Anda di halaman 1dari 7

CiE 8 (1) (2019)

Chemistry in Education
Terakreditasi SINTA 5
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/cemined

ANALISIS MISKONSEPSI PESERTA DIDIK PADA MATERI HIDROLISIS


GARAM MELALUI TES DIAGNOSTIK

Azki Anwarudin, Murbangun Nuswowati, Nuni Widiarti

Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang

Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. 8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak


Diterima April 2019 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya miskonsepsi yang terjadi pada
Disetujui Mei 2019 peserta didik pada materi hidrolisis garam. Penelitian dilakukan dengan metode
Dipublikasikan Juni 2019 deskriptif analisis yang terdiri dari tahap pembuatan instrumen, validasi
instrumen, ujicoba instrumen, analisis data hasil ujicoba dan pelaksanaan tes. Tes
diagnostik dilakukan setelah peserta didik mendapatkan pembelajaran materi
hidrolisis garam. Berdasarkan analisis data hasil penelitian, diperoleh presentase
Keywords:
siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi hidrolisis garam sebesar 22,72%.
Hydrolysis of salt;
Presentase miskonsepsi tiap konsep adalah sebagai berikut: konsep reaksi
misconception; diagnostic test
hidrolisis garam sebesar 16,67%, konsep identifikasi garam yang terbentuk dari
asam kuat dan basa lemah sebesar 26,33%, konsep identifikasi asam lemah dan
basa kuat sebesar 18,33%, konsep identifikasi asam lemah dan basa lemah
sebesar 13,33%, konsep penentuan pH larutan garam yang berasal dari asam
kuat dan basa lemah sebesar 24,44%, konsep penentuan pH larutan garam yang
berasal dari asam lemah dan basa kuat sebesar 33,33%, serta konsep penentuan
pH larutan garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah sebesar 26,67%.
Data hasil wawancara yang dilakukan terhadap beberapa siswa yang mengalami
miskonsepsi dijelaskan penyebab miskonsepsi yang terjadi. Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpilkan bahwa miskonsepsi yang terjadi di kelas XI MIA 3
termasuk dalam kategori miskonsepsi rendah.

Abstract
This study aims to determine the existence of misconceptions that occur in learners on salt
hydrolysis material. The research was done by descriptive method of analysis consisting of
instrument making phase, instrument validation, instrument test, data analysis of test
result and test implementation. Diagnostic test is done after learners get salt hydrolysis
material study. Based on data analysis of research results, obtained percentage of students
who experienced misconception on salt hydrolysis of 22.72%. The percentage of
misconception of each concept is as follows: the concept of salt hydrolysis reaction of
16.67%, the concept of salt identification formed from strong acid and weak base by
26.33%, the concept of weak acid identification and strong base of 18.33%, the concept of
identification weak acid and basic base 13.33%, the concept of pH determination of salt
derived from strong acid and weak base of 24.44%, the concept of pH determination of salt
derived from weak acid and strong base of 33.33%, and the concept of pH determination
of salt solution derived from weak acid and weak base of 26.67%. Data from interviews
conducted on some students who experienced misconception explained the causes of
misconception that occurred. Based on the results of the study can be concluded that
misconception that occurred in class XI MIA 3 included in the low misconception category.

© 2019 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi :
E-mail: azkianwar161196@gmail.com ISSN NO 2252-6609
Azki Anwarudin / Journal of Chemistry In Education 8 (1) (2019)
Pendahuluan Peserta didik yang aktif dalam pembelajaran
Kimia merupakan mata pelajaran yang akan dapat membangun konsepnya sendiri.
didalamnya terdapat banyak konsep mulai dari Salah satu kemampuan yang diperoleh peserta
konsep sederhana sampai konsep yang didik adalah mampu mengidentifikasi dan
kompleks (Suyanti, 2010). Konsep-konsep menalar yang berfungsi sebagai pemecah
dalam kimia adalah hirarkis (Tsaparlis, masalah (Nuswowati et al., 2017). Alternatif
Kolioulis dan Pappa, 2010) sehingga perlu lain yang dapat digunakan untuk mengetahui
adanya penekanan pada tiap konsepnya. Pada miskonsepsi adalah tes diagnostic. Tes
kenyataannya, peserta didik sering mengalami diagnostic two-tier dapat menjadi solusi dalam
kesulitan dalam memahami berbagai konsep mengetahui penyebab kekurangan pada
kimia. Pemahaman konsep yang tidak sesuai ini pemahaman konsep peserta didik (Rositasari,
disebut miskonsepsi (Salirawati, 2011). Saridewi dan Agung, 2014). Siswa yang dapat
Miskonsepsi yang terjadi umumnya menjawab benar pada pertanyaan ditingkat
berasal dari materi prasyarat yang diperoleh. pertama belum tentu dapat menjawab dengan
Materi prasyarat yang harus dikuasai dalam benar pertanyaan ditingkat selanjutnya. Hal ini
mempelajari materi hidrolisis garam ialah dikarenakan respon pada pertanyaan tingkat
materi asam basa. Karakteristik materi asam pertama relatif mudah, tetapi pertanyaan
basa yang bersifat abstrak akan menyulitkan tingkat kedua membutuhkan penyelidikan
peserta didik dalam memahami materi hidrolisis secara mendalam pemahaman dibalik jawaban
garam. Miskonsepsi terjadi karena hasil pada tingkat pertama. Bagi mereka yang tidak
pengalaman peserta didik yang diulang-ulang memahami konsep secara menyeluruh akan
atas fenomena kehidupan sehari-hari kesulitan untuk menjawab pertanyaan di tingkat
(Aufschnaiter dan Rogge, 2010). Miskonsepsi kedua (Kurniasih dan Haka, 2017)
juga dapat terjadi jika terdapat kesenjangan Penelitian ini menggunakan instrumen
antara teori dan praktik, dengan kata lain tes diagnostic two­tier multiple choice dengan dua
kondisi kerja pendidik juga bisa menyebabkan tingkatan. Tingkatan pertama berisi jawaban
miskonsepsi (Karakus dan Jay, 2015). peserta didik mengenai soal yang ditanyakan.
Sulitnya mengubah miskonsepsi pada Tingkatan yang kedua berisi alasan yang
jenjang yang lebih sukar dapat diatasi dengan mendasari jawaban peserta didik. Alasan pada
mengetahui konsep apa saja yang menimbulkan tingkatan kedua sudah ada pada instrumen soal
miskonsepsi. Oleh sebab itu penelitian analisis sehingga peserta didik dapat memilih alasan
miskonsepsi diharapkan dapat menemukan yang berhubungan dengan jawaban. Hal ini
solusi untuk menyelesaikan masalah itu menjadikan instrumen tes diagnostic sangat
permasalahan tersebut. Penelitian mengenai efektif dalam mengetahui miskonsepsi yang
miskonsepsi pernah dilakukan (Demirciglu, terjadi pada peserta didik (Tan et al., 2005)
Ayas dan Demirciglu, 2005) yang menyatakan Pada penelitian juga dipelajari
bahwa miskonsepsi pada umumnya berasal dari bagaimana miskonsepsi yang terjadi pada
kehidupan sehari-hari peserta didik, sehingga materi hidrolisis garam dan berapa presentase
perlu mengikutsertakan halyang dilakukan miskonsepsi yang terjadi pada tiap konsep
dalam kehidupan sehari-hari dalam aktivitas materi hidrolisis garam. Penelitian ini bertujuan
nya. Selain itu, juga telah dilakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana miskonsepsi yang
oleh (Pinarbasi, 2007) yang menyatakan bahwa terjadi pada materi hidrolisis ditinjau dari segi
hidrolisis merupakan pemisahan substansi pola dan jenisnya. Selain itu juga untuk
kedalam ion oleh air. Selain itu penelitian lain mengetahui berapa presentase miskonsepsi tiap
menunjukan hasil bahwa sebesar 46% peserta konsep pada materi hidrolisis.
didik mengalami miskonsepsi pada materi
Metode Penelitian
hidrolisis garam, terutama pada aspek simbolik.
Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Miskonsepsi peserta didik tersebar di semua
Negeri 3 Magelang pada tanggal 7 Februari
konsep. Secara berurutan miskonsepsi peserta
sampai 1 Maret 2018. Metode penelitian yang
didik dari yang terbesar ke terkecil adalah pada
digunakan ialah metode deskriptif analisis yang
konsep hidrolisis garam (60,00%) (Amelia,
terdiri dari dari tahap pembuatan instrumen,
Marheni dan Nurbaity, 2014).
validasi instrumen, ujicoba instrumen, analisis
Salah satu alternatif untuk mengurangi data hasil ujicoba dan pelaksanaan tes. Desain
miskonsepsi ialah dengan menerapkan model penelitian yang digunakan adalah one­shot case
pembelajaran yang berpusat pada peserta didik.
2
Azki Anwarudin / Journal of Chemistry In education 8 (1) (2019)

study. Penelitian ini tidak memberikan pretest miskonsepsi yang terjadi pada tiap konsep dapat
pada awal pembelajaran. Pengambilan sampel dilihat pada Tabel 1.
digunakan teknik purposive sampling atau Tabel 1, menunjukkan bahwa
berdasarkan rekomendasi dari guru mata miskonsepsi terjadi pada semua konsep
pelajaran. Dasar pertimbangan yang dilakukan hidrolisis garam. Miskonsepsi yang terjadi dapat
yaitu jam pelajaran dan homogenitas siswa dikategorikan dalam dua pola miskonsepsi yaitu
dikelas tersebut. Teknik pengumpulan data pola false positive (Mi-1) dan pola false negative
dilakukan dengan tes diagnostik two­tier, (Mi-2). Pola miskonsepsi false positive terjadi
wawancara serta dokumentasi. ketika peserta didik menjawab dengan benar
Teknik analisis data yang dilakukan namun alasan yang dipilih salah sedangkan pola
mencakup dua analisis, yaitu analisis data awal miskonsepsi false negative terjadi ketika peserta
dan analisis data akhir. Analisis data awal didik menjawab dengan salah namun alasan
meliputi observasi awal, studi literatur mengenai yang dipilih benar.
miskonsepsi dan tes diagnostik. Sedangkan Pada materi hidrolisis garam, terdapat
analisis data akhir meliputi analisis hasil tes dua konsep yang didalamnya hanya terjadi
diagnostik, presentase miskonsepsi yang terjadi miskonsepsi pola false positive yaitu konsep
pada tiap konsep dan analisis wawancara secara Identifikasi garam yang terbentuk dari asam
deskriptif. kuat dan basa lemah serta Identifikasi garam
Hasil dan Pembahasan yang terbentuk dari asam lemah dan basa kuat.
Hasil penelitian meliputi data hasil tes Berdasarkan tabel 4.1, presentase miskonsepsi
diagnostic dan wawancara pada materi yang terjadi pada tiap konsep dapat dilihat pada
hidrolisis garam. Tes diagnostik two-tier ini Gambar 1.
berbentuk multiple choice dengan alasan Gambar 1, menunjukkan miskonsepsi
tertutup. Konsep yang terdapat dalam materi yang banyak terjadi yaitu pada butir soal nomor
hidrolisis garam terbagi kedalam tujuh konsep 11 dan 12. Pada butir soal nomor 11 dan 12
utama yaitu konsep reaksi hidrolisis garam, masing-masing terjadi miskonsepsi sebesar 50%.
identifikasi garam yang terbentuk dari asam Berdasarkan wawancara yang dilakukan,
kuat dan basa lemah, identifikasi garam yang penyebab miskonsepsi banyak terjadi pada butir
terbentuk dari asam lemah dan basa kuat, 11 dan 12 karena peserta didik tidak dapat
identifikasi garam yang terbentuk dari asam menjelaskan kation atau anion yang terhidrolisis
lemah dan basa lemah, penentuan pH larutan sehingga larutan bersifat asam. Selain itu
garam yang berasal dari asam kuat dan basa peserta didik masih menggunakan generalisasi
lemah, penentuan pH larutan garam yang yang sama untuk masalah yang berbeda.
berasal dari asam lemah dan basa kuat dan Miskonsepsi tersebar disemua konsep
penentuan pH larutan garam yang berasal dari hidrolisis garam. Konsep pertama yang masih
asam lemah dan basa lemah. Hasil penelitian terjadi miskonsepsi adalah konsep reaksi
didasarkan pada analisis data dari tes diagnostik hidrolisis garam. Pada konsep hidrolisis garam,
dan wawancara yang dilakukan. Data diungkap melalui butir soal nomor 4. Pada butir
Tabel 1. Miskonsepsi yang terjadi pada tiap konsep

3
Azki Anwarudin / Journal of Chemistry In Education 8 (1) (2019)

fragmentation of students understanding.


Peserta didik tidak dapat menjelaskan dengan
konsep lain yaitu konsep asam basa.
Sebagian besar peserta didik
menganggap larutan garam yang berasal dari
asam kuat dan basa lemah akan bersifat asam.
Hal ini terjadi karena anion yang terhidrolisis
menghasilkan ion H+/H3O+. Ion tersebut yang
menyebabkan larutan bersifat asam
(Maratusholihah, Rahayu dan Fajaroh, 2017).
Secara teori, garam yang berasal dari asam kuat
Gambar 1. Presentase miskonsepsi tiap butir dan basa lemah akan bersifat asam karena
soal kation dari basa lemah akan terhidrolisis
menghasilkan ion H+. ion H+ ini yang
soal nomor 4, ditemukan 5 peserta didik
menyebabkan larutan bersifat asam (Whitten, et
mengalami miskonsepsi. Pada kasus ini, peserta
al. 2013 :736). Konsep selanjutnya yang terjadi
didik masih salah dalam menentukan alasan
miskonsepsi adalah konsep identifikasi garam
reaksi hidrolisis garam besi (III) klorida. Peserta
yang terbentuk dari asam kuat dan basa lemah.
didik memilih alasan yang salah yaitu dalam
Sebaran miskonsepsi pada konsep identifikasi
reaksi tersebut larutan bersifat asam karena
garam yang terbentuk dari asam kuat dan basa
adanya penangkapan ion H+. Larutan tersebut
lemah dapat dilihat pada Tabel 3.
bersifat asam karena adanya kation dari basa
lemah besi (III) hidroksida yang akan Tabel 3, menunjukkan pada konsep
terhidrolisis menjadi basanya kembali dan ion identifikasi garam yang terbentuk dari asam
H+. Ion H+ ini yang akan menyebabkan larutan lemah dan basa kuat terjadi miskonsepsi
bersifat asam. Miskonsepsi tersebut tergolong disetiap butir soalnya. Miskonsepsi yang banyak
kedalam jenis miskonsepsi fragmentation of terjadi yaitu pada butir soal nomor 1. Peserta
students understanding karena peserta didik tidak didik disini menjawab dengan benar dari
dapat menjelaskan dengan konsep lain yaitu pertanyaan yang diajukan. Jawaban yang dipilih
konsep asam basa (Muchtar dan Harizal, 2012). peserta didik menyebutkan larutan garam yang
mempunyai pH > 7 yaitu KF dan NaCN.
Peserta didik yang mengalami miskonsepsi
Tabel 2, menunjukkan pada konsep
menyebutkan alasan dari jawaban diatas karena
identifikasi garam yang terbentuk dari asam
kation bereaksi dengan air membentuk basanya.
kuat dan basa lemah terjadi miskonsepsi
Secara konsep hal ini benar, namun pada soal
disetiap butir soalnya. Pada butir soal nomor 2,
tersebut garam yang terhidrolisis berasal dari
masih terdapat peserta didik yang menjawab
asam lemah dan basa kuat sehingga kation dari
dengan alasan yang salah. Peserta didik
basa kuat tidak akan terhidrolisis. Hal ini
memilih jawaban yang tepat yaitu garam yang
berbeda dengan konsep yang benar yaitu karena
dapat mengubah lakmus biru menjadi merah
anion akan bereaksi dengan air menghasilkan
adalah (NH4)2SO4 dan NH4Cl. Alasan yang
ion OH- yang menyebabkan pH larutan > 7.
dipilih peserta didik ialah terjadi reaksi antara
Pola miskonsepsi seperti ini tergolong
anion dengan air menghasilkan ion H+. Alasan
fragmentation of students understanding. Peserta
yang benar adalah kation akan akan bereaksi
didik pada miskonsepsi ini tidak dapat
dengan air menghasilkan ion H+. Peserta didik
menjelaskan dengan konsep lain yaitu konsep
pada miskonsepsi ini tergolong kedalam jenis

Tabel 2. Sebaran miskonsepsi pada konsep Tabel 3. Sebaran miskonsepsi pada konsep
identifikasi garam yang terbentuk dari asam identifikasi garam yang terbentuk dari asam
kuat dan basa lemah lemah dan basa kuat

4
Azki Anwarudin / Journal of Chemistry In education 8 (1) (2019)

asam basa. didapatkan 0,05 Molar. Pada perhitngannya,


Konsep selanjutnya yang terjadi peserta didik tidak paham mengenai mol dan
miskonsepsi adalah konsep identifikasi garam Molaritas sehingga menganggap bahwa hal
yang terbentuk dari asam lemah dan basa tersebut merupakan hal yang sama. Pola
lemah. Pada konsep identifikasi garam yang miskonsepsi seperti ini problem with symbol and
terbentuk dari asam lemah dan basa lemah, mathematical formula. Peserta didik pada
diungkap melalui butir soal nomor 5. Pada butir miskonsepsi ini kurang menguasai dalam
soal nomor 5, ditemukan 4 peserta didik perhitungannya sehingga menyebabkan
mengalami miskonsepsi. Peserta didik miskonsepsi.
menjawab dengan benar dari pertanyaan yang Konsep selanjutnya yang terjadi
diajukan. Jawaban yang dipilih peserta didik miskonsepsi adalah konsep penentuan pH
menyebutkan larutan yang terhidrolisis total larutan garam yang berasal dari asam lemah
adalah NH4CN. Peserta didik yang mengalami dan basa kuat. Sebaran miskonsepsi pada
miskonsepsi menyebutkan alasan dari jawaban konsep penentuan pH larutan garam yang
yang telah dipilih karena larutan bersifat netral. berasal dari asam lemah dan basa kuat dapat
Peserta didik masih mengira bahwa ketika dilihat pada Tabel 5. Tabel 5, menunjukkan
larutan garam yang berasal dari asam lemah pada konsep penentuan pH larutan garam yang
dan basa lemah pasti bersifat netral. Pada berasal dari asam lemah dan basa kuat terjadi
konsep yang benar, larutan tersebut tidak miskonsepsi disetiap butir soalnya. Miskonsepsi
bersifat netral bergantung pada nilai Ka dan Kb yang banyak terjadi yaitu pada butir soal nomor
dari asam maupun basanya. Miskonsepsi ini 12. Peserta didik disini menjawab dengan benar
tergolong jenis fragmentation of students dari pertanyaan yang diajukan. Jawaban yang
understanding karena peserta didik tidak mampu dipilih peserta didik menyebutkan tetapan
menjelaskan dengan konsep lain. ionisasi asam dari fenol dalam larutan
Konsep lain yang terjadi miskonsepsi garamnya yang mempunyai pH 9 adalah 4x10-6.
adalah konsep penentuan pH larutan garam Peserta didik yang mengalami miskonsepsi
yang berasal dari asam kuat dan basa lemah. menyebutkan alasan dari jawaban yang dipilih
Sebaran miskonsepsi pada konsep penentuan karena valensi garamnya yaitu 6. hal ini tidak
pH larutan garam yang berasal dari asam kuat sesuai dengan konsep yang benar karena valensi
dan basa lemah dapat dilihat pada Tabel 4. dari garam tersebut adalah 1. Pada miskonsepsi
Tabel 4, menunjukkan pada konsep penentuan ini, garam C6H5ONa mempunyai valensi 6
pH larutan garam yang berasal dari asam kuat dilihat dari atom karbonnya. Pola miskonsepsi
dan basa lemah terjadi miskonsepsi disetiap seperti ini tergolong fragmentation of students
butir soalnya. Miskonsepsi yang banyak terjadi understanding. Peserta didik pada miskonsepsi
yaitu pada butir soal nomor 14. Peserta didik ini tidak dapat menjelaskan dengan konsep lain
disini menjawab dengan benar dari pertanyaan yaitu ikatan kimia.
yang diajukan. Jawaban yang dipilih peserta Konsep selanjutnya yang terjadi
didik pada penentuan Kb dari larutan HClO4 miskonsepsi adalah konsep penentuan pH
dan LOH yang mempunyai pH 6 yaitu Kb larutan garam yang berasal dari asam lemah
bernilai 5 x 10-4. Peserta didik yang mengalami dan basa lemah. Pada konsep penentuan pH
miskonsepsi menyebutkan alasan dari jawaban larutan garam yang berasal dari asam lemah
yang dipilih karena molaritas garam yang dan basa lemah diungkap oleh butir soal nomor
dihasilkan 0,5 Molar. Pada perhitungan yang 8. Pada butir soal nomor 8, ditemukan 6 peserta
benar, molaritas dari basa konjugasi/garamnya didik mengalami miskonsepsi. Peserta didik
Tabel 4. Sebaran miskonsepsi pada konsep Tabel 5. Sebaran miskonsepsi pada konsep
penentuan pH larutan garam yang berasal dari penentuan pH larutan garam yang berasal dari
asam kuat dan basa lemah asam lemah dan basa kuat

5
Azki Anwarudin / Journal of Chemistry In Education 8 (1) (2019)

disini menjawab dengan benar dari pertanyaan Aufschnaiter, C. Von dan Rogge, C. (2010)
yang diajukan. Jawaban yang dipilih peserta “Misconceptions or Missing
didik menyebutkan bahwa pH yang dihasilkan Conceptions ?,” Eurasia Journa of
Mathematics, Science & Technology
dari reaksi hidrolisis garam NH4F adalah 6,5 – Education, 6(1), hal. 3–18.
log 2. Peserta didik yang mengalami Demirciglu, G., Ayas, A. dan Demirciglu, H. (2005)
miskonsepsi menyebutkan alasan dari jawaban “Conceptual change achieved through a new
yang dipilih karena valensi garam adalah 4. Hal teaching program on acids and bases,”
ini disebabkan karena pada garam NH4F Chemistry Education Research and Practice,
terdapat angka 4 yang dimungkinkan sebagai 6(1), hal. 36–51.
valensi dari garam tersebut. Hal ini berbeda Karakus, O. dan Jay, T. (2015) “Primary and
dengan konsep yang benar bahwa valensi secondary school t eachers ’ knowledge and
misconceptions about the brain in Turkey,”
garamnya adalah 1. Alasan yang sesuai dengan Procedia - Social and Behavioral Sciences.
konsep yaitu nilai pOH dari larutan tersebut Elsevier B.V., 174, hal. 1933–1940. doi:
adalah 7,5 + log 2. Pola miskonsepsi seperti ini 10.1016/j.sbspro.2015.01.858.
tergolong fragmentation of students Kurniasih, N. dan Haka, N. B. (2017) “Penggunaan
understanding. Peserta didik pada miskonsepsi Tes Diagnostik Two-Tier Multiple Choice
ini tidak dapat menjelaskan dengan konsep lain untuk Menganalisis Miskonsepsi Siswa
Kelas X pada Materi Achaebacteria dan
yaitu ikatan kimia. Eubacteria,” BIOSFER Jurnal Tadris
Setiap miskonsepsi peserta didik yang Pendidikan Biologi, 8(1), hal. 1–7.
sama, belum tentu disebabkan oleh hal yang Maratusholihah, N. F., Rahayu, S. dan Fajaroh, F.
sama. Peserta didik paling banyak mengalami (2017) “HIDROLISIS GARAM DAN
miskonsepsi yang disebabkan oleh prakonsepsi LARUTAN PENYANGGA,” Jurnal
Pendidikan: Teori, Penelitian dan
yang salah atau kurangnya pemahaman konsep Pengembangan, 2(7), hal. 919–926.
(80%). Hal ini berpengaruh terhadap
Muchtar, Z. dan Harizal (2012) “Analyzing of
pembentukan konsep yang selanjutnya Students ’ Misconceptions on Acid-Base
(Suparno, 2005), Sehingga konsep yang Chemistry at Senior High Schools in
dipelajari selanjutnya mengalami miskonsepsi. Medan,” Journal of Education and Practice,
Peserta didik cenderung memahami aspek 3(15), hal. 65–74.
makroskopisnya saja tanpa memahami aspek Nuswowati, M. et al. (2017) “Implementation of
yang lain sehingga menimbulkan konsep yang problem-based learning with green
chemistry vision to improve creative
salah. Oleh karena itu, perlu penekanan yang thinking skill and students’ creative actions,”
seimbang antara aspek makroskopis, Jurnal Pendidikan IPA Indonesia, 6(2), hal.
mikroskopis dan simboliknya (Sevian dan 221–228. doi: 10.15294/jpii.v6i2.9467.
Talanquer, 2014) Pinarbasi, T. (2007) “TURKISH
UNDERGRADUATE STUDENTS ’
Simpulan MISCONCEPTIONS ON,” Journal of
Penelitian yang telah dilaksanakan di Baltic Science Education, 6(1), hal. 23–34.
kelas XI MIA SMA Negeri 3 Magelang Rositasari, D., Saridewi, N. dan Agung, S. (2014)
menunjukkan bahwa miskonsepsi yang dialami “Pengembangan Tes Diagnostik Two-Tier
peserta didik masih banyak terjadi. Sebagian untuk Mendeteksi Miskonsepsi Siswa SMA
besar peserta didik mengalami miskonsepsi pada Topik Asam-Basa,” Edusains, VI(2),
hal. 170–176.
dengan jenis fragmentation of students
understanding. Miskonsepsi yang digolongkan Salirawati, D. (2011) “PENGEMBANGAN
INSTRUMEN PENDETEKSI
kedalam jenis ini terjadi ketika peserta didik MISKONSEPSI KESETIMBANGAN
tidak bisa menjelaskan dengan konsep yang KIMIA PADA PESERTA DIDIK SMA,”
lain. Selain jenis tersebut, juga ada jenis yang Jurnal Penelitian dan Evaluasi Pendidikan,
lain yaitu problem with symbol and 2, hal. 232–249.
mathematical formula. Presentase miskonsepsi Sevian, H. dan Talanquer, V. (2014) “Rethinking
yang didapat pada materi hidrolisis garam chemistry : a learning progression on
chemical thinking,” Chemistry Education
sebesar 22,72%. Research and Practice, 15(10), hal. 10–23.
Daftar Pustaka doi: 10.1039/c3rp00111c.
Amelia, D., Marheni dan Nurbaity (2014) “Analisis Suparno, P. 2005. Miskonsepsi dan perubahan
Miskonsepsi Siswa Pada Materi Hidrolisis konsep dalam pendidikan fisika. Jakarta:
Garam Menggunakan Teknik Cri (Certainty Grasindo.
of Response Index) Termodifikasi,” Jurnal Suyanti, D. R. 2010. Strategi pembelajaran kimia.
Riset Pendidikan Kimia, 4(1), hal. 260–266. Yogyakarta: Graha.

6
Azki Anwarudin / Journal of Chemistry In education 8 (1) (2019)
Tan, K. D. et al. (2005) “The ionisation energy science-education theories , with emphasis
diagnostic instrument : a two-tier multiple- on the macroscopic approach , and the
choice instrument to determine high school delayed meaningful teaching of the concepts
students ’ understanding of ionisation of molecule and atom,” Chemistry
energy,” Chemistry Education Research and Education Research and Practice, 11, hal.
Practice, 6(4), hal. 180–197. 107–117. doi: 10.1039/C005354F.
Tsaparlis, G., Kolioulis, D. dan Pappa, E. (2010) Whitten, K.H., Davis, R.E., Peck, M.L. & Stanley,
“Lower-secondary introductory chemistry G.G. 2013. Chemistry 10th. United States of
course : a novel approach based on America: Cengage Learning.

Anda mungkin juga menyukai