Anda di halaman 1dari 6

PENERAPAN DEEP BACK MASSAGE DAN MASSAGE ENDORPHIN TERHADAP

INTENSITAS NYERI KALA 1 PADA ASUHAN KEPERAWATAN INTRANATAL


CARE DI RSUD POSO

PROPOSAL STUDI KASUS

Oleh :

FITRAWATI
NIM : P00220218022

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PALU


PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN POSO
JURUSAN KEPERAWATAN
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses alamiah yang akan dialami oleh setiap ibu hamil.
Pada proses ini terjadi peregangan dan pelebaran mulut rahim sebagai akibat dari kontraksi
otot-otot rahim untuk mendorong bayi keluar. Kebanyakan ibu mulai merasakan sakit atau
nyeri persalinan adalah kala I fase aktif, pada fase ini ibu merasakan sakit yang hebat karena
rahim berkontraksi semakin lama semakin sering untuk mengeluarkan hasil konsepsi (Nafiah,
2018).
Angka persalinan di Indonesia terbilang cukup tinggi. Berdasarkan survey yang
dilakukan oleh World Health Organization (WHO, 2016) data statistik mencatat Negara
dengan jumlah ibu bersalin tertinggi yaitu Negara India (303.600 orang), Pakistan dengan
jumlah ibu bersalin (72.100 orang), China (57.000 orang), Bangladesh (36.900 orang), Utopia
( 32.700 orang), dan Indonesia berada di urutan ke 6 dengan Jumlah ibu bersalin adalah (32.
400 orang) (Rosita, 2020).
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia (2019) menyebutkan Angka kematian ibu
melahirkan pada 2018/2019 berada di angka 305 per 1000 kelahiran hidup. Penyebab
langsung kematian ibu yaitu 28% karena perdarahan, eklamsia 24%, komplikasi puerperium
8%, abortus 5%, partus eklamsia 24%, trauma obstetrik 3%, lain-lain 11%. Menurut data
Kesehatan di Sulawesi Tengah menunjukkan AKI tahun 2015 sejumlah 132/100.000 KH dan
terjadi penurunan hingga 82/100.000 KH pada tahun 2018. Di Kota Palu, Angka Kematian
Ibu menunjukkan angka 4/100.000 KH (ARITONANG, 2020).
Menurut Profil Kesehatan Kota Palu, Angka Kematian Ibu (AKI) sejumlah
111/100.000 KH di tahun 2014, 326/100.000 KH tahun 2015, dan 158/100.000 KH pada
tahun 2016. Untuk tahun 2017 Jumlah kasus kematian ibu bersalin pada tahun 2017 sebanyak
11 kematian. Kasus kematian ibu bersalin tertinggi di Puskesmas Petobo dengan jumlah kasus
kematian sebanyak 3 kematian. Selain itu, cakupan persalinan oleh Nakes Kota Palu sebesar
96,3 dan ditargetkan terendah di Puskesmas Pantoloan (Dewie & Kaparang, 2020).
Saat pertama kali melahirkan, kontraksi rahim menyebabkan pelebaran serviks dan
mendorong janin melalui jalan lahir, hal ini tentu akan disertai nyeri. Pada umumnya rasa
nyeri pada persalinan adalah manifestasi dari adanya kontraksi (pemendekan) uterus yang
dapat mengakibatkan rasa sakit pada pinggang, daerah perut dan menjalar ke arah paha,
peningkatan aktifitas system saraf simpatis, perubahan tekanan darah, denyut jantung,
pernafasan dengan warna kulit dan apabila tidak segera di atasi maka akan meningkatkan rasa
khawatir, tegang, takut, dan stress (Azelea et al., 2019).
Nyeri persalinan mulai timbul pada tahap kala I yang berasal dari kontraksi uterus dan
dilatasi seriks. Dengan makin bertambahnya baik lama maupun frekuensi kontraksi uterus,
nyeri yang dirasakan akan bertambah kuat. Nyeri pada persalinan kala I disebabkan karena
penekanan kepala janin pada pelvis, distensi struktur pelvis dan tekanan pada pelvis
lumbosakralis. Nyeri juga dirasakan pada region lumbal ke-2, bagian bawah punggung, pada
paha dan tungka. Sedangkan pada areal vagina dan perineum terjadi sensasi seperti tarikan,
tekanan, rasa terbakar dan kram. Hal ini yang membuat ibu bersalin mengejan. Akibat dari
nyeri persalinan akan membuat ibu bersalin merasa kesakitan, gelisah, dan terjadi ketegangan
otot (Winahyu, 2012).
Kondisi nyeri persalinan membuat sebagian besar ibu memilih cara yang paling cepat
dan gampang untuk menghilangkan nyeri. Fenomena yang terjadi saat ini kebanyakan ibu
lebih memilih untuk melakukan operasi section caesarea tanpa indikasi yang jelas dan juga
meminta untuk dilakukan epidural anestesi. Semakin banyak ibu yang ingin melahirkan tanpa
rasa nyeri menyebabkan berbagai cara dilakukan untuk menurunkan nyeri persalinan
diantaranya teknik farmakologi dan non farmakologi. Tindakan peredaan nyeri persalinan
secara non farmakologi diantaranya dengan cara distraksi, biofeedback atau umpan balik
hayati, hipnotis diri, mengurangi persepsi nyeri dan stimulasi kutaneus artinya mandi air
hangat, kompres hangat atau dingin, stimulasi saraf elektrik transkutan, massage seperti deep
back massage dan massage endorphin (Dewie & Kaparang, 2020).
Massase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan lunak, biasanya otot, atau
ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau perubahan posisi sendi untuk meredakan nyeri,
menghasilkan relaksasi dan atau memperbaiki sirkulasi. Metode massase terdiri dari beberapa
metode meliputi metode effluerage, metode counterpressure, metode deep back massage,
endorphin massage metode abdominal lifting (Sartina, 2019).
Deep back massage adalah penekanan pada sacrum yang dapat menurangi ketegangan
pada sendi sacroiliakus dari posisi oksiput posterior janin (Nafiah, 2018).
Selama kontraksi dapat dilakukan penekanan pada sakrum yang dimulai saat awal
kontraksi dan diakhiri setelah kontraksi berhenti. Jika klien menggunakan fetal monitor, dapat
melihat garis kontraksi untuk memulai dan mengakhiri penekanan. Penekanan dapat
dilakukan dengan tangan yang dikepalkan seperti bola tenis pada sakrum 2,3,4 dan posisi ibu
dalam keadaan berbaring miring. Intervensi deep back massage, akan menutup “gerbang
kendali” untuk menghambat perjalanan rangsangan nyeri pada pusat yang lebih tinggi pada
system syaraf pusat dam teknik syaraf pusat akan memberikan efek relaksasi kepada ibu,
sehingga ibu dapat melakukan persalinan dengan rileks dan nyaman dengan keluhan nyeri
yang minima (Sartina, 2019). Berdasarkan studi pendahuluan yang di dilakukan peneliti di
Klinik Bersalin Siti Khodijah Jakarta Selatan dengan observasi dan interview kepada 3 ibu
bersalin, 2 primi dan 1 multi semuanya merasa nyeri. Hasil penelitian ini menujukan bahwa
adanya pengaruh sebelum dan sesudah Deep Back Massage terhadap tingkat nyeri pada ibu
bersalin kala I fase aktif (pembukaan 4-7 cm). Karena nyeri yang dialami ibu bersalin kala I
fase aktif sebelum di berikan asuhan Deep Back Massage dan sesudah di berikan asuhan Deep
Back Massage mengalami penurunan tingkat nyeri yang dialami ibu bersalin kala I fase aktif.
Nyeri pada persalinan dialami terutama selama kontraksi (Nurulicha, 2019).
Sedangkan endorphine massage atau pijat endorphin adalah pijatan atau sentuhan yang
aplikasikan ke kulit sehingga merangsang system saraf pusat dan kelenjar hipofisis
memproduksi hormon endorphin. Efeknya, ibu akan merasa relaks dan nyaman, serta
merangsang pengeluaran hormon oksitosin yang dapat menstimulasi kontraksi uterus.
Terdapat informasi 10 bahwa pijatan yang diberikan pada ibu yang memasuki fase persalinan
selama 20 menit/jam, akan mengurangi rasa nyeri (Dewie & Kaparang, 2020).
Endorphin massage merupakan sebuah terapi sentuhan/pijatan ringan yang cukup
penting diberikan pada wanita hamil, di waktu menjelang hingga saatnya melahirkan. Hal ini
disebabkan karena pijatan merangsang tubuh untuk melepaskan senyawa endorphin yang
merupakan pereda rasa sakit dan dapat menciptakan perasaan nyaman. Selama ini endorphin
sudah dikenal sebagai zat yang banyak manfaatnya, beberapa diantaranya adalah, mengatur
produksi hormon pertumbuhan dan seks, mengendalikan rasa nyeri serta sakit yang menetap,
mengendalikan perasaan stres, serta meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Endorphin dalam
tubuh bisa dipicu munculnya melalui berbagai kegiatan, seperti pernapasan yang dalam dan
relaksasi, serta meditasi (Wahyuni et al., 2019).
Berdasarkan studi pendahuluan yang di dilakukan peneliti di Bidan Praktek Mandiri
Fika Saumi Pringsewu (Fitriana & Putri, 2017). Menurut peneliti pijat endorphin benar
memiliki pengaruh terhadap pengurangan terhadap intensitas nyeri pada kala I persalinan
normal. Hal ini dikarenakan sentuhan dan pijatan dapat memberikan ibu perasaan tenang dan
nyaman dalam menghadapi proses persalinan. Untuk itu pijat endorphin sangat disarankan
bagi suami dan Bidan yang berhubungan langsung dengan ibu hamil dan bersalin. Selain tidak
menimbulkan efek samping yang membahayakan ibu pijat endorphin dapat menurunkan
kecemasan sehingga nyeri yang ditimbulkan saat bersalin dapat berkurang.
Dari informasi-informasi tersebut, maka peneliti tertarik untuk meneliti mengenai
Penerapan Deep Back Massage Dan Massage Endorphin Terhadap Intensitas Nyeri Kala I
Pada Asuhan Keperawatan Intranatal Care Di RSUD POSO.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, reviewer mencoba melakukan studi kasus pada
beberapa jurnal penelitian untuk mengetahui lebih mendalam yang berhubungan dengan
Penerapan Deep Back Massage Dan Massage Endorphin Terhadap Intensitas Nyeri Kala I
Pada Asuhan Keperawatan Intranatal Care Di RSUD POSO.
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dapat mengidentifikasi studi kasus yang berhubungan dengan masalah penelitian.
Dapat mengidentifikasi Penerapan Deep Back Massage Dan Massage Endorphin Terhadap
Intensitas Nyeri Kala I Pada Asuhan Keperawatan Intranatal Care Di RSUD POSO.
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi RSUD Poso
RSUD Poso dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai salah satu
alternative untuk mengatasi intensitas nyeri kala 1 pada pasien intranatal care
dengan memberikan terapi pijat deep back massage dan massage endorphin.
2. Bagi Institusi
Hal ini harapkan dapat menjadi bahan referensi bagi adik-adik mahasiswa dan
menambah keluasan ilmu dalam bidang keperawatan.
3. Bagi Peneliti
Hasil ini diharapkan dapat meningkatkan pengalaman pengetahuan tentang
bagaimana Penerapan Deep Back Massage Dan Endorphin Massage Terhadap
Intensitas Nyeri Kala 1 Fase Aktif Di Rsud Poso.
4. Bagi Peneliti Selanjutnya
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman penulis dalam penerapan
asuahan keperawatan pada pasien intranatal care.
DAFTAR PUSTAKA
ARITONANG, C. N. (2020). PENGARUH SENAM HAMIL TERHADAP PROSES
PERSALINAN DI KLINIK SEHAT KASIH BUNDA MEDAN TAHUN 2020. 21(1), 1–9.
Azelea, A., Vasra, E., & Kadir, A. (2019). Pengaruh Teknik Pesan Endorphin Terhadap
Penurunan Nyeri Saat Persalinan Pertama di BPM dan Puskesmas Palembang. 2019,
79–86.
Dewie, A., & Kaparang, M. J. (2020). Efektivitas Deep Back Massage dan Massage
Endorphin terhadap Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif di BPM Setia. Poltekita : Jurnal
Ilmu Kesehatan, 14(1), 43–49. https://doi.org/10.33860/jik.v14i1.85
Fitriana, & Putri, N. A. (2017). Pengaruh Pijat Endorphin (Endorphin Massage) terhadap
Intensitas Nyeri Kala I Pada Ibu Primipara. Jurnal Ilmiah Keperawatan Sai Betik, 13(1),
31–34.
Nafiah, T. (2018). Pengaruh Metode Deep Back Massage Terhadap Intensitas Nyeri Pada
Persalinan Kala I Fase Aktif Di Klinik Pratama Mutiara Bunda Kawalu Kota
Tasikmalaya Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Bakti Tunas Husada: Jurnal Ilmu-Ilmu
Keperawatan, Analis Kesehatan Dan Farmasi, 18(2), 228–236.
https://doi.org/10.36465/jkbth.v18i2.407
Nurulicha, et al. (2019). Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Tingkat Klinik Bersalin
Siti Khodijah Jakarta Selatan. VOL. VIII, 2.
Rosita, M. Y. L. (2020). Efektifitas Deep Back Massage Dan Effleurage Massage Terhadap
Penurunan Intensitas Nyeri Persalinan Kala I Fase Aktif Pada Ibu Primipara Di
Puskesmas Jumpandang Baru Makassar. Jurnal Keperawatan Muhammadiyah, 5(1).
http://journal.um-surabaya.ac.id/index.php/JKM
Sartina. (2019). Pengaruh Deep Back Massage Terhadap Penurunan Nyeri Persalinan Kala I
Fase Aktif Di Bps Bunda Amud Dan Bps Ummi. 2(3), 166–176.
Wahyuni, T. S., Purba, J., & Batubara, A. (2019). Perbandingan Efektivitas Terapi Panas dan
Endorphin Massage terhadap Intensitas Nyeri Kala 1 fase Aktif Persalinan Normal Ibu
Primipara. Publikasi Kebidanan, 10(1), 99–110.
Winahyu, S. (2012). Pengaruh Deep Back Massage and Teknik Deep Breathing Terhadap
Intensitas Nyeri Kala I Fase Aktif Primigravida Di Bps Ny Endang Kediri. 3, 2–7.
http://jukia.medikawiyata.ac.id/index.php/jkia/article/view/49

Anda mungkin juga menyukai