Anda di halaman 1dari 27

REFLEKSI KASUS

BRONKOPNEUMONIA
Diajukan guna melengkapi tugas Kepaniteraan Klinik
Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Umum Daerah dr.Soedjati Purwodadi

Disusun Oleh:
Fitrian Hanif Zulkarnain
30101407191

Pembimbing:
dr. Agustinawati Ulfah, Sp.A

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018

1
LEMBAR PENGESAHAN

REFLEKSI KASUS

BRONKOPNEUMONIA
Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Kesehatan Anak di RSUD dr. R. Soedjati Purwodadi

Oleh :

Fitrian Hanif Zulkarnain


30101407191

Purwodadi, Oktober 2018

Telah dibimbing dan disahkan oleh,

Pembimbing,

(dr. Agustinawati Ulfah, Sp.A)

2
LAPORAN KASUS
I. IDENTITAS PASIEN
a. Nama : An. MI
b. Usia : 0 tahun 1 bulan 12 hari
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Alamat : Jl. R. Patah 3/2 Grobogan
e. Tanggal Masuk : 06 Oktober 2018

IDENTITAS ORANGTUA
a. Nama Ayah : Tn. S
b. Usia : 36 tahun
c. Pekerjaan : Wiraswasta
d. Nama Ibu : Ny. P
e. Usia : 26 tahun
f. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

II. ANAMNESIS
Dilakukan secara allo-anamnesis ibu pasien pada tanggal 07 Oktober
2018 di bangsal Boegenvile RSUD Purwodadi :
a. Keluhan Utama
Sesak napas
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Sesak napas dikeluhkan dikeluhkan 2 hari sebelum masuk
Rumah sakit. Sesak berlangsung terus menerus dan semakin berat
setiap hari. Sebelumnya, pasien mengeluhkan batuk sudah 2 minggu
namun tidak berdahak. Sekitar 1 minggu yang lalu batuknya menjadi
berdahak sehingga menimbulkan sesak. Batuk dirasakan memberat
apabila malam hari.
Sesak napas diperberat waktu anak tidur terlentang , lalu
pasien terbatuk dan anak tidak bisa mengeluarkan dahak. Sesak
diperingan jika anak tidur pada posisi di miringkan.

3
Tidak ada gejala penyerta , seperti demam. Hanya saja pasien
menetek jarang sekitar 2 hari ini, tetapi masih bisa minum hanya
frekuensinya pendek.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
· Riwayat penyakit serupa : disangkal , baru pertama kali
· Riwayat asma : disangkal
· Riwayat alergi : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
· Riwayat penyakit serupa : disangkal
· Riwayat alergi /atopi : disangkal
· Riwayat Batuk lama : disangkal
· Riwayat asma : disangkal
e. Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pekerja wiraswasta dan
menanggung 1 orang istri dan 1 orang anak. Ibu pasien sebagai ibu
rumah tangga. pasien menggunakan BPJS PBI kelas III.

Kesan : Keadaan sosial ekonomi cukup

a. Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal


➢ Riwayat pemeriksaan :
Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilan di bidan 1x setiap bulan
sampai kelahiran bayi.
➢ Riwayat penyakit selama kehamilan :
Ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan
➢ Riwayat konsumsi obat :
Minum obat warung dan jamu disangkal.
Obat yang diminum selama masa kehamilan adalah vitamin dan obat
penambah darah.
Kesan : Riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.

g. Riwayat Persalinan

4
Anak Laki-laki lahir secara spontan di Puskesmas dari ibu G1P0A0
hamil 37 minggu, berat badan lahir 3200 gram. Bayi langsung
menangis dan rawat gabung dengan ibunya.

Kesan : Neonatus aterm pervaginam normal

b. Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak


Pertumbuhan
▪ BB lahir : 3200 gram
▪ PB lahir : Ibu pasien Lupa
▪ BB sekarang : 3700 gram
▪ PB sekarang : 54 cm
▪ Usia : 0 tahun 1 bulan 12 hari
▪ BMI : 12,7 kg/m2

Kesan : Perawakan normal

5
6
Kesan : Gizi Baik

Kesan : Normal

Perkembangan :
· Mampu mengangkat kepala
· Mampu merespon suara
· Mampu mengoceh aah dan ooh
Kesan: Perkembangan anak sesuai usia

i. Riwayat Imunisasi
• 0-7 hari : Hb0

Kesan: Riwayat imunisasi sesuai umur, tanpa disertai bukti KMS.

c. Riwayat Makan dan Minum Anak

7
ASI diberikan sejak lahir sampai sekarang, tidak disertai makanan
tambahan. Menetek baik sebelum sakit.

Kesan: kualitas dan kuantitas minuman cukup baik

d. Keluarga Berencana
Tidak dalam program KB.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 07 Oktober 2018, di bangsal
Boegenvil RSUD dr. Soedjati Purwodadi:
Keadaan Umum : Sesak
Kesadaran : Compos mentis
a. Tanda Vital
i. Nadi : 100 x/menit, reguler, isi tegangan
cukup
ii. Pernapasan : 60x/menit, reguler, adekuat
iii. SpO2 : 90 %
iv. Suhu : 36,3 0C
a. Status Generalis
i. Kepala : kesan mesocephal, UUB cekung, rambut hitam tidak
mudah dicabut.
ii. Mata : conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
mata cekung (-/-)
iii. Telinga : normotia, low set ear (-), discharge (-)
iv. Hidung : sekret (-), napas cuping hidung (+)
v. Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis(-) lidah
tremor, pernapasan mulut (-)
vi. Kulit : hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-)
vii. Leher : pembesaran KGB (-), trachea terdorong (-)
viii. Thorax : Simetris, retraksi (+)

8
Inspeksi :Hemithorax dextra dan sinistra simetris inspirasi dan
ekspirasi, retraksi dinding dada(+)
Palpasi : Areola mamae teraba, papilla mamae (+/+)
Perkusi : Pemeriksaan tidak dilakukan
 Jantung
Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba dengan 2 jari
pulsus parasternal (-), pulsus epigastrium (-)
Auskultasi : Bunyi jantung I-II regular, bising (-)
 Paru
Inspeksi : Pengembangan hemithoraks simetris
Palpasi : Sterm fremitus simetris
Perkusi : tidak dilakukan
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (-/-),ronki basah (+/+)
ix. Abdomen
Inspeksi : Datar, pernapasan abdominal (+)
Auskultasi : Peristaltik (+), bising usus (+) normal
Perkusi : tidak dilakukan
Palpasi : tidak dilakukan
Turgor kulit kembali dengan cepat

ix. Ekstremitas
Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill time < 2”/ < 2” < 2”/ < 2”

9
07/10/2018 S= sesak napas , Oksigen (Kanul Binasal) 2
08.45 batuk liter/menit
O= S: 37.1°C N: Inj Viccillin SX 125 mg 3x1 hari
132x/m RR: 60 x/m Inj Gentamisin 1 x 20 g
KU lemah, ronkhi (+) Infus KAEN 4A 10 tpm
A= BRPN

08/09/2018 S= sesak berkurang , Oksigen (Kanul Binasal) 2


08.30 batuk liter/menit
O= S: 36.8.°C N: Inj Viccillin SX 125 mg 3x1 hari
120x/m rr: 34 x/m , Inj Gentamisin 1 x 20 g
KU Baik Infus KAEN 4A 10 tpm
A= BRPN 1
Nebul Uap  Ventolin &
4
1
Flexotide per 24 jam
4
09/09/2018 S= sesak berkurang,
08.35 batuk Tx Lanjut
O= S: 36.2°C n:
120x/m, rr 24x/m
A= BRPN

Follow up:

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


A. Laboratorium
Tanggal : 06 Oktober 2018
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 12.6 gr/dl L:13,2 – 17,3 gr/dl
Trombosit 822.000/mm3 150.000-400.000/mm3
Leukosit 29.020 L:3800– 10.600/mm3
Eosinofil 2 1–5
Basofil 0 0–1
Batang 0 3–6
Segmen 27 25 – 60
Limfosit 62 25 – 50
Monosit 9 1–6

10
Eritrosit 4,17 L : 4,4 – 5,9 juta

B. HASIL FOTO RO AP Supine


Tanggal : Oktober 2018

Cor :
- CTR =
<50%
Pulmo :
- Tampak
bercak

kesuraman perihiler para kardia dx dan sn


- Corakan bronkovaskular kasar
- Diafragma dx dan sn dbn
- Sinus costoprenikus dx dan sn dbn

Kesan: bronchopneumonia

V. DAFTAR MASALAH
- Sesak napas
- Batuk
- SpO2 90 %
- Nafas cuping hidung (+)

11
- Retraksi dinding dada (+)
- Rhonki basah halus

VI. DIAGNOSIS BANDING


1. Bronkopneumonia
2. Bronkiolitis
3. TB pulmo
VII. DIAGNOSIS SEMENTARA
Bronkopneumonia

VIII. INITIAL PLANNING


Initial Plan Diagnosis:

- Pemeriksaan uji Tuberkulin

Initial Plan Terapi:

• Infus KAEN 4A  10 tpm


• Oksigen (Kanul Binasal)  2 liter/menit
• Inj Viccillin SX  125 mg  3x1 hari
• Inj Gentamisin  1 x 20 g

Initial Plan Monitoring

1. Keadaan Umum : Sesak Nafas, Batuk berdahak, nafsu minum


2. TTV : HR, RR, 0T
3. Thoraks :
· Inspeksi
Menilai otot tambahan nafas
· Auskultasi thoraks :
- Adakah suara rhonki dan hantaran
4. Monitor hasil laboratorium (Hb, leukosit (jumlah dan jenis), trombosit)
5. Monitor balance cairan

Initial Plan Edukasi

- Jelaskan kepada keluarga pasien bahwa anak mengalami


peradangan pada jaringan paru-paru yang merupakan penyebab kematian

12
utama pada anak usia dibawah 5 tahun, sehingga butuh pengawasan dan
pengobatan yang tepat.

- Jelaskan kepada keluarga bahwa penyebab paling sering dari penyakit ini
adalah bakteri dan virus, atau kombinasi keduanya, sehingga lingkungan
sekitar harus dijaga kebersihannya dan awasi kontak dengan penderita
yanag sama

- Jelaskan kepada keluarga bahwa faktor resiko penyakit ini adalah


malnutrisi, ASI tidak eksklusif, berat badan lahir rendah, imunisasi tidak
lengkap dan lingkungan yang sirkulasi udaranya tidak baik. Sehingga
untuk meminimalisir kekambuhan dan mempercepat proses
penyembuhan, pasien harus ditunjang untuk mengurangi faktor resiko
yang ada

- Jelaskan kepada keluarga untuk menghindarkan anak dari asap rokok

- Jika anak tidak bisa mengeluarkan dahak sebaiknya anak dimiringkan


kekanan atau kekiri supaya dahak bisa keluar dan perbanyak minum air
putih.

Kriteria Pemulangan Pasien


- Tidak ada demam dan sesak
- Ronki menurun
- Masih batuk boleh pulang
- Asupan peroral adekuat
- Pemberian antibiotic dapat diteruskan dirumah (per oral)
- Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan
rencana kontrol
- Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di
rumah (khusus Neonatus)
IX. PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

13
TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang


mengenai parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau
tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium. Secara klinis
pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan oleh
mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia, radiasi, aspirasi,
obat-obatan dan lain-lain. Pneumonia yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis  tidak termasuk. Sedang keradangan paru yang disebabkan oleh
penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan dan lain- lain) lazimnya
disebut pneumonitis.

Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi


pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Saluran pernapasan tersebut
tersumbat oleh eksudat yang mukopurulen, yang membentuk bercak-bercak
konsolidasi di lobulus yang berdekatan. Penyakit ini bersifat sekunder yang
biasanya menyertai penyakit ispa (infeksi salurann pernapasan atas), demam
infeksi spesifik dan penyakit yang melemahkan daya tahan tubuh. Sebagai infeksi
primer biasanya hanya dijumpai pada anak-anak dan orang tua.

Secara anatomis pneumonia dibagi 3, yaitu :

· Pneumonia lobaris
· Pneumonia intertitialis (bronkiolitis)
· Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Who memberikan pedoman klasifikasi pneumonia, sebagai berikut :

1. Usia kurang dari 2 bulan


A. Pneumonia berat
- Chest indrawing (subcostal retraction)
- Bila ada napas cepat (> 60 x/menit)
B. Pneumonia sangat berat
- Tidak bisa minum
- Kejang

14
- Kesadaran menurun
- Hipertermi / hipotermi
- Napas lambat / tidak teratur
2. Usia 2 bulan - 5 tahun
A. Pneumonia
- bila ada napas cepat
A. Pneumonia berat
- chest indrawing 
- napas cepat dengan laju napas
➢ 50 x/menit untuk anak usia 2 bulan – 1 tahun
➢ 40 x/menit untuk anak > 1 –  5 tahun
C. Pneumonia sangat berat
- Tidak dapat minum
- Kejang
- Kesadaran menurun
- Malnutrisi.
B. ETIOLOGI

Virus merupakan penyebab tersering pneumonia pada bayi usia 1 bulan


sampai 2 tahun, . Pola kuman penyebab pneumonia biasanya berubah sesuai
dengan distribusi umur pasien. Namun secara umum bakteri yang berperan
penting dalam pneumonia adalah streptococcus pneumoniae, haemophillus
influenzae, staphylococcus aureus, streptococcus group b serta kuman atipik
chlamydia pneumoniae dan mycoplasma pneumonia.

Umur Bakteri Patogen

Neonatus - E. Coli, Streptococcus group B, Listeria monocytogenes


- Klebsiella sp, Enterobacteriaceae

1-3 Bulan - Chlamydia trachomatis

Usia Prasekolah - Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae


- Haemophillus influenzae B, Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus

15
Usia Sekolah - Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae

C. MANIFESTASI KLINIS

Gejala dan tanda klinis bervariasi tergantung kuman penyebab, usia


pasien, status imunologis pasien, dan beratnya penyakit. Manifestsi klinis bisa
sangat berbeda, bahkan pada neonatus mungkin tanpa gejala. Gejala dan tanda
pneumonia meliputi gejala infeksi pada umumnya demam, menggigil, sefalgia,
rewel, dan gelisah. Beberapa pasien mungkin mengalami gangguan
gastrointestinal seperti muntah, kembung, diare, atau sakit perut.

Walaupun tanda pulmonal paling berguna, namun mungkin tanda-tanda itu


Tidak muncul sejak awitan penyakit. Tanda-tanda itu meliputi nafas cuping
hidung (neonetus), takipneu, dipsneu, dan apneu. Otot bantu nafas interkosta
dan Abdominal mungkin digunakan. Batuk umumnya dijumpai pada anak
besar, tapi Pada neonatus bisa tanpa batuk. Tanda pneumonia berupa retraksi
(penarikan Dinding dada bagian bawah ke dalam saat bernafas bersama dengan
peningkatan Frekuensi nafas), perkusi redup, fremitus melemah, suara nafas
melemah dan Ronkhi.

Frekwensi nafas merupakan indeks paling sensitif untuk mengetahui


Beratnya penyakit. Hal ini digunakan untuk mendukung diagnosis dan
memantau Tatalaksana. Pengukuran frekwensi nafas dilakukan dalam keadaan
anak tenang Atau tidur. Perkusi thorak tidak bernilai diagnostik karena
umumnya kelainan Patologisnya menyebar. Suara redup pada perkusi biasanya
karena adanya efusi Pleura.

WHO menetapkan kriteria takipneu berdasarkan usia, sebagai berikut :


- Usia kurang dari 2 bulan : ≥ 60 kali per menit
- Usia 2 bulan -1 tahun : ≥ 50 kali per menit
- Usia 1– 5 tahun : ≥ 40 kali per menit.

Suara nafas yang melemah seringkali ditemukan pada auskultasi. Ronkhi


Basah halus khas untuk pasien yang lebih besar, mungkin tidak terdengar pada

16
Bayi. Pada bayi dan anak kecil karena kecilnya volume thorak biasanya suara
nafas Saling berbaur dan sulit diidentifikasi.

D. PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI


Bronkopneumonia dimulai dengan masuknya kuman melalui inhalasi,
Aspirasi, hematogen dr fokus infeksi atau penyebaran langsung. Sehingga
terjadi Infeksi dalam alveoli, membran paru mengalami peradangan dan
berlubang-lubang Sehingga cairan dan bahkan sel darah merah dan sel darah
putih keluar dari darah Masuk ke dalam alveoli. Dengan demikian alveoli yang
terinfeksi secara progresif Menjadi terisi dengan cairan dan sel-sel, dan infeksi
disebarkan oleh perpindahan Bakteri dari alveolus ke alveolus. Kadang-kadang
seluruh lobus bahkan seluruh Paru menjadi padat (consolidated) yang berarti
bahwa paru terisi cairan dan sisa- Sisa sel.

Bakteri Streptococcus pneumoniae umumnya berada di nasopharing dan


Bersifat asimptomatik pada kurang lebih 50% orang sehat. Adanya infeksi
virus Akan memudahkan Streptococcus pneumonia Berikatan dengan reseptor
sel epitel Pernafasan. Jika Streptococcus pneumonia  Sampai di alveolus akan
menginfeksi Sel pneumatosit tipe II. Selanjutnya Streptococcus pneumonia
Akan mengadakan Multiplikasi dan menyebabkan invasi terhadap sel epitel
alveolus. Streptococcus Pneumoniae Akan menyebar dari alveolus ke alveolus
melalui pori dari Kohn. Bakteri yang masuk kedalam alveolus menyebabkan
reaksi radang berupa edema Dari seluruh alveolus disusul dengan infiltrasi sel-
sel PMN.

Proses radang dapat dibagi atas 4 stadium yaitu :

1. Stadium I (4 – 12 jam pertama/kongesti)


Disebut hiperemia, mengacu pada respon peradangan permulaan
yang berlangsung pada daerah baru yang terinfeksi. Hal ini ditandai
dengan Peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi. Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator
peradangan dari Sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera
jaringan. Mediator- Mediator tersebut mencakup histamin dan

17
prostaglandin. Degranulasi sel Mast juga mengaktifkan jalur komplemen.
Komplemen bekerja sama dengan Histamin dan prostaglandin untuk
melemaskan otot polos vaskuler paru dan Peningkatan permeabilitas
kapiler paru. Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam
ruang Interstisium sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler
dan Alveolus. Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus
meningkatkan  Jarak yang harus ditempuh oleh oksigen dan
karbondioksida maka Perpindahan gas ini dalam darah paling berpengaruh
dan sering Mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.

2. Stadium II (48 jam berikutnya)


Disebut hepatisasi merah, terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel
darah Merah, eksudat dan fibrin yang dihasilkan oleh penjamu ( host )
sebagai Bagian dari reaksi peradangan. Lobus yang terkena menjadi padat
oleh Karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit dan cairan, sehingga
warna Paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepar, pada stadium
ini udara Alveoli tidak ada atau sangat minimal sehingga anak akan
bertambah sesak, Stadium ini berlangsung sangat singkat, yaitu selama 48
jam.

3. Stadium III (3 –  8 hari)


Disebut hepatisasi kelabu yang terjadi sewaktu sel-sel darah putih
Mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi. Pada saat ini endapan fibrin
Terakumulasi di seluruh daerah yang cedera dan terjadi fagositosis sisa-
sisa Sel. Pada stadium ini eritrosit di alveoli mulai diresorbsi, lobus masih
tetap Padat karena berisi fibrin dan leukosit, warna merah menjadi pucat
kelabu Dan kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.

4. Stadium IV (7 –  11 hari)


Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun
dan Peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi
oleh Makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.

Sebagian besar pneumonia timbul melalui mekanisme aspirasi

18
kuman atau Penyebaran langsung kuman dari respiratorik atas. Hanya
sebagian kecil Merupakan akibat sekunder dari bakterimia atau viremia
atau penyebaran dari Infeksi intra abdomen. Dalam keadaan normal mulai
dari sublaring hingga unit Terminal adalah steril. Dalam keadaan sehat,
tidak terjadi pertumbuhan Mikroorganisme di paru. Keadaan ini
disebabkan oleh adanya mekanisme Pertahanan paru. Apabila terjadi
ketidakseimbangan antara daya tahan tubuh Mikroorganisme dan
lingkungan, maka mikroorganisme dapat masuk, berkembang Biak dan
menimbulkan penyakit.

Paru terlindung dari infeksi dengan beberapa mekanisme :

· Filtrasi partikel di hidung


· Pencegahan aspirasi dengan refleks epiglottis
· Ekspulsi benda asing melalui refleks batuk
· Pembersihan kearah kranial oleh mukosiliar
· Fagositosis kuman oleh makrofag alveolar
· Netralisasi kuman oleh substansi imun lokal
· Drainase melalui sistem limfatik.

E. DIAGNOSIS
1. Anamnesis
Gejala yang timbul biasanya mendadak tetapi dapat didahului
dengan infeksi Saluran nafas akut bagian atas. Gejalanya antara lain batuk,
demam tinggi Terus-menerus, sesak, kebiruan sekitar mulut, menggigil
(pada anak), kejang (pada bayi), dan nyeri dada. Biasanya anak lebih suka
berbaring pada sisi Yang sakit. Pada bayi muda sering menunjukkan gejala
non spesifik sepert Hipotermi, penurunan kesadaran, kejang atau
kembung. Anak besar kadang Mengeluh nyeri kepala, nyeri abdomen
disertai muntah.

2. Pemeriksaan Fisik

19
Manifestasi klinis yang terjadi akan berbeda-beda berdasarkan
kelompok Umur tertentu. Pada neonatus sering dijumpai takipneu, retraksi
dinding Dada, grunting, dan sianosis. Pada bayi-bayi yang lebih besar
jarang Ditemukan grunting. Gejala yang sering terlihat adalah takipneu,
retraksi, Sianosis, batuk, panas, dan iritabel.

Pada anak pra sekolah, gejala yang sering terjadi adalah demam,
batuk (non Produktif / produktif), takipneu dan dispneu yang ditandai
dengan retraksi Dinding dada. Pada kelompok anak sekolah dan remaja,
dapat dijumpai Panas, batuk (non produktif / produktif), nyeri dada, nyeri
kepala, dehidrasi Dan letargi.

3. Pemeriksaan Penunjang
A. Laboratorium
Pemeriksaan darah pada pneumonia umumnya didapatkan
Lekositosis Hingga > 15.000/mm. Seringkali dijumpai dengan
dominasi netrofil pada hitung Jenis. Lekosit > 30.000/mm dengan
dominasi netrofil mengarah ke pneumonia Streptokokus.
Trombositosis > 500.000 khas untuk pneumonia bakterial.
Trombositopenia lebih mengarah kepada infeksi virus. Biakan
darah merupakan Cara yang spesifik namun hanya positif pada 10-
15% kasus terutama pada anak-Anak kecil.

B. Radiologi
Foto toraks (AP/lateral) merupakan pemeriksaan penunjang utama
untuk Menegakkan diagnosis. Foto AP dan lateral dibutuhkan untuk
menentukan lokasi Anatomik dalam paru. Infiltrat tersebar paling
sering dijumpai, terutama pada Pasien bayi. Pada bronkopneumonia
bercak-bercak infiltrat didapatkan pada satu Atau beberapa lobus. Jika
difus (merata) biasanya disebabkan oleh Staphylokokus  Pneumonia.

20
F. KRITERIA DIAGNOSIS
Dasar diagnosis pneumonia menurut Henry Gorna dkk tahun 1993 adalah
Ditemukannya paling sedikit 3 dari 5 gejala berikut ini :

A. Sesak nafas disertai pernafasan cuping hidung & tarikan dinding dada
B. Badan panas
C. Ronkhi basah sedang nyaring (Crackles)
D. Foto thorax menunjukkan gambaran infiltrat difus
E. Leukositosis (pada infeksi virus tidak melebihi 20.000/mm dengan
limfosit predominan, dan bakteri 15.000-40.000/mm neutrofil yang
predominan)
G. DIAGNOSIS BANDING

a. Pneumonia lobaris
Biasanya pada anak yang lebih besar disertai badan menggigil
dan kejang pada bayi kecil. Suhu naik cepat sampai 39-40oC dan
biasanya tipe kontinua. Sesak nafas (+), nafas cuping hidung (+),
sianosis sekitar hidung dan mulut dan nyeri dada. Anak lebih suka tidur
pada sisi yang terkena. Pada foto rotgen terlihat adanya konsolidasi pada
satu atau beberapa lobus.
b. Bronkioloitis
Diawali infeksi saluran nafas bagian atas, subfebris, sesak nafas,
nafas cupung hidung, retraksi intercostal dan suprasternal, terdengar
wheezing, ronki nyaring halus pada auskultasi. Gambaran labarotorium
dalam batas normal, kimia darah menggambarkan asidosis respiratotik
ataupun metabolik.
c. Aspirasi benda asing
Ada riwayat tersedak
d. Atelektasis
Adalah pengembangan tidak sempurna atau kempisnya bagian paru
yang seharusnya mengandung udara. Dispnoe dengan pola pernafasan

21
cepat dan dangkal, takikardia, sianosis. Perkusi mungkin batas jantung
dan mediastinum akan bergeser dan letak diafragma mungkin meninggi.
e. Tuberkulosis
Demam > 2 minggu, batuk > 3 minggu, berat badan menurun,
nafsi makan menurun, malaise, diare persisten yang tidak membaik
dengan pengobatan baku diare. Dan biasanya terdapat kontak. Diagnosis
TB pada anak ditegakkan dengan skor TB, yaitu:

H. PENATALAKSANAAN

Tatalaksana pasien pneumonia meliputi terapi suportif dan terapi etiologik.


Terapi suportif yang diberikan pada penderita pneumonia adalah :

1. Pemberian oksigen 2-4 L/menit melalui kateter hidung atau nasofaring.


Jika Penyakitnya berat dan sarana tersedia, alat bantu napas mungkin
diperlukan Terutama dalam 24-48 jam
2. Pemberian cairan dan nutrisi yang adekuat. Cairan yang diberikan
Mengandung gula dan elektrolit yang cukup.
3. Koreksi kelainan elektrolit atau metabolik yang terjadi.
4. Mengatasi penyakit penyerta.
5. Pemberian terapi inhalasi dengan nebulizer bukan merupakan tata laksana
Rutin yang harus diberikan.

Tatalaksana pneumonia sesuai dengan kuman penyebabnya. Namun

22
karena Berbagai kendala diagnostik etiologi, untuk semua pasien pneumonia
diberikan Antibiotik secara empiris. Walaupun sebenarnya pneumonia viral
tidak Memerlukan antibiotik, tapi pasien tetap diberi antibiotik karena kesulitan
Membedakan infeksi virus dengan bakteri.

Usia Rawat Jalan Rawat Inap Bakteri Patogen

0-2 1. Ampisilin+Gentamicin - E. Coli


- Streptococcus B
Minggu 2. Ampicilin+Cefotaxim - Nosokomial
- enterobacteria

>2-4 1. Ampicilin+Cefotaxim/ - E. Coli


- Nosokomial
Minggu Ceftriaxon  Enterobacteria
- Streptococcus B
2. Eritromisin - Klebsiella
- Enterobacter
- C. trachomatis

>1-2 1. Ampicilin+Gentamicin - E. Coli and other


 Enterobacteria
Bulan 2. Cefotaxim atau Ceftriaxon - H. influenza
- S. pneumonia
- C. trachomatis

>2-5 1. Ampisilin 1. Ampisilin - H. influenza


- S. pneumonia
Bulan 2. Sefuroksim 2. Ampicilin+clorampenikol
Sefiksim Sefuroxim Ceftriaxon

>5 Bulan 1. Penisilin A 1. Penisilin G - S. pneumonia


- Mycoplasma
2. Amoksisilin 2. Sefuroksim Seftriakson
Eritromisin Vakomisin

Antibiotik parenteral diberikan sampai 48-72 jam setelah panas turun,


Dilanjutkan dengan pemberian per oral selama 7-10 hari. Bila diduga penyebab
Pneumonia adalah S. Aureus, kloksasilin dapat segera diberikan. Bila alergi
Terhadap penisilin dapat diberikan cefazolin, klindamisin, atau vancomycin.
Lama Pengobatan untuk stafilokokkus adalah 3-4 minggu.

23
24
Bagan 1. Alur pengunaan antibiotik

I. KOMPLIKASI

Komplikasi biasanya sebagai hasil langsung dari penyebaran bakteri dalam


Rongga thorax (seperti efusi pleura, empiema dan perikarditis) atau penyebaran
Bakteremia dan hematologi. Meningitis, artritis supuratif, dan osteomielitis
adalah Komplikasi yang jarang dari penyebaran infeksi hematologi.

25
1. Pneumonia Stafilokokus
Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis secara cepat
walaupun sudah diterapi, ditandai :
• Pneumatokel atau pneumotoraks dengan efusi pleura pada foto
dada
• Ditemukannya kokus gram positif yang banyak pada sediaan
apusan sputum
• Adanya infeksi kulit yang disertai pus/pustula mendukung
diagnosis.
2. Empiema
Curiga ke arah ini apabila terdapat tanda:
• Demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik
• Ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung.
• Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intratorakal.
• Pekak pada perkusi thorax
• Gambaran foto dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau
kedua sisi dada.
• Cairan pleura menjadi keruh atau purulen.
J. PROGNOSIS
Pada era sebelum ada antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan anak kecil
Berkisar dari 20% sampai 50% dan pada anak yang lebih tua dari 3% sampai
5%. Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan Sampai kurang dari 1%, anak dalam keadaan malnutrisi energi
protein dan yang Datang terlambat menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.

K. PENCEGAHAN

Pencegahan terhadap pneumonia dapat dicegah dengan pemberian


Imunisasi/vaksinasi. Saat ini sudah tersedia banyak vaksin untuk mencegah
Pneumonia. Setiap vaksin mencegah infeksi bakteri/virus tertentu sesuai jenis
Vaksinnya.

Berikut vaksin yang sudah tersedia di Indonesia dan dapat mencegah


 Pneumonia :

26
1. Vaksin PCV (imunisasi IPD) untuk mencegah infeksi pneumokokkus
(Invasive Pneumococcal diseases, IPD). Vaksin PCV yang sudah tersedia
Adalah PCV-7 dan PCV-10. PCV 13 belum tersedia di Indonesia
2. Vaksin Hib untuk mencegah infeksi Haemophilus Influenzae tipe b
3. Vaksin DPT untuk mencegah infeksi difteria dan pertussis
4. Vaksin campak dan MMR untuk mencegah campak
5. Vaksin influenza untuk mencegah influenza

27

Anda mungkin juga menyukai