Anda di halaman 1dari 32

B.

Konsep Dasar Keluarga

1. Keluarga

Keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang terhubung

darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan mereka hidup dalam

satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan didalam perannya

masing-masing menciptakan serta mempertahankan kebudayaan

(Friedman, 2010 dalam Esti, A & Johan, T. R, 2020).

Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu

tempat dibawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Depkes,

2014 dalam Esti & Johan, 2020).

Keluarga adalah anggota rumah tangga yang saling berhubungan

melalui pertalian darah, adopsi, atau perkawinan (WHO, 1962 dalam

Harmoko, 2016).

2. Ciri-ciri Keluarga

Ciri-ciri keluarga menurut (Robert Mac Iver dan Charles Horton

dalam Setiadi, 2008), yaitu:

a. Keluarga merupakan hubungan perkawinan

b. Keluarga berbentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan

hubungan perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipelihara.

c. Keluarga mempunyai sistem tata nama (Nomen Clatur) termasuk

perhitungan garis keturunan.


d. Keluarga mempunyai fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-

anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai

keturunan dan membesarkan anak.

e. Keluarga merupakan tempat tinggal bersama, rumah atau rumah

tangga.

3. Tipe Keluarga

Beberapa tipe keluarga yang dikemukakan oleh (Harmoko, 2016)

sebagai berikut :

a. Nuclear Family adalah Keluarga inti yang terdiri atas ayah, ibu dan

anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi

legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/keduanya dapat bekerja

diluar rumah.

b. Extended Family adalah keluarga inti ditambah dengan sanak saudara,

misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi, dan

sebagainya.

c. Reconstituted Nuclear adalah pembentukan baru dari keluarga inti

melalui perkawinan kembali suami/istri, tinggal dalam pembentukan

satu rumah dengan anak-anaknya, baik itu bawaan dari perkawinan

lama maupun hasil dari perkawinan baru. Satu atau keduanya dapat

bekerja diluar rumah.

d. Middle Age/Aging Couple adalah suami sebagai pencari uang, istri

dirumah/kedua-duanya bekerja dirumah, anak-anak sudah

meninggalkan rumah karena sekolah/perkawinan/meniti karir.


e. Dydid Nuclear adalah suami istri yang sudah berumur dan tidak

mempunyai anak, keduanya/salah satu bekerja di rumah.

f. Single Parent adalah satu orang tua sebagai akibat perceraian/kematian

pasangannya dan anak-anaknya dapat tinggal di rumah/di luar rumah.

g. Dual Carier adalah suami istri atau keduanya berkarir dan tanpa anak.

h. Commuter Married adalah suami istri/keduanya orang karir dan

tinggal terpisah pada jarak tertentu, keduanya saling mencari pada

waktu-waktu tertentu.

i. Single Adult adalah wanita atau pria dewasa yang tinggal sendiri

dengan tidak adanya keinginan untuk menikah.

j. Three Generation adalah tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu

rumah.

k. Institutional adalah anak-anak atau orang-orang dewasa tinggal dalam

suatu panti-panti.

l. Communal adalah satu rumah terdiri atas dua/lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam penyediaan

fasilitas.

m. Group Marriage adalah satu perumahan terdiri atas orang tua dan

keturunannya di dalam satu kesatuan keluarga dan tiap individu adalah

menikah dengan yang lain dan semua adalah orang tua dari anak.

n. Unmarried Parent and Child adalah ibu dan anak di mana perkawinan

tidak dikehendaki, anaknya di adopsi.


o. Cohibing Couple adalah dua orang/satu pasangan yang tinggal

bersama tanpa pernikahan.

4. Struktur Keluarga

Struktur Keluarga menurut (Friedman dalam Harmoko, 2016) di

gambarkan sebagai berikut :

a. Struktur Komunikasi

Komunikasi dalam keluarga dikatakan berfungsi apabila

dilakukan secara jujur, terbuka, melibatkan emosi, konflik selesai, dan

ada hierarki kekuatan. Komunikasi keluarga bagi pengirim yakin

mengemukakan pesan secara jelas dan berkualitas, serta meminta dan

menerima umpan balik. Penerima pesan mendengarkan pesan,

memberikan umpan balik, dan valid.

b. Struktur Peran

Struktur peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan

sesuai posisi sosial yang diberikan. Jadi, pada struktur peran bisa

bersifat normal atau informal. Posisi/status adalah posisi individu

dalam masyarakat misal status sebagai istri/suami.

c. Struktur Kekuatan

Struktur kekuatan adalah kemampuan dari individu untuk

mengontrol, memengaruhi, atau mengubah perilaku orang lain. Hak

(legitimate power), ditiru (referent power), keahlian (exper power),

hadiah (reward power), paksa (coercive power), dan effektif power.


d. Struktur nilai dan norma

Nilai adalah sistem ide-ide, sikap keyakinan yang mengikat

anggota keluarga dalam budaya tertentu. Sedangkan norma adalah pola

perilaku yang diterima pada lingkungan social tertentu, lingkungan

keluarga, dan lingkungan masyarakat sekitar keluarga.

5. Fungsi Keluarga

a. Menurut (Friedman, 1998 dalam Bahri, 2017), fungsi pokok keluarga

dalam lima poin yaitu fungsi reproduksi, sosialisasi, afektif, ekonomi

dan perawatan kesehatan.

1) Fungsi Reproduksi Keluarga

Sebuah peradaban dimulai dari rumah, yaitu dari hubungan

suami-istri terkait pola reproduksi. Sehingga adanya fungsi ini

ialah untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan

sebuah keluarga.

2) Fungsi sosial keluarga

Ialah fungsi yang mengembangkan dan melatih anak untuk

hidup bersosial sebelum meninggalkan rumah dan berhubungan

dengan orang lain. Dalam hal ini, anggota keluarga belajar disiplin,

norma-norma, budaya, dan perilaku melalui interaksi dengan

anggota keluarganya sendiri.

3) Fungsi afektif keluarga

Fungsi ini hanya bisa diperoleh dalam keluarga, tidak dari

pihak luar. Maka komponen yang diperlukan dalam melaksanakan


fungsi afektif yaitu saling mendukung, menghormati, dan saling

asuh.

4) Fungsi Ekonomi Keluarga

Meski bukan kebutuhan utama, faktor ekonomi menjadi hal

penting dalam sebuah keluarga. Kondisi ekonomi yang stabil akan

mampu menjamin kebutuhan anggota keluarga sehingga mampu

menjalankan peran dan fungsinya dengan baik. Terutama dalam hal

kebutuhan pokok, paling tidak kebutuhan ini harus dipenuhi.

5) Fungsi perawatan keluarga

Keluarga merupakan perawatan primer bagi anggotanya.

Untuk itu, fungsi ini penting ada untuk mempertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas

tinggi.

b. Menurut Effendy (via Dion dan Betan, 2013 dalam Bahri, 2017), ada 3

fungsi pokok keluarga terhadap anggota keluarganya, yaitu :

1) Asih

Memberikan kasih sayang, perhatian, perasaan aman,

kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan

mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.

2) Asuh

Memenuhi kebutuhan pemeliharaan dan perawatan anak

agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga mereka tumbuh


menjadi anak-anak yang sehat, baik fisik, mental, sosial, dan

spiritual.

3) Asah

Memenuhi kebutuhan pendidikan anak, sehingga mereka

siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan

masa depannya.

6. Tugas Keluarga dalam Bidang Kesehatan

Tugas kesehatan keluarga dalam bidang kesehatan (Ariga, 2020),

yaitu:

a. Kemampuan mengenal masalah kesehatan

b. Kemampuan mengambil keputusan untuk mengatasi masalah kesehatan

c. Kemampuan merawat anggota keluarga yang sakit

d. Kemampuan memodifikasi lingkungan untuk keluarga agar tetap sehat

e. Kemampuan memamfaatkan sarana kesehatan yang tersedia di

lingkungan.

7. Peran Keluarga

Peran keluarga menurut Bahri, 2017 yaitu:

a. Peranan Ayah

Dalam tradisi masyarakat kita, ayah memiliki peran sangat

penting dan strategis dalam keluarga. Posisinya sering menjadi rujukan

anggota keluarga dalam menentukan perilaku dan arah hidup keluarga.

Hal ini sangat wajar karena ayah memiliki peran sebagai

pemimpin/kepala keluarga pencari nafkah, pelindung, pemberi rasa


aman, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota

masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan Ibu

Peran ibu tidak kalah penting dengan ayah. Dalam masyarakat

kita, ibu cenderung menjadi teman dan pendidik pertama bagi anak.

Selain mengurus wilayah domestik keluarga, ibu juga berperan sebagai

salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai

anggota masyarakat dari lingkungannya. Bahkan ibu dapat pula

berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarga.

c. Peranan Anak

Dalam posisi ini, anak menjadi objek sekaligus subjek. Anak

yang dibentuk oleh keluarga pada saat bersamaan juga memiliki

perannya tersendiri. Dalam tradisi sesuai dengan tingkat

perkembangannya, baik fisik, mental, sosial, dan spiritual.

8. Perkembangan Keluarga

Perkembangan keluarga adalah sebuah proses perubahan sistem

keluarga yang bergerak bertahap dari waktu ke waktu. Setiap tahapan

umumnya memiliki tugas dan risiko kesehatan yang berbeda-beda. Duval

(viaDion dan Betan, 2013 dalam Bahri, 2017), membagi keluarga dalam 8

tahap perkembangan, yaitu :

a. Keluarga Baru (Berganning Family)

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk

keluarga melalui perkawinan. Pada tahap ini, pasangan baru memiliki


tugas perkembangan untuk membina hubungan intim yang memuaskan

di dalam keluarga, membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai

tujuan bersama, termasuk dalam hal merencanakan anak, persiapan

menjadi orang tua, dan mencari pengetahuan prenatal care.

b. Keluarga dengan anak pertama <30 bulan (Child Bearing)

Tahap keluarga dengan anak pertama ialah masa transisi

pasangan suami istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai

berusia kurang dari 30 bulan. Pada masa ini sering timbul konflik yang

dipicu kecemburuan pasangan akan perhatian yang lebih ditunjukan

kepada anggota keluarga baru. Adapun tugas perkembangan pada

tahap ini yaitu kesadaran akan perlunya beradaptasi dengan perubahan

anggota keluarga, mempertahankan keharmonisan pasangan suami

istri, berbagi peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan biaya

untuk anak.

c. Keluarga dengan anak prasekolah

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama berusia 2,5 tahun

hingga 5 tahun. Adapun tugas perkembangan yang mesti dilakukan

ialah memenuhi kebutuhan anggota keluarga, membantu anak

bersosialisasi dengan lingkungan, cermat membagi tanggung jawab,

mempertahankan hubungan keluarga, serta mampu membagi waktu

untuk diri sendiri, pasangan, dan anak.


d. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6-13 tahun)

Tahap ini berlangsung sejak anak pertama menginjak sekolah

dasar sampai memasuki awal masa remaja. Dalam hal ini, sosialisasi

anak makin melebar. Tidak hanya di lingkungan rumah, melainkan

juga di sekolah dan lingkungan yang lebih luas lagi. Tugas

perkembangannya adalah anak harus sudah diperhatikan minat dan

bakatnya sehingga orang tua bisa mengarahkan dengan tepat ,

membekali anak dengan berbagai kegiatan kreatif agar motoriknya

berkembang dengan baik, dan memperhatikan anak akan risiko

pengaruh teman serta sekolahnya.

e. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Pada perkembangan tahap remaja ini orang tua perlu

memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab. Hal ini

mengingat bahwa remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai

memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupannya sendiri tetapi

masih membutuhkan bimbingan. Oleh karena itu, komunikasi antara

orang tua dan anak harus terus dijaga. Selain itu, beberapa peraturan

juga sudah mulai diterapkan untuk memberikan batasan tertentu tetapi

masih dalam tahap wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam dan

lain sebagainya.

f. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah)

Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah,

artinya keluarga sedang menghadapi persiapan anak yang mulai


mandiri. Dalam hal ini, orang tua mesti merelakan anak untuk pergi

jauh dari rumahnya demi tujuan tertentu. Adapun tugas perkembangan

pada tahap ini, antara lain membantu dan mempersiapkan anak untuk

hidup mandiri, menjaga keharmonisan dengan pasangan, memperluas

keluarga inti menjadi keluarga besar, bersiap mengurus keluarga besar

(orang tua pasangan) memasuki masa tua, dan memberikan contoh

kepada anak-anak mengenai lingkungan rumah yang positif.

g. Keluarga usia pertengahan (Midle Age Family)

Tahapan ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah

dan salah satu pasang bersiap negatif atau meninggal. Tugas

perkembangan keluarganya, yaitu menjaga kesehatan, meningkatkan

keharmonisan dengan pasangan, anak, dan teman sebaya, serta

mempersiapkan masa tua.

h. Keluarga lanjut usia

Masa lanjut adalah masa-masa akhir kehidupan manusia. Maka

tugas perkembangan dalam masa ini yaitu beradaptasi dengan

perubahan kehilangan pasangan, kawan, ataupun saudara. Selain itu

membedakan life review juga penting, disamping tetap

mempertahankan kedamaian rumah, menjaga kesehatan, dan

mempersiapkan kematian.
C. Asuhan Keperawatan Keluarga

1. Pengkajian Keperawatan Keluarga

Pengkajian merupakan suatu tahapan saat seorang perawat

mengambil informasi secara terus menerus terhadap anggota keluarga

yang dibinanya. Pengkajian merupakan syarat utama untuk

mengidentifikasi masalah. Pengkajian keperawatan bersifat dinamis,

interaktif dan fleksibel. Data dikumpulkan secara sistematis dan terus

menerus dengan menggunakan metode observasi, wawancara dan

pemeriksaan fisik (Maglaya, 2009 dalam Riasmini, dkk, 2017).

a. Data Umum/Identitas keluarga mencakup nama kepala keluarga,

komposisi anggota keluarga, alamat, agama, suku, bahasa sehari-hari,

jarak pelayanan kesehatan terdapat dan alat transportasi.

b. Kondisi kesehatan semua anggota keluarga terdiri dari nama,

hubungan dengan keluarga, umur, jenis kelamin, pendidikan terakhir,

pekerjaan saat ini, status gizi, tanda-tanda vital, status imunisasi dasar,

dan penggunaan alat bantu atau protesa serta status kesehatan anggota

keluarga saat ini meliputi keadaan umum, riwayat penyakit/alergi.

c. Data pengkajian individu yang mengalami masalah kesehatan (saat ini

sedang sakit) meliputi nama individu yang sakit, keadaan umum,

sirkulasi, cairan, perkemihan, pernapasan, muskuloskeletal,

neurosensori, kulit, istrirahat dan tidur, status mental, komunikasi dan

budaya, kebersihan diri, perawatan diri sehari-hari, dan data penunjang

medis individu yang sakit (lab, radiologi, EKG, USG).


d. Data kesehatan lingkungan mencakup sanitasi lingkungan pemukiman

antara lain ventilasi, penerangan, kondisi lantai, tempat pembuangan

sampah dan lain-lain.

e. Struktur keluarga ; struktur keluarga mencakup struktur peran, nilai

(value), komunikasi, kekuatan. Komponen struktur keluarga ini akan

menjawab pertanyaan tentang siapa anggota keluarga, bagaimana

hubungan diantara anggota keluarga.

f. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga. Variabel perkembangan

keluarga ini akan menjawab tahap perkembangan keluarga, tugas

perkembangan keluarga.

g. Fungsi Keluarga. Fungsi keluarga terdiri dari aspek instrumental dan

ekspresif. Aspek instrumental fungsi keluarga adalah, aktivitas hidup

sehari-hari seperti makan, tidur, pemeliharaan kesehatan. Aspek

ekspresif fungsi keluarga adalah fungsi emosi, komunikasi, pemecahan

masalah, keyakinan dan lain-lain. Pengakajian variabel fungsi keluarga

mencakup kemampuan keluarga dalam melakukan tugas kesehatan

keluarga, meliputi kemampuan mengenal masalah kesehatan,

mengambil keputusan mengenai tindakan keperawatan yang tepat,

merawat anggota keluarga yang sakit, memelihara lingkungan rumah

yang sehat dan menggunakan fasilitas/pelayanan kesehatan di

masyarakat.

Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga meliputi :


1) Sumber data dalam pengkajian keperawatan keluarga dapat

diperoleh dari wawancara dengan pasien berkaitan dengan kejadian

sebelumnya dan kejadian sekarang, penilaian subyektif misalnya

pengalaman setiap anggota keluarga, maupun temuan yang objektif

misalnya hasil observasi berbagai fasilitas yang ada dirumah

keluarga.

2) Sumber data keluarga dapat juga diperoleh dari informasi yang

tertulis atau lisan dari berbagai agensi yang berhubungan atau

bekerja sama dengan keluarga, atau informasi dari anggota tim

kesehatan lain.

2. Diagnosis Keperawatan

Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai individu,

keluarga atau masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses

pengumpulan data dan analisis cermat dan sistematis, memberikan dasar

untuk menetapkan tindakan-tindakan dimana perawat bertanggung jawab

melaksanakannya. Diagnosis keperawatan keluarga dianalisis dari hasil

pengkajian terhadap adanya masalah dalam tahap perkembangan keluarga,

lingkungan keluarga, struktur keluarga, fungsi-fungsi keluarga dan koping

keluarga, baik bersifat aktual, risiko maupun sejahtera dimana perawat

memiliki kewenangan dan tanggung jawab untuk melakukan tindakan

keperawatan bersama-sama dengan keluarga dan berdasarkan kemampuan

dan sumber daya keluarga (Riasmini, dkk, 2017).


Tabel 2.1 Daftar Diagnosis Keperawatan Keluarga

Rumusan
Kelas Kode
Sasaran Diagnosis
Domain
Keperawatan
1 2 3 4 5

Keluarga Domain 1: Kelas 2 : 00080 Ketidakefektifan

Promosi Manajemen manajemen

Kesehatan Kesehatan regimen terapetik

keluarga

00099 Ketidakefektifan

pemeliharaan

kesehatan

00188 Perilaku kesehatan

cenderung berisiko

Domain 2: Kelas 1 : 00106 Kesiapan untuk

Nutrisi Ingesti meningkatkan ASI

Domain 4: Kelas 5: Gangguan


00098

Aktivitas/ Perawatan pemeliharaan

Istirahat Diri rumah

Domain 5: Kelas 4: Ketidakefektifan


00222
Persepsi/ Kognisi Kontrol Infus

Kognisi Kelas 5: 00157 Kesiapan

Komunikasi meningkatkan

komunikasi

Domain 7: Kelas 1: 00061 Ketegangan peran

Hubungan Peran pemberi asuhan

Peran Caregiver 00062 Risiko ketegangan

peran pemberian

asuhan

00056 Ketidakmampuan

menjadi orang tua

00164 Kesiapan

meningkatkan

peran menjadi

orang tua

00057 Risiko

ketidakmampuan

menjadi orang tua

Kelas 2 : 00058 Risiko gangguan

Hubungan perlekatan

1 2 3 4 5
Keluarga 00063 Disfungsi proses

keluarga

00060 Gangguan proses

keluarga

00159 Kesiapan

meningkatkan

proses keluarga

Kelas 3 : 00223 Ketidakefektifan

Performa hubungan

Peran 00207 Kesiapan

meningkatkan

hubungan

00229 Risiko

ketidakefektifan

hubungan

00064 Konflik peran

orang tua

00055 Ketidakefektifan

performa peran

00052 Hambatan interaksi

sosial

Domain 9: Kelas 2: 00074 Penurunan koping


Koping/ Respon keluarga

Toleransi Koping 00073 Ketidakmampuan

Stress meningkatkan

koping

00075 Kesiapan

meningkatkan

koping keluarga

00199 Ketidakefektifan

perencanaan

aktivitas

00226 Risiko

ketidakefektifan

perencanaan

aktivitas

00210 Hambatan

penyesuaian

00211 Risiko hambatan

penyesuaian

00212 Kesiapan

meningkatkan

penyesuaian

1 2 3 4 5
Domain 10: Kelas 3 : 00083 Konflik

Prinsip Nilai /Keya pengambilan

hidup kinan/Aksi keputusan

kongruen 00169 Hambatan

religiositas

00170 Risiko hambatan

religiositas

00171 Kesiapan

meningkatkan

religiositas

00184 Kesiapan

meningkatkan

pengambilan

keputusan

Domain 11: Kelas 4: 00181 Konstaminasi

Keamanan/ Hazard 00180 Risiko

Proteksi lingkungan konstaminasi

00037 Risiko keracunan

Domain 13: Kelas 1: 00113 Risiko

Pertumbuha Pertumbu pertumbuhan tidak

n/Perkem Han proporsional


bangan Kelas 2: 00112 Risiko

Perkem keterlambatan

Bangan perkembangan

Carers Carers 10027773 Stress pada

pemberian asuhan

10027787 Risiko stress pada

pemberian asuhan

10029621 Gangguan

kemampuan untuk

melakukan

perawatan

10027787 Risiko stress pada

pemberian asuhan

10032270 Risiko gangguan

kemampuan untuk

melakukan

perawatan
Emosional/ 10023370 Gangguan

Isu psikolo- komunikasi

1 gikal 10038411 Ganggauan status

2 3 4 5

psikologi
Perawatan 10029841 Masalah

keluarga ketenagakerjaan

10023078 Gangguan proses

keluarga

10022473 Kurangnya

dukungan keluarga

10022753 Masalah dukungan

sosial

10035744 Masalah hubungan

10032364 Risiko gangguan

koping keluarga

Promosi Health 10023452 Kemampuan untuk


Kesehatan Promotion mempertahankan

kesehatan

10000918 Gangguan

mempertahankan

kesehatan

1 10032386 Risiko bahaya

lingkungan

Manajemen 10021994 Kurangnya


perawatan pengetahuan

jangka tentang penyakit

panjang

Medikasi 10022635 Gangguan

Kemampuan untuk

memanajemen

pengobatan

Perawatan 10000925 Gangguan kerumah

diri tanggaan

Manajemen 10029792 Kekerasan rumah

risiko tangga

10030233 Keselamatan

lingkungan yang

efektif

10029856 Masalah

keselamatan

lingkungan

2 3 4 5

10032289 Risiko terjadinya


penyalahgunaan

10032301 Risiko terjadinya

pelecehan anak

10033470 Risiko terjadinya

pengabaian anak

10032340 Risiko terjadinya

pelecehan lansia

10033489 Risiko terjadinya

pengabaian lansia

10015122 Risiko untuk jatuh

10015133 Risiko terinfeksi

10033436 Risiko terjadinya

pengabaian

Keadaan 10029860 Masalah finansial

sosial 10029887 Tinggal di rumah

10029904 Masalah

10022563 perumahan

Pendapatan yang

10022753 tidak memadai

Kurangnya

dukungan sosial
1.

3. Perencanaan Keperawatan Keluarga

Perencanaan merupakan proses penyusunan strategi atau intervensi

keperawatan yang dibutuhkan untuk mencegah, mengurangi atau

mengatasi masalah kesehatan pasien yang telah diidentifikasi dan

divalidasi pada tahap perumusan diagnosis keperawatan. Perencanaan

disusun dengan penekanan pada partisipasi pasien, keluarga dan

koordinasi dengan tim kesehatan lain. Perencanaan mencakup penentuan

prioritas masalah, tujuan dan rencana tindakan. Tahapan penyusun

perencanaan keperawatan keluarga adalah sebagai berikut :

a. Menetapkan prioritas masalah

Menetapkan prioritas masalah/diagnosis keperawatan

keluarga adalah dengan menggunakan skala menyusun prioritas dari

Maglaya (2009).

Tabel 2.2 Skala untuk menentukan Prioritas (Maglaya, 2009)

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat Masalah

Skala : Wellness 3

Aktual 3 1

Risiko 2

Potensial 1

2. Kemungkinan masalah dapat diubah


Skala : Mudah 2

Sebagian 1 2

Tidak dapat 0

3. Potensi masalah untuk dicegah

Skala : Tinggi 3

Cukup 2 1

Rendah 1

4. Menonjolnya masalah

Skala : Segera 2

Tidak perlu 1 1

Tidak dirasakan 0

Cara Skoring :

1) Tentukan skor untuk setiap kriteria

2) Skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan bobot

Skor
X bobot
Angka tertinggi

3) Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

b. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi penentuan prioritas

Penentuan prioritas masalah didasarkan dari empat kriteria

yaitu sifat masalah, kemungkinan masalah dapat diubah, potensi

masalah untuk dicegah dan menonjolnya masalah.


1) Kriteria yang pertama, yaitu sifat masalah, bobot yang lebih berat

diberikan pada masalah aktual karena yang pertama memerlukan

tindakan segera dan biasanya disadari dan dirasakan oleh keluarga.

2) Kriteria kedua, yaitu untuk kemungkinan masalah dapat diubah

perawat perlu memerhatikan terjangkaunya faktor-faktor sebagai

berikut:

a) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk

menangani masalah.

b) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga

c) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan

dan waktu

d) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi

dalam masyarakat dan sokongan masyarakat

3) Kriteria ketiga, yaitu potensi masalah dapat dicegah. Faktor-faktor

yang perlu diperhatikan adalah :

a) Kepelikan dari masalah, yang berhubungan dengan penyakit

atau masalah

b) Lamanya masalah, yang berhubungan dengan penyakit atau

masalah

c) Tindakan yang sedang dijalankan adalah tindakan-tindakan yang

tepat dalam memperbaiki masalah

d) Adanya kelompok high risk atau kelompok yang sangat peka

menambah untuk mencegah masalah


4) Kriteria keempat, yaitu menonjolnya masalah perawat perlu

menilai persepsi atau bagaimana keluarga melihat masalah

kesehatan tersebut. Niai skor yang tertinggi yang terlebih dahulu

diberikan intervensi keluarga. Adapun hal-hal yang harus

diperhatikan dalam penyusunan tujuan keperawatan keluarga yaitu:

a) Tujuan harus berorientasi pada keluarga, dimana keluarga di

arahakan untuk mencapai suatu hasil

b) Kriteria hasil atau standar hasil pencapaian tujuan harus

benar-benar bisa diukur dan dapat dicapai oleh keluarga

c) Tujuan menggambarkan berbagai alternatif pemecahan

masalah yang dapat dipilih oleh keluarga

d) Tujuan harus bersifat spesifik atau sesuai dengan konteks

diagnosis keperawatan keluarga dan faktor-faktor yang

berhubungan

e) Tujuan harus menggambarkan kemampuan dan tanggung

jawab keluarga dalam pemecahan masalah. Penyusunan tujuan

harus bersama-sama dengan keluarga.

4. Implementasi Keperawatan Keluarga

Implementasi pada asuhan keperawatan keluarga dapat dilakukan

pada individu dalam keluarga dan pada anggota keluarga lainnya.

Implementasi yang ditunjukan pada individu meliputi :

a. Tindakan keperawatan langsung

b. Tindakan kolaboratif dan pengobatan dasar


c. Tindakan observasi

d. Tindakan pendidikan kesehatan

Implementasi keperawatan yang ditujukan pada keluarga meliputi :

1) Meningkatkan kesadaran atau penerima keluarga mengenai masalah

dan kebutuhan kesehatan dengan cara memberikan informasi,

mengidentifikasi kebutuhan dan harapan tentang kesehatan,

mendorong sikap emosi yang sehat terhadap masalah.

2) Membantu keluarga untuk memutuskan cara perawatan yang tepat

untuk individu dengan cara mengidentifikasi konsekuensi jika tidak

melakukan tindakan, mengidentifikasi sumber-sumber yang dimiliki

keluarga, mendiskusikan tentang konsekuensi tiap tindakan.

3) Memberikan kepercayaan diri dalam merawat anggota keluarga yang

sakit dengan cara mendemonstrasikan cara perawatan, menggunakan

alat dan fasilitas yang ada dirumah, mengawasi keluarga melakukan

perawatan.

4) Membantu keluarga menemukan cara bagaimana membuat lingkungan

menjadi sehat, dengan cara menemukan sumber-sumber yang dapat

digunakan keluarga, melakukan perubahan lingkungan keluarga

seoptimal mungkin.

5) Memotivasi keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada

dengan cara mengenalkan fasilitas yang ada di lingkungan keluarga,

membantu keluarga menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.


5. Evaluasi Keperawatan Keluarga

Sesuai dengan rencana tindakan yang telah diberikan, penilaian

dan evaluasi diperlukan untuk melihat keberhasilan. Bila tidak atau belum

berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan

keperawatan mungkin tidak dapat dilaksanakan dalam satu kali kunjungan

keluarga, untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai dengan

waktu dan kesediaan pasien/keluarga. Tahapan evaluasi dapat dilakukan

selama proses asuhan keperawatan atau pada akhir pemberian asuhan.

Perawat bertanggung jawab untuk mengevaluasi status dan kemajuan

pasien dan keluarga terhadap pencapaian hasil dari tujuan keperawatan

yang telah ditetapkan dari tujuan keperawatan yang telah ditetapkan

sebelumnya. Kegiatan evaluasi meliputi mengkaji kemajuan status

kesehatan individu dalam konteks keluarga, membandingkan respon

individu dan keluarga dengan kriteria hasil dan menyimpulkan hasil

kemajuan masalah serta kemajuan pencapaian tujuan keperawatan.


BAB II BAB III

BAB III METODE

PENULISAN

A. Desain Penulisan

Studi kasus ini adalah studi mengeksplorasi Asuhan Keperawatan Keluarga

Pada Ibu Hamil dengan Anemia di Desa Keude Birem Kecamatan Birem Bayeun

Kabupaten Aceh Timur Tahun 2021.

B. Batasan Istilah

Anemia dalam kehamilam dapat diartikan ibu hamil yang mengalami

defisiensi zat besi dalam darah. Selain itu anemia dalam kehamilan dapat

dikatakan juga sebagai suatu kondisi ibu dengan kadar hemoglobin (Hb) < 11 gr%

pada trisemester I dan III sedangkan pada trisemester II kadar hemoglobin <10,5

gr%. Anemia kehamilan disebut “Potentional danger to mother and child”

(Potensi membahayakan Ibu dan Anak), karena itulah anemia memerlukan

perhatian serius dari semua pihak yang terkait dalam pelayanan kesehatan

(Bobak, 2005; Manuaba, 2007 dalam Astutik & Ertiana, 2018).

C. Lokasi Dan Waktu Penulisan

Lokasi studi kasus ini direncanakan di Desa Keude Birem Kecamatan

Birem Bayeun Kabupaten Aceh Timur. Waktu pelaksanaan studi kasus ini

direncanakan pada bulan April Tahun 2021 dengan jumlah 3-4 kali kunjungan

selama masa perawatan.


D. Pengumpulan Data

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien, keluhan utama,

riwayat kesehatan sekarang, dahulu, keluarga, dan lain-lain). Sumber data dari

pasien, keluarga, perawat lainnya menggunakan format pengkajian sesuai

dengan permintaan.

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : Inspeksi, Palpasi,

Perkusi, Auskultasi) pada sistem tubuh pasien.

3. Studi dokumentasi dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain

yang relevan).

E. Analisa Data

Analisa data dilakukan sejak penulis di lapangan, sewaktu pengumpulan

data sampai dengan semua data yang terkumpul, analisa data dilakukan dengan

cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada

dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang

digunakan dengan interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk

menjawab rumusan masalah.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterprestasikan dan

dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan rekomendasi

dalam intervensi tersebut. Urutan dalam analisis adalah :

1. Pengumpulan Data
Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi,

dokumentasi). Hasil ditulis dalam dokumentasi keperawatan.

2. Mereduksi Data

Data hasil wawancara yang terkumpul dikelompokkan menjadi data

subjektif dan objektif, analisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik

kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian Data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun

teks naratif. Kerahasian dari pasien dijamin dengan jalan mengaburkan

identitas dari pasien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data di bahas dan dibandingkan

dengan hasil-hasil penulisan terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku

kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan dengan metode induksi. Data

yang dikumpulkan terkait pengkajian, diagnosa, perencanaan, tindakan, dan

evaluasi.

Anda mungkin juga menyukai