam telinga bagian tengah. Fungsinya
meneruskan informasi mengenai gerakan dan gravitasi. Sistem ini sangat
mempengaruhi gerakan kepala dalam hubungannya dengan gravitasi dan
gerakan cepat atau lambat, gerakan bola mata (okulomotor), tingkat
kewaspadaan dan emosi.
Sensoris mempengaruhi kemampuan seseorang untuk saling berhubungan
dengan orang lain dan untuk memelihara atau membentuk hubungan baru,
berespon terhadap bahaya, dan menginterprestasikan masukan sensoris dalam
aktivitas kehidupan sehari-hari (Stanley & Patricia, 2006).
B. Gangguan Sensori
Gangguan fungsi sensorik lansia mengakibatkan gangguan penerimaan
informasi dari reseptor sensorik sehingga mengakibatkan penurunan kontrol
motorik atau gangguan gerakan. Gejala gangguan sensorik yang sering timbul
pada lansia adalah hilangnya perasaan jika dirangsang (anastesia), perasaan yang
berlebihan jika dirangsang (hiperestesia), perasaan yang timbul tidak semestinya
(parastesia), nyeri, gangguan fungsi proprioseptif seperti gangguan rasa gerak,
getar, dan posisi (Pujiastuti, 2003).
Pada lansia yang mengalami penurunan sensori akan terdapat keengganan
untuk bersosialisasi karena kemunduran dari fungsi-fungsi sensoris yang dimiliki.
Indra yang dimiliki seperti penglihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman dan
perabaan merupakan kesatuan integrasi dari persepsi sensori.
C. Gangguan Penglihatan
Gangguan sistem penglihatan pada lansia merupakan salah satu masalah
penting yang dihadapi oleh lansia. Terjadinya penurunan fungsi penglihatan pada
lansia membuat kepercayaan diri lansia berkurang dan mempengaruhi dalam
pemenuhan aktivitas sehari- hari. Perubahan sistem penglihatan dan fungsi mata
yang dianggap normal dalam proses penuaan termasuk penurunan kemampuan
untuk melakukan akomodasi, konstriksi pupil akibat penuaan, dan perubahan
warna serta kekeruhan lensa mata (katarak).
Mata adalah organ sensorik yang mentransmisikan rangsang melalui jaras
pada otak ke lobus oksipitalis dimana rasa penglihatan ini diterima. Sesuai dengan
proses penuaan yang terjadi, tentunya banyak perubahan yang terjadi, diantaranya
alis berubah kelabu, dapat menjadi kasar pada pria, dan menjadi tipis pada sisi
temporalis baik pada pria maupun wanita. Konjungtiva menipis dan berwarna
kekuningan, produksi air mata oleh kalenjar lakrimalis yang berfungsi untuk
melembabkan dan melumasi konjungtiva akan menurun dan cenderung cepat
menguap, sehingga mengakibatkan konjungtiva lebih kering.
Pada mata bagian dalam, perubahan yang terjadi adalah ukuran pupil menurun
dan reaksi terhadap cahaya berkurang dan juga terhadap akomodasi. Lensa
menguning dan berangsur-angsur menjadi lebih buram mengakibatkan katarak,
sehingga mempengaruhi kemampuan untuk menerima dan membedakan warna-
warna. Kadang warna gelap seperti coklat, hitam dan marun tampak sama,
pandangan dalam area yang suram dan adaptasi terhadap kegelapan berkurang
(sulit melihat dalam cahaya gelap) menempatkan lansia pada resiko cedera.
Sementara cahaya menyilaukan dapat menyebabkan nyeri dan membatasi
kemampuan untuk membedakan objek-objek dengan jelas. Semua hal diatas dapat
mempengaruhi kemampuan fungsional para lansia.
D. Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran merupakan suatu keadaan yang menyertai lanjutnya
usia. Dengan makin lanjutnya usia terjadi degenerasi primer di organ corti berupa
hilangnya sel epitel syaraf yang di mulai pada usia pertengahan (Brockle-hurst
and Allen, 1987, Mills, 1985, Rees and Deekert, 1990, Vander Cammen, 1991).
Gejala ini bersifat semakin tua semakin berat (gradual), sehingga banyak orang
yang tidak menyadarinya.
Penurunan fungsi pendengaran bisa disebabkan oleh suatu masalah
mekanis di dalam saluran telinga atau di dalam telinga tengah yang menghalangi
penghantaran suara (penurunan fungsi pendengaran konduktif). Kerusakan pada
telinga dalam, saraf pendengaran atau jalur saraf pendengaran di otak (penurunan
fungsi pendengaran sensorineural).
E. Dampak pada fungsi normal
1. Penglihatan
Perubahan penglihatan dan fungsi mata yang dianggap normal dalam proses
penuaan termasuk penurunan kemampuan dalam melakukan akomodasi,
konstriksi pupil, akibat penuan, dan perubahan warna serta kekeruhan lansa mata,
yaitu katarak (Stanley & Patricia, 2006). Semakin bertambahnya usia, lemak akan
berakumulasi di sekitar kornea dan membentuk lingkaran berwarna putih atau
kekuningan di antara iris dan sklera. Kejadian ini disebut arkus sinilis, yang
terjadi pada lansia. Berikut ini merupakan dampak perubahan yang terjadi pada
penglihatan akibat proses menua:
a. Terjadinya awitan presbiopi dengan kehilangan kemampuan akomodasi.
Kerusakan ini terjadi karena otot-otot siliaris menjadi lebih lemah dan
kendur, dan lensa kristalin mengalami sklerosis, dengan kehilangan
elastisitas dan kemampuan untuk memusatkan penglihatan jarak dekat.
Implikasi dari hal ini yaitu kesulitan dalam membaca huruf-huruf yang
kecil dan kesukaran dalam melihat dengan jarak pandang dekat (Stanley &
Patricia, 2006).
b. Penurunan ukuran pupil atau miosis pupil terjadi karena sfingkter pupil
mengalami sklerosis. Implikasi dari hal ini yaitu penyempitan lapang
pandang dan mempengaruhi penglihatan perifer pada tingkat
tertentu(Stanley & Patricia, 2006).
c. Perubahan warna dan meningkatnya kekeruhan lensa kristal yang
terakumulasi dapat menimbulkan katarak. Implikasi dari hal ini adalah
penglihatan menjadi kabur yang mengakibatkan kesukaran dalam
membaca dan memfokuskan penglihatan, peningkatan sensitivitas
terhadap cahaya, berkurangnya penglihatan pada malam hari, gangguan
dalam persepsi kedalaman atau stereopsis (masalah dalam penilaian
ketinggian), perubahan dalam persepsi warna (Stanley & Patricia, 2006).
d. Penurunan produksi air mata. Implikasi dari hal ini adalah mata berpotensi
terjadi sindrom mata kering (Miller, 1999).
2. Pendengaran
Penurunan pendengaran merupakan kondisi yang secara dramatis dapat
mempengaruhi kualitas hidup. Kehilangan pendengaran pada lansia disebut
presbikusis. Berikut ini merupakan dampak perubahan yang terjadi pada
pendengaran akibat proses menua :
a. Pada telinga bagian dalam terdapat penurunan fungsi sensorineural, hal ini
terjadi karena telinga bagian dalam dan komponen saraf tidak berfungsi
dengan baik sehingga terjadi perubahan konduksi. Implikasi dari hal ini
adalah kehilangan pendengaran secara bertahap. Ketidak mampuan untuk
mendeteksi volume suara dan ketidakmampuan dalam mendeteksi suara
dengan frekuensi tinggi seperti beberapa konsonan (misal f, s, sk, sh, l)
(Stanley & Patricia, 2006).
b. Pada telinga bagian tengah terjadi pengecilan daya tangkap membran
timpani, pengapuran dari tulang pendengaran, otot dan ligamen menjadi
lemah dan kaku. Implikasi dari hal ini adalah gangguan konduksi suara
(Miller, 1999).
c. Pada telingan bagian luar, rambut menjadi panjang dan tebal, kulit menjadi
lebih tipis dan kering, dan peningkatan keratin. Implikasi dari hal ini
adalah potensial terbentuk serumen sehingga berdampak pada gangguan
konduksi suara (Miller, 1999).
DAFTAR PUSTAKA

Maryam, Siti; dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta:
Penerbit Salemba Medika.
Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Dewi, Sofia Rhosma. 2012. Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta:
Deepublish.
Darmojo, Boedhi, et al. 2000. Beberapa Masalah Penyakit Pada Usia Lanjut.
Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Anda mungkin juga menyukai