Anda di halaman 1dari 17

1.

Tujuan investigasi wabah


 Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan cara penularan (reservoir dan
transisi dari wabah)
 Memastikan terjadinya wabah
 Menggambarkan kasus wabah menurut varibel orang tempat dan waktu
 Mengidentifikasi populasi yang rentan mengalami risiko terpapar terhadap
penyakit
 Melaksanakan intervensi untuk menanggulangi dan mengeliminasi wabah
 Mengembangkan kebijakan.untuk mencegah wabah dimasa mendatang.

2. Factor yang mempengaruhi kejadian wabah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA WABAH


a. Herd Immunity yang rendah (host)
Herd imunnity adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok
penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab
penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu
anggota kelompok tersebut. Herd Immunity merupakan faktor utama dalam
proses kejadian wabah di masyarakat serta kelangsungan penyakit pada
suatu kelompok penduduk tertentu. 
b. Patogenesiti (agent)
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga
timbul sakit.
c. Lingkungan Yang Buruk (environment)
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi
kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut. 

3. Tujuan surveillance epidemiologi

 Memantau kecenderungan penyakit 


 Deteksi dan prediksi terjadinya KLB 
 Memantau kemajuan suatu program pemberantasan 
 Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan pelayanan kesehatan 
 Pembuatan policy dan kebijakan pemberantasan penyakit
Tujuan Surveilans menurut Depkes RI (2004a) adalah untuk pencegahan dan
pengendalian penyakit dalam masyarakat, sebagai upaya deteksi dini
terhadap kemungkinan terjadinya kejadian luar biasa (KLB), memperoleh
informasi yang diperlukan bagi perencanaan dalam hal pencegahan,
penanggulangan maupun pemberantasannya pada berbagai tingkat
administrasi.

4. Manfaat surveillance
Manfaat surveilans epidemiologi (a).Deteksi Perubahan akut dari penyakit
yang terjadi dan distribusinya (b).Identifikasi dan perhitungan trend dan pola
penyakit (c).Identifikasi kelompok risiko tinggi menurut waktu, orang dan
tempat (d).Identifikasi faktor risiko dan penyebab lainnya (e).Deteksi
perubahan pelayanan kesehatan yang terjadi (f).Dapat memonitoring
kecenderungan penyakit endemis (g).Mempelajari riwayat alamiah penyakit
dan epidemiologinya (h).Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi
kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa datang (i).Membantu menetapkan
masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap
perencanaan. 

5. Management puskesmas menurut departemen kesehatan RI adalah


Sesuai Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (Depkes RI, 2006),
Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta
pengendalian, pengawasan dan penilaian.

6. Yang diperhatikan dalam penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK)


Penyusunan RUK dilakukan setelah melakukan analisis situasi, menetapkan
prioritas masalah, merumuskan masalah dan mencari penyebab

Pertimbangan untuk menyusun RUK


• Memperhatikan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen
masukan (input), seperti: 1. Informasi 2. Organisasi atau mekanisme 3.
Teknologi atau Cara 4. Sumber Daya Manusia (SDM).

7. Berapa kali dalam setahun lokakarya mini dilakukan oleh puskesmas


Bulanan dan triwulan

8. Yang dibahas dlm loka karya mini puskesmas

Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :
1.      Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk :
a.       Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
b.      Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c.       Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
d.      Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana
kerja yang baru.
2.      Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pertemuan dilaksanakan untuk :
a.       Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina
dan mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b.      Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi
serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama (Depkes
RI, 2006)

9. Ruang lingkup penilaian kerja puskesmas


Ruang lingkup kinerja puskesmas meliputi penilaian pencapaian hasil
pelaksanaan pelayanan kesehatan, manajemen puskesmas dan mutu
pelayanan. Penilaian terhadap kegiatan upaya kesehatan wajib puskesmas
yang telah ditetapkan di tingkat kabupaten/kota dan kegiatan upaya
kesehatan pengembangan dalam rangka penerapan tiga fungsi puskesmas
yang diselenggarakan melalui pendekatan kesehatan masyarakat, dengan
tetap mengacu pada kebijakan dan strategi untuk mewujudkan visi ”
Indonesia Sehat 2010.

10. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah


K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah
kemungkinan terjadinya    kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja.

11. 5 faktor resiko kesehatan dan keselamatan kerja di instalasi kesehatan


Kimia
Fisik
Ergonomis
psikososial
biologi

12. 5 alat pelindung


Masker
Handscun
Sepatu boot
Kacamata goodle
apron

13. Jenis dan cara penanganan sampah medis di instalasi kesehatan

Teknik Pengelolaan Limbah Medis Tajam. Teknik pengelolaan limbah medis


tajam dapat dilakukan dengan : (1) Safety Box. Alternative 1 : Jarum dan
syringe langsung dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu
penyuntikan; setelah penuh, safety box dan isinya dikirim ke sarana kesehatan
lain yang memiliki incinerator dengan suhu pembakaran minimal 1000⁰C atau
memiliki alat pemusnah carbonizer. Alternatif 2 : Jarum dan syringe langsung
dimasukkan ke dalam safety box pada setiap selesai satu penyuntikan; Setelah
penuh, safety box dan isinya ditanam di dalam sumur galian yang kedap air (silo)
atau needle pit yang lokasinya didalam area unit  pelayanan kesehatan. (2)
Needle Cutter. Alternatif 1: Jarum dipatahkan dengan needle cutter pada setiap
selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam needle
collection container dimasukkan ke dalam safety box, kemudian dilanjutkan
dengan proses penanganan seperti yang dijelaskan dalam penanganan
menggunakan safety box. Alternatif 2 : Jarum dipatahkan dengan needle cutter
pada setiap selesai satu penyuntikan; Potongan jarum yang terkumpul di dalam
needle collection container dimasukkan ke dalam needle pit; Syringe bekas pakai
didisinfeksi dengan menggunakan larutan sodium hipoklorit 5% dan direndam
selama 30 menit, sehingga syringe telah steril dan dapat didaur ulang,.
Pembuatan needle pit dapat dilakukan dengan bahan buis beton diameter 60 cm
panjang a meter ataupun pipa PVC dengan diameter minimal 4 inchi panjang 3
meter. Untuk needle pit dengan buis beton sepanjang 60 cm ditanam dan ditutup
dengan bahan beton tetapi menyediakan lubang untuk memasukkan needle.
Sedangkan untuk needle pit dengan pipa PVC ditanam sepanjang 2,5 meter dan
ditutup dengan dop ulir PVC yang sewaktu-waktu dapat dibuka bila akan
memasukkan needle. (3) Needle Burner. Alternatif yang bisa dilakukan adalah :
Jarum dimusnahkan dengan needle burner langsung pada setiap selesai satu
penyuntikan; Syringe selanjutnya diproses seperti dijelaskan dalam penanganan
dengan needle cutter; Hasil proses pemusnahan dengan needle burner
dimasukkan ke dalam kantong plastic warna hitam, karena sudah tidak infeksius;
Sisa proses bersama kantong plastiknya langsung dibawa ke tempat
penampungan sementara limbah domestic.

Pengelolaan yang tepat untuk pengelolaan limbah medis di unit-unit pelayanan


kesehatan selain tergantung pada administrasi dan organisasi yang baik, juga
memerlukan kebijakan dan pendanaan yang memadai dan sekaligus partisipasi
aktif dari semua pihak yang ada di unit pelayanan tersebut, misalnya dengan
membentuk Tim Pengelolaan Limbah untuk menyusun rencana pengelolaan
limbah secara terstruktur , sistematis dan intensif.

-limbah infeksius
Limbah patologis
Limbah kimia

14. Kesehatan industry adalah

15. Factor resiko untuk kesehatan kerja industry

a. Tambang emas : terpapar mercury, bronkhopulmoner, dermatosis,


longsor.
b. Pabrik minuman : keracunan. Kelainan pendengaran, dermatosis,
ledakan
c. Transportasi darat :  Penyakit yang disebabkan oleh getaran
mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah
tepi atau syaraf tepi). KLL,
d. Pabrik pengolahan daging : dermatosis, kebakaran. kecacatan
e. Tambang terbuka di atas 1000m : Pneumokoniosis, longsor.
1. Definisi ilmu kesehatan masyarakat (bahasa Inggris: public health) menurut
Profesor Winslow dari Universitas Yale (Leavel and Clark, 1958) adalah ilmu dan
seni mencegah penyakit, memperpanjang hidup, meningkatkan kesehatan fisik
dan mental, dan efisiensi melalui usaha masyarakat yang terorganisir untuk
meningkatkan sanitasi lingkungan, kontrol infeksi di masyarakat, pendidikan
individu tentang kebersihan perorangan, pengorganisasian pelayanan medis dan
perawatan, untuk diagnosa dini, pencegahan penyakit dan pengembangan
aspek sosial, yang akan mendukung agar setiap orang di masyarakat
mempunyai standar kehidupan yang kuat untuk menjaga kesehatannya.

2. Pilar Ilmu Kesehatan Masyarakat

1. Epidemiologi dan Biostatistika

3. Kesehatan Lingkungan

4. Pendidikan Kesehatan dan Perilaku

5. Administrasi Kesehatan Masyarakat

6. Gizi Kesehatan Masyarakat

7. Kesehatan dan Keselamatan Kerja

8. Kesehatan Reproduksi

9. Sistem Informasi Kesehatan

10.Surveilans Penyakit Menular dan Tidak Menular

3. Preventif, Kuratif , Rehabilitatif

4. Agar usaha kesehatan masyarakat dapat terlaksana dengan baik maka ada
beberapa prinsip pokok yang harus terpenuhi, yaitu :

1. Usaha kesehatan masyarakat lebih mengutamakan tindakan pencegahan


(preventif) daripada pengobatan (kuratif).
2. Dalam melaksanakan tindakan pencegahan selalu menggunakan cara-cara yang
ringan biaya dan berhasil baik.
3. Dalam melaksanakan kegiatannya lebih menitik beratkan pada masyarakat, baik
sebagai pelaku (subyek) dan sasaran (obyek) atau dengan kata lain “suatu
usaha dari, oleh dan untuk masyarakat.
4. Dalam melibatkan masyarakat sebagai pelaku maka sasaran yang diutamakan
adalah masyarakat yang terorganisir.
5. Ruang lingkup usaha lebih mengutamakan masalah-masalah kesehatan
kemasyarakatan dari pada kesehatan perorangan karena bila tidak ditanggulangi
dengan segera dapat mengancam kesehatan dan keselamatan masyarakat lua

5. Epidemiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu epi atau upon yang berarti pada
atau tentang. Demos atau people berarti penduduk dan logia atau knowledge
berarti ilmu. Dalam buku Foundations of Epidemiology (1994) karya David E
Lilienfeld, definisi epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat,
penyebab, pengendalian, dan faktor yang memengaruhi frekuensi dan distribusi
penyakit, kecacatan dan kematian dalam poppulasi manusia
6.
7. Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar dapat dilayani oleh Puskesmas yang
mempunyai fasilitas atau kemampuan untuk penangan kegawatdaruratan obstetri dan
neonatal dasar. Puskesmas PONED merupakan puskesmas yang siap 24 jam, sebagai
rujukan antara kasus-kasus rujukan dari polindes dan puskesmas. Polindes dan
puskesmas non perawatan disipakan untuk mealkukuan pertolongan pertama gawat
darurat obstetri dan neonatal (PPGDON) dan tidak disiapkan untuk melakukan PONED.

Beberapa komponen pelayanan maternal, antara lain  Pre eklamsia/eklamsia, Tindakan


obstetri pada pertolongan persalinan, Perdarahan postpartum, dan Infeksi nifas.
Sedangkan komponen pelayanan neonatal antara lain :1). Bayi berat lahir rendah
(Hipotermi, Hipoglikemi, Ikterus/hiperbilirubinemia, dan masalah pemberian nutrisi; 2).
Asfiksia pada bayi; 3). Gangguan nafas; 4). Kejang pada bayi baru lahir; 5). Infeksi
neonatal; 6). Rujukan dan transportasi bayi baru lahir
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif
Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif dilaksanakan di rumah sakit
dengan kemampuan untuk memberikan pelayanan 24 jam. Kesiapan sarana rumah
sakit meliputi ruang kebidanan dengan fasilitas gawat darurat untuk memberikan
pelayanan terhadap kasus kegawatdaruratan obstetri dan neonatal, neonatal risiko
tinggi, pelayanan transfusi darah, tindakan operasi seksio sesaria. Dalam hal rujukan,
rumah sakit PONEK menerima rujukan dari puskesmas PONED apabila terdapat kasus
kegawatdaruratan obstetri dan neonatal yang memerlukan penanganan seksio sesarea
dan pemberian transfusi darah.

8. kegiatan pokok Puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut :

–          Kesejahteraan Ibu dan Anak.

–          Keluarga Berencana.

–          Usaha Peningkatan Gizi.

–          Kesehatan Lingkungan.

–          Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular.

–          Pengobatan Termasuk Pelayanan Darurat Karena Kecelakaan.

–          Penyuluhan Kesehatan Masyarakat.

–          Kesehatan Sekolah.

–          Kesehatan Olahraga.

–          Perawatan Kesehatan Masyarakat.

–          Kesehatan Kerja.

–          Kesehatan Gigi dan Mulut.


–          Kesehatan Jiwa.

–          Kesehatan Mata.

–          Laboratorium Sederhana.

–          Pencatatan dan Pelaporan Dalam Rangka Sistem Informasi Kesehatan.

–          Kesehatan Lanjut Usia.

–          Pembinaan Pengobatan Tradisional.

–          Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai


satuan masyarakat terkecil. Setiap kegiatan pokok Puskesmas dilaksanakan dengan
pendekatan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa(PKMD)

99.

2006

9.loka karya mini adalah suatu bentuk upaya untuk penggalangan dan
pemantauan
berbgai kegiatan puskesmas melalui suatu pertemuan.
Yang dibahas dlm loka karya mini puskesmas

Pada dasarnya ruang lingkup lokakarya mini meliputi dua hal pokok yaitu :
1.      Lintas program
Memantau pelaksanaan kegiatan Puskesmas berdasarkan perencanaan dan
memecahkan masalah yang dihadapi serta tersusunnya rencana kerja baru.
Pertemuan bertujuan untuk :
a.       Meningkatkan kerjasama antar petugas intern Puskesmas, termasuk
Puskesmas Pembantu dan Bidan di Desa.
b.      Mendapatkan kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan
perencanaan yaitu Rencana Pelaksanaan Kegiatan (RPK).
c.       Meningkatkan motivasi petugas puskesmas untuk dapat melaksanakan
kegiatan sesuai dengan perencanaan (RPK).
d.      Mengkaji pelaksaan rencana kerja yang telah disusun, memecahkan
masalah yang terjadi dan menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana
kerja yang baru.
2.      Lintas sektor
Dalam rangka meningkatkan peran serta masyarakat dan dukungan sektor-
sektor yang bersangkutan dalam pelaksanaan pembangunan kesehatan.
Pertemuan dilaksanakan untuk :
a.       Mendapatkan kesepakatan rencana kerja lintas sektoral dalam membina
dan mengembangakan peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
b.      Mengkaji hasil kegiatan kerjasama, memecahakan masalah yang terjadi
serta menyusun upaya pemecahan dalam bentuk rencana kerja sama (Depkes
RI, 2006)

10. Tujuan investigasi wabah

 Mengidentifikasi dengan cepat sumber dan cara penularan (reservoir dan


transisi dari wabah)
 Memastikan terjadinya wabah
 Menggambarkan kasus wabah menurut varibel orang tempat dan waktu
 Mengidentifikasi populasi yang rentan mengalami risiko terpapar terhadap
penyakit
 Melaksanakan intervensi untuk menanggulangi dan mengeliminasi wabah
 Mengembangkan kebijakan.untuk mencegah wabah dimasa mendatang.

11. Factor yang mempengaruhi kejadian wabah

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIMBULNYA WABAH


a. Herd Immunity yang rendah (host)
Herd imunnity adalah tingkat kemampuan atau daya tahan suatu kelompok
penduduk tertentu terhadap serangan atau penyebaran unsur penyebab
penyakit menular tertentu berdasarkan tingkat kekebalan sejumlah tertentu
anggota kelompok tersebut.
Herd Immunity merupakan faktor utama dalam proses kejadian wabah di
masyarakat serta kelangsungan penyakit pada suatu kelompok penduduk
tertentu. 
b. Patogenesiti (agent)
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada pejamu sehingga
timbul sakit.
c. Lingkungan Yang Buruk (environment)
Seluruh kondisi yang terdapat di sekitar organisme tetapi mempengaruhi
kehidupan ataupun perkembangan organisme tersebut. 

12. Tujuan surveillance epidemiologi

 Memantau kecenderungan penyakit 


 Deteksi dan prediksi terjadinya KLB 
 Memantau kemajuan suatu program pemberantasan 
 Menyediakan informasi untuk perencanaan pembangunan pelayanan kesehatan 
 Pembuatan policy dan kebijakan pemberantasan penyakit

13. Management puskesmas menurut departemen kesehatan RI adalah

Sesuai Pedoman Perencanaan Tingkat Puskesmas (Depkes RI, 2006),


Manajemen Puskesmas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang bekerja
secara sinergik yang meliputi perencanaan, penggerakan pelaksanaan serta
pengendalian, pengawasan dan penilaian.

14. Yang diperhatikan dalam penyusunan rencana usulan kegiatan (RUK)

Penyusunan RUK dilakukan setelah melakukan analisis situasi, menetapkan


prioritas masalah, merumuskan masalah dan mencari penyebab

Pertimbangan untuk menyusun RUK


• Memperhatikan kemampuan sumber daya organisasi atau komponen
masukan (input), seperti: 1. Informasi 2. Organisasi atau mekanisme 3.
Teknologi atau Cara 4. Sumber Daya Manusia (SDM).

15. Kesehatan dan keselamatan kerja adalah

K3 adalah suatu ilmu pengetahuan dan penerapan guna mencegah


kemungkinan terjadinya    kecelakaan dan penyakit yang disebabkan oleh
pekerjaan dan lingkungan kerja.
16. Sebutkan mininmal 5 APD yag biasa di gunakan diindustri dan manfaatnya

• Kepala : Helmet

• Mata : Safety glosses, safety gogle

• Wajah : Face shield

• Tangan: Safety gloves, pelindung jari

• Kulit : Cream pelindung, skin cleaner

• Kaki : Safety shoes

• Pernapasan : Masker, Breathing apparatus

• Telinga : Ear plug, Ear muff


17.

18. Factor resiko untuk kesehatan kerja industry


f. Tambang emas : terpapar mercury, bronkhopulmoner, dermatosis,
longsor.
g. Pabrik minuman : keracunan. Kelainan pendengaran, dermatosis,
ledakan
h. Transportasi darat :  Penyakit yang disebabkan oleh getaran
mekanik (kelainan-kelainan otot, urat, tulang persendian, pembuluh darah
tepi atau syaraf tepi). KLL,
i. Pabrik pengolahan daging : dermatosis, kebakaran. kecacatan
j. Tambang terbuka di atas 1000m : Pneumokoniosis, longsor.

19. Kesehatan industry adalah

kesehatan dan keselamatan kerja (K3, terkesan rancu apabila disebut keselamatan


dan kesehatan kerja) adalah bidang yang terkait dengan kesehatan, keselamatan,
dan kesejahteraan manusia yang bekerja di sebuah institusi maupun lokasi proyek.

Tujuan K3 adalah untuk memelihara kesehatan dan keselamatan lingkungan kerja. [1] K3
juga melindungi rekan kerja, keluarga pekerja, konsumen, dan orang lain yang juga
mungkin terpengaruh kondisi lingkungan kerja.

K3 cukup penting bagi moral, legalitas, dan finansial. Semua organisasi memiliki
kewajiban untuk memastikan bahwa pekerja dan orang lain yang terlibat tetap berada
dalam kondisi aman sepanjang waktu. [2] Praktik K3 meliputi pencegahan, pemberian
sanksi, dan kompensasi, juga penyembuhan luka dan perawatan untuk pekerja dan
menyediakan perawatan kesehatan dan cuti sakit. K3 terkait dengan ilmu kesehatan
kerja, teknik keselamatan, teknik industri, kimia, fisika kesehatan, psikologi organisasi
dan industri, ergonomika, dan psikologi kesehatan kerja

20.

Anda mungkin juga menyukai