Anda di halaman 1dari 7

Tugas Penyadiaan Air Bersih

Nama : Janwar Daud Namo

Nim : 1807010372

Semester : VI

Peminatan : KLKK

1. Pengertian Pencemaran Air


Pencemaran air adalah pencemaran badan air (seperti lautan, laut, danau,
sungai, air tanah dan lainnya) yang biasanya disebabkan oleh aktivitas
manusia, dan terjadiPerubahan dalam sifat fisik, kimia atau biologis air yang
akan memiliki konsekuensi merugikan bagi organisme hidup.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi pencemaran air


Pencemaran air dapat disebabkan oleh berbagai jenis bahan buangan, antara
lain :
a. Bahan Buangan Padat
Bahan buangan padat adalah bahan buangan yang berbentuk padat, baik
yang kasar maupun yang halus, misalnya sampah. Buangan tersebut bila
dibuang ke air menjadi pencemaran dan akan menimbulkan pelarutan,
pengendapan ataupun pembentukan koloidal.
b. Bahan buangan organik dan olahan bahan makanan
Bahan buangan organic umumnya berupa limbah yang dapat membusuk
atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga bila dibuang ke perairan
akan menaikkan populasi mikroorganisme.
c. Bahan buangan anorganik
Bahan buangan anorganik sukar didegradasi oleh mikroorganisme,
umumnya adalah logam. Apabila masuk ke perairan, maka akan terjadi
peningkatan jumlah ion logam dalam air. Bahan buangan anorganik ini
biasanya berasal dari limbah industri yang melimbatkan unsur-unsur
logam seperti timbal (Pb), Arsen (As), Magnesium (Mg), dll.
d. Bahan buangan cairan berminyak
Bahan buangan berminyak yang dibuang ke air lingkungan akan
mengapung menutupi permukaan air. Jika bahan buangan minyak
mengandung senyawa yang volatile, maka akan terjadi penguapan dan
luas permukaan minyak yang menutupi permukaan air akan menyusut.
Penyusutan minyak ini tergantung jenis minyak dan waktu. Lapisan
minyak pada permukaan air dapat terdegradasi oleh mikroorganisme
tertentu, tetapi membutuhkan waktu yang lama.
e. Bahan buangan berupa panas
Perubahan kecil pada temperatur air lingkungan bukan saja dapat
menghalau ikan atau spesies lainnya, namun juga akan mempercepat
proses biologis pada tumbuhan dan hewan bahkan akan menurunkan
tingkat oksigen dalam air. Akibatnya akan terjadi kematian pada ikan atau
akan terjadi kerusakan ekosistem.
f. Bahan buangan zat kimia
Bahan buangan zat kimia banyak ragamnya, tetapi dalam bahan
pencemaran air ini akan dikelompokkan menjadi:
 Sabun (deterjen, sampo dan bahan pembersih lainnya),
 Bahan pemberantas hama (insektisida).

3. Tata cara menentukan pencemaran air


Adapun cara mengetahui tingkat pencemaran air yaitu sebagai berikut:
a. Biochemical Oxygen Demand (BOD)
Biochemical Oxygen Demand merupakan banyaknya oksigen
dalam mg/l yang diperlukan oleh mikroba untuk menguraikan
bahan organik pada suhu 20 °C selama lima hari. Pengukuran
BOD dapat dilakukan dengan menghitung selisih antara oksigen
terlarut awal dengan oksigen terlarut pada air sampel yang telah
disimpan selama 5 hari pada suhu 20 °C. Kadar oksigen terlarut
dalam air alami berkisar antara 5–7 ppm. 1 ppm adalah 1 mg
oksigen yang terlarut dalam 1 liter air. Penurunan kadar oksigen
terlarut dalam air adalah akibat terjadinya proses oksidasi bahan
organik, reduksi zat hasil aktivitas bakteri anaerob, dan respirasi
makhluk hidup air terutama pada malam hari. Limbah bahan
organik yang masuk ke dalam air diurai oleh mikroba, mikroba
membutuhkan oksigen terlarut untuk mengoksidasi bahan organik.
Semakin banyak limbah organik, semakin banyak mikroba yang
hidup. Untuk hidupnya, mikroba memerlukan oksigen. Semakin
banyak mikroba, semakin rendah kadar oksigen terlarut dalam air.
Hal ini dapat mengganggu kehidupan di dalam air. BOD dapat
menggambarkan oksigen yang dibutuhkan untuk menguraikan
bahan organik yang dapat didekomposisikan secara biologis
(biodegradable).
b. Chemical Oxygen Demand (COD)
Chemical Oxygen Demand menunjukkan total jumlah oksigen
yang dibutuhkan untuk proses oksidasi bahan organik secara
kimiawi baik yang biodegradable maupun yang nonbiodegradable.
c. Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO)
Dissolved Oxygen menunjukkan jumlah kandungan oksigen di
dalam air yang diukur dalam 1 mg/1 lt. DO dapat digunakan
sebagai indikasi seberapa besar jumlah pengotoran limbah.
Semakin tinggi oksigen terlarut, semakin kecil tingkat
pencemarannya.
d. Total Suspended Solid (TSS), Mixed Liquor Suspended Solid
(MLSS), dan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
TSS.
MLSS dan MLVSS menunjukkan jumlah berat dalam mg/1 kering
lumpur yang ada di dalam air limbah setelah dilakukan
penyaringan dengan membran berukuran 0,45 mikron. MLSS
menunjukkan jumlah TSS yang berasal dari bak pengendap lumpur
aktif sesudah dipanaskan pada suhu 103 °C -105 °C, sedangkan
MLVSS merupakan kandungan organic matter yang terdapat pada
MLSS sesudah dipanaskan pada suhu 600 °C. Benda volatie yang
menguap inilah yang disebut dengan MLVSS.
e. Kekeruhan (Turbidity)
Kekeruhan air dapat diukur dengan menggunakan efek cahaya.
Kekeruhan air disebabkan oleh tercampurnya air dengan bahan
organik di dalam air.
f. pH air
pH air dapat dijadikan indikasi apakah air tersebut tercemar atau
tidak dan seberapa besar tingkat pencemarannya. pH air alami
berkisar antara 6,5 – 8,5 dan pada kisaran pH ini sangat cocok
untuk kehidupan organisme di dalam air. Pencemaran air dapat
menyebabkan naik atau turunnya pH air. Jika banyak tercemar zat
yang bersifat asam (bahan organik), pH air akan lebih kecil dari
6,5, tetapi jika air tercemar oleh zat yang bersifat basa (kapur), pH
air akan lebih besar dari 8,5. Setiap kenaikan 1 angka pada skala
pH menunjukkan kenaikan kebasaan 10 kali. Demikian juga
sebaliknya, penurunan 1 angka pada skala pH menunjukkan
penurunan keasaman 10 kali. Kondisi air yang semakin asam atau
semakin basa menjadi semakin tidak cocok bagi kehidupan
organisme di dalam air, sehingga jika pH air semakin asam akan
semakin sedikit organisme yang hidup di dalamnya, bahkan tidak
ada sama sekali.
g. Pengukuran Kadar CO2
Tingkat pencemaran air dapat diukur dengan cara tetrimetri untuk
menentukan kadar karbondioksida (CO2) terlarut dalam air.
Semakin banyak organisme yang hidup di dalam air, maka
semakin tinggi kadar CO2 yang terdapat di dalam air karena gas
CO2 yang terlarut di dalam air berasal dari proses pernapasan
organisme yang terdapat di dalam air tersebut. Semakin banyak
organismenya, maka gas oksigen yang terlarut di dalam air
semakin banyak, atau sebaliknya.
h. Pengukuran Pencemaran Air Secara Biologis
Pengukuran pencemaran air secara biologis merupakan
pengukuran kualitatif (mutu) air tercemar. Pengukuran
pencemaran air secara biologis tersebut hanya untuk menentukan
besar dan tingkat pencemaran air. Indikator yang sering digunakan
biasanya adalah makhluk hidup yang ada di dalam air itu.
Alasannya, karena makhluk hidup yang digunakan sebagai
indikatornya selalu berada terus menerus di dalam air yang
terpengaruh langsung oleh bahan pencemar. Setiap jenis makhluk
hidup tersebut mempunyai daya tahan (adaptasi) yang berbeda-
beda terhadap bahan pencemar. Jika makhluk hidup itu
mempunyai daya tahan tinggi, maka ia akan tetap bertahan hidup,
tetapi jika makhluk hidup memiliki daya tahannya rendah atau
peka terhadap bahan pencemar, maka akan mudah mati, bahkan
punah. Kita dapat menggunakan cacing planaria untuk mengetahui
tingkat pencemaran air sungai. Bentuk cacing ini pipih dan peka
terhadap bahan pencemar. Habitat planaria berada pada
lingkungan yang airnya jernih dan banyak mengandung oksigen.
Jika di sungai masih banyak kita temukan cacing planaria, berarti
sungai tersebut belum tercemar. Apabila keberadaan cacing
planaria semakin sedikit atau punah sama sekali, maka dapat
dikatakan pencemaran air di sungai itu semakin tinggi. Meskipun
pengukuran pencemaran air secara biologis hanya dilakukan
dengan cara pengamatan saja, tetapi hasilnya lebih mudah terlihat
dibandingkan dengan pengukuran pencemaran air secara kimia,
seperti telah dijelaskan pada uraian di atas. Hal itu disebabkan
makhluk hidup yang digunakan sebagai indikatornya selalu terus
menerus berada di dalam air yang terpengaruh langsung oleh
bahan pencemar.

4. Hubungannya dengan Kesehatan Masyarakat


Pemcemaran air dapat menyebabkan gangguan kesehatan pada masyarakat
seperti :
a. Kolera
Kolera merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio
cholerae. Bakteri ini biasanya muncul di air atau makanan yang
terkontaminasi oleh feses orang yang menderita penyakit ini.
Kalian juga bisa menderita kolera jika mencuci makanan
menggunakan air yang terkontaminasi. Beberapa gejala kolera
adalah diare, kram perut, muntah dan sakit kepala.
b. Disentri
Disentri merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri yang
masuk ke mulut melalui air atau makanan yang tercemar. Beberapa
gejala disentri antara lain demam, muntah, sakit perut, dan diare
parah.
3. Diare
Diare merupakan salah satu penyakit yang umum terjadi karena
kasus pencemaran air. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri dan
parasit yang ada di air yang tercemar. Diare biasanya ditandai oleh
feses yang encer dan buang air besar terus-terusan.
4. Hepatitis A
Hepatitis A merupakan penyakit yang menyerang hati dan
disebabkan oleh virus. Penyakit ini biasanya menyebar melalui air
atau makanan yang terkontaminasi feses, atau melalui kontak
langsung dengan feses dari pengidap hepatitis A.
5. Keracunan Timbal
Timbal merupakan salah satu polutan yang biasa ditemukan di air
yang tercemar. Jika terpapar timbal dalam dosis berlebih dapat
menyebabkan penyakit serius, seperti kerusakan organ, gangguan
sistem saraf dan penyakit ginjal.
6. Polio
Polio merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
poliovirus. Penyakit ini menyebar melalui feses dari pengidap
polio. Polio dapat dicegah dengan mudah dengan cara
mendapatkan vaksin polio.
7. Trachoma
Akibat pencemaran air lainnya terhadap kesehatan adalah
trachoma atau infeksi mata. Penyakit ini disebabkan oleh kontak
dengan air yang tercemar.

Anda mungkin juga menyukai